Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGELOLAAN SAMPAH

SAMPAH MEDIS DAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DENGAN


INCENERATOR

Kelompok 6 :

Nadia Putri Maharani (P21345118055)

Natasha Syafa Laura (P21345118059)

Ridho Rizki (P21345118065)

Ridwan Hakim Ali (P21345118066)

Tria Prima Nurmujia (P23133017083)

PROGRAM STUDI

2 DIII-B KESEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2020

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

JL.HANG JEBAT III F3 NO.8 RT.4/RW.8 GUNUNG, KEBAYORAN BARU. KOTA


JAKARTA SELATAN, DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA 12120
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nyalah,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sampah Medis Dan
Pengelolaan Sampah Medis Dengan Incenerator” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa yang diungkapkan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis, sehingga
akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis apabila mendapatkan kritikan dan saran
yang membangun makalah ini sehingga selanjutnya akan lebih baik dan sempurna.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak dan sebagai media pembelajaran pengelolaan sampah khususnya dalam segi
teoritis sehingga dapat membuka wawasan ilmu pengetahuan serta akan menghasilkan yang
lebih baik di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak sampai tersusunnya makalah ini.

                                                                                       Jakarta, April 2020

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sampah Medis


Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang dari suatu sumber
hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak  mempunyai nilai ekonomi,
bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif  karena dalam penanganannya baik untuk
membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar.

Sampah medis atau limbah medis adalah sampah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan
gigi, veteranary, farmasi atau yang sejenis, penelitian, pengobatan, perawatan, penelitian atau
pendidikan yang menggunakan bahan-bahan yang beracun, infeksius, berbahaya atau bisa
membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu (Asmadi, 2013).

Menurut (Depkes RI, 2000) tentang Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, limbah medis
adalah berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan
yang mana dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengujung,
masyarakat terutama bagi petugas yang menanganinya.

Sampah medis merupakan limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan
terhadap pasien. Diantaranya juga termasuk didalam kegiatan medis di ruang poloklinik,
perawatan, bedah, kebidanan, otopsi dan ruang laboratorium. Limbah padat medis sering juga
disebut sampah biologis. Sampah medis juga dapat diartikan sesuatu bahan padat yang terjadi
karena berhubungan dengan aktifitas manusia yang tidak dipakai lagi, tidak disenangi dan
dibuang secara saniter, kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia.

1
2.2. Jenis-Jenis Sampah Medis

1. Limbah benda tajam 

Sampah benda tajam adalah objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Sebagai
contoh: jarum suntik, persediaan intervena, pasteur pipet, pecahan kaca, pisau bedah.
Selain meliputi limbah benda tajam yang mungkin terkontaminasi dengan darah,
cairan tubuh, bahan mikrobiologi, beracun atau bahan radioaktif.

2. Sampah menular 

Sampah adalah bahan limbah infeksius yang diduga mengandung patogen.


Sampah termasuk limbah infeksius yang terkait dengan pasien yang memerlukan
isolasi penyakit menular dan limbah laboratorium yang terkait dengan pemeriksaan
mikrobiologi klinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang
termasuk jenis limbah, antara lain: sampah mikrobiologis, produk sarah manusia,
benda tajam, terkontaminasi bangkai hewan, bagian tubuh, sprei, isolasi meraung

2
limbah, operasi limbah, dialisis Unit limbah dan peralatan yang terkontaminasi (wast
medis).

3. Jaringan sampah tubuh (patologis) 

Jaringan sampah tubuh meliputi jaringan, organ, anggota badan, plasenta,


darah dan tubuh lainnya cairan tubuh dikeluarkan selama operasi dan otopsi. jaringan
sampah tidak memerlukan ratifikasi penguburan dan harus dikemas khusus harus,
label dan dibuang ke dalam insinerator.

4. Sampah Citotoksik 

Sampah Citotoksik adalah sampah bahan terkontaminasi atau obat-obatan


mungkin terkontaminasi citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan
terapi citotoksik. Citotoksik sampah sampah yang terkandung di dalamnya harus
dibakar di insinerator pada suhu di atas 1000 ° C.

5. Sampah Farmasi 

Sampah farmasi berasal dari: obat-obatan kadaluarsa, obat yang terbuang


karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang
terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang tidak digunakan lagi
karena mereka tidak perlu dan limbah produksi obat obat tentunya ini harus di buang
di jenis tong sampah medis yang berbeda.

6. Sampah Kimia 

Limbah kimia yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan
medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan penelitian. Limbah kimia juga
meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik.

7. Sampah radioaktif 

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop


berasal dari penggunaan radionucleida medis atau penelitian. Awalnya limbah ini,
antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang
sempurna baik padat, cair dan gas.

3
8. Sampah plastik 

Sampah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya seperti bagasi dissposable terbuat dari
plastik dan peralatan coating dan pasokan medis.

2.3. Teknik Pengolahan Sampah Medis

Pengumpulan Limbah Medis


 Pengumpulan limbah medis dari setiap ruangan penghasil limbah menggunakan troli
khusus yang tertutup.
 Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling
lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.

Persyaratan Pewadahan Limbah Medis


Syarat tempat pewadahan limbah medis, antara lain :
 Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
 Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang
terpisah dengan limbah non-medis.
 Kantong plastik di angkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah terisi
limbah.
 Untuk benda-benda tajam hendaknya di tampung pada tempat khusus (safety box)
seperti botol atau karton yang aman.
 Sayarat benda tajam harus ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol,
jeregen atau karton yang aman.
 Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang tidak langsung kontak
dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila akan
dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah di pakai dan
kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.

4
Persyaratan Label dan Wadah
Standar lain yang harus dipenuhi dalam pewadahan limbah medis ini menyangkut
penggunaan label yang sesuai dengan kategori limbah. Detail warna dan lambah label
pada wadah limbah medis sebagai berikut :
Standar pewadahan dan penggunaan kode dan label limbah medis ini berfungsi untuk
memilah-milah limbah diseluruh rumah sakit sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan di
tempat sumbernya :
Beberapa ketentuan juga memuat hal berikut ini
1. Bangsal harus memiliki minimal dua macam tempat limbah, satu untuk limbah medis
(warna kuning) dan satunya lagi untuk non-medis (warna hitam).
2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah medis.
3. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai limbah
non-medis.
4. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah medis
dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.

Standar Pengolahan dan Pemusnahan

5
 Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan
akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
 Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan
dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan
pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insinerator.

2.4. Insinerasi (Incineration)


Insinerasi merupakan suatu teknologi pengolahan limbah padat dengan cara
membakar limbah pada temperatur tinggi yaitu pada suhu lebih dari 800ºC dengan
tujuan untuk mereduksi sampah mudah terbakar (combustible) yang sudah tidak
dapat didaur ulang lagi, membunuh bakteri, virus dan kimia toksik. Sedangkan
pada limbah B3 yaitu untuk mengurangi sifat-sifat berbahaya seperti racun dan
radiasi. Insinerator dapat digunakan terhadap berbagai macam limbah organik,
termasuk minyak, pelarut, bahan farmasi, dan pestisida (Latief, A.S, 2012).

Berdasarkan data penelitian EPA (Enviromental Protection Agency) dan


pengalaman operasional industri mengindikasikan bahwa insinerator salah satu
teknologi terbaik untuk berbagai limbah. Menurut sejarahnya, insinerasi adalah
teknologi yang paling sering digunakan untuk mengolah limbah medis. Insinerator
dapat mereduksi volume limbah sebesar 90%. Teknologi insinerasi merupakan
cara pengolahan yang baik bagi materi yang mudah terbakar dan memiliki nilai
kalor yang memadai. Sampah berbahaya yang patogenik seperti sampah dari
rumah sakit terutama untuk sampah medis yang berkategori sampah infeksius,
sangat baik ditangani dengan cara ini. Mikroorganisme patogen dalam sampah
infeksius dapat dimusnahkan dalam insinerator yang baik karena adanya panas
yang tinggi. Waktu tinggal sampah serta temperatur operasi merupakan parameter
tertentu dalam keberhasilan proses insinerasi sampah medis.

Pada limbah medis infeksius, proses insinerasi yang utama adalah detruksi
organisme infeksius yang terkandung pada limbah tersebut, sedangkan operasi
tambahannya adalah untuk meminimalisir kandungan organik dan mengontrol
emisi pembakaran. Insinerator yang dirancang baik, mampu menghancurkan
kandungan organik yang berbahaya dari limbah B3. Sebaliknya, perancangan dan
pengoperasian insinerator yang tidak sempurna akan membahayakan kesehatan

6
manusia dan lingkungan, melalui emisi gas beracun dan pencemar lain ke
atmosfer (Nurhayati, I., 2011).

2.5. Jenis-Jenis Insinerator

Jenis incinerator yang paling umum diterapkan ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized
bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air
unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat
tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan. (Gunadi P. 2004).
1). Incinerator Rotary Kiln
Tipe ini cocok untuk menginsinerasi limbah yang mempunyai kandungan air (water
content) yang cukup tinggi dan volumenya cukup besar. System incinerator ini berputar pada
bagian Primary Chamber, dengan tujuan untuk mendapatkan pembakaran limbah yang
merata keseluruh bagian. Proses pembakarannya sama dengan type static, terjadi dua kali
pembakaran dalam Ruang Bakar 1 (Primary Chamber) untuk limbah dan Ruang Bakar 2
(Seacondary Chamber) untuk sisa-sisa gas yang belum sempurna terbakar dalam Primary
Chamber. (Gunadi P. 2004)

Gambar 1. Incinerator Rotary Kiln

2). Multiple Hearth Incinerator


7
Multiple Hearth Incinerator, yang telah digunakan sejak pertengahan tahun 1900-an,
terdiri dari suatu kerangka lapisan baja tahan api dengan serangkaian tungku (hearth) yang
tersusun secara vertikal, satu di atas yang lainnya dan biasanya berjumlah 5-8 buah tungku,
shaft rabble arms beserta rabble teeth-nya dengan kecepatan putaran 3 /4 – 2 rpm.
Umpan sampah dimasukkan dari atas tungku secara terus menerus dan abu hasil
proses pembakaran dikeluarkan melalui silo. Burner dipasang pada sisi dinding tungku
pembakar di mana pembakaran terjadi. Udara diumpan masuk dari bawah, dan sampah
diumpan masuk dari atas. Limbah yang dapat diproses dalam multiple hearth incinerator
memiliki kandungan padatan minimum antara 15-50 %-berat. Limbah yang kandungan
padatannya di bawah 15 %-berat padatan mempunyai sifat seperti cairan daripada padatan.
Limbah semacam ini cenderung untuk mengalir di dalam tungku dan manfaat rabble tidak
akan efektif. Jika kandungan padatan di atas 50 % berat, maka lumpur bersifat sangat viscous
dan cenderung untuk menutup rabble teeth. Udara dipasok dari bagian bawah furnace dan
naik melalui tungku dengan membawa produk pembakaran dan partikel abu. (Gunadi P.
2004)

Gambar 2. Multiple Hearth Incinerator

8
3). Fluidized Bed Incinerator
Fluidized bed incinerator adalah sebuah tungku pembakar yang menggunakan media
pengaduk berupa pasir seperti pasir kuarsa atau pasir silika, sehingga akan terjadi
pencampuran (mixing) yang homogen antara udara dengan butiran-butiran pasir tersebut.
Mixing yang konstan antara partikel-partikel mendorong terjadinya laju perpindahan panas
yang sangat cepat serta terjadinya pembakaran sempurna. Fluidized bed incinerator
berorienrasi bentuk tegak lurus, silindris, dengan kerangka baja yang dilapisi bahan tahan api,
berisi hamparan pasir (sand bed) dan distributor untuk fluidasi udara. Fluidized bed
incinerator normalnya tersedia dalam ukuran berdiameter dari 9 sampai 34 ft. Pembakaran
dengan teknologi fluidized bed merupakan satu rancangan alternatif untuk pembakaran
limbah padat. Harapan pasir tersebut diletakkan di atas distributor yang berupa grid logam
dengan dilapisi bahan tahan api. Grid ini berisi suatu pelat berpori nosel-nosel injeksi udara
atau tuyere di mana udara dialirkan ke dalam ruang bakar untuk menfluidisasi hamparan
(bed) tersebut. Aliran udara melalui nosel menfluidisasi hamparan sehingga berkembang
menjadi dua kali volume sebelumnya.
Fluidisasi meningkatkan pencampuran dan turbulensi serta laju perpindahan panas
yang terjadi. Bahan bakar bantu digunakan selama pemanasan awal untuk memanaskan
hamparan sampai temperatur operasi sekitar 750 sampai 900 ͦC sehingga pembakaran dapat
terjaga pada temperatur konstan. Dalam beberapa instalasi, suatu sistem water spray
digunakan untuk mengendalikan temperatur ruang bakar. Fluidized bed incinerator telah
digunakan untuk macam-macam limbah termasuk limbah perkotaan damn limbah lumpur.
Reaktor unggun atau hamparan fluidisasi (fluidized bed) meningkatkan penyebaran umpan
limbah yang datang dengan pemanasan yang cepat sampai temperatur pengapiannya
(ignition) serta meningkatkan waktu kontak yang cukup dan juga kondisi pencampuran yang
hebat untuk pembakaran sempurna. Pembakaran normalnya terjadi sendiri, kemudian sampah
hancur dengan cepat, kering dan terbakar di dalam hamparan pasir. Laju pembakaran sampah
meningkat oleh kontak langsung dengan partikel hamparan yang panas. Aliran udara
fluidisasi meniup abu halus dari hamparan. Gas-gas pembakaran biasanya diproses lagi di
wet scrubber dan kemudian abunya dibuang secara landfill. (Gunadi P. 2004)

Gambar 3. Fluidized Bed Incinerator

9
2.6. Cara Pengoperasian Incenerator

10
11
12
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/262/8/REPOSITORY%20BAB%20II.pdf

https://rumah-stainless-fiberglass.com/blog/macamsampahnonmedis/

http://www.indonesian-publichealth.com/prosedur-pengelolaan-limbah-medis/

Christian, H., 2008, “Modifikasi Sistem Burner dan Pengujian aliran dingin Fluidized Bed Incinerator”
Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Jakarta.

http://eprints.polsri.ac.id/90/3/BAB%20II%20Laporan%20T.pdf

https://www.scribd.com/doc/295019616/Cara-Mengoperasikan-Incinerator

13

Anda mungkin juga menyukai