Kelompok 6 :
PROGRAM STUDI
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nyalah,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sampah Medis Dan
Pengelolaan Sampah Medis Dengan Incenerator” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa yang diungkapkan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis, sehingga
akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis apabila mendapatkan kritikan dan saran
yang membangun makalah ini sehingga selanjutnya akan lebih baik dan sempurna.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak dan sebagai media pembelajaran pengelolaan sampah khususnya dalam segi
teoritis sehingga dapat membuka wawasan ilmu pengetahuan serta akan menghasilkan yang
lebih baik di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak sampai tersusunnya makalah ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sampah medis atau limbah medis adalah sampah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan
gigi, veteranary, farmasi atau yang sejenis, penelitian, pengobatan, perawatan, penelitian atau
pendidikan yang menggunakan bahan-bahan yang beracun, infeksius, berbahaya atau bisa
membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu (Asmadi, 2013).
Menurut (Depkes RI, 2000) tentang Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, limbah medis
adalah berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan
yang mana dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengujung,
masyarakat terutama bagi petugas yang menanganinya.
Sampah medis merupakan limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan
terhadap pasien. Diantaranya juga termasuk didalam kegiatan medis di ruang poloklinik,
perawatan, bedah, kebidanan, otopsi dan ruang laboratorium. Limbah padat medis sering juga
disebut sampah biologis. Sampah medis juga dapat diartikan sesuatu bahan padat yang terjadi
karena berhubungan dengan aktifitas manusia yang tidak dipakai lagi, tidak disenangi dan
dibuang secara saniter, kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia.
1
2.2. Jenis-Jenis Sampah Medis
Sampah benda tajam adalah objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Sebagai
contoh: jarum suntik, persediaan intervena, pasteur pipet, pecahan kaca, pisau bedah.
Selain meliputi limbah benda tajam yang mungkin terkontaminasi dengan darah,
cairan tubuh, bahan mikrobiologi, beracun atau bahan radioaktif.
2. Sampah menular
2
limbah, operasi limbah, dialisis Unit limbah dan peralatan yang terkontaminasi (wast
medis).
4. Sampah Citotoksik
5. Sampah Farmasi
6. Sampah Kimia
Limbah kimia yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan
medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan penelitian. Limbah kimia juga
meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik.
7. Sampah radioaktif
3
8. Sampah plastik
Sampah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya seperti bagasi dissposable terbuat dari
plastik dan peralatan coating dan pasokan medis.
4
Persyaratan Label dan Wadah
Standar lain yang harus dipenuhi dalam pewadahan limbah medis ini menyangkut
penggunaan label yang sesuai dengan kategori limbah. Detail warna dan lambah label
pada wadah limbah medis sebagai berikut :
Standar pewadahan dan penggunaan kode dan label limbah medis ini berfungsi untuk
memilah-milah limbah diseluruh rumah sakit sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan di
tempat sumbernya :
Beberapa ketentuan juga memuat hal berikut ini
1. Bangsal harus memiliki minimal dua macam tempat limbah, satu untuk limbah medis
(warna kuning) dan satunya lagi untuk non-medis (warna hitam).
2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah medis.
3. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai limbah
non-medis.
4. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah medis
dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.
5
Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan
akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan
dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan
pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insinerator.
Pada limbah medis infeksius, proses insinerasi yang utama adalah detruksi
organisme infeksius yang terkandung pada limbah tersebut, sedangkan operasi
tambahannya adalah untuk meminimalisir kandungan organik dan mengontrol
emisi pembakaran. Insinerator yang dirancang baik, mampu menghancurkan
kandungan organik yang berbahaya dari limbah B3. Sebaliknya, perancangan dan
pengoperasian insinerator yang tidak sempurna akan membahayakan kesehatan
6
manusia dan lingkungan, melalui emisi gas beracun dan pencemar lain ke
atmosfer (Nurhayati, I., 2011).
Jenis incinerator yang paling umum diterapkan ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized
bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air
unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat
tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan. (Gunadi P. 2004).
1). Incinerator Rotary Kiln
Tipe ini cocok untuk menginsinerasi limbah yang mempunyai kandungan air (water
content) yang cukup tinggi dan volumenya cukup besar. System incinerator ini berputar pada
bagian Primary Chamber, dengan tujuan untuk mendapatkan pembakaran limbah yang
merata keseluruh bagian. Proses pembakarannya sama dengan type static, terjadi dua kali
pembakaran dalam Ruang Bakar 1 (Primary Chamber) untuk limbah dan Ruang Bakar 2
(Seacondary Chamber) untuk sisa-sisa gas yang belum sempurna terbakar dalam Primary
Chamber. (Gunadi P. 2004)
8
3). Fluidized Bed Incinerator
Fluidized bed incinerator adalah sebuah tungku pembakar yang menggunakan media
pengaduk berupa pasir seperti pasir kuarsa atau pasir silika, sehingga akan terjadi
pencampuran (mixing) yang homogen antara udara dengan butiran-butiran pasir tersebut.
Mixing yang konstan antara partikel-partikel mendorong terjadinya laju perpindahan panas
yang sangat cepat serta terjadinya pembakaran sempurna. Fluidized bed incinerator
berorienrasi bentuk tegak lurus, silindris, dengan kerangka baja yang dilapisi bahan tahan api,
berisi hamparan pasir (sand bed) dan distributor untuk fluidasi udara. Fluidized bed
incinerator normalnya tersedia dalam ukuran berdiameter dari 9 sampai 34 ft. Pembakaran
dengan teknologi fluidized bed merupakan satu rancangan alternatif untuk pembakaran
limbah padat. Harapan pasir tersebut diletakkan di atas distributor yang berupa grid logam
dengan dilapisi bahan tahan api. Grid ini berisi suatu pelat berpori nosel-nosel injeksi udara
atau tuyere di mana udara dialirkan ke dalam ruang bakar untuk menfluidisasi hamparan
(bed) tersebut. Aliran udara melalui nosel menfluidisasi hamparan sehingga berkembang
menjadi dua kali volume sebelumnya.
Fluidisasi meningkatkan pencampuran dan turbulensi serta laju perpindahan panas
yang terjadi. Bahan bakar bantu digunakan selama pemanasan awal untuk memanaskan
hamparan sampai temperatur operasi sekitar 750 sampai 900 ͦC sehingga pembakaran dapat
terjaga pada temperatur konstan. Dalam beberapa instalasi, suatu sistem water spray
digunakan untuk mengendalikan temperatur ruang bakar. Fluidized bed incinerator telah
digunakan untuk macam-macam limbah termasuk limbah perkotaan damn limbah lumpur.
Reaktor unggun atau hamparan fluidisasi (fluidized bed) meningkatkan penyebaran umpan
limbah yang datang dengan pemanasan yang cepat sampai temperatur pengapiannya
(ignition) serta meningkatkan waktu kontak yang cukup dan juga kondisi pencampuran yang
hebat untuk pembakaran sempurna. Pembakaran normalnya terjadi sendiri, kemudian sampah
hancur dengan cepat, kering dan terbakar di dalam hamparan pasir. Laju pembakaran sampah
meningkat oleh kontak langsung dengan partikel hamparan yang panas. Aliran udara
fluidisasi meniup abu halus dari hamparan. Gas-gas pembakaran biasanya diproses lagi di
wet scrubber dan kemudian abunya dibuang secara landfill. (Gunadi P. 2004)
9
2.6. Cara Pengoperasian Incenerator
10
11
12
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/262/8/REPOSITORY%20BAB%20II.pdf
https://rumah-stainless-fiberglass.com/blog/macamsampahnonmedis/
http://www.indonesian-publichealth.com/prosedur-pengelolaan-limbah-medis/
Christian, H., 2008, “Modifikasi Sistem Burner dan Pengujian aliran dingin Fluidized Bed Incinerator”
Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Jakarta.
http://eprints.polsri.ac.id/90/3/BAB%20II%20Laporan%20T.pdf
https://www.scribd.com/doc/295019616/Cara-Mengoperasikan-Incinerator
13