Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH TEKNOLOGI SARANA DAN PRASARANA RUMAH SAKIT

KONSEP DAN STANDAR PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS DAN NON MEDIS


DI RUMAH SAKIT

Dosen Pengampu : Safari Hasan S.IP.,M.MRS

Oleh :
Medica Selvia Maharani (10821014)

PROGAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
INSITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis
mampu menyelesaikan Makalah Teknologi Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit dengan
judul ” Konsep Dan Standar Pengolahan Limbah Medis Dan Non Medis Di Rumah Sakit”
ini dengan tepat waktu.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Safari Hasan


S.IP.,M.MRS sebagai dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pelayanan Kesehatan
Rumah Sakit yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah ikut berpartisipasi sehingga
makalah ini selesai tepat pada waktunya.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para


pembaca serta seluruh masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa untuk
kedepannya. Sebagai penyusun makalah pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan.
Begitu pula dalam penyusunan makalah ini yang mempunyai banyak kekurangan. Untuk
itu penulis sangat mengharap kritik dan saran yang membangun demi peningkatan
makalah kami yang selanjutnya.

Kediri, 10 Juli 2023

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Limbah medis dan non medis merupakan jenis limbah yang dihasilkan oleh
rumah sakit. Limbah dari rumah sakit berbeda dengan limbah dari perusahaan atau
rumah tangga, khususnya dari segi karakteristiknya. Limbah medis dan non medis
bisa menjadi tempat bertumpuknya organisme penyebab penyakit dan menjadi
sarang serangga dan tikus, limbah ini juga mengandung berbagai bahan kimia
beracun dan benda tajam yang bisa menyebabkan masalah kesehatan dan cedera.
Partikel debu yang terdapat dalam limbah menyebabkan pencemaran udara yang
akan menimbulkan penyakit dan mencemari peralatan medis dan makanan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2019 tentang Kesehatan lingkungan rumah sakit dan PP no 74 tahun 2001 tentang
pengelolaan limbah rumah sakit, B3, juga dapat membahayakan kesehatan
masyarakat sekitar karena limbah rumah sakit limbah infeksius yang sebagian
besar terkontaminasi bakteri, virus, dan bahan radioaktif dan B3.

Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya memiliki kewajiban untuk


memelihara lingkungan dan kesehatan masyarakat, serta memiliki tanggung jawab
khusus terkait dengan limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit itu sendiri.
Kewajiban tersebut termasuk kewajiban untuk memastikan bahwa penanganan,
pengolahan dan pembuangan limbah tidak menyebabkan efek kesehatan yang
merugikan dan lingkungan. Dengan diterapkannya kebijakan terkait pengelolaan
limbah layanan kesehatan, fasilitas medis dan lembaga penelitian semakin dekat
dalam pemenuhan yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan
aman bagi karyawannya maupun masyarakat sekitar. Kewajiban dalam
pengelolaan limbah yang dihasilkan sudah diatur dalam UU No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan. Konsep dan standar
pengolahan limbah yang baik bertujuan untuk untuk meningkatkan efisiensi,
keamanan, dan dampak lingkungan dari pengelolaan limbah. Penerapan teknologi

3
dan metode yang inovatif dapat membantu rumah sakit dalam mengelola limbah
dengan lebih baik.

1.2. Rumusan Masalah

1 Apa yang dimaksud dengan limbah medis dan non medis dan bagaimana
klasifikasinya?
2 Bagaimana metode pengolahan limbah medis dan non medis di rumah sakit?
3 Apa saja standar dan peraturan yang harus diikuti oleh rumah sakit dalam
pengelolaan limbah medis dan non-medis?
4 Apa saja pengaruh limbah medis dan non medis terhadap lingkungan dan
kesehatan?

1.3. Tujuan

1. Untuk menetahui definisi dan klasifikasi limbah medis dan non medis di rumah
sakit?
2. Untuk menetahui metode pengolahan limbah medis dan non medis di rumah
sakit?
3. Untuk mengetahui standar dan peraturan yang harus diikuti oleh rumah sakit
dalam pengelolaan limbah medis dan non-medis?
4. Untuk mengetahui saja pengaruh limbah medis dan non medis terhadap
lingkungan dan kesehatan?

4
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Definisi Limbah medis dan Non Medis

1. Limbah medis

Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan oleh fasilitas kesehatan


seperti rumah sakit, klinik, laboratorium medis, apotek, atau pusat perawatan
kesehatan lainnya. Limbah medis dapat mencakup berbagai jenis bahan yang
berasal dari proses diagnosa, perawatan, atau pencegahan penyakit pada
manusia atau hewan. Limbah medis memiliki karakteristik khusus karena dapat
mengandung bahan infeksius, bahan kimia berbahaya, atau bahan berpotensi
radioaktif. Secara umum limbah medis dibagi menjadi limbah medis padat dan
limbah medis cair.

1. Limbah medis padat


Klasifiksi limbah medis padat dapat dikategorikan berdasarkan
potensi bahaya yang ada di dalamnya, serta volume dan sifat
persistensinya yang menimbulkan masalah:
a. Limbah benda tajam merupakan benda atau alat yang memiliki sudut
tajam, ujung bagian yang menonjol yang dapat memotong atau
menusuk kulit, seperti jarum suntik, pipet pasteur, pisau bedah, dan
alat tajam lainnya yang digunakan dalam prosedur medis. Limbah
benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan
cedera melalui robekan atau tusukan. Benda tajam yang dibuang
dapat terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, mikrobiologi, bahan
beracun atau radioaktif. Limbah benda tajam juga memiliki potensi
bahaya tambahan yang dapat menyebabkan infeksi atau cedera
karena mengandung bahan kimia atau radioaktif. Selain itu limbah
benda tajam juga berpotensi menularkan penyakit yang sangat besar
bila benda tajam tersebut digunakan untuk pasien infeksi atau
penyakit infeksi.

5
b. Limbah infeksius merupakan limbah yang terkait dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular atau pasien yang membutuhkan
perawatan yang intensif. Limbah infeksius juga bisa berasal dari
laboratorium yang berhubungan dengan mikrobiologi rumah sakit atau
ruang perawatan atau ruang isolasi penyakit menular
c. Limbah sitotoksik merupakan bahan yang perpotensi terkontaminasi
dengan obat sitotoksik selama penanganan, transportasi atau
tindakan terapeutik sitotoksik dan harus dimusnahkan melalui
incinerator suhu diatas 1.000 derajar celcius. Tempat pengumpulan
limbah sitotoksik setelahnya harus dikosongkan kemudian
dibersihkan dan lalu diberi disinfeksitan.
d. Limbah farmasi merupakan limbah yang berasal dari sisa-sisa obat,
obat kadaluwarsa, atau produk farmasi yang dibuang karena tidak
memenuhi spesifikasi atau kemasan obat yang terkontaminasi.
e. Limbah kimia merupakan limbah yang dihasilkan dari penggunaan
bahan kimia berbahaya seperti bahan pembersih, bahan radiologi,
atau bahan kimia lain yang digunakan dalam perawatan pasien.
Limbah kimia harus ditangani dengan aman dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
f. Limbah anatomis: Jaringan organ tubuh atau bagian tubuh yang
diangkat selama operasi, biopsi, atau autopsi. Limbah anatomis perlu
dikelola dengan benar untuk mencegah penyebaran penyakit dan
mematuhi persyaratan kebersihan.
g. Limbah radioaktif merupakan bahan yang terkontaminasi radio
isotope yang berasal dari penggunaan medis atau penelitian radio
nukleida.

2. Limbah medis cair


Limbah medis cair adalah limbah medis berbentuk cair yang
dihasilkan oleh rumah sakit, limbah ini umunya mengandung bahan
infeksius, bahan bahan kimia berbahaya, atau bahan lain yang harus
dikelola dengan baik agar tidak merusak lingkungan atau menimbulkan
risiko kesehatan. Contoh limbah cair medis antara lain:

6
a. Cairan tubuh, merupakan jenis limbah medis cair yang dapat
berupa darah, urin, feses, lender, atau cairan tubuh lainnya yang
dihasilkan selama prosedur medis atau perawatan pasien.
b. Cairan kimia, merupakan limbah medis yang mengandung bahan
kimia berbahaya yang digunakan untuk diagnosis atau perawatan,
seperti disinfektan,larutan pembersih, atau bahan radiologi
c. Limbah dari mesin dan peralatan medis, merupakan jenis limbah
yang berasal dari beberapa peralatan atau mesin medis di rumah
sakit, misalnya air limbah dari pencuci endoskopi, mesin dialysis,
atau peralatan laboratorium.

2. Limbah Non Medis

Limbah non medis adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit selain kegiatan medis di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.
Limbah non medis terdiri dari dua jenis yaitu limbah non medis cair dan padat.
Beberapa contoh limbah non-medis meliputi:

1. Limbah non medis cair


Limbah non medis cair merupakan limbah cair yang dihasilkan di
rumah sakit atau fasilitas kesehatan, yang bukan berasal dari kegiatan
medis atau perawatan pasien. Limbah cair non-medis ini umumnya
berasal dari kegiatan administrasi, operasional, atau pelayanan umum di
dalam rumah sakit. Limbah ini terdiri dari:
a. Limbah cair dari kegiatan pembersihan: Limbah cair yang dihasilkan
dari kegiatan pembersihan, seperti air limbah dari mop, pembersih
lantai, atau sanitasi area umum di rumah sakit.
b. Limbah cair dari kegiatan makanan: Limbah cair yang dihasilkan
dari area dapur atau kafetaria, seperti air limbah dari mencuci piring,
mencuci makanan, atau sisa cairan dari persiapan makanan.
c. Limbah cair dari sistem pendingin atau pemanas: Limbah cair yang
dihasilkan dari sistem pendingin atau pemanas di dalam rumah
sakit, seperti air kondensat dari pendingin udara atau boiler.

7
d. Limbah cair dari kegiatan administrasi: Limbah cair yang dihasilkan
dari kegiatan administrasi, seperti air limbah dari mesin fotokopi
atau pencetakan, air limbah dari peralatan kantor, atau sisa cairan
dari proses produksi dokumen.

2. Limbah non medis padat


Limbah non medis padat merupakan limbah padat yang dihasilkan
di dalam rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang bukan berasal dari
kegiatan medis atau perawatan pasien. Limbah padat non-medis ini
umumnya berasal dari kegiatan administrasi, operasional, atau
pelayanan umum di dalam rumah sakit. Limbah ini terdiri dari:
a. Kertas dan kardus: Termasuk kertas bekas, dokumen tidak terpakai,
kotak kemasan, atau karton bekas yang dihasilkan dari kegiatan
administrasi atau pengiriman barang di rumah sakit.
b. Plastik: Termasuk bungkus plastik, botol plastik, atau wadah plastik
bekas dari kegiatan administrasi atau penggunaan umum di rumah
sakit.
c. Limbah makanan: Sisa makanan yang tidak terkonsumsi, kulit atau
bagian makanan yang tidak dapat dimakan, atau limbah dapur
lainnya yang dihasilkan dari kegiatan kafetaria atau layanan
makanan di rumah sakit.
d. Limbah pembersihan: Termasuk serpihan, kain lap, atau alat
pembersih lainnya yang digunakan dalam kegiatan pembersihan
area umum atau ruangan di rumah sakit.
e. Limbah elektronik: Termasuk peralatan elektronik yang sudah tidak
terpakai atau rusak, seperti komputer, printer, telepon, atau
perangkat elektronik lainnya yang digunakan dalam kegiatan
administrasi di rumah sakit.
f. Limbah dari perawatan fasilitas: Termasuk limbah dari perawatan
dan pemeliharaan gedung atau fasilitas, seperti limbah dari
perbaikan bangunan, limbah cat, limbah dari sistem pemanas atau
pendingin, atau limbah dari kegiatan taman di rumah sakit.

8
2. 2 Pengolahan Limbah Medis Dan Non Medis Di Rumah Sakit

Limbah medis harus dikelola dengan baik dan benar mempertimbangkan


potensi bahaya yang dapat terjadi jika manajemen yang salah. Ada beberapa
persyaratan untuk mengelola limbah medis berdasarkan bentuknya meliputi:

1. Limbah Medis Padat


a. Pengurangan limbah
1) Upaya pengurangan limbah dilakukan oleh setiap rumah sakit dari
mulai dimana limbah itu dihasilkan
2) Penggunaan bahan kimia dan B3 harus dikelola dan diawasi oleh
setiap rumah sakit
3) Penggunaan bahan kimia dan farmasi harus dikelola dalam hal stok
agar menghindari terjadinya bahan yang expired date.
4) Kegiatan pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan limbah padat
rumah sakit harus menggunakan peralatan yang sesuai dilisensikan
atau disertifikasi oleh badan/badan tertentu dengan otoritas.

b. Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang


1) Pemisahan limbah wajib dilakukan oleh setiap penghasil limbah.
2) Pemisahan harus dilakukan apabila ada limbah yang akan
dimanfaatkan kembali.
3) Harus disediakan suatu wadah yang anti bocor, anti tusuk untuk
menampung dan mengumpulkan limbah benda tajam yang tertutup dan
tidak mudah terbuka agar tidak dimanfaatkan oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab.
4) Pemisahan jarum dan semprit dimungkinkan jika tersedia dukungan
teknologi, tidak dilakukan secara manual. Pemisahan ini pada dasarnya
bertujuan untuk tidak mampu gunakan lagi. Namun, ini sering
bertentangan dengan Komisi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) rumah sakit, di mana terpisah dari jarum dan alat suntik ini potensi
tusukan jarum menyebabkan infeksi kecelakaan kerja dan nosokomial.

9
5) Semua limbah medis harus disterilkan padatan yang akan digunakan
kembali dan digunakan. Pengembalian ini harus disahkan oleh
Kementerian Lingkungan.
6) Jarum suntik yang digunakan harus jarum suntik sekali pakai. Meskipun
ada teknologi sterilisasi yang memungkinkan penggunaan kembali
jarum suntik setelah pengobatan, tetapi tidak dianjurkan.
7) Tempatkan limbah padat medis dalam wadah berlabel sesuai standar,
yaitu:

8) Rumah sakit dilarang melakukan kegiatan daur ulang kecuali mereka


diizinkan untuk digunakan kembali dari otoritas otoritas.
9) Pengumpulan limbah sitotoksik dilakukan dengan cara gunakan wadah
yang memenuhi kriteria “kuat, anti bocor dan diberi label limbah
sitotoksik."

10
c. Pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan limbah medis padat di
lingkungan rumah sakit
1) Pengumpulan dilakukan di tempat tertutup (tanpa dapat menggunakan
sampah terbuka)
2) Pengangkutan dilakukan dari masing-masing sumber sampah.
Transportasi dalam troli tertutup dan tidak dapat dicampur limbah padat
non medis.
3) Limbah medis dapat disimpan dan disimpan di lokasi penyimpanan
sementara, tetapi penyimpanan lama harus maksimum “48 jam pada
musim hujan dan maksimum 24 jam di musim kemarau”

d. Pengumpulan, pengemasan, dan transportasi di luar rumah sakit


1) Limbah medis padat dikumpulkan dan dikemas di lokasi itu kuat.
2) Limbah medis yang terkumpul dapat diangkut ke luar rumah sakit
menggunakan kendaraan khusus, tidak dapat menggunakan kendaraan
yang biasa mereka gunakan mengangkut penumpang atau lainnya.

e. Pengolahan dan pemusnahan


1) Dilarang membuang limbah medis padat ke pembuangan langsung
limbah domestik sebelum limbah dipastikan aman bagi kesehatan.
2) Mengolah atau memusnahkan limbah medis padat yang
diimplementasikan dengan cara tertentu dan sesuai dengan teknologi
kapasitas rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan
cara pemanasan (autoklaf) atau dengan cara pembakaran (insinerator).

2. Limbah Padat Non Medis


a. Pemilahan dan Pewadahan
1) Rumah sakit harus melakukan pemisahan antara limbah padat non
medis dengan limbah padat medis. Limbah padat non medis dimasukan
dalam kantong plastik berwarna hitam.
2) Pewadahan. Pewadahan harus dilapisi kantong plastik warna hitam
sebagai pembungkus dan diberi lambang “domestik” warna putih.
Kepadatan lalat harus kurang dari 2 (dua) ekor per block grill di sekitar
limbah, apabilah melebihi maka perlu dilakukan pengendalian alat.

11
b. Pengumpulan, Penyimpanan dan Pengangkutan
1) Upaya pengendalian harus dilakukan jika level kepadatan alat di
tempat penampungan sementara lebih tinggi dari 20 individu per blok
grill atau tikus muncul di siang hari.
2) Pengendalian serangga dan hewan yang mengganggu harus
dilakukan minimal sebulan sekali (dengan syarat normal).

c. Pengolahan dan Pemusnahan


Pengolahan dan pembuangan limbah padat non medis harus
dilakukan sesuai dengan kebijakan dan peraturan untuk menerapkan.

3. Limbah Cair
Sebelum membuang limbah cair rumah sakit (effluent) dibuang ke badan
air atau lingkungan harus memenuhi baku mutu yang berlaku sesuai dengan
“Keputusan Menteri Lingkungan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Rumah Sakit dan/atau peraturan daerah”.

4. Limbah Gas
Limbah gas yang dihasilkan dari kegiatan domestik rumah sakit,
khususnya pembuangan limbah medis harus mengacu pada ketentuan yang
betlaku.

2. 3 Standar Dan Peraturan Yang Harus Diikuti Oleh Rumah Sakit Dalam
Pengelolaan Limbah Medis Dan Non-Medis Di Rumah Sakit

Pengelolaan limbah di rumah sakit sudah dilaksanakan sejak limbah itu


dihasilkan dari sumbernya, dikumpulkan, disortir, dikumpulkan, ditampung, diangkut
sampai dibuang dan/atau dimusnahkan. Setiap upaya pengelolaan harus sesuai dengan
Standard Operating Procedure (SOP) tersedia dan sesuai dengan kebijakan yang
berlaku. Pengelolaan melakukan kesalahan di awal akan mempengaruhi pengelolaan
sampah selanjutnya, untuk mengurangi efektivitas dan efisiensi pengelolaan limbah itu
sendiri, baik limbah medis, non medis dan limbah lainnya. Jadi, khusus pengelolaan
limbah medis padat di rumah sakit adalah sebagai berikut:

12
1. Limbah Medis Padat
a. Pengurangan limbah
1) Cobalah untuk menggunakan bahan minimal menghasilkan
pemborosan dalam pembelian.
2) Gunakanlah bahan kimia seminimal mungkin
3) Prioritaskan metode pembersihan fisik dibandingkan metode
pembersihan menggunkan bahan kimia.
4) Sebisa mungkin hindari menggunakan bahan yang dapat menjadi
limbah.
5) Tindak lanjut dari pembelian sampai menjadi limbah
6) Tempatkan pesanan sesuai kebutuhan.
7) Gunakan bahan dengan tanggal kedaluwarsa terdekat.
8) Gunakan isi kemasan sampai habis.
9) Periksa tanggal kedaluwarsa masing-masing bahan setiap pembelian
atau pengiriman oleh distributor.

b. Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang


Pemilahan dilakukan dari limbah tersebuti diproduksi, apakah
limbah tersebut masuk ke limbah infeksius, limbah tajam, serta limbah lain
yang sesuai dengan karakteristik limbah di rumah sakit. Limbah medis
dengan karakteristik yang berbeda memiliki pengelolaan yang berbeda
pula, sehingga tindakan klasifikasi ini sangat penting dalam pengelolaan
limbah.
Limbah medis padat dapat ditampung dalam wadah yang
memenuhi syarat yaitu harus berbahan kuat, ringan, tahan karat, kedap air
dan permukaan halus supaya semua permukaan mudah dibersihkan. Pada
rumah sakit, wadah yang sering dijumpai menggunakan bak sampah
tertutup, injak dan plastik (fiberglass, stainless steel) sehingga mudah
dibersihkan dan dapat menghindari infeksi nosokomial. Pewadahan yang
tersedia harus dipisahkan dari limbah padat non medis.

13
Pewadahan dilapisi dengan kantong plastik yang sesuai dengan
karakteristik limbah tersebut, untuk limbah medis umum dengan kategori
infeksius dapat menggunakan kantong plastik berwarna kuning. Limbah
harus diangkut setiap hari atau beberapa kali sehari pada hari ketika 2/3
kantong penuh. Metode pengikatan kantong plastik juga tidak
sembarangan supaya tidak ada limbah yang keluar dari kantong plastik
selama proses pengangkutan berlangsung, khususnya untuk limbah kecil
ataupun cair.
Limbah medis tajam, seperti jarum suntik, vial, pisau operasi dll, harus
ditampung di tempat khusus dikenal sebagai safety box. Safety box wajib
sesuai standar agar tidak terjadi kebocoran, tumpahan atau tertusuk bagi
petugas. Penggunaan safety box untuk limbah tajam secara disposable
dan tidak dibenarkan untuk mengeluarkan isi safety box dan penggunaan
kembali karena terlalu berbahaya bagi petugas. Wadah limbah medis padat
tidak ada kontak langsung dengan limbah (tas berlapis plastik) harus
segera dibersihkan sebelum digunakan kembali. Pembersihan dilakukan
dengan desinfektan. Tidak diperbolehkan untuk digunakan lagi kantong
plastik bekas atau terkontaminasi limbah sebelumnya.
Peralatan medis dapat yang telah digunakan dapat digunakan kembali
setelah melewati tahap sterilisasi. Sterilisasi dapat dilakukan dengan etilen
oksida atau glutaraldehida. Saat menggunakan etilen oksida, sebelum
injeksi tangki reaktor harus dikosongkan. Penggunaan Etilena Oksida
harus dilakukan oleh tenaga terlatih karena sangat berbahaya. Untuk
penggunaan glutaraldehid yang lebih aman tetapi secara mikrobiologi
kurang efektif.

c. Tempat penampungan sementara

14
Limbah medis padat dikumpulkan secara tidak langsung,
dimusnahkan atau dikirim ke pihak luar melalui kerjasama, tetapi perlu
untuk ditampung sementara agar pengolahan dapat dilakukan secara
bersamaan. Namun ada persyaratan lama penampungan yang diatur
dalam standar, di mana menyatakan bahwa maksimal 24 jam limbah sudah
harus dibakar untuk rumah sakit yang memiliki insinerator. Sedangkan
apabila tidak memiliki insinerator, maka rumah sakit dapat bekerja sama
dengan pihak berlisensi pengangkutan dan/atau pengolahan dalam waktu
24 jam apabila disimpan pada suhu ruang. Dengan kata lain TPS
diperlukan sebelum dibawa untuk pengelolaan lebih lanjut. TPS harus
berada di tempat yang terbuka dan mudah dijangkau oleh kendaraan,
aman, bersih dan selalu kering.

d. Transportasi
Transportasi limbah rumah sakit merupakan suatu kegiatan
pengangkutan limbah medis padat dari penghasil limbah ke TPS dan dari
TPS keluar rumah sakit. Limbah medis padat yang telah dikumpulkan
dalam kantong plastik jika sudah terisi 2/3 dan/atau 1 x 24 jam harus
segera diangkut ke TPS. Pengangkutan menggunakan troli tertutup dan
tidak tercampur dengan limbah padat non medis. Troli harus mudah
dibersihkan, tidak berserakan, dan petugas menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) saat pengangkutan. Jalur pengangkutan adalah jalur yang
berbeda dengan antrian pasien dan jalur transportasi makanan. Jika
jalurnya sama, maka jam angkutnya harus berbeda dengan jadwal
distribusi makanan. APD yang harus digunakan oleh petugas, yaitu tutup
kepala yang mudah dibersihkan, seperti topi atau helm, masker, kacamata
(goggles), pakaian kerja yang menutupi leher, badan, tangan hingga ujung
kaki, apron, sepatu boot atau sepatu yang tertutup dan sarung tangan
khusus.

15
Untuk rumah sakit yang tidak memiliki insinerator atau teknologi
lain dan harus mengirimkan limbah padat medis ke pihak lain, sehingga
kegiatan transportasi tidak hanya melalui TPS. TPS digunakan sebagai
deposit pemindahan, kemudian limbah diangkut untuk diproses lebih lanjut
oleh pihak lain yang berizin. Pengangkutan dapat dilakukan oleh
pengangkut yang berlisensi. Pengangkutan dapat dilakukan menggunakan
kendaraan beroda 4 (empat) atau lebih, bisa juga dengan roda 3 (tiga),
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan tentang angkutan jalan.
Pengangkutan sampah dengan kendaraan bermotor Roda 3 (tiga)
hanya dapat dilaksanakan bila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Kendaraan bermotor tersebut milik pribadi atau barang milik Negara
2) Limbah harus ditempatkan dalam tangki permanen dan tertutup di
belakang pengendara dengan lebar kurang dari 120 cm dan tinggi
kurang dari atau sama dengan 90 cm diukur dari tempat duduk atau
sadel pengendara. Tangki permanen tersebut harus dipasang dengan
simbol yang sesuai karakteristik limbah, limbah harus dikemas dengan
baik sesuai dengan persyaratan pengemasan limbah B3.

Pengangkutan limbah dengan kendaraan roda 3 (tiga) harus


mendapatkan izin kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi jika
pengangkutan dilakukan lintas kabupaten/kota dalam provinsi atau
kabupaten/kota, apabila pengangkutan dilakukan dalam wilayah
kabupaten/kota.

e. Pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padat medis


Pengolahan dilakukan secara termal dengan menggunakan
berbagai peralatan, seperti autoklaf tipe aliran jenis gravitasi dan atau tipe
vakum, gelombang mikro, iradiasi frekuensi radio dan atau insinerator.
Pengolahan hanya dapat dilakukan oleh penghasil sampah berizin. izin ini
dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup setelah memenuhi
persyaratan layanan dan peralatan, serta persyaratan teknis
pengoperasian peralatan dengan limbah B3 secara termal.

16
Ada beberapa persyaratan pada tempat pengolahan limbah medis
padat yaitu tidak memiliki rawan banjir dan tidak rawan bencana alam,
atau dapat direkayasa dengan untuk perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, dengan jarak minimal terdekat 30 meter dari:
1) Jalan umum dan/atau jalan tol.
2) Kawasan pemukiman, perdagangan, hotel, restoran, fasilitas agama
dan pendidikan.
3) Garis pasang surut laut, sungai, pasang surut tambak, danau, rawa,
mata air dan sumur penduduk
4) Kawasan suaka alam, hutan lindung dan/atau kawasan lain yang
dilindungi.

Pengolahan menggunakan insinerator paling sering ditemui.


Operasi insinerator dilarang untuk limbah dengan kategori khusus, seperti
limbah radioaktif B3, limbah B3 yang bersifat mudah meledak atau limbah
merkuri B3. Limbah B3 yang bersifat patologis atau benda tajam dapat
dikubur apabila pada lokasi penghasil limbah patologis dan benda tajam
tidak ada instalasi pengolahan limbah B3 menggunakan alat incinerator
limbah B3 dan penguburan limbah B3 tersebetut harus mendapat
persetujuan penguburan limbah B3 yang diterbitkan oleh Kepala Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota setelah berkoordinasi dengan instansi
terkait yang bertanggung jawab dibidang kesehatan tersebut. Namun cara
penguburannya harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia No 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dinas Kesehatan,
sebagai berikut:

1) Menguburkan limbah B3 di fasilitas penguburan limbah B3 yang


memenuhi syarat teknis penguburan limbah B3.
a. Bebas dari banjir
b. Dengan jarak minimal 20 m dari sumur atau daerah perumahan
c. Kedalaman kuburan minimal 1,8 m.
d. Menyediakan pagar pengaman dan papan penanda limbah B3

17
2) Lubang limbah B3 terisi paling tinggi setengah dari jumlah volume total,
dan ditutup dengan kapur dengan ketebalan minimal 50 cm sebelum
ditutup dengan tanah.
3) Sediakan blok tanah dengan ketebalan paling rendah 10 cm pada
setiap lapisan penimbunan limbah B3.
4) Melakukan pencatatan limbah B3 yang ditimbun
5) Melaksanakan pemeliharaan, pengamanan dan pengawasan untuk
kuburan limbah B3.

2. Limbah padat non medis


Limbah padat non medis di rumah sakit termasuk dalam kategori limbah
jenis domsetik yang pengelolaannya diatur dalam “Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 tentang Sampah dan Limbah
Domestik sejenis limbah rumah tangga” dimana pengelolaannya dilakukan
meliputi upaya pengurangan dan penanganan limbah. Pengurangan limbah
meliputi upaya pengurangan segala sesuatu yang menghasilkan limbah, daur
ulang dan pemanfaatan kembali limbah. Untuk kegiatan daur ulang, dapat
dilakukan dengan peruntukan pihak lain, namun pihak lain tersebut dalam
tindakan pendauran ulang limbah harus memiliki izin usaha dan/atau kegiatan.
Upaya penanganan limbah meliputi limbah non medis padat dilakukan
dengan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemosresan
akhir.
a. Pemilahan limbah padat non medis

18
Setiap penghasil limbah, termasuk rumah sakit harus melakukan
kegiatan pemilahan limbah yang dihasilkan rumah sakit tesebut. Upaya
pemilahan tersebut dilakukan melalui kegiatan pengelompokan limbah
yang mengandung B3, mudah terurai, dapat digunakan kembali dan didaur
ulang. Upaya pemilahan dapat dilakukan sesuai dengan kategori limbah
yang ada, berlabel dan memiliki warna wadah yang berbeda untuk
memudahkan pengelolaan selanjutnya. Sesuai dengan ketentuan untuk
limbah padat non medis menggunakan kantong plastik hitam. Apabila ada
pembedaan antara limbah basah dan kering, maka pewadahan tempatnya
juga harus terpisah, yaitu warna hijau (sampah basah) dan kuning (sampah
kering).

b. Pengumpulan
Pengumpulan limbah non medis padat dilakukan dengan
menggunakan kantong plastik hitam atau wadah (bak sampah) yang harus
dipisahkan dari limbah medis pdat. Wadah harus ditutup dan bahannya
harus mudah untuk dibersihkan. Diupayakan untuk pewadahan agar tidak
terdapat kontak langsung dengan bagian dalam bak sampah. Setelah
terkumpul di masing-masing penghasil limbah, kemudian dilakukan
pengumpulan berikutnya di Tempat Penampungan Sementara (TPS).
Rumah sakit wajib memiliki TPS dimana TPS tersebut berada di daerah
mudah diakses, tidak merusak lingkungan, lokasi luas dan kapasitas sesuai
kebutuhan serta memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan.

c. Pengangkutan
Pengangkutan dilakukan mulai dari sumber limbah tersebut
dihasilkan dengan menggunakan alat angkut (troli), limbah yang tertutup
dibedakan atau dipisah dengan troli yang digunakan untuk mengangkut
limbah medis, yang mudah membersihkan. Pengangkutan dari sumber
limbah dilakukan paling sedikit 2 (dua) kali sehari ke TPS. Hal tersebut
dilakukan supaya terhindar dari penumpukan limbah yang menggangu
estetika, serta menganggu kenyamanan pasien dan mencegah terjadinya
tempat perkembangbiakan vektor dan gangguan serangga dan binatang
pengganggu seperti tikus dan kucing.

19
Setelah limbah padat non medis diangkut ke TPS, maka upaya
pengangkutan berikutnya yang akan dilakukan adalah dengan
menggunakan alat angkut baik roda tiga, truk pick-up atau truk yang sesuai
Permintaan dan kapasitas limbah yang diangkut. Pengangkutan dilakukan
setiap hari ke TPA.

d. Pengolahan
Kegiatan pengolahan limbah padat non medis dapat dilakukan di
rumah sakit jika rumah sakit tersebut memiliki tenaga dan teknologi yang
mendukung. Upaya pengolahan tersebut meliputi kegiatan pemadatan,
pengomposan, daur ulang bahan maupun energi.

e. Pemrosesan akhir
Pengolahan akhir limbah padat non medis dilakukan di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA). Pemerintah kabupaten atau kota sebagai
pelaksana dalam pemrosesan terakhir tersebut. Pemrosesan akhir
biasanya dilakukan dengan metode lahan urug terkendali, metode lahan
urug saniter atau teknologi ramah lingkungan. Lokasi TPA harus
memenuhi: aspek geologi, hidrogeologi, kemiringan zona, zona, jarak
bandara, jarak perumahan, tidak berada di kawasan lindung atau cagar
alam, dan bukan dataran banjir dengan periode ulang 25 tahun, dilengkapi
dengan fasilitas dasar, fasilitas perlindungan lingkungan, fasilitas operasi
dan fasilitas penunjang.

3. Limbah Cair
Sama halnya dengan limbah padat, limbah cair rumah sakit juga harus
dilakukan upaya pegelolaan sejak limbah cair tersebut dihasilkan sampai pada
saat limbah tersebut sebelum pada akhirnya dibuang ke lingkungan.
a. Pemilahan

20
Kegiatan pemilahan limbah cair ini digunakan untuk memastikan
tidak ada limbah padat yang memasuki saluran limbah cair dan yang diolah
adalah limbah yang berbentuk cair. Kegiatan pemilihan ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu dengan bar screen atau penyaring di tempat
pembuangan atau sumber limbah cair sebelum memasuki saluran
pembuangan air limbah. Selain itu, upaya pemilahan juga dilakukan untuk
limbah cair dengan karakteristik tertentu, misalnya pada limbah cair bahan
kimia tertentu harus ada pengenceran, netralisasi dan atau perlakuan
khusus sebelum dibuang ke saluran pembuangan air limbah.

b. Pengumpulan
Pengumpulan limbah cair di rumah sakit dibantu dengan sistem
pipa yang menghubungkan antara muara pembuangan yang berasal dari
sumber limbah dengan penampungan sementara. Ukuran bak penampung
disesuaikan dengan kebutuhan atau kapasitas limbah yang ditampung
sebelum dialirkan ke tangki pengolahan. Pengumpulan dapat dilakukan
dengan memanfaatkan gravitasi apabila bangunan rumah sakit vertikal,
tetapi jika rumah sakit memiliki bentuk memanjang atau horizontal,
pengumpulan harus dibantu oleh pompa. Pemompaan dapat dilakukan
secara otomatis dengan menempatkan pompa celup ke dalam tangki
penampungan atau secara manual ditempatkan di tangki penyimpanan
sementara. Masing-masing sistem tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangannya tersendiri.
Limbah cair yang telah ditampung dalam tangki penyimpanan
sementara akan dialirkan ke tangki penampung utama baik secara otomatis
maupun dengan pendistribusian pompa manual. Kegiatan pengumpulan
mulai dari pendistribusian dan penampungan harus melalui saluran tertutup
dan kedap air. Setelah terkumpul di tangki penampung utama baru akan
dialirkan ke tangki pengolahan untuk diproses lebih lanjut.

c. Pengolahan

21
Berbagai teknologi sudah banyak yang diterapkan dalam
pengolahan limbah, tetapi pada dasarnya pengolahan limbah cair dilakukan
secara fisika, biologi, kimia atau kombinasi dari ketiga proses pengolahan
tersebut. Proses fisika, meliputi screening treatment, ekualisasi,
sedimentasi, dan fluktuasi. Tujuan screening treatment yaitu agar padatan
atau sampah tidak terbawa dalam limbah cair yang dapat mengganggu
proses dan menyebabkan penyumbatan saluran pembuangan. Ekuilasi
dilakukan untuk menjaga agar limbah cair tetap dalam kondisi homogen
dan pH limbah berada di dalam kondisi netral. Apabila homogen telah
netral, maka limbah cair siap untuk pengolahan biologis.
Kegiatan sedimentasi bertujuan untuk memisahkan padatan yang ada di
dalam air dengan bantuan gravitasi sehingga air limbah dihasilkan dengan
lebih jernih. Selain sedimentasi, juga dapat dilakukan flotasi atau
penampungan agar padatan terpisah dari air. Sistem floatasi ini dapat
diimplementasikan ketika, kepadatan partikel kurang dari densitas air
sehingga cenderung mengapung. Biasanya floatasi dilakukan dalam proses
pemisahan lemak dan minyak pengentalan lumpur. Hal ini biasanya
digunakan dalam pra-perawatan dalam gizi dan laundry.

d. Pembuangan
Limbah cair yang telah melewati tahap pengolahan akan dibuang
ke lingkungan. Air buangan limbah cair harus memenuhi standar baku mutu
yang sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbahdan dan
atau peraturan daerah setempat. Pengukuran kualitas yang tepat dengan
baku mutu yang telah ditentukan tersebut wajib dilakukan minimal sebulan
sekali dan dilaporkan ke dinas lingkungan hidup setempat. Pengukuran
harian dilakukan terhadap debit limbah cair baik di pintu masuk maupun di
pintu keluar, serta pengukuran pH harian. Pengukuran debit harian tersebut
dibuat untuk memastikan tidak ada kebocoran saat mendistribusikan
limbah dan mengetahui jumlah limbah cair yang dihasilkan dan diolah.

22
Pengukuran pH harian dilakukan untuk memastikan kualitas pengolahan
dan limbah yang dibuang ke lingkungan berada dalam kondisi stabil dan
tanpa kontaminasi. Berikut baku mutu air limbah bagi usaha dan/ atau
kegiatan fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan Permen LH Nomor 5
Tahun 2014 :
1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang melakukan Pengolahan Limbah
Domestik

2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang melakukannya Pengolahan


Limbah B3
Fasilitas kesehatan yang melakukan pengelolaan limbah B3, yang hasil
pengolahan disalurkan ke IPAL maka wajib memenuhi baku mutu air
limbah dengan parameter tambahan adalah sebagai berikut:

23
24
2. 4 Pengaruh Limbah Medis Dan Non Medis Terhadap Lingkungan Dan
Kesehatan

Limbah medis dan non-medis yang tidak dikelola dengan baik dapat
memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan. Berikut adalah
beberapa dampak yang mungkin timbul akibat limbah medis dan non-medis yang
tidak terkelola dengan baik:

1. Dampak terhadap Lingkungan:


a. Pencemaran Tanah dan Air: Jika limbah medis dan non-medis
mencemari tanah atau terbuang ke dalam sistem air, dapat
menyebabkan pencemaran tanah dan air yang mengancam ekosistem
dan sumber daya alam.
b. Pencemaran Udara: Pembakaran limbah medis yang tidak terkontrol
atau pembuangan limbah non-medis yang terbakar dapat menghasilkan
polusi udara dan emisi gas berbahaya yang merugikan kualitas udara.
c. Kerusakan Ekosistem: Limbah kimia berbahaya atau limbah radiologi
yang tidak dikelola dengan benar dapat merusak ekosistem alami,
termasuk flora dan fauna, serta berdampak negatif pada
keanekaragaman hayati.
d. Penyebaran Penyakit: Limbah medis yang mengandung patogen atau
bahan infeksius dapat menyebabkan penyebaran penyakit jika tidak
dikelola dengan baik. Ini dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan
hewan di sekitarnya.

2. Dampak terhadap Kesehatan:


a. Risiko Infeksi: Limbah medis yang mengandung bahan infeksius dapat
menjadi sumber penyebaran infeksi bagi petugas kesehatan, personel
pengelola limbah, dan masyarakat umum jika tidak ditangani dengan
benar.
b. Kontaminasi Lingkungan: Jika limbah medis atau non-medis terbuang
secara tidak tepat, kontaminasi lingkungan dapat terjadi. Hal ini dapat
mempengaruhi kualitas air minum, tanah pertanian, atau sumber air
lainnya yang dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia.

25
c. Paparan Bahan Berbahaya: Limbah non-medis yang mengandung
bahan kimia berbahaya dapat menyebabkan paparan yang berpotensi
merugikan kesehatan manusia, baik melalui kontak langsung atau
melalui pencemaran lingkungan.
d. Efek Jangka Panjang: Paparan jangka panjang terhadap limbah medis
atau non-medis yang tidak terkelola dengan baik dapat memiliki efek
negatif terhadap kesehatan manusia, termasuk perkembangan penyakit
kronis atau gangguan sistem organ.

26
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pengelolaan limbah medis dan non-medis di rumah sakit memerlukan


pemahaman yang jelas tentang jenis limbah yang dihasilkan, klasifikasinya, dan
perlakuan yang sesuai terhadap setiap jenis limbah. Limbah medis dan non-medis harus
dikemas, disimpan, diangkut, dan diproses dengan memperhatikan keamanan,
kesehatan, dan lingkungan. Terdapat beberapa metode pengolahan limbah medis dan
non-medis yang dapat digunakan di rumah sakit, termasuk pengolahan termal,
pengolahan kimia, pengolahan mekanis, dan daur ulang. Pemilihan metode pengolahan
harus didasarkan pada karakteristik limbah, efektivitas penghilangan bahaya atau
kontaminan, dan kesesuaian dengan persyaratan peraturan dan lingkungan. Dengan
memahami dan menerapkan konsep dan standar pengolahan limbah medis dan non-
medis yang tepat, rumah sakit dapat memastikan pengelolaan limbah yang aman,
efektif, dan ramah lingkungan. Hal ini berkontribusi pada perlindungan kesehatan
masyarakat, pelestarian lingkungan, serta kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku.

27

Anda mungkin juga menyukai