Oleh :
Medica Selvia Maharani (10821014)
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis
mampu menyelesaikan Makalah Teknologi Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit dengan
judul ” Konsep Dan Standar Pengolahan Limbah Medis Dan Non Medis Di Rumah Sakit”
ini dengan tepat waktu.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Limbah medis dan non medis merupakan jenis limbah yang dihasilkan oleh
rumah sakit. Limbah dari rumah sakit berbeda dengan limbah dari perusahaan atau
rumah tangga, khususnya dari segi karakteristiknya. Limbah medis dan non medis
bisa menjadi tempat bertumpuknya organisme penyebab penyakit dan menjadi
sarang serangga dan tikus, limbah ini juga mengandung berbagai bahan kimia
beracun dan benda tajam yang bisa menyebabkan masalah kesehatan dan cedera.
Partikel debu yang terdapat dalam limbah menyebabkan pencemaran udara yang
akan menimbulkan penyakit dan mencemari peralatan medis dan makanan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2019 tentang Kesehatan lingkungan rumah sakit dan PP no 74 tahun 2001 tentang
pengelolaan limbah rumah sakit, B3, juga dapat membahayakan kesehatan
masyarakat sekitar karena limbah rumah sakit limbah infeksius yang sebagian
besar terkontaminasi bakteri, virus, dan bahan radioaktif dan B3.
3
dan metode yang inovatif dapat membantu rumah sakit dalam mengelola limbah
dengan lebih baik.
1 Apa yang dimaksud dengan limbah medis dan non medis dan bagaimana
klasifikasinya?
2 Bagaimana metode pengolahan limbah medis dan non medis di rumah sakit?
3 Apa saja standar dan peraturan yang harus diikuti oleh rumah sakit dalam
pengelolaan limbah medis dan non-medis?
4 Apa saja pengaruh limbah medis dan non medis terhadap lingkungan dan
kesehatan?
1.3. Tujuan
1. Untuk menetahui definisi dan klasifikasi limbah medis dan non medis di rumah
sakit?
2. Untuk menetahui metode pengolahan limbah medis dan non medis di rumah
sakit?
3. Untuk mengetahui standar dan peraturan yang harus diikuti oleh rumah sakit
dalam pengelolaan limbah medis dan non-medis?
4. Untuk mengetahui saja pengaruh limbah medis dan non medis terhadap
lingkungan dan kesehatan?
4
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Definisi Limbah medis dan Non Medis
1. Limbah medis
5
b. Limbah infeksius merupakan limbah yang terkait dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular atau pasien yang membutuhkan
perawatan yang intensif. Limbah infeksius juga bisa berasal dari
laboratorium yang berhubungan dengan mikrobiologi rumah sakit atau
ruang perawatan atau ruang isolasi penyakit menular
c. Limbah sitotoksik merupakan bahan yang perpotensi terkontaminasi
dengan obat sitotoksik selama penanganan, transportasi atau
tindakan terapeutik sitotoksik dan harus dimusnahkan melalui
incinerator suhu diatas 1.000 derajar celcius. Tempat pengumpulan
limbah sitotoksik setelahnya harus dikosongkan kemudian
dibersihkan dan lalu diberi disinfeksitan.
d. Limbah farmasi merupakan limbah yang berasal dari sisa-sisa obat,
obat kadaluwarsa, atau produk farmasi yang dibuang karena tidak
memenuhi spesifikasi atau kemasan obat yang terkontaminasi.
e. Limbah kimia merupakan limbah yang dihasilkan dari penggunaan
bahan kimia berbahaya seperti bahan pembersih, bahan radiologi,
atau bahan kimia lain yang digunakan dalam perawatan pasien.
Limbah kimia harus ditangani dengan aman dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
f. Limbah anatomis: Jaringan organ tubuh atau bagian tubuh yang
diangkat selama operasi, biopsi, atau autopsi. Limbah anatomis perlu
dikelola dengan benar untuk mencegah penyebaran penyakit dan
mematuhi persyaratan kebersihan.
g. Limbah radioaktif merupakan bahan yang terkontaminasi radio
isotope yang berasal dari penggunaan medis atau penelitian radio
nukleida.
6
a. Cairan tubuh, merupakan jenis limbah medis cair yang dapat
berupa darah, urin, feses, lender, atau cairan tubuh lainnya yang
dihasilkan selama prosedur medis atau perawatan pasien.
b. Cairan kimia, merupakan limbah medis yang mengandung bahan
kimia berbahaya yang digunakan untuk diagnosis atau perawatan,
seperti disinfektan,larutan pembersih, atau bahan radiologi
c. Limbah dari mesin dan peralatan medis, merupakan jenis limbah
yang berasal dari beberapa peralatan atau mesin medis di rumah
sakit, misalnya air limbah dari pencuci endoskopi, mesin dialysis,
atau peralatan laboratorium.
Limbah non medis adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit selain kegiatan medis di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.
Limbah non medis terdiri dari dua jenis yaitu limbah non medis cair dan padat.
Beberapa contoh limbah non-medis meliputi:
7
d. Limbah cair dari kegiatan administrasi: Limbah cair yang dihasilkan
dari kegiatan administrasi, seperti air limbah dari mesin fotokopi
atau pencetakan, air limbah dari peralatan kantor, atau sisa cairan
dari proses produksi dokumen.
8
2. 2 Pengolahan Limbah Medis Dan Non Medis Di Rumah Sakit
9
5) Semua limbah medis harus disterilkan padatan yang akan digunakan
kembali dan digunakan. Pengembalian ini harus disahkan oleh
Kementerian Lingkungan.
6) Jarum suntik yang digunakan harus jarum suntik sekali pakai. Meskipun
ada teknologi sterilisasi yang memungkinkan penggunaan kembali
jarum suntik setelah pengobatan, tetapi tidak dianjurkan.
7) Tempatkan limbah padat medis dalam wadah berlabel sesuai standar,
yaitu:
10
c. Pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan limbah medis padat di
lingkungan rumah sakit
1) Pengumpulan dilakukan di tempat tertutup (tanpa dapat menggunakan
sampah terbuka)
2) Pengangkutan dilakukan dari masing-masing sumber sampah.
Transportasi dalam troli tertutup dan tidak dapat dicampur limbah padat
non medis.
3) Limbah medis dapat disimpan dan disimpan di lokasi penyimpanan
sementara, tetapi penyimpanan lama harus maksimum “48 jam pada
musim hujan dan maksimum 24 jam di musim kemarau”
11
b. Pengumpulan, Penyimpanan dan Pengangkutan
1) Upaya pengendalian harus dilakukan jika level kepadatan alat di
tempat penampungan sementara lebih tinggi dari 20 individu per blok
grill atau tikus muncul di siang hari.
2) Pengendalian serangga dan hewan yang mengganggu harus
dilakukan minimal sebulan sekali (dengan syarat normal).
3. Limbah Cair
Sebelum membuang limbah cair rumah sakit (effluent) dibuang ke badan
air atau lingkungan harus memenuhi baku mutu yang berlaku sesuai dengan
“Keputusan Menteri Lingkungan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Rumah Sakit dan/atau peraturan daerah”.
4. Limbah Gas
Limbah gas yang dihasilkan dari kegiatan domestik rumah sakit,
khususnya pembuangan limbah medis harus mengacu pada ketentuan yang
betlaku.
2. 3 Standar Dan Peraturan Yang Harus Diikuti Oleh Rumah Sakit Dalam
Pengelolaan Limbah Medis Dan Non-Medis Di Rumah Sakit
12
1. Limbah Medis Padat
a. Pengurangan limbah
1) Cobalah untuk menggunakan bahan minimal menghasilkan
pemborosan dalam pembelian.
2) Gunakanlah bahan kimia seminimal mungkin
3) Prioritaskan metode pembersihan fisik dibandingkan metode
pembersihan menggunkan bahan kimia.
4) Sebisa mungkin hindari menggunakan bahan yang dapat menjadi
limbah.
5) Tindak lanjut dari pembelian sampai menjadi limbah
6) Tempatkan pesanan sesuai kebutuhan.
7) Gunakan bahan dengan tanggal kedaluwarsa terdekat.
8) Gunakan isi kemasan sampai habis.
9) Periksa tanggal kedaluwarsa masing-masing bahan setiap pembelian
atau pengiriman oleh distributor.
13
Pewadahan dilapisi dengan kantong plastik yang sesuai dengan
karakteristik limbah tersebut, untuk limbah medis umum dengan kategori
infeksius dapat menggunakan kantong plastik berwarna kuning. Limbah
harus diangkut setiap hari atau beberapa kali sehari pada hari ketika 2/3
kantong penuh. Metode pengikatan kantong plastik juga tidak
sembarangan supaya tidak ada limbah yang keluar dari kantong plastik
selama proses pengangkutan berlangsung, khususnya untuk limbah kecil
ataupun cair.
Limbah medis tajam, seperti jarum suntik, vial, pisau operasi dll, harus
ditampung di tempat khusus dikenal sebagai safety box. Safety box wajib
sesuai standar agar tidak terjadi kebocoran, tumpahan atau tertusuk bagi
petugas. Penggunaan safety box untuk limbah tajam secara disposable
dan tidak dibenarkan untuk mengeluarkan isi safety box dan penggunaan
kembali karena terlalu berbahaya bagi petugas. Wadah limbah medis padat
tidak ada kontak langsung dengan limbah (tas berlapis plastik) harus
segera dibersihkan sebelum digunakan kembali. Pembersihan dilakukan
dengan desinfektan. Tidak diperbolehkan untuk digunakan lagi kantong
plastik bekas atau terkontaminasi limbah sebelumnya.
Peralatan medis dapat yang telah digunakan dapat digunakan kembali
setelah melewati tahap sterilisasi. Sterilisasi dapat dilakukan dengan etilen
oksida atau glutaraldehida. Saat menggunakan etilen oksida, sebelum
injeksi tangki reaktor harus dikosongkan. Penggunaan Etilena Oksida
harus dilakukan oleh tenaga terlatih karena sangat berbahaya. Untuk
penggunaan glutaraldehid yang lebih aman tetapi secara mikrobiologi
kurang efektif.
14
Limbah medis padat dikumpulkan secara tidak langsung,
dimusnahkan atau dikirim ke pihak luar melalui kerjasama, tetapi perlu
untuk ditampung sementara agar pengolahan dapat dilakukan secara
bersamaan. Namun ada persyaratan lama penampungan yang diatur
dalam standar, di mana menyatakan bahwa maksimal 24 jam limbah sudah
harus dibakar untuk rumah sakit yang memiliki insinerator. Sedangkan
apabila tidak memiliki insinerator, maka rumah sakit dapat bekerja sama
dengan pihak berlisensi pengangkutan dan/atau pengolahan dalam waktu
24 jam apabila disimpan pada suhu ruang. Dengan kata lain TPS
diperlukan sebelum dibawa untuk pengelolaan lebih lanjut. TPS harus
berada di tempat yang terbuka dan mudah dijangkau oleh kendaraan,
aman, bersih dan selalu kering.
d. Transportasi
Transportasi limbah rumah sakit merupakan suatu kegiatan
pengangkutan limbah medis padat dari penghasil limbah ke TPS dan dari
TPS keluar rumah sakit. Limbah medis padat yang telah dikumpulkan
dalam kantong plastik jika sudah terisi 2/3 dan/atau 1 x 24 jam harus
segera diangkut ke TPS. Pengangkutan menggunakan troli tertutup dan
tidak tercampur dengan limbah padat non medis. Troli harus mudah
dibersihkan, tidak berserakan, dan petugas menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) saat pengangkutan. Jalur pengangkutan adalah jalur yang
berbeda dengan antrian pasien dan jalur transportasi makanan. Jika
jalurnya sama, maka jam angkutnya harus berbeda dengan jadwal
distribusi makanan. APD yang harus digunakan oleh petugas, yaitu tutup
kepala yang mudah dibersihkan, seperti topi atau helm, masker, kacamata
(goggles), pakaian kerja yang menutupi leher, badan, tangan hingga ujung
kaki, apron, sepatu boot atau sepatu yang tertutup dan sarung tangan
khusus.
15
Untuk rumah sakit yang tidak memiliki insinerator atau teknologi
lain dan harus mengirimkan limbah padat medis ke pihak lain, sehingga
kegiatan transportasi tidak hanya melalui TPS. TPS digunakan sebagai
deposit pemindahan, kemudian limbah diangkut untuk diproses lebih lanjut
oleh pihak lain yang berizin. Pengangkutan dapat dilakukan oleh
pengangkut yang berlisensi. Pengangkutan dapat dilakukan menggunakan
kendaraan beroda 4 (empat) atau lebih, bisa juga dengan roda 3 (tiga),
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan tentang angkutan jalan.
Pengangkutan sampah dengan kendaraan bermotor Roda 3 (tiga)
hanya dapat dilaksanakan bila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Kendaraan bermotor tersebut milik pribadi atau barang milik Negara
2) Limbah harus ditempatkan dalam tangki permanen dan tertutup di
belakang pengendara dengan lebar kurang dari 120 cm dan tinggi
kurang dari atau sama dengan 90 cm diukur dari tempat duduk atau
sadel pengendara. Tangki permanen tersebut harus dipasang dengan
simbol yang sesuai karakteristik limbah, limbah harus dikemas dengan
baik sesuai dengan persyaratan pengemasan limbah B3.
16
Ada beberapa persyaratan pada tempat pengolahan limbah medis
padat yaitu tidak memiliki rawan banjir dan tidak rawan bencana alam,
atau dapat direkayasa dengan untuk perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, dengan jarak minimal terdekat 30 meter dari:
1) Jalan umum dan/atau jalan tol.
2) Kawasan pemukiman, perdagangan, hotel, restoran, fasilitas agama
dan pendidikan.
3) Garis pasang surut laut, sungai, pasang surut tambak, danau, rawa,
mata air dan sumur penduduk
4) Kawasan suaka alam, hutan lindung dan/atau kawasan lain yang
dilindungi.
17
2) Lubang limbah B3 terisi paling tinggi setengah dari jumlah volume total,
dan ditutup dengan kapur dengan ketebalan minimal 50 cm sebelum
ditutup dengan tanah.
3) Sediakan blok tanah dengan ketebalan paling rendah 10 cm pada
setiap lapisan penimbunan limbah B3.
4) Melakukan pencatatan limbah B3 yang ditimbun
5) Melaksanakan pemeliharaan, pengamanan dan pengawasan untuk
kuburan limbah B3.
18
Setiap penghasil limbah, termasuk rumah sakit harus melakukan
kegiatan pemilahan limbah yang dihasilkan rumah sakit tesebut. Upaya
pemilahan tersebut dilakukan melalui kegiatan pengelompokan limbah
yang mengandung B3, mudah terurai, dapat digunakan kembali dan didaur
ulang. Upaya pemilahan dapat dilakukan sesuai dengan kategori limbah
yang ada, berlabel dan memiliki warna wadah yang berbeda untuk
memudahkan pengelolaan selanjutnya. Sesuai dengan ketentuan untuk
limbah padat non medis menggunakan kantong plastik hitam. Apabila ada
pembedaan antara limbah basah dan kering, maka pewadahan tempatnya
juga harus terpisah, yaitu warna hijau (sampah basah) dan kuning (sampah
kering).
b. Pengumpulan
Pengumpulan limbah non medis padat dilakukan dengan
menggunakan kantong plastik hitam atau wadah (bak sampah) yang harus
dipisahkan dari limbah medis pdat. Wadah harus ditutup dan bahannya
harus mudah untuk dibersihkan. Diupayakan untuk pewadahan agar tidak
terdapat kontak langsung dengan bagian dalam bak sampah. Setelah
terkumpul di masing-masing penghasil limbah, kemudian dilakukan
pengumpulan berikutnya di Tempat Penampungan Sementara (TPS).
Rumah sakit wajib memiliki TPS dimana TPS tersebut berada di daerah
mudah diakses, tidak merusak lingkungan, lokasi luas dan kapasitas sesuai
kebutuhan serta memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan.
c. Pengangkutan
Pengangkutan dilakukan mulai dari sumber limbah tersebut
dihasilkan dengan menggunakan alat angkut (troli), limbah yang tertutup
dibedakan atau dipisah dengan troli yang digunakan untuk mengangkut
limbah medis, yang mudah membersihkan. Pengangkutan dari sumber
limbah dilakukan paling sedikit 2 (dua) kali sehari ke TPS. Hal tersebut
dilakukan supaya terhindar dari penumpukan limbah yang menggangu
estetika, serta menganggu kenyamanan pasien dan mencegah terjadinya
tempat perkembangbiakan vektor dan gangguan serangga dan binatang
pengganggu seperti tikus dan kucing.
19
Setelah limbah padat non medis diangkut ke TPS, maka upaya
pengangkutan berikutnya yang akan dilakukan adalah dengan
menggunakan alat angkut baik roda tiga, truk pick-up atau truk yang sesuai
Permintaan dan kapasitas limbah yang diangkut. Pengangkutan dilakukan
setiap hari ke TPA.
d. Pengolahan
Kegiatan pengolahan limbah padat non medis dapat dilakukan di
rumah sakit jika rumah sakit tersebut memiliki tenaga dan teknologi yang
mendukung. Upaya pengolahan tersebut meliputi kegiatan pemadatan,
pengomposan, daur ulang bahan maupun energi.
e. Pemrosesan akhir
Pengolahan akhir limbah padat non medis dilakukan di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA). Pemerintah kabupaten atau kota sebagai
pelaksana dalam pemrosesan terakhir tersebut. Pemrosesan akhir
biasanya dilakukan dengan metode lahan urug terkendali, metode lahan
urug saniter atau teknologi ramah lingkungan. Lokasi TPA harus
memenuhi: aspek geologi, hidrogeologi, kemiringan zona, zona, jarak
bandara, jarak perumahan, tidak berada di kawasan lindung atau cagar
alam, dan bukan dataran banjir dengan periode ulang 25 tahun, dilengkapi
dengan fasilitas dasar, fasilitas perlindungan lingkungan, fasilitas operasi
dan fasilitas penunjang.
3. Limbah Cair
Sama halnya dengan limbah padat, limbah cair rumah sakit juga harus
dilakukan upaya pegelolaan sejak limbah cair tersebut dihasilkan sampai pada
saat limbah tersebut sebelum pada akhirnya dibuang ke lingkungan.
a. Pemilahan
20
Kegiatan pemilahan limbah cair ini digunakan untuk memastikan
tidak ada limbah padat yang memasuki saluran limbah cair dan yang diolah
adalah limbah yang berbentuk cair. Kegiatan pemilihan ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu dengan bar screen atau penyaring di tempat
pembuangan atau sumber limbah cair sebelum memasuki saluran
pembuangan air limbah. Selain itu, upaya pemilahan juga dilakukan untuk
limbah cair dengan karakteristik tertentu, misalnya pada limbah cair bahan
kimia tertentu harus ada pengenceran, netralisasi dan atau perlakuan
khusus sebelum dibuang ke saluran pembuangan air limbah.
b. Pengumpulan
Pengumpulan limbah cair di rumah sakit dibantu dengan sistem
pipa yang menghubungkan antara muara pembuangan yang berasal dari
sumber limbah dengan penampungan sementara. Ukuran bak penampung
disesuaikan dengan kebutuhan atau kapasitas limbah yang ditampung
sebelum dialirkan ke tangki pengolahan. Pengumpulan dapat dilakukan
dengan memanfaatkan gravitasi apabila bangunan rumah sakit vertikal,
tetapi jika rumah sakit memiliki bentuk memanjang atau horizontal,
pengumpulan harus dibantu oleh pompa. Pemompaan dapat dilakukan
secara otomatis dengan menempatkan pompa celup ke dalam tangki
penampungan atau secara manual ditempatkan di tangki penyimpanan
sementara. Masing-masing sistem tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangannya tersendiri.
Limbah cair yang telah ditampung dalam tangki penyimpanan
sementara akan dialirkan ke tangki penampung utama baik secara otomatis
maupun dengan pendistribusian pompa manual. Kegiatan pengumpulan
mulai dari pendistribusian dan penampungan harus melalui saluran tertutup
dan kedap air. Setelah terkumpul di tangki penampung utama baru akan
dialirkan ke tangki pengolahan untuk diproses lebih lanjut.
c. Pengolahan
21
Berbagai teknologi sudah banyak yang diterapkan dalam
pengolahan limbah, tetapi pada dasarnya pengolahan limbah cair dilakukan
secara fisika, biologi, kimia atau kombinasi dari ketiga proses pengolahan
tersebut. Proses fisika, meliputi screening treatment, ekualisasi,
sedimentasi, dan fluktuasi. Tujuan screening treatment yaitu agar padatan
atau sampah tidak terbawa dalam limbah cair yang dapat mengganggu
proses dan menyebabkan penyumbatan saluran pembuangan. Ekuilasi
dilakukan untuk menjaga agar limbah cair tetap dalam kondisi homogen
dan pH limbah berada di dalam kondisi netral. Apabila homogen telah
netral, maka limbah cair siap untuk pengolahan biologis.
Kegiatan sedimentasi bertujuan untuk memisahkan padatan yang ada di
dalam air dengan bantuan gravitasi sehingga air limbah dihasilkan dengan
lebih jernih. Selain sedimentasi, juga dapat dilakukan flotasi atau
penampungan agar padatan terpisah dari air. Sistem floatasi ini dapat
diimplementasikan ketika, kepadatan partikel kurang dari densitas air
sehingga cenderung mengapung. Biasanya floatasi dilakukan dalam proses
pemisahan lemak dan minyak pengentalan lumpur. Hal ini biasanya
digunakan dalam pra-perawatan dalam gizi dan laundry.
d. Pembuangan
Limbah cair yang telah melewati tahap pengolahan akan dibuang
ke lingkungan. Air buangan limbah cair harus memenuhi standar baku mutu
yang sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbahdan dan
atau peraturan daerah setempat. Pengukuran kualitas yang tepat dengan
baku mutu yang telah ditentukan tersebut wajib dilakukan minimal sebulan
sekali dan dilaporkan ke dinas lingkungan hidup setempat. Pengukuran
harian dilakukan terhadap debit limbah cair baik di pintu masuk maupun di
pintu keluar, serta pengukuran pH harian. Pengukuran debit harian tersebut
dibuat untuk memastikan tidak ada kebocoran saat mendistribusikan
limbah dan mengetahui jumlah limbah cair yang dihasilkan dan diolah.
22
Pengukuran pH harian dilakukan untuk memastikan kualitas pengolahan
dan limbah yang dibuang ke lingkungan berada dalam kondisi stabil dan
tanpa kontaminasi. Berikut baku mutu air limbah bagi usaha dan/ atau
kegiatan fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan Permen LH Nomor 5
Tahun 2014 :
1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang melakukan Pengolahan Limbah
Domestik
23
24
2. 4 Pengaruh Limbah Medis Dan Non Medis Terhadap Lingkungan Dan
Kesehatan
Limbah medis dan non-medis yang tidak dikelola dengan baik dapat
memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan. Berikut adalah
beberapa dampak yang mungkin timbul akibat limbah medis dan non-medis yang
tidak terkelola dengan baik:
25
c. Paparan Bahan Berbahaya: Limbah non-medis yang mengandung
bahan kimia berbahaya dapat menyebabkan paparan yang berpotensi
merugikan kesehatan manusia, baik melalui kontak langsung atau
melalui pencemaran lingkungan.
d. Efek Jangka Panjang: Paparan jangka panjang terhadap limbah medis
atau non-medis yang tidak terkelola dengan baik dapat memiliki efek
negatif terhadap kesehatan manusia, termasuk perkembangan penyakit
kronis atau gangguan sistem organ.
26
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
27