MEDIS
Menurut peraturan Departemen Kesehatan RI pada tahun 2002,
limbah medis dikategorikan berdasarkan potensi bahaya yang
terkandung di dalamnya serta volume dan sifat persistensinya
yang dapat menimbulkan berbagai masalah.[2] Kategori tersebut
adalah[2]:
⚫ Limbah benda tajam seperti jarum suntik, perlengkapan intravena, pipet Pasteur,
pecahan gelas, dan lain-lain.
⚫ Limbah infeksius. Limbah infeksius adalah limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan limbah laboratorium.
Limbah ini dapat menjadi sumber penyebaran penyakit pada petugas, pasien,
pengunjung, maupun masyarakat sekitar. Oleh karena itu, limbah ini memerlukan wadah
atau kontainer khusus dalam pengolahannya.
⚫ Limbah patologi. Limbah ini merupakan limbah jaringan tubuh yang terbuang dari
proses bedah atau autopsi.
⚫ Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi selama peracikan,
pengangkutan, atau tindakan terapi sitotoksik.
⚫ Limbah farmasi, yang merupakan limbah yang berasal dari obat-obatan yang
kadaluarsa, obat-obat yang terbuang karena tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan
yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang pasien atau oleh masyarakat, obat-obatan
yang tidak diperlukan lagi oleh institusi bersangkutan, dan limbah yang dihasilkan
selama produksi obat-obatan.
⚫ Limbah kimia yang dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis,
laboratorium, proses sterilisasi dan riset.
⚫ Limbah radioaktif, yaitu limbah yang terkontaminasi dengan radioisotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radionukleotida.
Limbah Medis
⚫ Berdasarkan Depkes RI 1992 : sampah dan limbah rumah
sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.
Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam
dua kelompok besar, yaitu sampah/limbah klinis dan non
klinis baik padat maupun cair.
Rotoclave (
http://tempico.gostrategic.com/newsIm/
HopkinsP1010465.jpg)
Penanganan Limbah Suntik
⚫ Penggunaan disposable syringe
⚫ Saat ini ada beberapa alat untuk
mengatasi limbah berupa jarum suntik,
yaitu alat pemisah jarum, alat
penghancur jarum, tempat pembuangan
jarum khusus (needle pit), syringe
safety box, dan insinerator SICIM.
Skema Alternatif Reuse & Recycle
Limbah Medis
Insinerator
Kriteria yang ditentukan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) yang diantaranya
adalah sebagai berikut:
⚫ Pengurangan sampah yang efektif
⚫ Lokasi jauh dari area penduduk
⚫ Adanya sistem pemisahan sampah
⚫ Desain yang bagus
⚫ Pembakaran sampah mencapai suhu 1000
derajat
⚫ Emisi gas buang memenuhi standar baku
mutu.
⚫ Perawatan yang teratur/periodik
⚫ Ada Pelatihan Staf dan Manajemen
Insinerator
⚫ Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut mengatur
tentang kualitas incinerator dan emisi yang dikeluarkannya.
Incinerator yang diperbolehkan untuk digunakan sebagai
penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi pembakaran dan
efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction
Efisience) yang tinggi.
⚫ Baku Mutu DRE untuk Incinerator
1. POHCs 99.99%