Anda di halaman 1dari 45

LIMBAH

MEDIS
Menurut peraturan Departemen Kesehatan RI pada tahun 2002,
limbah medis dikategorikan berdasarkan potensi bahaya yang
terkandung di dalamnya serta volume dan sifat persistensinya
yang dapat menimbulkan berbagai masalah.[2] Kategori tersebut
adalah[2]:
⚫ Limbah benda tajam seperti jarum suntik, perlengkapan intravena, pipet Pasteur,
pecahan gelas, dan lain-lain.
⚫ Limbah infeksius. Limbah infeksius adalah limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan limbah laboratorium.
Limbah ini dapat menjadi sumber penyebaran penyakit pada petugas, pasien,
pengunjung, maupun masyarakat sekitar. Oleh karena itu, limbah ini memerlukan wadah
atau kontainer khusus dalam pengolahannya.
⚫ Limbah patologi. Limbah ini merupakan limbah jaringan tubuh yang terbuang dari
proses bedah atau autopsi.
⚫ Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi selama peracikan,
pengangkutan, atau tindakan terapi sitotoksik.
⚫ Limbah farmasi, yang merupakan limbah yang berasal dari obat-obatan yang
kadaluarsa, obat-obat yang terbuang karena tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan
yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang pasien atau oleh masyarakat, obat-obatan
yang tidak diperlukan lagi oleh institusi bersangkutan, dan limbah yang dihasilkan
selama produksi obat-obatan.
⚫ Limbah kimia yang dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis,
laboratorium, proses sterilisasi dan riset.
⚫ Limbah radioaktif, yaitu limbah yang terkontaminasi dengan radioisotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radionukleotida.
Limbah Medis
⚫ Berdasarkan Depkes RI 1992 : sampah dan limbah rumah
sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.
Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam
dua kelompok besar, yaitu sampah/limbah klinis dan non
klinis baik padat maupun cair.

⚫ Limbah non medis : sampah makanan, kertas, maupun alat


lain yang tidak kontak langsung dengan penderita

⚫ Sumber limbah medis :


Unit pelayanan kesehatan dasar
Unit pelayanan kesehatan rujukan
Unit pelayanan kesehatan penunjang ( laboratorium)
Unit pelayanan non kesehatan ( farmasi )
Limbah Medis, klasifikasi
⚫ Limbah medis dapat diklasifikasikan berdasarkan
potensi bahaya yang terkandung didalamnya, maupun
berdasarkan bentuknya (cair dan padat)

⚫ Klasifikasi limbah medis utama :


Limbah umum
Limbah benda tajam
Limbah patologis
Limbah farmasi
Limbah genotoksik
Limbah kimia
Limbah alat yang
mengandung logam
berat
Limbah radioaktif
Wadah bertekanan
Limbah Medis, klasifikasi
⚫ Limbah umum : limbah yang tidak berbahaya dan
tidak membutuhkan penanganan khusus, contoh
: limbah domestik, limbah kemasan
non
⚫ infectious
Limbah tajam : obyek atau alat yang
memiliki
benda sudut tajam, sisi, ujung atau bagian
menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit
seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena,
pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah
⚫ Limbah patologis : Jaringan atau potongan tubuh
manusia, contoh bagian tubuh, darah dan cairan tubuh
yang lain termasuk janin
⚫ Limbah farmasi : Limbah yang mengandung bahan
farmasi contoh obat-obatan yang sudah
kadaluwarsa atau tidak diperlukan lagi
Limbah Medis, klasifikasi
⚫ Limbah genotoksik : limbah yang mengandung bahan
dengan sifat genotoksik contoh limbah yang mengandung
obat-obatan sitostatik (sering dipakai dalam terapi kanker),
yaitu zat karsinogenik (benzen,antrasen), zat sitotoksik,
(tamoksifen, semustin) zat yang mungkin bersifat
karsoinogenik (chloramphenicol, chlorozotocin, cisplatin).

⚫ Limbah kimia : limbah yang mengandung bahan kimia


contoh reagen di laboratorium, film untuk rontgen,
desinfektan yang kadaluwarsa atau sudah tidak diperlukan,
solven. Limbah ini dikategorikan limbah berbahaya jika
memiliki beberapa sifat (toksik, korosif (pH12), mudah
terbakar, reaktif (mudah meledak, bereaksi dengan air,
rawan goncangan), genotoksik
Limbah Medis, klasifikasi
⚫ Limbah alat yang mengandung logam berat
: Baterai, pecahan termometer, tensimeter
⚫ Limbah radioaktif : bahan yang terkontaminasi
dengan radio isotop yang berasal dari
penggunaan medis atau riset radio nukleida.
⚫ Wadah bertekanan tinggi : Tabung gas anestesi,
gas cartridge, kaleng aerosol, peralatan terapi
pernafasan, oksigen dalam bentuk gas atau cair
Limbah Medis, klasifikasi
⚫ Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious):
mengandung mikroorganisme patogen yang dilihat
dari konsentrasi dan kuantitasnya bila terpapar dengan
manusia akan dapat menimbulkan penyakit
- jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari kegiatan
laboratorium, dari ruang bedah atau dari autopsi
pasien yang mempunyai penyakit menular
- atau dari pasien yang diisolasi, atau materi yang
berkontak dengan pasien yang menjalani
haemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun, sarung
tangan dan sebagainya)
- atau materi yang berkontak dengan binatang

yang sedang diinokulasi dengan penyakit


menular atau sedang menderita penyakit
menular
Limbah Medis, klasifikasi
Limbah reaktif yang berasal dari rumah sakit
adalah :
⚫ Shock sensitive: senyawa-senyawa diazo, metal
azide, nitro cellulose, perchloric acid, garam- garam
perchlorat, bahan kimia peroksida, asam picric,
garam-garam picrat, polynitroaromatic.
⚫ Water reactive: logam-logam alkali dan alkali tanah,
reagen alkyl lithium, larutan- larutan boron
trifluorida, reagen Grignard, hidrida dari Al, B, Ca,
K, Li, dan Na, logam halida dari Al, As, Fe, P, S, Sb,
Si, Su dan Ti, phosphorus oxychloride, phosphorus
pentoxide, sulfuryl chloride, thionyl chloride.
⚫ Bahan reaktif lain: asam nitrit diatas 70%,
phosphor (merah dan putih).
Limbah Medis dan Masalah yang
Ditimbulkan
⚫ Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar
◦ 10 sampai 15 persen diantaranya merupakan limbah
infeksius yang mengandung logam berat, antara lain
mercuri (Hg).
◦ Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah organik yang berasal
dari makanan dan sisa makanan, baik dari pasien dan keluarga
pasien maupun dapur gizi.
◦ Selanjutnya, sisanya merupakan limbah anorganik dalam
bentuk botol bekas infus dan plastik.

Temuan ini merupakan hasil penelitian Bapedalda Jabar bekerja


sama dengan Departemen Kesehatan RI, serta Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) selama tahun 1998 sampai tahun
1999. Secara terpisah, mantan Ketua Wahana Lingkungan
(Walhi) Jabar, Ikhwan Fauzi mengatakan, volume limbah
infeksius dibeberapa rumah sakit bahkan melebihi jumlah yang
ditemukan Bapedalda. Limbah infeksius ini lebih banyak
ditemukan di beberapa rumah sakit umum, yang pemeliharaan
lingkungannya kurang baik (Pristiyanto. D, 2000).
Limbah Medis dan Masalah yang
Ditimbulkan
⚫ Pengolahan limbah medis bukanlah hal mudah
dilakukan. Di Indonesia sendiri, pengolahan limbah
medis masih belum tertangani dengan serius, baik di
kota kecil maupun kota besar di Indonesia. Kurangnya
sosialisasi pemerintah dan badan yang terkait
mengenai efek yang ditimbulkan dari pembuangan
limbah medis secara sembarangan dan ketertarikan
investor dalam mengolah limbah rumah sakit menjadi
masalah utama. Salah satu bukti, menurut hasil survei
pada tahun 2003 dari 107 rumah sakit di Jakarta,
hanya 10 rumah sakit yang memiliki insinerator
(tungku pembakar). (Suara Pembaharuan, 20
Oktober 2003) Tentu saja hal ini sangat
memprihatinkan, apalagi jumlah dan jenis penyakit
semakin bertambah setiap tahunnya, demikian pula
dengan limbah yang
Limbah Medis dan Masalah yang
Ditimbulkan
⚫ Contoh kasus lainnya adalah pembuangan limbah medis ke
TPA Ciangir, Tasikmalaya. Akibatnya beberapa pekerja
terpaksa dirawat beberapa minggu karena menginjak sampah
alat suntik. Kejadian ini selain merugikan pekerja tersebut
juga merugikan pihak TPA karena harus bekerja ekstra untuk
memisahkan sampah medis dari sampah rumah tangga.
(Pikiran Rakyat, 7 April 2005)

⚫ Di RS sering kali terjadi infeksi silang (nosokomial). Sebagai


contoh, limbah medis tajam seperti alat suntik. Karena
berhubungan langsung dengan penderita, alat itu
mengandung mikroorganisme, atau bibit penyakit. Bila
pengelolaan pembuangannya tidak benar, alat suntik dapat
menularkan penyakit kepada pasien lain, pengunjung RS dan
puskesmas, petugas kesehatan, maupun masyarakat umum.
Limbah Medis dan Masalah yang
Ditimbulkan
⚫ Data P2M-PL menunjukkan :
limbah alat suntik di Indonesia khusus untuk imunisasi
diperkirakan sekitar 66 juta per tahun (36,8 juta limbah
alat suntik imunisasi bayi, 10 juta imunisasi ibu
hamil/wanita usia subur, 20 juta imunisasi anak sekolah
(BIAS))
limbah alat suntik secara kuratif sekitar300 juta per tahun.

◦ Insinerasi juga tidak menyelesaikan masalah karena


pembakaran hanya mengubah volume limbah menjadi
lebih kecil. Belum lagi debu yang juga sangat berbahaya
dan harus dipindahkan atau ditentukan lagi tempat
pembuangannya yang kedap air. Debu hasil insinerasi
yang tak terurai dan materi tetap ada menjadi sangat
berbahaya karena dapat menghasilkan dioksin.
Pengelolaan Limbah Medis
Pengelolaan Limbah Medis
⚫ Point penting dalam pengelolaan limbah medis
adalah sterilisasi, kemudian pengurangan (reduce)
dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan
sterilisasi, daur ulang (recycle), dan pengolahan
(treatment).
⚫ Sebelum diolah, limbah medis harus dipisahkan
berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkan.
⚫ Adapun tahap pengolahan limbah medis antara lain :
1. Pemisahan
2. Penyimpanan
3. Pengangkutan
4. Penanganan
5. Pembuangan
Pemisahan dan Penyimpanan
Limbah Medis
• Limbah medis yang akan dibuang dipisahkan
menggunakan kantong plastik berwarna yang
berlabel. Berikut adalah contoh warna kantong
menurut DepKes RI :
Kantong hitam : limbah umum
Kantong kuning : limbah yang harus diinsinerasi
Kantong kuning strip hitam : limbah yang sebaiknya
diinsinerasi, tetapi dapat dibuang ke landfill
Kantong biru muda : limbah yang harus disterilisasi

• Limbah infectious dan patologis


tersendiri. Kedua jenis limbah dipisahkan
disterilisasi terlebih dahulu. ini harus
• Limbah yang dapat didaur ulang termasuk
dalam
kategori limbah umum.
Pengangkutan Limbah Medis
⚫ Limbah medis diangkut dengan kontainer
tertutup. Untuk keamanan, pengangkutan
limbah radioaktif sebaiknya dipisahkan
dengan limbah kimia yang bersifat reaktif,
mudah terbakar, korosif.
⚫ Alat pengangkutan harus dirawat dan

dibersihkan secara rutin untuk


mencegah adanya limbah yang
tercecer akibat pengangkutan dan
mengurangi resiko kecelakaan saat
pengiriman limbah.
Penanganan Limbah Medis
⚫ Limbah umum yang dapat didaur ulang dapat
langsung dibawa ke tempat pengumpul limbah daur
ulang.
⚫ Limbah radioaktif dapat disimpan
terlebih
biasanya dahulu masa aktifnya
terlampaui. sampai
⚫ Limbah yang tidak berbahaya dapat
dibuang
kimia ke dalam saluran pembuangan air, contoh :
limbah asam amino, gula, ion-ion anorganik (Ca,K,
Mg, I, Cl, F dll)
⚫ Limbah kimia berbahaya dapat didaur
ulang dengan distilasi, ekstraksi,
elektrolisis
⚫ Limbah yang tidak dapat didaur ulang
akan dibakar (insinerasi)
⚫ Wadah bertekanan dapat dibuang ke
Sterilisasi limbah dengan rotoclave

Rotoclave (
http://tempico.gostrategic.com/newsIm/
HopkinsP1010465.jpg)
Penanganan Limbah Suntik
⚫ Penggunaan disposable syringe
⚫ Saat ini ada beberapa alat untuk
mengatasi limbah berupa jarum suntik,
yaitu alat pemisah jarum, alat
penghancur jarum, tempat pembuangan
jarum khusus (needle pit), syringe
safety box, dan insinerator SICIM.
Skema Alternatif Reuse & Recycle
Limbah Medis
Insinerator
Kriteria yang ditentukan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) yang diantaranya
adalah sebagai berikut:
⚫ Pengurangan sampah yang efektif
⚫ Lokasi jauh dari area penduduk
⚫ Adanya sistem pemisahan sampah
⚫ Desain yang bagus
⚫ Pembakaran sampah mencapai suhu 1000
derajat
⚫ Emisi gas buang memenuhi standar baku
mutu.
⚫ Perawatan yang teratur/periodik
⚫ Ada Pelatihan Staf dan Manajemen
Insinerator
⚫ Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut mengatur
tentang kualitas incinerator dan emisi yang dikeluarkannya.
Incinerator yang diperbolehkan untuk digunakan sebagai
penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi pembakaran dan
efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction
Efisience) yang tinggi.
⚫ Baku Mutu DRE untuk Incinerator

No Parameter Baku Mutu DRE

1. POHCs 99.99%

2. Polychlorinated biphenil (PCBs) 99.9999%

3. Polychlorinated dibenzofuran (PCDFs) 99.9999%

4. Polychlorinated dibenzo-p-dioksin 99.9999%


Insinerator
⚫ Disamping itu, persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam
menjalankan incinerator adalah emisi udara yang dikeluarkannya harus sesuai
dengan baku mutu emisi untuk incinerator.
⚫ Baku Mutu Emisi Udara untuk Incinerator
No Parameter Kadar Maksimum
(mg/Nm2)
1. Partikel 50
2. Sulfur dioksida (SO2) 250
3. Nitrogen dioksida (NO2) 300
4. Hidrogen Fluorida (HF) 10
5. Karbon Monoksida (CO) 100
6. Hidrogen Chlorida (HCl) 70
7. Total Hidrocarbon (sbg CH4) 35
8. Arsen (As)
9. 1
Kadmiun (Cd)
10. 0.2
Kromium
11. 1
(Cr) Timbal
12 5
(Pb) Merkuri
13 0.2
(Hg) Talium
14 0.2
(Tl) Opasitas
10%
Insinerator Maxpell
⚫ Teknologi Ramah Lingkungan pada
incinerator Maxpell : pada tungku Maxpell
limbah ditempatkan dalam ruangan yang kedap,
lalu disuntikkan bahan bakar yang sudah
dicampur oksigen dan terbakar dengan suhu
yang tinggi. Asap hasil pembakaran direaksikan
dengan molekul air sehingga asap yang keluar
menjadi hidrokarbon yang akan terbakar habis
pada secondary chamber. Dengan demikian
asap akan bersih dan ramah lingkungan.
Insinerator Maxpell
⚫ Insinerator Maxpell adalah alat penghancur limbah berupa
tungku pembakaran yang didesain secara sempurna dalam sistem
pembakaran dengan menggunakan berbagai media bahan bakar
yang terus dikembangkan baik dari sisi teknologi maupun
kapasitas. Insinerator Maxpell dirancang mudah dioperasikan.
Beberapa keunggulan insinerator ini adalah:
◦ Tidak membutuhkan tempat luas;
◦ Bisa membakar sampah kering hingga sampah basah;
◦ Daya musnah sistem pembakaran mencapai suhu diatas 1000 C;
◦ Bekerja efektif dan irit bahan bakar;
◦ Tingkat dari pencemaran rendah. Dalam operasional dibeberapa
tempat terbukti asap hasil pembakaran yang keluar dari cerobong
hampir tidak kelihatan dan tidak mengeluarkan bau yang
menganggu;
◦ Suhu pembuangan udara panas pada cerobong asap
terkendali secara konstan;
◦ Suhu dinding luar tetap dingin sama dengan suhu udara
luar;
◦ Perawatan yang mudah dan murah;
◦ Abu sisa pembakaran bisa diolah menjadi beragam produk
Skema Pengolahan Limbah Medis
dengan Insinerator Maxpell
Alternative Medical Waste Treatment Technologies
Approved by the California Department of Public Health

company Device Type of Treatment Approved for

BioMedical Demolizer System Heat Red Bag/sharps


Tech.Solutions
Honua Tech Pyrolitic Destructor Heat red bag /sharps /path
/trace chemo /pharms

Scientific Ecology Synthetica Detoxifie Steam heat red bag/ sharps


Group, Inc Process

UnitedRecycling Gasification System Heat-gas burner red bag/sharps/path/


Technology, Inc (Gasf) trace chemo/pharms

Stericycle, Inc Electro- Thermal Radiowaves-heat red bag/ sharps


Deactivation

sanitec HG-A-100, HG-A-250 Microwaves red bag/sharps/path

Modifikasi metode digunakan untuk destruksi/penghancuran limbah


patologis
SIMPULAN DAN SARAN
Permasalahan limbah rumah sakit di Indonesia yakni
limbah rumah sakit yang dihasilkan diperkirakan secara
nasional produksi sampah (Limbah Padat) sebesar
376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar
48.985,70 ton per hari. Angka ini sangat berpotensi
limbah rumah sakit untuk mecemari lingkungan dan
membahayakan manusia bila tidak dikelola dengan baik,
seperti beberapa kasus limbah medis yang sudah terjadi di
Indonesia akibat penanganan yang buruk. Buruknya
pengelolaan limbah rumah sakit dapat disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya :
◦ pengelolaan limbah belum menjadi syarat akreditasi
rumah sakit
◦ peraturan proses pembungkusan limbah padat yang
diterbitkan Departemen Kesehatan pada 1992 pun
sebagian besar tidak dijalankan dengan benar
SIMPULAN DAN SARAN
⚫ Sebelum ditangani limbah medis dan limbah
nonmedis harus dipisahkan terlebih dahulu untuk
menghindari pencampuran antara limbah medis dan
nonmedis. Pengolahan limbah RS dilakukan dengan
berbagai cara. Yang diutamakan adalah sterilisasi,
yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume,
penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih
dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan
(treatment). Sterilisasi dapat juga dilakukan dengan
insenerator. Namun abu dari insenerator juga dapat
membahayakan sehingga perlu dilakukan pengelolaan
lanjutan.
⚫ Dalam pengelolaan limbah padatnya, rumah sakit
diwajibkan melakukan pemilahan limbah dan
menyimpannya dalam kantong plastik yang berbeda
beda berdasarkan karakteristik limbahnya.
metode pemisahan jenis limbah
kedokteran gigi berdasarkan warna
container (color coding for waste
disposal), yang diadopsi dari NHS
Scotland:
Limbah dengan risiko rendah
⚫ Orange Stream Waste
⚫ Untuk keperluan dental sehari-hari , kantung
oranye ini meliputi limbah berupa:
⚫ Dressings and Swabs;
⚫ Benda sekali pakai: sarung tangan, apron,
masker, lap yang terkontaminasi
⚫ Benda-benda lain yang berkontak dengan
pasien (plastik untuk wrapping DU, misalnya)

Semua limbah jenis ini sebaiknya dikelola
dengan Heat Disinfection System (HDS)
atau dengan disinfeksi panas. Plastik yang
digunakan berkode warna oranye
⚫Untuk gelas pecah
⚫Cairan terkontaminasi dan darah,
termasuk kantung dan tube,
⚫masuk ke kontainer oranye namun
berbahan keras yang tidak mudah
bocor (orange stream bin) digambar
nampak berwarna kuning =)
Limbah risiko tinggi
⚫ Yellow Stream Waste
⚫ Untuk keperluan dental, kontainer ini akan banyak
dipakai di ranah bedah. Limbah yang termasuk
golongan ini:
⚫ Bagian tubuh yang diambil seperti: gigi dengan
tumpatan, TAPI BUKAN tumpatan AMALGAM
⚫ Cairan farmasi seperti obat-obatan dan bahan
anestesi
⚫ Benda tajam seperti matrix band, scalpel blade,
jarum suntik sekali pakai
⚫ Vial obat seperti cartridge dan ampul
⚫ Bagian metal terkontaminasi seperti instrument bedah
yang rusak/sekali pakai: bur dan file endodontic
⚫ Limbah yang sangat infeksius, seperti darah yang
terinfeksi
⚫Semua limbah tersebut diolah secara
insinerasi atau pembakaran.
⚫Persyaratan container: rigid, sukar
dibuka, tidak mudah bocor
Limbah Spesial
⚫ Red Stream Waste
⚫ Digunakan untuk limbah yang tidak bisa di insinerasi dan
membutuhkan pemrosesan kembali oleh tenaga ahli, sehingga
nantinya bahan kimia yang ada dapat ditangani untuk
meminimalisasi kerusakan lingkungan.
⚫ Jenis limbah yang dibuang ke red stream bin:
⚫ Amalgam;
⚫ Kapsul Amalgam
⚫ Gigi dengan tumpatan Amalgam
⚫ Cairan X-Ray Individual
⚫ Cairan Developer
⚫ Cairan fotokimia lainnya: fixer, air yang terkontaminasi
developer
⚫ Lead Foils;
⚫ atau benda lain yang mengandung metal “berat”
⚫ syarat: leakproof, rigid Untuk
Untuk benda-benda
⚫ Untuk Cairan X-Ray
lain yang
Individual
⚫ Amalgam; mengandung metal
Cairan Developer
⚫ Kapsul Amalgam berat.
Cairan fotokimia
⚫ Gigi dengan tumpatan lainnya: fixer, air
Amalgam yang
terkontaminasi
developer
General Dental Service Waste
Issues
Penanganan Limbah Dental secara Umum
⚫ Seluruh container limbah (kantung dan wadah/ bags and
bins) harus menunjukkan identitas lokasi untuk kantung
limbah ditandai dengan tag (label) identifikasi, sementara
untuk bins/wadah dengan label cetak yang disediakan.
⚫ Tipe limbah yang ditulis pada label identifikasi
usahakan dalam mode BOLD.
⚫ Kantung harus dibuang secara berkala, terutama jika ¾ nya
sudah penuh. Jangan sampai limbah melebihi 4 kg. Kantung
harus diiikat dengan kencang dan diamankan.
⚫ Ada pula dokumentasi legal yang harus diisi sebelum dan
saat pengangkutan limbah dental. Dokumen ini harus
ditandatangani oleh orang yang ada di lokasi, yang
bertindak sebagai penghasil limbah atau
“producer of the waste”.
General “Household” Waste
Limbah Rumah Tangga
⚫Saat ini juga diistilahkan sebagai Mixed
Municipal Waste, yakni limbah yang
tidak terkontaminasi, tidak berbahaya
dan tidak infeksius (bukan limbah
klinis).
Limbah ini ditempatkan pada kantung
hitam dan dapat diangkut oleh petugas
kebersihan pada umumny
Referensi
⚫ BAPEDAL. 1999. Peraturan tentang Pengendalian Dampak Lingkungan.
⚫ Depkes RI. 2002. Pedoman Umum Hygene Sarana dan Bangunan Umum.
⚫ Departemen Kesehatan RI. 1992. Peraturan Proses Pembungkusan Limbah
Padat.
⚫ Departement Kesehatan RI. 1997. Profil Kesehatan Indonesia.
⚫ Sarwanto, Setyo. 2009. Limbah Rumah Sakit Belu Dikelolah Dengan Baik. Jakarta
: UI Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1995. Pedoman Teknik Analisa
Mengenai dampak Lingkungan Rumah Sakit.
⚫ Moersidik, S.S. 1995, Pengelolaan Limbah Teknologi Pengelolaan Limbah Rumah
Sakit dalam Sanitasi Rumah Sakit, Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian
Universitas Indonesia. Depok.
⚫ Damanhuri, Enri. 2010. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Diktat Kuliah TL-3204. Program Studi Teknik Lingkungan. Institut Teknologi
Bandung.
⚫ http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/10/19/pengelolaan-limbah-medis-
rumah-sakit/
⚫ http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-pembinaan-
pencemaran/245-pengelolaan-limbah-medis?start=1
⚫ http://www.ampl.or.id/detail/detail01.php?tp=artikel&jns=wawasan&kode=117
⚫ Http://www.maxpelltechnology.com/incineratormedis
⚫ http://www.cdph.ca.gov/certlic/medicalwaste/Documents/MedicalWaste/Alt_Med_
Waste.pdf

Anda mungkin juga menyukai