Anda di halaman 1dari 11

ADMINISTRASI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS

STANDAR PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS RUMAH SAKIT

IKM C 2015
Kelompok 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Mega Widya Puspa Ningrum


Syahrial Setia Perdana
Prasita Ayu Widyaningtyas
Erini Meilina Bestari
Wahyu Dyah Sukmawati
Erike Anisa Nurshafa
Andiyana Nur Wulan
Fenti Nur Aini Amallia
Popy Puspitasari

101511133012
101511133036
101511133066
101511133093
101511133129
101511133148
101511133163
101511133190
101511133223

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

BAB I
Standar Pelayanan Rumah Sakit
1.1 Definisi Standar Pelayanan Rumah Sakit

Standar merupakan suatu batas minimum yang dijadikan acuan. Dalam


hal kesehatan, standar digunakan untuk menilai suatu pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan dapat didefinisikan sebagai upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memeilhara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat(Depkes,2009). Dalam bidang kesehatan, rumah sakit merupakan
salah satu jenis pelayanan kesehatan yang dapat didefinisikan sebagai bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna atau komprehensif, penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat (WHO).
Berdasarkan uraian diatas maka standar pelayanan kesehatan rumah sakit
secara umum dapat didefinisikan sebagai tolok ukur untuk menggambarkan
suatu pencapaian. Pembentukan standar pelayanan tersebut diatur dalam PP RI
No.65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM.
Dibentuknya

standar

pelayanan

bertujuan

sebagai

panduan

dalam

melaksanakan perencanaan, pelaksanaan , dan pengendalian serta pengawasan


dan pertanggung jawaban terhadap indikator kerja dan pelayanan minimum
yang diberikan pada masyarakat.
1.2 Jenis-jenis Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit,
jenis-jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan meliputi:
1. Pelayanan gawat darurat
2. Pelayanan rawat jalan
3. Pelayanan rawat inap
4. Pelayanan bedah
5. Pelayanan persalinan dan perinatologi
6. Pelayanan intensif
7. Pelayanan radiologi
8. Pelayanan laboratorium patologi klinik
9. Pelayanan rehabilitasi medik
10. Pelayanan farmasi
11. Pelayanan gizi
12. Pelayanan transfusi darah
13. Pelayanan keluarga miskin

14. Pelayanan rekam medis


15. Pengelolaan limbah
16. Pelayanan administrasi manajemen
17. Pelayanan ambulans/kereta jenazah
18. Pelayanan pemulasaran jenazah
19. Pelayanan laundry
20. Pelayanan pemeliharaan rumah sakit
21. Pencegahan pengendalian infeksi

BAB II
Standar Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit
2.1 Definisi dan Klasifikasi Limbah Medis Rumah Sakit
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat
mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia
beracun, dan sebagian bersifat radioaktif (Depkes, 2006). Dari total jumlah
limbah yang dihasilkan rumah sakit 85%

limbah merupakan tipe Non-

Hazardous/General Waste dan 15% adalah tipe Hazardous. Limbah tipe


Non-Hazardous/General Waste adalah limbah yang tidak menimbulkan
bahaya dalam aspek biologi, kimia, radioaktif atau fisik . Sedangkan untuk
2

Limbah tipe Hazardous digolongkan dalam beberapa klasifikasi.


Klasifikasi

limbah

medis

yang

berbahaya

(Pruss,Giroult,Rushbrook(WHO),1999) :
1. Infectious waste
Limbah diduga mengandung patogen (bakteri, virus,parasit, atau
jamur) dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup untuk menyebabkan
penyakit atau menginfeksi susceptible hosts.. Kategori ini meliputi:
a. Perkembangan kuman dan stok dari agen infeksius di unit laboratorium
b. Limbah dari aktivitas operasi dan otopsi pada pasien dengan penyakit
menular , misalnya jaringan tubuh, dan bahan-bahan atau peralatan
yang telah kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya.
c. Limbah dari pasien yang terinfeksi di bangsal isolasi (misalnya tinja,
perban dari luka yang terinfeksi atau luka oprasi, pakaian kotor yang
terinfeksi darah atau cairan tubuh lainnya.
d. Limbah dari pasien terinfeksi yang sedang menjalani pengobatan
hemodialysis.
e. Alat atau bahan medis lainnya yang telah kontak dengan manusia
ataupun hewan yang terinfeksi.
2. Pathological waste
Terdiri dari jaringan, organ, bagian tubuh, janin,darah, dan cairan
tubuh lainnya, yang merupakan limbah anatomi medis.
3. Sharps
Benda tajam adalah item yang bisa menyebabkan luka atau luka
tusukan, misalnya jarum, jarum suntik, pisau bedah (scalpel) ,infusset, dan
medical sharps lainnya.
4. Pharmaceutical waste
Limbah farmasi meliputi batas kadaluarsa, tidak terpakai, tumpah,
dan terkontaminasi produk farmasi seperti obat-obatan, vaksin, dan serum
yang tidak lagi digunakan dan perlu dibuang secara tepat. Kategori ini juga
termasuk item diabaikan yang digunakan dalam pharmaceuticals handling
, seperti botol atau kotak dengan residu, sarung tangan, masker, tabung
konektor, dan drug vials.
5. Genotoxic waste
Merupakan -hazardous tinggi (sangat berbahaya) dan mungkin

memiliki mutagenik, teratogenik, atau sifat karsinogenik. Di rumah sakit


onkologi khusus, limbah genotoksik (yang mengandung cytostatic atau zat
radioaktif) dapat menghasilkan sebanyak 1% dari total limbah layanan
kesehatan.
6. Chemical waste
Jenis bahan kimia berbahaya yang sering digunakan dalam pusat
pemeliharaan kesehatan dan rumah sakit dan yang paling mungkin
ditemukan dalam limbah adalah : Formaldehyde , Photographic chemicals
yang digunakan dalam department X-ray, larutan kimia , bahan kimia
organik , dan bahan kimia anorganik.
7. Limbah yang mengandung logam berat yang tinggi
8. Kontainer bertekanan
Gas inert atau gas yang berpotensi membahayakan, dalam
kontainer bertekanan harus selalu ditangani dengan hati-hati, kontainer
dapat meledak jika dibakar atau secara tidak sengaja tertusuk.
9.

Radioactive waste
Limbah yang mengandung bahan radioaktif contoh, cairan yang

tidak terpakai dari terapi radioaktif atau riset dilaboratorium, peralatan


kaca, kemasan, kertas absorben yang terkontaminasi , dan lain-lain.
2.2 Pengolahan Limbah Medis
Tahap pengolahan limbah medis :
1. Pemisahan dan Penyimpanan Limbah Medis
Limbah medis dipisahkan mejai 2 jenis yaitu limbah medis
padat dan cair.
diatur

pada

Manajemen penyimpanan limbah medis padat


(Keputusan

Menteri

Kesehatan

R.I.

No.1204/MENKES/SK/X/2004) , yaitu :
a. Limbah infeksius dan limbah patologi, penyimpanannya pada tempat
sampah berplastik kuning.
b. Limbah farmasi (obat kadaluarsa), penyimpanannya pada tempat
sampah berplastik coklat.
c. Limbah sitotoksis adalah limbah berasal dari sisa obat pelayanan
kemoterapi. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik ungu.

d. Limbah medis padat tajam seperti pecahan gelas, jarum suntik, pipet
dan alat medis lainnya. Penyimpanannya pada safety box/container.
A 2.

Penanganan Limbah Medis


Manajemen penanganan limbah cair medis rumah sakit diatur

dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204/Menkes/SK/X2004


yaitu setiap fasilitas pelayanan kesehatan diwajibkan memiliki Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebagai syarat kesehatan lingkungan
rumah sakit. Limbah yang tidak dapat didaur ulang akan dibakar
(insinerasi).Wadah bertekanan dapat dibuang ke dalam landfill, maupun
didaur ulang.
3. Pembuangan Limbah Medis
Pembuangan sampah dapat ditempuh melalui 2 alternatif , yaitu:
a. Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non medis secara
terpisah.
b. Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non medis
dijadikan satu.
4. Pembuangan Hazardous waste (Limbah berbahaya)(Griffin,2006)
Pembuangan limbah berbahaya seperti obat kemoterapi dan
material radioaktif (radionuklida yang digunakan dalam medical
imaging department ) diatur berdasarkan aturan lokal,negara, dan
badan-badan federal. Banyak undang-undang negara mengenai limbah
antara lain sebagai berikut :
Aturan Federal Environmental Protection Agency (EPA) atau
Badan perlindungan lingkungan federal. Departemen pelayanan jasa
lingkungan rumah sakit harus terus mengetahui perkembangan dalam
perubahan peraturan. Rumah sakit dapat memiliki mekanisme
pembuangan limbah seperti insinerator , atau mereka dapat kontrak
dengan perusahaan luar untuk menyediakan layanan pembuangan
limbah. Rumah sakit, sebagai pembuat bahaya dan limbah infeksius ,
umumnya bertanggung jawab untuk keamanan pembuangan efektif bagi
produk berbahaya tersebut

(-hazardous waste).

2.3 Indikator dan Standar Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit , indikator dan standar dari pengelolaan limbah medis rumah sakit yaitu:
1. Baku mutu limbah cair
Baku mutu adalah standar minimal pada limbah cair yang dianggap
aman bagi kesehatan, yang merupakan ambang batas yang di tolerir dan
diukur dengan indikator :
BOD (Biological Oxygen Demand) : 30 mg/liter
COD (Chemical Oxygen Demand) : 80 mg/liter
TTS (Total Suspended Solid) : 30 mg/liter dan PH : 6-9
2. Pengelolaan limbah padat infeksius sesuai dengan aturan
Limbah padat berbahaya adalah sampah pada akibat proses
pelayananyang mengandung bahan-bahan yang tercemar jasad renik yang
dapat menularkan panyakit dan dapat mencemari, antara lain sisa jarum
suntik, sisa ampul, kasa bekas dan sisa jaringan.

BAB III
Standar Operasional Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit
3.1 Dasar Hukum Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit
3.1.1 Dasar Hukum Pengelolaan Limbah Medis Internasional
Dasar hukum internasional mengenai pengelolaan limbah medis
rumah sakit terdapat pada kebijakan The Internasional Solid Waste
Association (ISWA) yang merupakan suatu organisasi penjamin standar
pengelolaan limbah disemua sektor industri termasuk rumah sakit..
Kebijkan yang dikeluarkan ISWA dalam bidang pelayanan kesehatan
berisi mengenai pengelolaan limbah berupa pemisahan limbah, tempat
penampungan, pangangkutan dan pengolahan serta pembuangan akhir
limbah rumah sakit. Prinsip-prinsip kebijakan ISWA antara lain :
a. ISWA meberikan perhatian khusus mengenai optimalisasi penggunaan
sumber daya dan maksimalisasi daur ulang serta memperhitungkan isu
pembangunan berkelanjutan dalam pengolahan limbah.

b. Setiap fasilitas kesehatan memiliki perencanaan pengelolaan limbah


yang ditinjau secara teratur oleh badan manajemen dan terdapat
penjaminan kompetensi staff bidang pengelolaan limbah yang
diwujudkan dalam pelatihan staff pengelolaan limbah dalam bidang
kesehatan.
c. Limbah berbahaya sebaiknya dipisahkan dari limbah yang dapat
dikategorikan sebagai limbah aman. Limbah kesehatan yang berbahaya
dikumpulkan dan dikirim ke fasilitas kesehatan melalui container yang
aman dan disimpan dalam suatu tempat tidak lebih dari 48 jam.
Regulasi ini menyesuaikan dengan kondisi iklim lokal limbah yang
dikirim harus berada didalam kontainer yang memenuhi syarat dari
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tentang regulasi yang mengatur
transportasi untuk barang berbahaya. Hal ini diimplementasikan
melalui ADR.
d. Keseluruhan regulasi diambil dari instruksi di Safe Managemen of
Wate Health Care WHO (1999) dan Technical Guidelines on The
Environmentally Sound Managemen of Biomedical and Health Care
Wastes (Y1;Y3) (UNEP,2003) dan regulasi juga didapatkan dari
Konferensi Stockholm.
3.1.2 Dasar Hukum Pengelolaan Limbah Medis Nasional
Pengolahan limbah medis rumah sakit di Indonesia diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Dalam peraturan
tersebut dijelaskan bahwa sampah dan limbah rumah sakit sangat
mengandung potensi bahaya karena dapat bersifat racun, infeksius maupun
radioaktif. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya rumah sakit
merupakan sumber utama distribusi penyakit sehingga dalam pengelolaan
limbah harus ditetapkan standar minimum untuk menjamin keamanan
pengelolaannya.
3.2 Kebijakan Pengelolaan Limbah Medis
Adanya

standar

pelayanan

minimal

menyebabkan

terbentuknya

kebijakan. Kebijakan pengelolaan limbah medis diatur dalam Standar

Pelayanan Minimal (SPM) rumah sakit dan dijelaskan lebih lanjut dalam
Standar Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan rumah sakit secara
otonomi. Namun, kebijakan yang dimiliki rumah sakit harus tetap berpegang
pada standar internasional maupun nasional. Contoh kebijakan dalam
pengelolaan limbah rumah sakit adalah pemisahan tong sampah yang diberi
warna. Hal ini akan memudahkan dalam membedakan jenis sampah rumah
sakit dan mempermudah pengelolaannya.
3.3 Penerapan Kebijakan

CONCLUSION
Hospital waste is all waste resulting from activities hospitals in solid,
liquid, paste (gel) or gas can contain pathogenic microorganisms are infectious,
toxic chemicals, and some radioactive (Depkes, 2006). From the total number of
hospital waste produced 85% of waste is a type of Non-Hazardous / General
Waste and 15% are type-Hazardous.
Management of liquid waste handling regulated medical hospital in
Minister of Health No. 1204 / Menkes / SK / X2004 are each required to have a
health care facility Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) as a condition of the
health of the hospital environment.
Minimum Service Standards Hospitals are the kinds of hospital services
which must be implemented by the government / provincial / district / city
governments to set performance standards.
Based on the decision of the Minister of Health of the Republic of
Indonesia No. 129 / Menkes / SK / II / 2008 on Minimum Service Standards for
Hospitals, indicators and standards of hospital medical waste management that is,
of Waste Quality and Solid Waste Management infectious.
Basic international law on the management of hospital medical waste
contained in the policy of the International Solid Waste Association (ISWA),
which is a guarantor of standards for waste management organizations in all
industry sectors including hospitals. ISWA policies issued in the the health service
on the management of waste containing such waste separation, shelter,
transportation and for processing and final disposal of hospital waste.
The existence of minimum service standards cause the formation of policy.
Regulated medical waste management policy in the Minimum Service Standards
(SPM) hospital and are further explained in the Standard Operating Procedure
(SOP) management of hospital autonomy. However, policy-owned hospitals must
correspond with international and national standards.

DAFTAR PUSTAKA
A, Pruss., Giroult, E., Rushbrook, P. 1999. Safe Management of Wastes From.
Health-Care Activities. Published by the World Health Organization.
Dasar Hukum Internasional Yves Chartier., Jorge Emmanuel (eds). 2014. Safe
Management of Wastes from Health Care Activities. World Health Organization
Press, Geneva
Depkes RI, 2004. Keputuan Menteri Kesehatan No. 1204/MENKES/SK/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta : Depkes RI
Griffin, D., 2006, Hospitals, What they are and how they work, 3rd Ed., Jones and
Bartlett Publ., Boston.
Peraturan Menteri Kesehatan no 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit

10

Anda mungkin juga menyukai