(HOSPITAL BYLAWS)
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ANANDA
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ANANDA
Nomor /AKD RSIA Ananda/VI/2023
Tentang
Menimbang : a. bahwa hubungan kerja antara pemilik, Direktur dan pengelola perlu
diatur dalam peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital ByLaws).
b. bahwa Hospital by Laws perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur
Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda tentang Peraturan Internal
Rumah Sakit (Hospital byLaws) Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda.
Kedua : Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital byLaws) Rumah Sakit Ibu dan Anak
Ananda sebagaimana terlampir pada keputusan ini.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan ditinjau kembali bila
dikemudian hari terdapat kekeliruan untuk dilakukan perbaikan
Ditetapkan di Lubuklinggau
Pada tanggal, 01 Juni 2023
Direktur RSIA Ananda
BAB II
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Pemilik adalah pemilik Rumah Sakit yang tercantum pada akte pendirian Rumah Sakit.
2. Direktur adalah direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda.
3. Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapakan tata kekola klinis (clinical
governance) agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme
kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan displin profesi medis.
4. Staf medis adalah dokter dan dokter spesialis di rumah sakit.
5. Peraturan internal staf medis (medical staff bylaws) adalah aturan yang mengatur tata kelola
klinis (clinical governance) untuk menjaga profesionalisme staf medis dirumah sakit.
6. Kewenangan klinis (clinical appointment) adalah penugasan direktur rumah sakit kepada
seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan
rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis
(clinical appointment).
7. Penugasan klinis (clinical appoinment) adalah penugasan Direktur kepada seorang staf medis
untuk melakukan sekelompok pelayanan medis dirumah sakit tersebut berdasarkan daftar
kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya.
8. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan kelayakan
diberikan kewenangan klinis (clinical privilege)
9. Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis yang telah memiliki kewenangan
klinis (clinical privilege) untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis
tersebut.
10. Audit medis adalah upaya evaluasi secara professional terhadap mutu pelayanan medis yang
diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang dilaksanakan oleh
profesi medis.
11. Mitra bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis dengan reputasi dan kompetensi
profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan profesi medis.
12. Peraturan internal rumah sakit (hospital bylaws) adalah aturan dasar yang mengatur tata cara
penyelenggaraan rumah sakit meliputi peraturan internal korporasi dan peraturan internal staf
medis.
13. Peraturan internal korporasi (corporate bylaws) adalah aturan yang mengatur tata kelola
korporasi (corporate governance) terselenggara dengan baik melalui pengaturan hubungan
antara pemilik, pengelola dan komite medik.
14. Peraturan internal staf medis (medical staf bylaws) adalah aturan yang mengatur tata kelola
klinis (clinical governance) untuk menjaga profesionalisme staf medis di rumah sakit.
15. Dewan Pengawas adalah unit non struktural pada rumah sakit yang melakukan pembinaan
dan pengawasan rumah sakit secara internal yang bersifat non teknis perumahsakitan yang
melibatkan unsur masyarakat.
16. Satuan Pengawas Internal adalah perangkat rumah sakit yang bertugas melakukan
pemeriksaan, pemgawasan dan pengendalian internal dalam rangka membantu direktur untuk
meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan dan pengaruh lingkungan sosial sekitarnya
(social responsibility) dalam menyelenggarakan bisnis yang sehat
BAB III
KONSEP DASAR DAN PRINSIP
Pengertian, Fungsi, Tujuan dan Manfaat
Pasal 2
2.1. Pengertian
Peraturan internal rumah sakit atau hospital bylaws adalah :
Suatu produk hukum yang merupakan anggaran rumah tangga rumah sakit yang
ditetapkan oleh pemilik rumah sakit.
Peraturan internal rumah sakit mengatur :
- Organisasi pemilik
- Peran , tugas, dan kewenangan pemilik
- Peran, tugas dan kewenangan Direktur rumah sakit
- Organisasi staf medis
- Peran, tugas dan kewenangan staf medis
2.2. Fungsi Peraturan Internal Rumah Sakit
Mengacu kepada pengertian peraturan internal rumah sakit diatas maka fungsi peraturan
internal rumah sakit adalah :
Sebagai acuan bagi pemilik rumah sakit dalam melakukan pengawasan rumah
sakitnya.
Sebagai acuan bagi Direktur rumah sakit dalam mengelola rumah sakit dan menyusun
kebijakan yang bersifat teknis operasional.
Sarana untuk menjamin efektifitas, efisiensi dan mutu.
Sarana perlindungan hukum bagi semua pihak yang berkaitan dengan rumah sakit.
Sebagai acuan bagi penyelesaian konflik dirumah sakit antara pemilik, Direktur
rumah sakit dan staf medis.
Untuk memenuhi persyaratan akreditasi rumah sakit.
2.3. Tujuan Peraturan Internal Rumah Sakit
2.31. Tujuan Umum
Dimilikinya suatu tatanan peraturan dasar yang mengatur pemilik rumah sakit atau
yang mewakili, Direktur rumah sakit dan tenaga medis sehingga penyelenggaraan
rumah sakit dapat efektif, efisiensi dan berkualitas.
2.32. Tujuan Khusus
a. Dimilikinya pedoman oleh rumah sakit dalam hubungannya dengan Pemilik,
Direktur rumah sakit dan staf medis.
b. Dimilikinya pedoman dalam pembuatan kebijakan teknis operasional rumah
sakit.
c. Dimilikinya pedoman dalam pengaturan staf medis.
2.4. Manfaat peraturan Internal rumah sakit
2.41. Untuk rumah sakit
- RS memiliki acuan hukum dalam bentuk anggaran rumah tangga.
- RS memiliki kepastian hukum dalam pembagian kewenangan dan tanggung
jawab baik eksternal maupun Internal yang dapat menjadi alat/sarana
perlindungan hukum bagi RS atas tuntutan/gugatan.
- Menunjang persyaratan akreditasi RS
- Memiliki alat/sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan RS.
- RS memiliki kejelasan arah dan tujuan dalam melaksanakan kegiatannya.
2.42. Untuk pemilik
- Mengetahui tugas dan kewajibannya
- Acuan dalam menyelesaikan konflik Internal
- Acuan dalam menilai kinerja Direktur rumah sakit
2.43. Untuk Direktur rumah sakit
- Memiliki acuan tentang batas kewenangan, hak, kewajiban dan tanggung jawab
yang jelas sehingga memudahkan dalam menyelesaikan masalah yang timbul
serta dapat menjaga hubungan serasi dan selaras
- Mempunyai pedoman resmi untuk menyusun kebijakan teknis operasional.
2.44. Untuk staf medis
- Mengetahui tugas dan fungsi sebagai pemberi pelayanan medis
- menyusun standard pelayanan medis, standard prosedur operasional
- Menangani hal-hal yang berkaitan dengan etik kedokteran
- Menjaga mutu pelayanan medis
2.45. Untuk pemerintah
- Mengetahui arah dan tujuan rumah sakit tersebut didirikan
- Acuan dalam menyelesaikan konflik dirumah sakit
2.46. Untuk masyarakat
- Mengetahui visi, misi dan tujuan rumah sakit
- Mengetahui hak, dan kewajiban pasien.
BAB IV
NAMA, PEMILIK DAN KEDUDUKAN
Nama Rumah Sakit
Pasal 3
Pemilik
Pasal 4
Kedudukan
Pasal 5
RSIA Ananda berkedudukan di Jl. Yos Sudarso Rt. 006 Kel. Batu Urip Taba Kec. Lubuklinggau
Timur I Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan 31624
Pasal 6
Logo Dan Atribut Rumah Sakit
1. Arti Logo
Bentuk lingkaran sempurna yang dimulai dari titik awal menuju titik akhir adalah sebuah
filosofi yang melambangkan tujuan utama rumah sakit. Dengan makna ini, diharapkan
RSIA Ananda mampu mencapai tujuan utamanya sesuai dengan bentuk lingkaran yang
memiliki sumbu awal hingga mencapai titik akhir. Selain itu, lingkaran ini juga dapat
mewakili kekekalan dan bersifat melindungi, yang melambangkan pertahanan, integritas
dan kesempurnaan dalam memberikan layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat.
Huruf a dan d di dalam lingkaran merupakan inisial dari pada pemilik RSIA Ananda yaitu
Asriyeni dan Desmi yang bersinergis demi mewujudkan visi dan misi RSIA Ananda
dalam melayani masyarakat.
Warna putih pada logo member arti kemurnian dan mengangkat kesan bersih dan higienis,
sehingga member gambaran bahwa RSIA Ananda sangat mengutamakan kesterilan dan
kebersihan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Warna hijau pada logo merupakan representasi dari warna alam yang sarat akan harmoni
(keseimbangan) dan member kesan kesegaran, kesuburan, kedamaian, rasa empati,
sekaligus memberikan efek relaksasi dan melambangkan penyembuhan.
Pasal 7
Tanggung Jawab Pemilik
BAB V
VISI, MISI, TUJUAN DAN STRATEGI RUMAH SAKIT
Pasal 8
Visi:
Menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak dengan mutu pelayanan berkualitas dan profesional
Misi :
1. Meningkatkan sarana, prasarana dan peralatan untuk mendukung mutu pelayanan
2. Mengembangkan potensi tenaga kesehatan secara keseluruhan bagi tercapainya
palayanan kesehatan yang terbaik.
3. Mewujudkan kinerja efektif, efisien dan dapat dipertangungjawabkan secara
profesional.
Tujuan:
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kota Lubuklinggau dan sekitarnya,
b. Terwujudnya suatu Rumah Sakit Ibu dan Anak yang mampu memberikan pelayanan
medis yang sesuai dengan standar pelayanan dan permintaan masyarakat.
2. Tujuan khusus
a. Memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat khususnya ibu dan anak, yang
didukung oleh dokter dan perawat yang berpengalaman.
b. Memberikan rasa ceria dan tidak takut bagi pasiennya terutama anak kecil, sehingga
rasa ketidaktakutan tersebut akan ikut membantu dalam proses penyembuhan pasien,
c. Agar pasien (ibu dan anak) lebih merasa aman dan nyaman berada di rumah sakit, dan
secara tidak langsung membantu proses penyembuhan,
d. Memberikan perlakuan khusus bagi pasien (ibu dan anak), dan
e. Memberikan solusi atas permasalahan seputar kehamilan
Stategi:
1. Meningkatkan jenis dan mutu produk jasa pelayanan kesehatan dengan produk jasa
pelayanan kebidanan merupakan produk unggulan.
2. Meningkatkan kinerja karyawan melalui motivasi pengembangan karier, peningkatan
kesejahteraan dan penghargaan bagi karyawan yang berprestasi.
3. Menciptakan suasana yang serasi dan saling membutuhkan antara rumah sakit dengan
pelanggan eksternal dan pelanggan internal.
4. Menciptakan suasana lingkungan yang kondusif, aman, baik bagi pasien, keluarga,
masyarakat dan karyawan Rumah Sakit.
Fungsi
Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud ayat diatas, Rumah Sakit mempunyai fungsi:
1. Memberikan pelayanan medis pada ibu yang menginginkan anak maupun membatasi anak.
2. Memberikan pemeriksaan, pengawasan dan perawatan khusus terhadap ibu selama masa
kehamilan secara teratur maupun pemeriksaan terhadap anak.
3. Memberikan pelayanan medis terhadap peristiwa persalinan baik yang melahirkan secara
normal maupun dengan kelainan.
4. Memberikan pengawasan, pemeriksaan dan perawatan tinggal kepada ibu sesudah masa
persalinan stau yang mengalami kelainan kandungan serta perawatan dan pemeriksaan
terhadap anak yang dirawat di rumah sakit.
5. Memberikan perawatan terhadap bayi yang baru lahir, baik lahir secara normal maupun lahir
secara tidak normal (promaturo isolasi) serta anak-anak balita.
6. Pelaksanaan administrasi umum dan keuangan.
Value
Filosofi rumah sakit
“Bunda Selamat , Ananda Sehat , Keluarga Bahagia”
BAB VI
DEWAN PENGAWAS RUMAH SAKIT
Bagian Kesatu
Kedudukan dan Keanggotaan Dewan Pengawas
Pasal 10
Kedudukan Dewan Pengawas
17. Dewan Pengawas Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Dewas RS adalah unit non
struktural pada rumah sakit yang melakukan pembinaan dan pengawasan rumah sakit secara
internal yang bersifat non teknis perumahsakitan yang melibatkan unsur masyarakat.
18. Dewas berfungsi sebagai governing body Rumah Sakit dalam melakukan pembinaan dan
pengawasan nonteknis perumahsakitan secara internal di Rumah Sakit.dan Keputusan
Dewan Pengawas bersifat kolektif kolegial.
19. Dewan Pengawas dibentuk dan diangkat serta bertanggung jawab kepada Pemilik Rumah
Sakit
Pasal 11
Anggota Dewan Pengawas
1. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 10 Tahun 2014, Dewan Pengawas
Rumah Sakit adalah suatu unit non struktural yang bersifat independen dan bertanggung
jawab kepada pemilik Rumah Sakit, yang melakukan pembinaan rumah sakit secara internal
yang bersifat non teknis perumahsakitan.
2. Dewan Pengawas berfungsi sebagai governing body rumah sakit dalam melakukan
pembinaan dan pengawasan non teknis perumahsakitan secara internal.
3. Anggota Dewan Pengawas keanggotaannya maksimal terdiri dari 5 (lima) orang, dengan
rincian 1 (satu) orang ketua dan 4 (empat) orang anggota. Anggota tersebut terdiri dari unsur-
unsur pemilik rumah sakit, organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan tokoh
masyarakat di sekitar lokasi RSIA Ananda.
a. Unsur Pemilik Rumah Sakit ditunjuk oleh Pemilik RS.
b. Unsur organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh pemilik
rumah sakit setelah berkoordinasi dengan organisasi profesi Kesehatan.
c. Unsur Asosiasi perumahsakitan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh
pemilik rumah sakit setelah berkoordinasi dengan asosiasi perumahsakitan.
d. Unsur tokoh masyarakat sebagaimana di maksud pada ayat (3) merupakan tokoh
masyarakat yang berpengaruh di sekitar lokasi rumah sakit dan memahami bidang
kesehatan
4. Dewas dibantu seorang Sekretaris di usulkan Direksi RS
5. Anggota tersebut bertanggung jawab kepada pemilik Rumah Sakit dan ditugaskan oleh
pemilik untuk melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dan pengurusan RSIA Ananda.
6. Dewan Pengawas dapat membentuk komite audit atau Tim Ad-hoc untuk melakukan
pemeriksaan secara khusus
Pasal 12
Syarat Menjadi Dewan Pengawas
Untuk dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas, setiap calon anggota harus memenuhi
persyaratan, sebagai berikut :
1. Berkewarganegaraan Indonesia;
2. Memiliki integritas, dedikasi, memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan rumah
sakit dan dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya;
3. Tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi anggota pengelola, komisaris atau
dewan pengawas yang dinyatakan bersalah sehingga menyebabkan suatu rumah sakit
dinyatakan pailit.
4. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan negara.
5. Tidak mempunyai benturan kepentingandengan pemilik/penyelenggara rumah sakit.
Pasal 13
Pengorganisasian Dewan Pengawas
Dalam Pengorganisasian Dwean Pengawas terdiri atas :
1. Ketua Dewan Pengawas
a. Diangkat dan diberhentikan oleh pemilik setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris
b. Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua dalam suatu masa kepengurusan Dewan
Pengawas, maka pemilik dapat mengangkat seorang Ketua yang di pilihnya untuk sisa
masa jabatan hingga selesainya masa jabatan;
c. Tugas Ketua Dewan Pengawas adalah :
1) Memimpin semua pertemuan Dewan Pengawas;
2) Memutuskan berbagai hal yang berkaitan dengan prosedur dan tatacara yang tidak
diatur dalam Statuta atau dalam peraturan rumah sakit melalui Rapat Dewan
Pengawas;
3) Bekerja sama dengan Direktur untuk menangani berbagai hal mendesak yang
seharusnya diputuskan dalam rapat Dewan Pengawas. Bilamana rapat Dewan
Pengawas belum dapat diselenggarakan, maka Ketua dapat memberikan wewenang
pada Direktur untuk mengambil segala tindakan yang perlu sesuai dengan situasi saat
itu;
4) Melaporkan pada rapat rutin yang akan diadakan berikutnya perihal tindakan yang
telah diambil sebelum rapat diselenggarakan, disertai dengan penjelasan terkait
dengan situasi saat tindakan tersebut diambil.
2. Wakil Ketua Dewan Pengawas, memiliki tugas :
a. Membatu Ketua dalam melaksanakan tugas-tugasnya;
b. Mewakili Ketua dalam hal Ketua tidak hadir atau berhalangan;
c. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas.
3. Sekertaris dewan pengawas bertugas untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Dewan
Pengawas.
a. Direktur Utama Rumah Sakit dapat mengangkat seorang Sekretaris Dewan Pengawas
dengan persetujuan Dewan Pengawas.
b. Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertugas :
1) Persiapan jadwal pertemuan;
2) Bertanggung jawab terhadap pengelolaan kesekretariatan Dewan Pengawas;
3) Mengatur dan mempersiapkan rapat Dewan Pengawas;
4) Membuat notulen rapat;
5) Menyebarkan risalah rapat;
6) Menyiapkan bahan laporan kegiatan Dewan Pengawas;
c. Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bukan merupakan
anggota Dewan Pengawas dan tidak dapat bertindak sebagai Dewan Pengawas
d. Masa jabatan Sekretaris Dewan Pengawas mengikuti masa jabatan Dewan Pengawas.
Bagian Kedua
Pengangkatan dan Pemberhentian
Pasal 14
Masa Bakti Dewan Pengawas
1. Anggota Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh pemilik setelah mendapat
persetujuan Dewan Komisaris
2. Masa bakti Dewan Pengawas selama 5 (lima) tahun.
3. Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum habis masa baktinya, apabila :
a. Tidak melaksanakan tugasnya dengan baik; atau
b. Tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan; atau
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan RSIA Ananda; atau
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana, kejahatan dan/atau
kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya melaksanakan pengawasan RSIA Ananda ;
atau
e. Berhalangan tetap.
Bagian Ketiga
Fungsi, Tugas, Kewajiban dan Wewenang Dewan Pengawas
Pasal 15
Fungsi Dewan Pengawas
Pemilik membentuk Dewan Pengawas dengan fungsi :
1. Patient care review
2. Finance and budget
3. House and works
4. Medical appointment advisory
Pasal 16
Tugas Dewan Pengawas
1. Dalam melaksanakan fungsi Dewan Pengawas bertugas :
a. Menetapkan tujuan dan arah kebijakan rumah sakit
b. Menyetujui dan melaksanakan pengawasan pelaksanaan rencana strategis (RENSTRA)
c. Menilai, menyetujui pelaksanaan rencana bisnis dan anggaran
d. Mengawasi pelaksanaan kendali mutu , kendali biaya
e. Mengawasi keterjangkauan layanan rumah sakit pada daerah-daerah sekitar
f. Membantu memberikan masukan untuk meningkatkan peran serta masyarakat
g. Memberi nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan kegiatan kepengurusan Rumah
Sakit
h. Melakukan integrasi dan koordinasi
i. Mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien dan rumah sakit
j. Mengawasi kepatuhan penerapan etika Rumah Sakit, etika profesi, dan peraturan
perundang- undangan;
2. Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) kepada pemilik secara berkala dan sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Pasal 17
Kewajiban Dewan Pengawas
1. Dewan Pengawas mempunyai kewajiban :
a. Memberikan pendapat dan saran kepada pemilik mengenai rencana strategis dan rencana
bisnis dan anggaran yang diusulkan oleh Direksi;
b. Melaporkan kepada pemilik apabila terjadi gejala menurunnya kinerja rumah sakit;
c. Mengikuti perkembangan kegiatan rumah sakit, memberikan pendapat dan saran
mengenai setiap Masalah yang dianggap penting bagi pengurusan/ pengelolaan rumah
sakit;
d. Memberikan nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan pengurusan/ pengelolaan
rumah sakit; dan
e. Memberikan masukan, saran atau tanggapan atas laporan keuangan dan laporan kinerja
rumah sakit kepada Direksi.
2. Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada pemilik paling sedikit 1 (satu) kali dalam satu semester dan sewaktu-sewaktu apabila
diperlukan.
3. Dalam tugasnya Dewan Pengawas tidak boleh mencampuri dan atau bertindak langsung
secara operasional.
4. Semua biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas Dewan Pengawas
dibebankan kepada anggaran atau pendapatan rumah sakit, dan dimuat dalam Rencana
Bisnis Anggaran (RBA) Rumah Sakit
Pasal 18
Wewenang Dewan Pengawas
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Dewan Pengawas mempunyai wewenang:
1. Menerima dan memberikan penilaian terhadap laporan kinerja dan keuangan Rumah Sakit
dari Kepala/Direktur Rumah Sakit;
2. Menerima laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Satuan Pemeriksa Internal Rumah
Sakit dengan sepengetahuan Kepala/Direktur Rumah Sakit dan memantau pelaksanaan
rekomendasi tindak lanjut;
3. Meminta penjelasan dari Direksi dan/atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan Direktur
Utama mengenai segala persoalan yang menyangkut pengurusan/ pengelolaan rumah sakit;
4. Meminta penjelasan dari Direksi dan/atau pejabat manajemen lainnya mengenai
penyelenggaraan pelayanan di Rumah Sakit dengan sepengetahuan Kepala/Direktur Rumah
Sakit sesuai dengan Peraturan Internal Rumah Sakit (hospital bylaws) atau Dokumen Pola
Tata Kelola (corporate governance);
5. Meminta penjelasan dari komite atau unit nonstruktural di Rumah Sakit terkait pelaksanaan
tugas dan fungsi Dewan Pengawas sesuai dengan Peraturan Internal Rumah Sakit (hospital
bylaws) atau Dokumen Pola Tata Kelola (corporate governance);
6. Berkoordinasi dengan Kepala/Direktur Rumah Sakit dalam menyusun Peraturan Internal
Rumah Sakit (hospital bylaws) atau Dokumen Pola Tata Kelola (corporate governance),
untuk ditetapkan oleh pemilik;
7. Melihat buku-buku, surat-surat serta dokumen-dokumen lainnya, memeriksa kas
sepengetahuan Direktur Utama untuk keperluan verifikasi dan memeriksa kekayaan rumah
sakit.
8. Melihat buku-buku, surat-surat serta dokumen-dokumen lainnya, memeriksa kas untuk
keperluan verifikasi dan memeriksa kekayaan rumah sakit;
9. Meminta Direksi dan atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan Direktur untuk menghadiri
rapat Dewan Pengawas; dan memberikan pandangan-pandangan terhadap hal-hal yang
dibicarakan, serta memberikan rekomendasi perbaikan terhadap pengelolaan Rumah Sakit
10. Memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum
tertentu.
Bagian Keempat
Rapat-Rapat Dewan Pengawas
Pasal 19
Rapat Dewan Pengawas
1. Rapat Dewan Pengawas adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas untuk
membahas hal- hal yang berhubungan dengan rumah sakit sesuai tugas dan kewajibannya.
2. Rapat Dewan Pengawas terdiri dari rapat rutin, rapat tahunan dan rapat khusus.
3. Peserta rapat Dewan Pengawas selain anggota Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan
Pengawas dan Direksi, dapat juga dihadiri oleh pihak lain yang ditentukan oleh Dewan
Pengawas apabila diperlukan.
4. Pengambilan keputusan rapat Dewan Pengawas harus diupayakan melalui musyawarah dan
mufakat.
5. Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
6. Setiap rapat Dewan Pengawas dibuat risalah rapat.
7. Pengaturan rapat Dewan Pengawas ditetapkan oleh Ketua Dewan Pengawas.
Pasal 20
Rapat Rutin
1. Rapat rutin adalah setiap rapat terjadual yang diselenggarakan Dewan Pengawas yang bukan
termasuk rapat tahunan dan rapat khusus.
2. Rapat rutin merupakan rapat koordinasi antara Dewan Pengawas dengan Direksi rumah sakit
atau komite medik untuk mendiskusikan, mencari klarifikasi, atau alternatif solusi berbagai
masalah rumah sakit.
3. Rapat rutin dilaksanakan paling sedikit sepuluh kali dalam setahun dengan interval tetap
pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas. Sekretaris Dewan Pengawas
menyampaikan undangan kepada setiap anggota Dewan Pengawas, Direksi dan pihak lain
sebagaimana tercantum dalam pasal 17 untuk menghadiri rapat rutin paling lambat tiga hari
sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
4. Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana
diatur dalam ayat (3) harus melampirkan :
a. satu salinan agenda;
b. satu salinan risalah rapat rutin yang lalu;
c. satu salinan risalah rapat khusus yang lalu;
5. Rapat rutin Dewan Pengawas merupakan rapat koordinasi untuk mendiskusikan, mencari
klarifikasi atau alternatif solusi berbagai masalah di rumah sakit.
Pasal 21
Rapat Tahunan
1. Rapat tahunan Dewan Pengawas dilaksanakan sekali dalam 1 (satu) tahun.
2. Rapat tahunan Dewan Pengawas bertujuan untuk memberikan arah kebijakan tahunan
operasional rumah sakit mencakup pengelolaan pelayanan medik, sumber daya manusia,
sarana dan prasarana serta pengelolaan keuangan.
3. Rapat Tahunan diselenggarakan sekali dalam satu tahun kalender diantara tanggal 1 Juli dan
31 Desember.
4. Dewan Pengawas menyiapkan dan menyajikan laporan umum keadaan rumah sakit termasuk
laporan keuangan yang telah diaudit.
5. Sekretaris Dewan Pengawas menyampaikan undangan tertulis kepada para anggota Dewan
Pengawas dan Direksi serta undangan lain paling lambat empat belas hari sebelum rapat
diselenggarakan.
Pasal 22
Rapat Khusus
1. Rapat khusus Dewan Pengawas dilaksanakan di luar jadwal rapat rutin maupun rapat
tahunan, untuk mengambil keputusan, menetapkan kebijakan terhadap hal-hal yang dianggap
khusus.
2. Dewan Pengawas mengundang untuk rapat khusus dalam hal:
a. ada permasalahan penting yang harus segera diputuskan; atau
b. ada permintaan yang ditandatangani oleh paling sedikit 3 (tiga) orang Anggota Dewan
Pengawas.
c. Direktur Utama dapat meminta penyelenggaraan rapat khusus Dewan Pengawas, dengan
persetujuan Ketua Dewan Pengawas atau persetujuan yang ditandatangani oleh paling sedikit
3 (tiga) orang Anggota Dewan Pengawas.
d. Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan pertemuan secara spesifik.
e. Rapat khusus yang diminta oleh anggota Dewan Pengawas sebagaimana diatur dalam ayat
(2) butir b diatas harus diselenggarakan paling lambat tujuh hari setelah diterimanya surat
permintaan tersebut.
f. Dalam rapat khusus Dewan Pengawas dapat memanggil Komite-Komite, Satuan-Satuan atau
Pejabat lain yang dianggap perlu untuk mendiskusikan, mencari klarifikasi atau alternatif
solusi berbagai masalah di Rumah sakit.
Pasal 23
Undangan Rapat
Setiap rapat dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan sesuai aturan, kecuali
seluruh anggota Dewan Pengawas yang berhak memberikan suara menolak undangan tersebut.
Pasal 24
Peserta Rapat
Setiap rapat rutin selain dihadiri oleh anggota Dewan Pengawas dan Direktur juga dihadiri oleh
Para Direktur dan pihak lain yang ada di lingkungan rumah sakit atau dari luar lingkungan rumah
sakit apabila diperlukan.
Pasal 25
Ketua Rapat
Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua berhalangan hadir dalam suatu rapat, makam bila kuorum
telah tercapai, anggota Dewan Pengawas dapat memilih pejabat Ketua untuk memimpin rapat.
Pasal 26
Kuorum
1. Rapat Dewan Pengawas hanya dapat dilaksanakan bila kuorum tercapai.
2. Kuorum memenuhi syarat apabila dihadiri 2/3 dari seluruh anggota
3. Bila kuorum tidak tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang telah
ditentukan, maka rapat ditangguhkan untuk dilanjutkan pada suatu tempat hari dan jam yang
sama minggu berikutnya.
4. Bila kuorum tidak juga tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang telah
ditentukan pada minggu berikutnya, maka rapat segera dilanjutnya dan segala keputusan
yang terdapat dalam risalah rapat disahkan dalam rapat Dewan Pengawas berikutnya.
Pasal 27
Pemungutan Suara
1. Setiap masalah yang diputuskan melalui pemungutan suara dalam rapat Dewan Pengawas
ditentukan dengan mengangkat tangan atau bila dikehendaki oleh para anggota Dewan
Pengawas pemungutan suara dapat dilakukan dengan amplop tertutup;
2. Putusan rapat Dewan Pengawas didasarkan pada suara terbanyak setelah dilakukan
pemungutan suara;
3. Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sama, maka Ketua atau Wakil Ketua
berwenang untuk menyelenggarakan pemungutan suara yang kedua kalinya;
4. Suara yang diperhitungkan hanyalah suara anggota Dewan Pengawas yang hadir pada rapat
tersebut.
Pasal 28
Pembatalan Putusan Rapat
1. Dewan Pengawas dapat merubah atau membatalkan setiap putusan yang diambil pada rapat
rutin atau rapat khusus sebelumnya, dengan syarat bahwa usul perubahan atau pembatalan
tersebut dicantumkan dalam pemberitahuan atau undangan rapat sebagaimana ditentukan
dalam Statuta ini.
2. Dalam hal usul perubahan atau pembatalan putusan Dewan Pengawas tidak diterima dalam
rapat tersebut, maka usulan ini tidak dapat diajukan lagi dalam kurun waktu tiga bulan
terhitujng sejak saat ditolaknya usulan.
BAB VII
YAYASAN NURUSYIFA
Pengurus Yayasan
Pasal 29
1. Pengurus yayasan adalah sebagai Governing Body (Badan Pengampu) yang secara langsung
sebagai pemegang seluruh kewenangan dan tanggung jawab moral dan hukum atas semua
kegiatan usaha rumah sakit.
2. Yayasan Nurusyifa bertanggung jawab kepada pembina.
3. Pengurus Yayasan diberhentikan oleh Pembina dalam keputusan rapat pembina.
4. Pengurus Yayasan sekurang-kurangnya terdiri dari 3 orang yaitu:
a. Seorang Ketua
b. Seorang Sekretaris
c. Seorang Bendahara
5. Yang boleh diangkat sebagai anggota pengurus hanyalah orang yang memenuhi persyaratan
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak boleh merangkap sebagai
pembina atau pengawas yayasan.
6. Pengurus diangkat oleh rapat pembina untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dengan tidak
mengurangi hak Rapat Pembina untuk memberhentikan sewaktu-waktu dan dapat diangkat
kembali 1 (satu) kali masa jabatan.
7. Apabila oleh suatu sebab jabatan pengurus lowong, maka dalam jangka waktu paling lama
30 (tiga puluh) hari sejak terjadi lowongan, harus diselenggarkan rapat pembina untuk
mengisi lowongan itu.
8. Seorang anggota pengurus berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan
memberitahukannya secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Pembina
sekurangnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.
9. Jabatan pengurus berakhir apabila :
a. Mengundurkan diri
b. Tidak lagi memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku
c. Meninggal dunia
d. Berakhirnya masa jabatan
e. Jatuh pailit
Pengawas Yayasan
Pasal 32
1. Pengawas terdiri dari seorang atau lebih anggota pengawas dan seorang diantaranya diangkat
sebagai ketua pengawas.
2. Pengawas diangkat oleh rapat pembina untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.
3. Pengangkatan dan/atau pemberhentian pengawas dilakukan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar.
4. Pengawas tidak dapat diberi gaji dan/atau tunjangan dalam bentuk apapun juga.
5. Apabila jabatan pengawas lowong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari harus diselenggarakan rapat pembina untuk mengisi lowongan itu.
6. Pengawas berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan secara tertulis
kepada pembina sekurangnya 30 (tiga puluh) hari sebelum pengunduran dirinya.
7. Jabatan pengawas berakhir apabila
a. Mengundurkan diri
b. Meninggal dunia
c. Berakhir masa jabatan
d. Pemecatan atas keputusan rapat pembina yang disetujui oleh lebih dari 2/3 (dua per tiga)
anggota yang hadir.
Pembina Yayasan
Pasal 35
1. Pembina terdiri seorang anggota atau lebih, apabila diangkat lebih dari seorang anggota
maka seorang diantaranya dapat diangkat sebagai ketua pembina.
2. yang boleh diangkat sebagai anggota pembina
a. Pendiri Yayasan yang tidak diangkat sebagai anggota pengurus dan anggota pengawas.
b. Orang yang mempunyai kemampuan dan dinilai berdedikasi yang tinggi untuk mencapai
maksud dan tujuan Yayasan.
3. Anggota pembina untuk pertama kali diangkat oleh para pendiri dan selanjutnya diangkat
berdasarkan keputusan rapat pembina.
4. Anggota pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota pengurus dan/atau anggota
pengawas.
5. Seorang pembina berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan secara
tertulis kepada pembina sekurangnya 30 (tiga puluh) hari sebelum pengunduran dirinya.
6. Pembina berhak untuk menghadiri setiap rapat pembina, rapat pengurus dan rapat pengawas
yayasan.
7. Para anggota pembina tidak dapat diberi gaji dan/atau tunjangan dalam bentuk apapun juga.
8. Jabatan anggota pembina berakhir apabila:
a. Mengundurkan diri
b. Meninggal dunia
c. Berakhir masa jabatan
d. Pemecatan atas keputusan rapat pembina yang disetujui oleh lebih dari 2/3 (dua per tiga)
anggota yang hadir.
BAB VIII
Susunan Organisasi RSIA Ananda
Pasal 38
Pasal 39
Komite Medis, Satuan Pengawas Internal, Kasi Tata Usaha, Kasi Pelayanan Medis, Kasi
Penunjang Medis berada dibawah dan bertanggung jawab pada Direktur.
Ketenagaan
Pasal 41
Jenis Tenaga :
Tenaga yang bekerja di Rumah Sakit terdiri dari berbagai disiplin, ilmu terdiri dari tenaga medis,
paramedis perawatan, paramedis non perawat, tenaga administrasi, tenaga keuangan, tenaga lain-
lain yang menunjang kegiatan seperti supir, satpam, cleaning service, pengelola dapur dan
laundry.
Pengawasan
Pasal 43
Pengawasan :
1. Pengawasan terhadap pelayanan pasien dilaksanakan oleh tim mutu rumah sakit, Sub
Komite peningkatan mutu profesi medis rumah sakit dan tim pengendalian mutu
keperawatan rumah sakit.
2. Pengawasan keuangan dan anggaran dilaksanakan oleh Satuan Pengawas Intern (SPI).
3. Pengawasan terhadap bangunan dan pekerjaan dilaksanakan oleh pimpinan proyek
pembangunan.
4. Saran terhadap penetapan staf medis dilaksanakan oleh Komite Medis dan Sub Komite
Kredensial.
Pengangkatan :
Kebijakan dalam hal pengangkatan Komite, Sub Komite dan tim tersebut diatas ditetapkan
dengan keputusan Direktur diatur tersendiri diluar keputusan ini.
BAB IX
DIREKTUR RUMAH SAKIT
Persyaratan
Pasal 44
Direktur rumah sakit adalah tenaga dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang mempunyai
kemampuan dibidang perumah sakitan, memahami dan menghayati etika profesi kesehatan
khususnya profesi kedokteran ( SK Menkes No. 191/Menkes-kesos/SK/II/2001).
b) Tugas Kepegawaian
1. Menentukan garis wewenang dan batas tanggung jawab Kasubag, Kasi sesuai dengan
fungsi dan kedudukan masing-masing.
2. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap para karyawan baik mengenai tertib
administrasi, mutu, kesejahteraan dan karier.
3. Mengeluarkan Surat keputusan tentang berbagai peraturan pelaksanaan tentang
Kepegawaian.
BAB X
KOMITE MEDIS, STAF MEDIS, DAN SUB KOMITE
KOMITE MEDIK
Komite medik dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tata kelola klinis (Clinical
governance) yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien lebih terjamin
dan terlindungi.
2. Kedudukan :
1. Komite medik merupakan organisasi non struktural yang dibentuk di rumah sakit oleh
direktur.
2. Komite medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan wadah perwakilan
dari staf medis.
1. Komite medik mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf medis yang bekerja di
rumah sakit dengan cara :
a. Melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanan medis
di rumah sakit.
b. Memelihara mutu profesi rumah sakit
c. Menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi staf medis
2. Dalam melaksanakan tugas kredensial komite medik memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan dan pengkomplikasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan masukan
dari kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang berlaku.
b. Penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian :
1. Kompetensi
2. Kesehatan fisik dan mental
3. Perilaku
4. Etika profesi
5. Evaluasi data pendidikan professional kedokteran/kedokteran gigi
berkelanjutan
6. Wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis
7. Penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat
8. Pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi
kewenangan klinis kepada komite medik.
9. Melakukan proses kredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat
penugasan klinis dan adanya permintaan dari komite medik
10. Rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat penugasan klinis
c. Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis komite medik memiliki
fungsi sebagai berikut :
1. Pelaksanaan audit medis
2. Rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan
berkelanjutan bagi staf medis
3. Rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi
staf medis rumah sakit
4. Rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf medis yang
membutuhkan.
d. Dalam melaksanakan tugas menjaga displin, etika, dan perilaku profesi staf medis komite
medik memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran
2. Pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran displin
3. Rekomendasi pendisiplinan pelaku professional dirumah sakit
4. Pemberian nasehat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada
asuhan medis pasien.
WEWENANG
Pasal 51
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite medik berwenang :
a. Memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege)
b. Memberikan rekomendasi surat penugasan klinis (clinical appoinment)
c. Memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis (clinical privilege) tertentu
d. Memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis (delineation
of clinical privilege)
e. Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit medis
f. Memberikan rekomendasi pendidikan kedokteran berkelanjutan
g. Memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring)
h. Memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin
1. Direktur menetapkan kebijakan, prosedur dan sumber daya yang diperlukan untuk
menjalankan tugas dan fungsi komite medik
2. Komite medik bertanggung jawab kepada direktur rumah sakit.
PANITIA ADHOC
Pasal 53
1. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite medik dapat dibantu oleh panitia adhoc
2. Panitia adhoc sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh direktur berdasarkan usulan
ketua komite medik
3. Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari staf medis yang tergolong
sebagai mitra bestari
4. Staf medis yang tergolong sebagai mitra bestari sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
berasal dari rumah sakit lain, perhimpunan dokter spesialis/dokter gigi spesialis, kolegium
dokter/dokter gigi, kolegium dokter spesialis/dokter gigi spesialis, dan/atau institusi
pendidikan kedokteran/kedokteran gigi.
BAB XI
RAPAT
Pasal 54
BAB XII
SUBKOMITE
SUBKOMITE KREDENSIAL
Pasal 55
Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk melindungi keselamatan pasien dengan memastikan staf medis yang akan
melakukan pelayanan medis di rumah sakit kredibel
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan dan memastikan staf medis yang professional dan akuntabel bagi
pelayanan di rumah sakit
b. Tersusunnya jenis-jenis kewenangan klinis (clinical privilege) bagi setiap staf medis
yang melakukan pelayanan medis dirumah sakit sesuai dengan cabang ilmu
kedokteran/kedokteran gigi yang ditetapkan oleh kolegium kedokteran/kedokteran
gigi Indonesia.
c. Dasar bagi Direktur untuk menerbitkan penugasan klinis (clinical apponinment) bagi
setiap staf medis untuk melakukan pelayanan medis di rumah sakit
d. Terjaganya reputasi dan kredibilitas para staf medis dan institusi rumah sakit
dihadapan pasien, penyandang dana, dan pemangku kepentingan (stakeholders)
rumah sakit lainnya.
MEKANISME KREDENSIAL
Pasal 56
1. Mekanisme kredensial dan kredensial di rumah sakit adalah tanggung jawab komite
medik yang dilaksanakan oleh subkomite kredensial.
2. Proses kredensial dilaksanakan secara terbuka, adil, objektif sesuai dengan prosedur dan
terdokumentasi
3. Instrumen kredensial dibuat subkomite kredensial dan disahkan dengan keputusan
Direktur rumah sakit
4. Akhir proses kredensial, komite medik, menerbitkan rekomendasi pada Direktur tentang
lingkup kewenangan klinis seorang staf medis.
BAB XIII
SUBKOMITE MUTU PROFESI
TUJUAN
Pasal 57
Tujuan
Subkomite mutu profesi berperan dalam menjaga mutu profesi medis dengan tujuan :
a. Memberikan perlindungan terhadap pasien agar senantiasa ditangani oleh staf medis yang
bermutu, kompeten, etis dan professional
b. Memberikan asas keadilan begi staf medis untuk memperoleh kesempatan memelihara
kompetensi (maintaining competence) dan kewenangan klinis (clinical privilege)
c. Mencegah terjadinya kejadian tak diharapkan (medical mishaps)
d. Memastikan kualitas asuhan medis yang diberikan oleh staf medis melalui upaya
pemberdayaan,evaluasi kinerja profesi yang berkesinambungan (on-going professional
practice evalution), maupun evaluasi kinerja profesi yang terfokus (focused professional
practive evalution)
MEKANISME KERJA
Pasal 58
1. Direktur yang menetapkan kebijakan dan prosedur mekanisme kerja subkomite mutu profesi
berdasarkan masukan komite medik
2. Direktur menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan untuk terselenggarnya kegiatan tersebut
3. Mekanisme kerja berupa :
a. Audit medis
b. Merekomendasikan pendidikan berkelanjutan bagi staf medis
c. Memfasilitasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf medis yang membutuhkan.
BAB XIV
SUBKOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
TUJUAN
Pasal 59
1. Melindingi pasien dari pelayanan staf medis yang tidakl memenuhi syarat (unqualifed)
2. Memelihara dan meningkatkan mutu professionalism staf medis dirumah sakit.
MEKANISME KERJA
Pasal 60
1. Direktur menetapkan kebijakan dan prosedur mekanisme kerja subkomite etika dan disiplin
profesi ditetapkan profesi berdasarkan masukan dari komite medik.
2. Direktur rumah sakit menyiapkan berbagai sumber daya dibutuhkan agar kegiatan subkomite
dapat terselenggara.
3. Mekanisme kerja berupa :
a. Upaya pendisiplinan perilaku professional
b. Pembinaan profesionalisme kedokteran
c. Pertimbangan keputusan etis.
BAN XV
KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEGE)
Pasal 61
1. Kewenangan klinis adalah tindakan yang dilakukan staf medis kepada penderita sesuai
dengan profesi dan kompetensinya.
a. Temporary privileges adalah pemberian kewenangan klinis oleh staf medis spesialis
kepada staf medis umum / residen di instalasi rawat jalan, rawat inap dan kamar
operasi oleh karena suatu sebab dengan pengaturan / informasi kepada Direktur. Dan
kewenangan akan berakhir apabila staf medis spesialis sudah ada
b. Emergency privileges adalah pemberian kewenangan klinis oleh staf medis spesialis
kepada staf medis umum / residen yang dilakukan di instalasi gawat darurat yang
sesuai dengan standar pelayanan masing-masing profesi.
2. Proses pemberian kewenangan klinis dilakukan sebagai berikut :
a. Staf medis mengajukan permohonan kewenangan klinis kepada Direktur dengan
mengisi formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah disediakan rumah sakit
dengan dilengkapi bahan-bahan pendukung.
b. Berkas permohonan staf medis yang telah lengkap disampaikan oleh Direktur kepada
ketua komite medik.
c. kajian terhadap formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah diisi oleh
pemohon.
d. Dalam melakukan kajian subkomite kredensial dapat membentuk panitia pelaksana
atau panitia adhoc dengan melibatkan mitra bestari dari disiplin yang sesuai dengan
kewenangan klinis yang diminta berdasarkan buku putih (white paper).
e. Subkomite kredensial melakukan seleksi terhadap anggota panitia pelaksana atau
panitia ad-hoc dengan mempertimbangkan reputasi, adanya konflik kepentingan,
bidang disiplin, dan kompetensi yang bersangkutan.
f. Pengkajian oleh subkomite kredensial meliputi elemen:
kompetensi:
- berbagai area kompetensi sesuai standar kompetensi yang disahkan oleh
lembaga pemerintah yang berwenang untuk itu;
- kognitif;
- afektif;
- psikomotor.
kompetensi fisik;
kompetensi mental/perilaku;
perilaku etis (ethical standing).
g. Kewenangan klinis yang diberikan mencakup derajat kompetensi dan cakupan
praktik.
h. Daftar rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege) diperoleh dengan
cara:
- menyusun daftar kewenangan klinis dilakukan dengan meminta masukan dari
setiap Kelompok Staf Medis.
- mengkaji kewenangan klinis bagi Pemohon dengan menggunakan daftar rinckian
kewenangan klinis (delineation of clinical privilege).
- mengkaji ulang daftar rincian kewenangan klinis bagi staf medis dilakukan
secara periodik.
i. Rekomendasi pemberian kewenangan klinis dilakukan oleh komite medik berdasarkan
masukan dari subkomite kredensial.
j. Subkomite kredensial melakukan rekredensial bagi setiap staf medis yang mengajukan
permohonan pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan klinis (clinical
appointment), dengan rekomendasi berupa:
1. kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
2. kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
3. kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;
4. kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu;
5. kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi;
6. kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri.
k. Bagi staf medis yang ingin memulihkan kewenangan klinis yang dikurangi atau
menambah kewenangan klinis yang dimiliki dapat mengajukan permohonan kepada
komite medik melalui kepala/direktur rumah sakit. Selanjutnya, komite medik
menyelenggarakan pembinaan profesi antara lain melalui mekanisme pendampingan
(proctoring).
l. Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memberikan rekomendasi kewenangan
klinis:
a. pendidikan:
- lulus dari sekolah kedokteran yang terakreditasi, atau dari sekolah kedokteran
luar negeri dan sudah diregistrasi;
- menyelesaikan program pendidikan konsultan.
b. perizinan (lisensi):
- memiliki surat tanda registrasi yang sesuai dengan bidang profesi;
- memiliki izin praktek dari dinas kesehatan setempat yang masih berlaku.
c. kegiatan penjagaan mutu profesi:
- menjadi anggota organisasi yang melakukan penilaian kompetensi bagi
anggotanya;
- berpartisipasi aktif dalam proses evaluasi mutu klinis.
d. kualifikasi personal:
- riwayat disiplin dan etik profesi
- keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang diakui;
- keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak terlibat penggunaan obat
terlarang dan alkohol, yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap
pasien;
- riwayat keterlibatan dalam tindakan kekerasan;
- memiliki asuransi proteksi profesi (professional indemnity Insurance).
e. pengalaman dibidang keprofesian:
- riwayat tempat pelaksanaan praktik profesi;
- riwayat tuntutan medis atau klaim oleh pasien selama menjalankan profesi.
m. Berakhirnya kewenangan klinis .
- Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan klinis habis masa
berlakunya atau dicabut oleh direktur rumah sakit.
- Surat penugasan berlaku selama 2 tahun
- Pada akhir masa berlakunya surat penugasa tersebut, rumah sakit harus
melakukan proses rekredensial terhadap staf medis yang bersangkutan.
n. Pencabutan, perubahan/modifikasi, dan pemberian kembali kewenangan klinis.
- Pertimbangan pencabutan kewenangan klinis tertentu oleh Direktur rumah sakit
didasarkan pada kinerja profesi dilapangan, misalnya staf medis yang
bersangkutan terganggu kesehatannya, baik fisik maupun mental. Selain itu,
pencabutan kewenangan klinis juga dapat dilakukan bila terjadi kecelakaan
medis yang diduga karena inkompetensi atau karena tindakan disiplin dari
komite medik.
- Kewenangan klinis yang dicabut tersebut dapat diberikan kembali bila staf medis
tersebut dianggap telah pulih kompetensinya.
- Dalam hal kewenangan klinis tertentu seorang staf medis diakhiri, komite medik
akan meminta subkomite mutu profesi untuk melakukan berbagai upaya
pembinaan agar kompetensi yang bersangkutan pulih kembali.
- Komite medik dapat merekomendasikan kepada Direktur rumah sakit pemberian
kembali kewenangan klinis tertentu setelah melalui proses pembinaan.
BAB XVI
PENUGASAN KLINIS (CLINICAL APPOINTMENT)
Pasal 62
Setiap staf medis yang melakukan asuhan medis harus memiliki surat penugasan klinis dari
Pimpinan rumah sakit berdasarkan rincian kewenangan klinis setiap staf medis (delineation
ofclinical privilege) yang direkomendasikan komite medik.
BAB XVII
PERATURAN PELAKSANAAN TATA KELOLA KLINIS
Pasal 63
1. Pemberian pelayanan medis dengan standar profesi, standar pelayanan, dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien yang diatur terpisah dari peraturan
internal staf medis.
2. Kewajiban melakukan konsultasi dan/atau merujuk pasien kepada dokter, dokter spesialis,
dokter gigi, atau dokter gigi spesialis lain dengan disiplin yang sesuai.
3. Kewajiban melakukan pemeriksaan patologi anatomi terhadap semua jaringan yang
dikeluarkan dari tubuh dengan pengecualiannya.
BAB XVIII
TATA CARA REVIEW DAN PERBAIKAN PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS
Pasal 64
Akibat perkembangan ilmu dan teknologi yang cepat, medical by laws Rumah Sakit Ibu dan
Anak Dian, secara umum dapat ditinjau sekali 2 (dua) tahun, tetapi bila ada hal-hal yang sangat
urgen sekali peninjauan dapat dilakukan setiap saat. Komite medis mengusulkan pada pemilik
rumah sakit melalui Direktur.
PENUTUP
Dengan ditetapkan Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital bylaws) Rumah Sakit Ibu dan Anak
Ananda ini sesuai SK Direktur No. /AKD_RSIA Ananda/VI/2023, pada tanggal 01 Juni 2023
diharapkan dapat menjadi acuan dasar bagi direktur dan staff medis Rumah Sakit Ibu dan Anak
Ananda dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Peraturan ini dapat diubah dan direvisi
sesuai dengan perkembangan rumah sakit melalui keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak
Ananda.
Ditetapkan di Lubuklinggau
Pada tanggal, 01 Juni 2023
Direktur RSIA Ananda