Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM

BLOK 9 TEKNOLOGI FARMASI I


“PRAFORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN LIQUID”

Disusun oleh :
Kelompok B5
Anggota :
1. Inggit Purwita Cahyani (19930069)
2. Lana Minati Al Ghamira (19930070)
3. M. ZidanMubarok (19930071)
4. Calliope (19930072)
5. Pramitha Rahma Aulia (19930073)
6. Annisa Tri Maulidina (19930074)
7. Zawilatul Muzazanah (19930075)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2

BAB I..................................................................................................................................... 3

DASAR TEORI ..................................................................................................................... 3

BAB I TINJAUAN BAHAN................................................................................................. 8

BAB III BENTUK SEDIAAN TERPILIH ......................................................................... 15

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN DOSIS ............................................. 16

BAB V SPESIFIKASI PRODUK ....................................................................................... 18

BAB IV RANCANGAN FORMULA ................................................................................. 19

BAB VII PERHITUNGAN DAN CARA PEMBUATAN ................................................. 22

BAB VIII CARA EVALUASI ............................................................................................ 25

BAB IX HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 28

BAB X PEMBAHASAN .................................................................................................... 31

BAB XI KEMASAN SEDIAAN ........................................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 39

LAMPIRAN ........................................................................................................................ 41

2
BAB I

DASAR TEORI
1.1 Definisi Gel
Menurut Farmakope Indonesia V (2014), gel atau bisa juga disebut
jeli, merupakan sistem semipadat yang terdiri dari dari suspensi yang
dibuat dari partikel anorganik kecil atau molekul organik besar, yang
terpenetrasi oleh suatu cairan.
Gel adalah sistem semi padat yang fase cairnya dibentuk dalam
matriks polimer tiga dimensi (terdiri dari gom alam maupun gom sintesis)
yang tingkat silang fisiknya (atau kadang kimia) tinggi. Polimer yang
biasanya digunakan meliputi gom alam seperti; tragakan, pektin, karagen,
agar, asam alginat, serta bahan sintesis seperti metilselulosa,
hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan carbopol (Lachman,
1994).
Gel dibuat dengan cara peleburan atau membutuhkan prosedur
khusus ketika berhubungan dengan sifat mengembang dari gel (Lachman
dkk, 2008). Bahan pembentuk gel harus bersifat inert, aman, dan tidak
berinteraksi dengan bahan lainnya dalam formula, viskositasnya tidak
berubah pada penyimpanan normal (Zats & Gregory, 1996).
Karakteristik gel tergantung dengan tujuan penggunaannya. Jika
digunakan topikal, gel tidak boleh terlalu liat, konsentrasi bahan
pembentuk gel yang terlalu tinggi atau bahan dengan berat molekul yang
besar dapat menyebabkan gel sulit di oleskan maupun didispersikan (Zats
& Gregory, 1996).

1.2 Penggolongan Gel


1.2.1 Berdasarkan sifat fasa koloid (Lieberman, 1998)
a) Gel anorganik. Contoh: bentonit magma
b) Gel organik. Pembentuk gel berupa polimer
1.2.2 Berdasarkan sifat pelarut (Lieberman, 1998)
a) Hidrogel (pelarut air)

3
Umumnya terbentuk oleh molekul primer hidrofilik yang
saling sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi
seperti interaksi ionik, ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik.
Hidrogel bersifat lunak dan elastis sehingga meminimalkan
iritasi. Kekurangannya yaitu memiliki kekuatan mekanik dan
kerasan yang rendah setelah mengembang.
Contoh: bentonit magma, gelatin.
b) Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik)
Contoh: plastibase dan dispersi logam stearat dalam minyak.
c) Xerogel
Adalah gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut rendah.
Kondisi ini dapat diperbaiki dengan menambah agen yang
mengimbibisi dan mengembangkan matriks gel.
Contoh: gelatin kering, tragakan ribbons, acacia tears, selulosa
kering dan polystyrene.

1.2.3 Berdasarkan karakteristik cairan gel


a) Gel hidrofilik
Basis umumnya terdiri dari molekul-molekul organik
besar dan dapat dilarutkan dengan fase pendispersi, komponen
bahan pengembang, air, penahan lembab dan pengawet. Gel ini
lebih mudah dibuat dan memiliki kestabilan yang lebih besar
dibanding hidrofobik (Ansel, 1999). Karakteristik gel ini yaitu
mempunyai aliran tiksotropik, tidak lengket, mudah menyebar,
mudah dibersihkan, kompatibel dengan beberapa eksipien dan
larut dalam air (Rowe dkk., 2009).
b) Gel hidrofobik
Basis umumnya mengandung parafin cair dan polietilen
atau minyak lemak dengan bahan pembentuk gel koloidal silika
atau aluminium atau zink sabun (Lieberman, 1998). Gel ini
tersusun oleh partikel anorganik, bila ditambanh ke dalam fase
pendispersi maka akan terjadi interaksi antara basis gel dan fase

4
pendispersi. Basis gel ini tidak secara spontan menyebar (Ansel,
1999).
1.2.4 Berdasarkan jumlah fasenya
a) Gel fase tunggal
Gel fase tungal terdiri dari makromolekul organik yang
tersebar serba sama dalam suatu cainan sedemikian hingga tidak
terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan
cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dan makromolekul sintetik
(misalnya Karbomer) atau dari gom alum (misalnya Tragakan)
(FI V, 2014).
b) Gel fase ganda
Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah,
gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium
Hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase
terdispersi relative besar, massa gel kadang – kadang dinyatakan
sebagai magma (misalnya Magma Bentonit). Baik gel maupun magma
dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan
dapat menjadi cair pada saat pengocokan (FI V, 2014).

1.3 Formulasi
Berikut merupakan bahan penyusun sediaan gel:
a) Bahan berkhasiat
Merupakan bahan obat atau bahan aktif yang digunakan untuk tujuan
pengobatan sehingga efek terapi dapat diberikan.
b) Basis gel
Peilihannya tergantung pada sifat obat, OTT, absorpsi, sifat kulit dan
jenis luka, serta konsistensi sediaan yang diharapkan. Basis harus
tidak berkhasiat, tidak mengiritasi dan menghidrasi, kompatibel
dengan zat aktif, dan stabil secara kimia dan fisika.
c) Bahan pengawet
Untuk mencegah kontaminasi oleh mikroba.
d) Gelling agent

5
Untuk menjaga konsituen cairan serta padatan dalam bentuk gel
halus. Merupakan gum alam atau sintesis, resin maupun hidrokoloid
lain (Raton, et al., 1993).
e) Humektan
Sebagai pelembab pada kulit, dapat meminimalkan kehilangan air dan
menyisakan lapisan film tanpa membentuk kerak (Marriot, John F., et
al. 2010)
f) Chelating agent
Untuk mencegah basis dan zat yang sensitiv terhadap logam berat.
Contoh: EDTA
g) Enhancer (peningkat penetrasi)
Untuk meningkatkan jumlah dan jenis zat aktif yang dapat masuk
menembus stratum korneum kulit. (Wardiyah, 2015)

1.4 Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan dari sediaan bentuk gel adalah; (Voight, 1994)
a) Penyebaran yang baik pada kulit
b) Memberikan efek dingin setelah diaplikasikan
c) Penguapan dari kulit lambat
d) Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis
e) Mudah dicuci dengan air
Sedangkan kekurangan sediaan gel antara lain; (Lachman L, et al., 1994)
a) Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut dalam air
sehingga diperlukan penggunaan peningkatan kelarutan seperti surfaktan
agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel
tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan
surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
b) Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan
untuk mencapai kejernihan yang tinggi
c) Untuk hidroalkoholik: gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat
menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada
kulit bila paparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat

6
dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak
semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.

7
BAB II

TINJAUAN BAHAN

2.1 Tinjauan Bahan Aktif


Natrium Diklofenak
a. Karakteristik Fisika Kimia (Martindale 39, 2007)
NamaN Nama Natrium Diklofenak

Sinonim Sodium [o-(dikloroanilino)fenil]asetat

Rumus Molekul C14H10Cl2NNaO2

Berat Molekul 318,13 g/mol

Pemerian Serbuk hablur, berwarna putih, tidak berasa (USP 30 NF 25,


2007).

Kelarutan Sedikit larut dalam air, larut dalam alkohol; praktis tidak larut
dalam kloroform dan eter; bebas larut dalam alkohol metil. pH
larutan 1% dalam air adalah antara 7.0 dan 8

Penyimpanan Simpan dalam wadah kedap dan tertutup rapat

b. Bentuk Molekul
Natrium Diklofenak memiliki bentuk molekul

8
2.2 Tinjauan Bahan Eksipien
2.1.2. Propylparaben

a. Karakteristik Fisika Kimia ( FI V hal1072 )

Nama Propylparaben
Nama IUPAC Propyl 4-hydroxybenzoate
Sinonim 4-hydroxybenzoic acid propyl ester; Nipasol M;
propagin; propyl p-hydroxybenzoate; Propyl parasept;
Solbrol
P; Uniphen P-23
Rumus Molekul C10H12O3
Berat Molekul 180,20 g/mol
Pemerian Serbuk atau hablur kecil, tidak berwarna
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air, sukar larut dalam air mendidih,
mudah larut dalam etanol dan dalam eter
Penyimpanan Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan
kering
Inkompatibilitas Aktivitas antimikroba berkurang dengan adanya surfaktan
nonionik, agnesium aluminium silikat, magnesium trisilikat,
oksida besi kuning, dan biru laut biru juga telah dilaporkan
menyerap propil paraben, sehingga mengurangi efektivitas
pengawet, propylparaben berubah warna dengan adanya besi
dan hidrolisis dengan basa lemah dan asam kuat

b. Bentuk Kimia

Propylparaben memiliki bentuk kimia (Pubchem, 2020)

9
2.1.2 Methylparaben

a. Karakteristik Fisika Kimia ( FI V hal 845)

Nama Methylparaben
Nama IUPAC Methyl-4-hydroxybenzoate
Sinonim 4-hydroxybenzoic acid methyl ester; methyl p-
hydroxybenzoate; Nipagin M; Uniphen P-23
Rumus Molekul C8H803
Berat Molekul 152.15 g/mol
Pemerian Hablur atau serbuk tidak berwarna, atau kristal putih, tidak
berbau atau berbau khas lemah, dan mempunyai rasa sedikit
panas.
Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam benzen dan dalam karbon
tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam ester
Penyimpanan Penyimpanan pada suhu kamar
Inkompatibilitas Akan berkurang dengan adanya surfaktan nonionik namun
dengan adanya propilen glikol dapat mencegah interaksi
keduanya

10
b. Bentuk Molekul

Methylparaben memiliki bentuk kimia (PubChem, 2020)

2.1.3 HPMC (Hydroxypropyl methylcellulose)

a. Karakteristik Fisika Kimia ( Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 346)

Nama Hydroxypropyl methylcellulose


Nama IUPAC (2S,3R,4S,5R,6R)-2-[(2R,3R,4R,5R,6S)-6-
[(2R,3R,4S,5R,6S)-4,6-bis(1-hydroxyethoxy)-2-
(hydroxymethyl)-5-methoxyoxan-3-yl]oxy-5-hydroxy-4-(1-
hydroxyethoxy)-2-(methoxymethyl)oxan-3-yl]oxy-6-(1-
hydroxyethoxymethyl)-4-methoxyoxane-3,5-diol
Sinonim Benecel MHPC; E464; hydroxypropyl
methylcellulose;HPMC; Methocel; methylcellulose
propylene glycol ether;methyl hydroxypropylcellulose;
Metolose; Tylopur.
Rumus Molekul C29H54O20
Berat Molekul 722.7g/mol
Pemerian Tidak berbau dan berasa, berserat atau butiran bubuk putih
atau krem-putih
Kelarutan Larut dalam air dingin, membentuk koloid kental larutan;
praktis tidak larut dalam air panas, kloroform, etanol (95%),
dan eter, tapi larut dalam campuran etanol dan

11
diklorometana, campuran metanol dan diklorometana, dan
campuran air dan alkohol. nilai tertentu hypromellose yang
larut dalam larutan aseton berair, campuran diklorometana
dan propan-2-ol, dan pelarut organik lainnya. Beberapa
nilai yang swellable dalam etanol.
Penyimpanan Penyimpanan dapat disimpan dalam wadah tertutup baik, di
tempat sejuk dan kering
Inkompatibilitas Hypromellose tidak kompatibel dengan beberapa agen
pengoksidasi. Karena nonionik, hypromellose tidak akan
kompleks dengan garam logam atau ion organik untuk
membentuk endapan tidak larut

b. Bentuk Molekul

HPMC memiliki bentuk molekul ( PubChem, 2020)

2.1.4 Propylene Glycol

a. Karakteristik Fisika Kimia ( Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 647)

Nama Propylene Glycol


Nama IUPAC Propane-1,2-diol
Sinonim 1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol;

12
methyl
ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol.
Rumus Molekul C3H8O2
Berat Molekul 76.09
Pemerian Tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau, cair, dengan
rasa manis, rasa sedikit pedas menyerupai gliserin
Kelarutan Larut dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan
air; larut pada 1 : 6 bagian eter; tidak larut dengan minyak
atau tetap minyak mineral ringan, tetapi akan larut beberapa
minyak esensial
Penyimpanan Propylene glycol bersifat higroskopis dan harus
disimpan di wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk dan kering
Inkompatibilitas Dengan bahan pengoksidasi seperti kalium
permanganat

b. Bentuk Molekul

Propulene Glycol memiliki bentuk molekul ( PubChem, 2020)

2.1.5 Air Suling (Aquadest)

a. Karakteristik Fisika Kimia (FI V hal 57)

13
Nama Aquadest
Rumus Molekul H20
Berat Molekul 18.02
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat

b. Bentuk Molekul

Air memiliki bentuk molekul (PubChem, 2020)

14
BAB III

BENTUK SEDIAAN TERPILIH

Bentuk sediaan yang dipilih adalah gel. Alasan pemilihan gel sebagai bentuk
sediaan yaitu:
1. Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan mengalami metabolisme lintas
pertama sebesar 40-50%, serta menyebabkan gangguan gastrointestinal.
2. Untuk mengurangi efek pada saluran cerna, dan meningkatkan kepatuhan dalam
penggunaan maka pendekatan yang dilakukan dengan membuat sediaan
transdermal yaitu sistem penghantaran yang memanfaatkan kulit sebagai tempat
masuknya obat. Oleh sebab itu dibuat dalam bentuk sediaan topikal (Hendriadi,
2012).
3. Natrium diklofenak memiliki koefisien partisi (P) sebesar 13,4 (Log P = 1,13).
Berdasarkan nilai koefisien partisi tersebut dapat diketahui bahwa natrium
diklofenak cenderung bersifat liofil, sehingga penggunaannya lebih optimal bila
digunakan dalam gel.

15
BAB IV

PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN DOSIS

4.1 Skala Kecil


1 tube = 20 gram
Penambahan3% = 20 gram + 3% = 20,6 gram
Penimbangan 1
Bahan Kadar (%) Penambahan 3%
tube

1% 1% x 20,6 g
Natrium 1% x 20 g
(10 = 0,206 g= 206
Diklofenak = 0,2 g= 200 mg
mg/gram) mg

0,18% x 20 g 0,18% x 20,6 g


Nipagin 0,18%
= 0,036 g = 0,03708g

0,02% x 20 g 0,02% x 20,6 g


Nipasol 0,02%
= 0,004 g = 0,00412 g

5% x 20 g 5% x 20,6 g
HPMC 5%
= 1g = 1,03g

Propilen 15% x 20 g 15% x 20,6 g


15%
glikol =3g = 3,09g

Aquadestilata Ad 100% Ad 20 mL Ad 20,6 mL

4.2 Skala Besar


1000 tube = 20.000 gram = 20 kg
Penambahan 10% = 20.000 g + 10% = 22.000 g = 22 kg

Penimbangan1000T Penambah
Bahan Kadar (%)
ube an 10%

NatriumDiklofen 1% 0,2 g x 1000 1% x


ak (10mg/gra = 200 g 22.000 g

16
m) =220.000m
g = 220 g

0,18% x
0,036g x 1000
Nipagin 0,18% 22.000 g
= 36 g
= 39,6 g

0,02% x
0,004 g x 1000
Nipasol 0,02% 22.000 g
=4g
= 4,4 g

5% x

1g x 1000 22.000 g
HPMC 5%
= 1000g = 1 kg = 1100 g =
1,1 kg

15% x

3 g x 1000 22.000 g
Propilen glikol 15%
= 3000 g = 3 kg = 3300 g =
3,3 kg

Aquadestilata Ad 100% Ad 20L Ad 22 L

17
BAB V

SPESIFIKASI PRODUK

5.1 Perhitungan Perencanaan Dosis


Per kemasan 20 gram
Tiap kemasan mengandung 10 mg/g natrium diclofenac
Dewasa : dioleskan 3 - 4 kali sehari
Tidak disarankan untuk anak usia dibawah 18 tahun

5.2 Spesifikasi Produk


- Persyaratan umum sediaan
- Zat pembentuk gel yang ideal adalah inert, aman, dan tidak bereaksi dengan
komponen lain
- Pemilihan bahan bentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik
selama penyimpanan tetapi dapat rusak apabila sediaan diberikan kekuatan atau
daya
- Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur
- Sediaan gel harus memiliki daya lekat yang besar pada tempat yang diobati
- Rencana spesifikasi sediaan
- Nama dagang : Voltaren
- Bentuk sediaan : emulgel / gel
- Kekuatan : 10 mg/g 20g
- Kategori : Obat keras
- Indikasi : Antiinflamasi. Pengobatan lokal peradangan traumatis tendon,
ligamen, otot dan persendian. Bentuk lokal rematik jaringan lunak dan penyakit
rematik
- Kemasan : 20 g mengandung 10mg/g natrium diclofenac
- Dosis : untuk dewasa dioleskan 3 - 4 kali sehari. Untuk anak usia dibawah 18
tahun tidak disarankan

18
BAB VI

RANCANGAN FORMULA

6.1 Skema atau Bagan Alur Fikir

6.2 Skema atau Bagan Alur Fikir Sediaan

19
A. KomponenPenyusun Formula
Bahan Fungsi

Natrium Diklofenak Bahanaktif

Nipagin Pengawet

Nipasol Pengawet

HPMC Basis gel

Propilenglikol KosolvendanHumektan

Aquadestilata Pelarut

B. Pemilihan Bahan Komponen Penyusun Untuk Mencapai Spesifikasi


Bahan Fungsi Alasan

Nipagin Pengawet Sediaan gel cenderung mudah ditumbuhi


Nipasol mikrobase hingga dibutuhkan preservatif.
Digunakan nipagin dan nipasol karena dapat
bekerja di rentang pH yang luas dan berkerja
sinergis bila dikombinasikan.

HPMC Basis gel Dapat membentuk gel yang jernih, netral,


viskositas stabil, dan memiliki daya sebar yang
baik

Propilengli Kosolven - Meningkatkan kemampuan pelepasan obat dan


kol dan menghindari dari kontaminasi mikroba
humektan - Sebagai humektan karena dapat mengurangi
penguapan air dari permukaan kulit.
Aquadestil Pelarut Untuk melarutkan senyawa komponen dan
ata menambah volume

20
C. Formula Lengkap dengan Kadarnya

Rentang Kadar yang


No Bahan Kegunaan
Pemakaian (%) Dipilih (%)
1 Natrium Diklofenak Zat Aktif 1% (10 mg/gram) 1% (10 mg/gram)
2 Nipagin Pengawet 0,12-0,18% 0,18%
3 Nipasol Pengawet 0,02-0,05% 0,02%
4 HPMC Basis Gel 2-5% 5%
Kosolven 5-80%
5 Propilenglikol 15%
Humektan 15%
6 Aquadestilata Pelarut Ad 100% Ad 100%

21
BAB VII

PERHITUNGAN DAN CARA PEMBUATAN

a) Skala Kecil
1 tube = 20 gram
Penambahan3% = 20 gram + 3% = 20,6 gram
Penimbangan 1
Bahan Kadar (%) Penambahan 3%
tube

1% 1% x 20,6 g
Natrium 1% x 20 g
(10 = 0,206 g= 206
Diklofenak = 0,2 g= 200 mg
mg/gram) mg

0,18% x 20 g 0,18% x 20,6 g


Nipagin 0,18%
= 0,036 g = 0,03708g

0,02% x 20 g 0,02% x 20,6 g


Nipasol 0,02%
= 0,004 g = 0,00412 g

5% x 20 g 5% x 20,6 g
HPMC 5%
= 1g = 1,03g

Propilen 15% x 20 g 15% x 20,6 g


15%
glikol =3g = 3,09g

Aquadestilata Ad 100% Ad 20 mL Ad 20,6 mL

b) Skala Besar
1000 tube = 20.000 gram = 20 kg
Penambahan 10% = 20.000 g + 10% = 22.000 g = 22 kg

Penimbangan1000T Penambahan
Bahan Kadar (%)
ube 10%

1% 1% x 22.000 g
NatriumDiklofen 0,2 g x 1000
(10mg/gra =220.000mg =
ak = 200 g
m) 220 g

22
0,18% x
0,036g x 1000
Nipagin 0,18% 22.000 g
= 36 g
= 39,6 g

0,02% x
0,004 g x 1000
Nipasol 0,02% 22.000 g
=4g
= 4,4 g

5% x 22.000 g
1g x 1000
HPMC 5% = 1100 g = 1,1
= 1000g = 1 kg
kg

15% x 22.000

3 g x 1000 g
Propilen glikol 15%
= 3000 g = 3 kg = 3300 g = 3,3
kg

Aquadestilata Ad 100% Ad 20L Ad 22 L

23
C. Cara Pembuatan

Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

Ditimbang bahan sesuai perhitungan yang telah dilakukan.

Dlarutkan natrium diklofenak pada propilen


glikol.Kemudian, diaduk ad homogen.

Dilarutkan nipagin pada propilen


glikol.Kemudian, diaduk ad homogen.

Dilarutkan nipasol pada propilen


glikol.Kemudian, diaduk ad homogen.

Dicampurkan larutan natrium dikoflenak, nipagin, dan


nipasol.Kemudian, diaduk ad homogen.

Ditambahkan basis gel, yaitu HPMC.


Kemudian, diaduk ad homogen

Ditambahkan aquades dan diaduk ad homogen.

24

Sediaan yang telah jadi dimasukkan dalam tube, dikemas,


dan diberi brosur yang sesuai.
BAB VIII

CARA EVALUASI
8.1 Uji Organoleptis

Pada uji organoleptis dilakukan dengan pengamatan terhadap bentuk, warna,


dan bau dari sediaan gel yang dibuat (Titaley, et. al, 2014).

8.2 Uji pH

Uji Ph dilakukan bertujuan untuk mengetahui pH sediaan dan memantau nilai


pH selama penyimpanan.

Cara evaluasi

1. Dimasukkan kertas pH kedalam sediaan


2. Ditunggu beberapa saat
3. Diamati kertas pH
4. Dibandingkan indicator pH
5. Diamati perubahan warna yang terjadi dan ditulis hasil Ph

8.3 Uji DayaSebar

Tujuan dilakukannya uji dayasebar yaitu untuk terjaminnya sediaan mampu


menyebar dengan mudah sehingga untuk penggunaannya mudah dan nyaman tanpa
menimbulkan rasa sakit saat digunakan. Hasil daya sebar sediaan gel yang baik adalah
5-7 cm atau 5,54- 6,08 cm (berdasarkanstandar SNI). Semakin besar daya sebar
sediaan menunjukkan kemampuan zat aktif untuk menyebar dan kontak dengan kulit
semakin luas (Sayuti, 2015).

Cara evaluasi

1. Ditimbang sediaan sebanyak 0,5 gram


2. Diletakkan ditengah ala t ekstensometer, kemudian ditimbang dulu penutup kaca
ekstensometer
3. Diletakkan di ekstensometer kemudian dibiarkan selama 1 menit

25
4. Diukur diameter yang menyebardenganmengambilpanjang rata-rata diameter
daribeberapasisi
5. Ditambahkan beban50 gram dan didiamkanselama 1 menit, sertadicatat diameter
sediaan yang menyebar
6. Diteruskandenganmenambahkanbebanlagiseberat50 gram dan dicatat diameter
sediaan yang menyebarsetelahdidiamkanselama 1 menit seperti sebelumnya.

8.4 Uji DayaLekat

Tujuan dilakukannya uji dayalekatadalahuntukmengetahuiikatanantara gel


dengankulit. Daya lekat yang tinggi menunjukkan bahwa ikatanantarakulit dan gel
semakinkuatsehinggaabsorbsiobatlebihtinggi oleh kulit. Sebaliknya, jikaikatanantara
gel dan kulittidak/kurang optimal, makaobatakanmudahterhapus oleh kulit.
Dayalekatsediaan yang baikadalahtidakkurangdari 4 detik (Nevi, 2006).

Cara Evaluasi

1. Ditimbangsediaansebanyak 0,5 gram


2. Diletakkan pada objek glass
3. Ditutup objek menggunakan tutupobjek pada alat uji dayalekat
4. Ditambahkan beban 500 gram
5. Didiamkan selama 1 menit
6. Diturunkanbebansetelah 1 menit, lalu ditarik tuasnya, kemudian dicatat waktunya.

8.5 Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui homogenitas darisediaan yang


dibuat.Syarat homogenitas adalah tidak boleh mengandung bahan kasar yang dapat
teraba (Syamsuni, 2005).

Cara Evaluasi

1. Dioleskans ediaan pada objek glass


2. Diamati apakah terdapat partikel yang tidak merata

26
8.6 Uji Proteksi

Uji proteksi memiliki tujuan untuk mengetahui apakah sediaan gel


memiliki efek proteksi terhadap iritasi mekanik, panas dan kimia. Jika tidak ada
noda berarti masker memberikan proteksi (Rahmawati., dkk, 2015)

Cara Evaluasi

1. Diambil kertassaring dan diukur 10 cm x 10 cm sebanyak 1 buahdibasahidengan


indicator PP dan kemudian dikeringkan
2. Diambil lagi kertassaring dengan ukuran 2,5 cm x 2,5 cm sebanyak 12 buah
kemudian dibasahi dengan indicator PP dan dikeringkan
3. Diolesi dengan sediaansetelahkertasukuran 10 cm x 10 cm kering. Sedangkan
kertassaringukuran 2,5 cm x 2,5 cm ditempelkandiatasnya
4. Ditetesikertassaringdengan KOH pada kertassaringukurankecil, diamati pada 5, 10,
15, 30, 45, 60 detik. Jika tidak terdapat noda merah berarti sediaan dapat
memberikan proteksi terhadap cairan.

27
BAB IX

HASIL PENELITIAN

Praktikum pembuatan sediaan semisolid berupa gel ini dilaksanakan secara daring
(dalam jaringan) atau secara online pada tanggal 28-29 Oktober 2020 yang meliputi dua
tahap, yaitu tahap praformulasi dan tahap evaluasi. Praformulasi sediaan gel disusun
berdasarkan literatur-literatur terkait untuk kemudian dipresentasikan kepada dosen
pengampu praktikum pada tanggal 28 Oktober 2020. Tahap evaluasi dilakukan dengan
ditunjukkan video cara pembuatan sediaan bentuk gel oleh dosen pengampu praktikum
pada tanggal 29 Oktober 2020.

Setelah dilakukan praktikum, didapatkan hasil berupa sediaan semi solid dengan
bentuk gel yang mengandung Natrium Diklofenak sebagai bahan aktif. Gel merupakan
suatu sediaan semi solid yang mengandung bahan obat berupa bahan aktif dan bahan
eksipien atau bahan tambahan. Formulasi sediaan gel natrium diklofenak ini dibuat 20
gram untuk setiap tube dengan nama dagang Naclogel.

Hasil yang diperoleh dari praktikum secara daring ini meliputi cara pembuatan dan
cara evaluasi dari sediaan gel. Sebelumnya, dilakukan praformulasi terlebih dahulu yang
bertujuan untuk menentukan eksipien yang tepat digunakan dengan bahan aktif. Setelah
itu, dilakukan perhitungan terhadap bahan-bahan untuk mengetahui kadar dalam skala
kecil maupun skala besar. Berikut ini pemaparan hasil perhitungan bahan yang digunakan
sebagai sediaan dalam skala kecil dan skala besar.

1. Skala Kecil
1 tube = 20 gram
Penambahan 3% = 20 gram + 3% = 20,6 gram

Bahan Kadar (%) Penimbangan 1 tube Penambahan 3%

Natrium 1% 1% x 20 g 1% x 20,6 g

Diklofenak (10 mg/gram) = 0,2 g = 200 mg = 0,206 g = 206 mg

28
0,18% x 20 g 0,18% x 20,6 g
Nipagin 0,18%
= 0,036 g = 0,03708 g

0,02% x 20 g 0,02% x 20,6 g


Nipasol 0,02%
= 0,004 g = 0,00412 g

5% x 20 g 5% x 20,6 g
HPMC 5%
=1g = 1,03 g

15% x 20 g 15% x 20,6 g


Propilen glikol 15%
=3g = 3,09 g

Aquadestilata Ad 100% Ad 20 mL Ad 20,6 mL

2. Skala Besar
1000 tube = 20.000 gram = 20 kg
Penambahan 10% = 20.000 g + 10% = 22.000 g = 22 kg
Penimbangan
Bahan Kadar (%) Penambahan 10%
1000 Tube

Natrium 1% 0,2 g x 1000 1% x 22.000 g

Diklofenak (10 mg/gram) = 200 g = 220.000 mg = 220 g

0,036 g x 1000 0,18% x 22.000 g


Nipagin 0,18%
= 36 g = 39,6 g

0,004 g x 1000 0,02% x 22.000 g


Nipasol 0,02%
=4g = 4,4 g

1 g x 1000 5% x 22.000 g
HPMC 5%
= 1000 g = 1 kg = 1100 g = 1,1 kg

Propilen 3 g x 1000 15% x 22.000 g


15%
glikol = 3000 g = 3 kg = 3300 g = 3,3 kg

Aquadestilata Ad 100% Ad 20 L Ad 22 L

29
Setelah diketahui kadar setiap bahan yang digunakan, dilakukan pembuatan
sediaan gel dengan Langkah-langkah sebagai berikut:

a. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.


b. Ditimbang bahan sesuai perhitungan yang telah dilakukan.
c. Disiapkan propilen glikol, lalu diambil sedikit untuk melarutkan beberapa bahan.
d. Dicampurkan natrium diklofenak pada sebagian propilen glikol. Kemudian, diaduk
ad homogen.
e. Dicampurkan nipagin pada sebagian propilen glikol. Kemudian, diaduk ad
homogen.
f. Dicampurkan nipasol pada sebagian propilen glikol. Kemudian, diaduk ad
homogen.
g. Dicampurkan larutan natrium dikoflenak, nipagin, dan nipasol. Kemudian, diaduk
ad homogen.
h. Ditambahkan larutan nomor 7 dengan sisa propilen glikol. Kemudian, diaduk ad
homogen.
i. Ditambahkan larutan nomor 8 dengan basis gel, yaitu HPMC. Kemudian, diaduk
ad homogen.
j. Ditambahkan larutan nomor 9 dengan aquades. Kemudian, diaduk ad homogen.
k. Sediaan yang telah jadi dimasukkan dalam tube, dikemas, dan diberi brosur yang
sesuai.

Kemudain setelah sediaan gel Natrium Diklofenak diperoleh, selanjutnya dilakukan


tahap evaluasi. Tahap evaluasi dalam pembutatan sediaan gel ini meliputi uji organoleptis,
uji pH, uji daya sebar, uji daya lekat, uji homogenitas, dan uji proteksi. Hasil pada
praktikum ini mengalami keterbatasan karena semua diperoleh dari literatur yang terkait
dan praktikan tidak dapat melakukan praktikum secara langsung.

30
BAB X

PEMBAHASAN
Praktikum Praformulasi Sediaan Semisolid ini telah dilaksanakan secara daring
atau dalam jaringan pada Rabu, 28 Oktober 2020 melalui pertemuan synchronous zoom
meeting. Pada praktikum ini praktikan mendapatkan tema untuk membuat formulasi
sediaan semisolid berupa gel.Sediaan gel yang kadang-kadang disebut jeli adalah sistem
semi padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik kecil atau
molekul partikel anorganik besar, yang terdispersi oleh suatu cairan. Serta jika massa gel
terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digoongkan sebagai sistem dua fase
(FI V, 2014).

Pada rancangan formulasi ini praktikan menggunakan bahan aktif Natrium


Diklofenak yang dibuat sebagai gel.Natrium diklofenak adalah salah satu obat NSAID
yang paling banyak digunakan.Natrium diklofenak ini mampu memberikan efek analgesik,
antipiretik, serta antiinflamasi dengan potensi tinggi dan toleransi yang baik. Namun,
natrium diklofenak juga merupakan salah satu obat yang mengalami first pass metabolism
dan dapat mengganggu system gastrointestinal apabila digunakan secara terus menerus.
Untuk mengatasi hal tersebut, natrium diklofenak akan lebih aman apabila diformulasikan
sebagai sediaan non oral. Berdasarkan hal tersebut, gel dipilih sebagai pembawa dari
natrium diklofenak untuk meningkatkan aksetabilitas pasien (Mangampa, 2015).

Rancangan formulasi gel natrium diklofenak ini juga digunakan bahan-bahan


eksipien atau bahan tambahan yang menunjang pembuatan gel.Eksipien yang digunakan
adalah metil paraben dan propil paraben, HPMC, propilen glikol, dan
aqudestilata.Kombinasi metil paraben dan propil paraben digunakan untuk meningkatkan
efektivitas sebagai preservatif atau pengawet.Kedua bahan tersebut memiliki mekanisme
kerja yang berbeda dimana metil paraben sebagai antibakteri dan propil paraben sebagai
antifungi. Sehingga, apabila digunakan secara bersamaan atau dikombinasikan akan
memberikan efek sinergis sebagai bahan preservative. HPMC digunakan sebagai gelling
agent pada produk sediaan.Propilen glikol digunakan sebagai co-solvent dan
humektan.Sedangkan, aqudestilata digunakan sebagai solvent atau pelarut utama. Yang
menjadi catatan adalah natrium diklofenak memiliki tingkat kelarutan yang rendah pada air

31
sehingga dalam proses pembuatannya tidak bisa langsung dilarutkan dalam aquadestilata
(FI V, 2014).

Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam pembuatan sediaan gel natrium
diklofenak adalah dengan melakukan studi praformulasi. Studi praformulasi ini bertujuan
untuk optimalisasi dari sediaan yang akan dibuat. Studi praformulasi ini dimulai dari
meninjau setiap bahan yang akan digunakan dalam sediaan. Tinjauan bahan ini dibuat
sebagai acuan pemastian bahwa tidak akan ada inkompatibilitas dari setiap bahan yang
menimbulkan ketidakstabilan dari sediaan. Studi praformulasi juga meliputi perhitungan
bahan yang digunakan dengan kadar yang dipilih. Sebelum menentukan berat bahan yang
digunakan, formulator menentukan kadar persen yang dipilih berdasarkan rentang persen
yang didapatkan dari referensi. Perhitungan bahan ini meliputi dua aspek utama, yaitu
perhitungan bahan untuk skala kecil dan juga perhitungan bahan untuk skala besar.Pada
skala kecil, praktikan menargetkan membuat gel sebanyak 20 gram per satu tube dengan
penambahan 3% sehingga akan didapatkan berat gel adalah 20,6 gram. Sedangkan pada
skala besar, praktikan membuat 1000 tube sehingga didapatkan berat gel yang akan dibuat
adalah 20 kg dengan penambahan bahan 10% dan didapatkan berat gel adalah 22 kg.
Tujuan penambahan 3% pada skala kecil dan 10% pada skala besar ini bertujuan untuk
menghindari hilangnya atau berkurangnya bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi
selama proses pembuatan sediaan gel natrium diklofenak.

Setelah melakukan studi praformulasi pada sediaan gel natrium diklofenak,


formulator dapat langsung memulai proses pembuatan dari sediaan gel natrium diklofenak.
Pembuatan ini diawali dari disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.Alat yang digunakan
adalah yang berkaitan dengan pembuatan gel natrium diklofenak skala kecil, yaitu meliputi
mortir dan stemfer, sudip, timbangan analitik, dan kaca arloji.Sedangkan bahan yang
digunakan meliputi bahan aktif yaitu natrium diklofenak dan bahan eksipien yang terdiri
dari nipagin, nipasol, HPMC, propilen glikol, dan aquadestilata.Setelah disiapkan alat dan
bahan, dilakukan penimbangan semua bahan sesuai dengan perhitungan yang telah
dilakukan sebelumnya.Setelah didapatkan semua bahan yang dibutuhkan, dapat dilakukan
tahap berikutnya yaitu pembuatan gel natrium diklofenak.Bahan aktif natrium diklofenak
yang telah ditimbang sebanyak 206 mg dilarutkan di dalam co-solvent propilen
glikol.Kadar natrium diklofenak adalam 10 mg/gram dengan kadar 1% di dalam satu tube
sediaan gel. Natrium diklofenak dilarutkan di dalam propilen glikol karena sifat bahan

32
aktif yang sukar larut di dalam air.Sehingga, digunakan propilen glikol untuk
meningkatkan kelarutan dari natrium diklofenak. Langkah selanjutnya adalah melarutkan
nipagin sebanyak 37,08 mg dengan kadar yang dipilih adalah 0,18% ke dalam propilen
glikol. Sama seperti nipagin, preservatif lainnya yaitu nipasol sebanyak 4,12 mg dengan
kadar yang dipakai adalah 0,02% juga dilarutkan ke dalam propilen glikol. Penggunaan
nipagin dan nipasol bertujuan sebagai pengawet atau preservatif karena sediaan gel
natrium diklofenak ini mengandung air yang pada dasarnya mudah ditumbuhi oleh
mikroba. Nipagin dan nipasol dikombinasikan akan membentuk efek yang optimal karena
keduanya memiliki mekanisme kerja yang berbeda seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Berdasarkan FARMAKOPE INDONESIA edisi V disebutkan bahwa kedua
bahan tersebut (nipagin dan nipasol) memiliki kelarutan yang rendah di dalam air.Bahkan,
nipasol memiliki sifat sangat sukar larut di dalam air dan nipagin memiliki sifat sukar larut
dalam air. Keduanya, akan lebih mudah larut di dalam larutan turunan alcohol dan eter.
Sehingga, dipilih propilen glikol untuk melarutkan bahan-bahan tersebut karena propilen
glikol memiliki sifat dan kestabilan yang baik. Total propilen glikol yang digunakan
adalah sebanyak 3.090 gram/mL dan kadar yang dipilih adalah 15%. Kadar 15% ini masuk
dalam rentang propilen glikol sebagai co-solvent dan sebagai humektan.Sehingga, selain
menjadi co-solvent, propilen glikol dalam sediaan ini juga digunakan sebagai humektan
yang dapat memperlama waktu kontak gel dengan permukaan kulit dan memberikan
kelembapan terhadap kulit ketika menggunakan sediaan gel ini.Setelah ketiga larutan
tersebut didapatkan, ketiganya dicampurkan bersamaan dan diaduk hingga homogen.

Langkah selanjutnya adalah penambahan gelling agent HPMC ke dalam larutan


yang telah dibuat.Sediaan gel yang baik adalah yang memiliki sifat tembus cahaya atau
transparan, memberikan sensasi dingin ketika diaplikasikan, dan lembab.Gelling agent
HPMC dapat membentuk gel yang jernih, sifatnya yang netral, serta memiliki viskositas
yang stabil meskipun dalm penyimpanan jangka panjang (Rowe, 2009). Selain itu, HPMC
juga memiliki kemampuan daya sebar yang lebih baik apabilia dibandingkan dengan
gelling agent yang lain dimana daya sebar yang singkat juga merupakan salah satu
indikator sediaan gel yang baik (Madan, 2010).

Setelah ditambahkan gelling agent, langkah selanjutnya adalah ditambahkan


aquadestilata ke dalam larutan tersebut dan diaduk hingga terbentuk masa gel yang
kenyal.Penggunaan aquadestilata adalah sebagai pelarut atau pembawa dimana dapat

33
mengembangkan gelling agent HMPC menjadi masa gel.Selain itu, digunakan
aquadestilata karena sifatnya yang netral dan sesuai dengan gelling agent yang digunakan.
HPMC diketahui memiliki kelarutan yang baik pada pembawa air sehingga sediaan gel
natrium diklofenak ini tergolong dalam jenis gel hidrogel dimana pelarut utamanya adalah
air. Setelah terbentuk masa gel yang diinginkan, sediaan dimasukkan ke dalam kemasan
primer dengan rapi.Setelah itu, sediaan gel di dalam tube dimasukkan ke dalam kemasan
sekunder berupa kardus yang dapat meningkatkan keamanan selama
penyimpanan.Kemasan sekunder tersebut juga diberikan brosur yang berisi informasi
terkait dari sediaan gel natrium diklofenak.

Setelah didapatkan gel natrium diklofenak dilakukan berbagai macam uji untuk
memastikan kelayakan dari sediaan untuk didistribusikan kepada pasien.Pengujian tidak
dilakukan secara langsung karena keterbatasan kondisi sehingga praktikan melakukan
studi literatur terkait pengujian pada sediaan semisolid gel.Uji stabilitas sediaan yang
pertama adalah uji organoleptis dimana berkaitan dengan penampilan luar yang dapat
diamati dengan mata telanjang dari sediaan gel natrium diklofenak.Uji organoleptic ini
dilakukan dengan cara pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna, dan bau dari
sediaan gel natrium diklofenak. Uji ini juga dilakukan pada sebelum dan sesudag
pembuatan dengan diberi kondisi penyimpanan dipercepat yaitu pada suhu 5°C dan
35°C.Hasil pengamatan organoleptis ini kemungkinan besar tidak terjadi perubahan bentu,
warna, dan bau dari sediaan sebelum maupun sesudah penyimpanan dengan warna jernih
sebab menggunakan basis HPMC (Tahir, 2017).

Uji stabilitas kedua yang dilakukan adalah pengukuran pH sediaan. Uji ini
dilakukan dengan cara mencelupkan alat bernama pH meter ke dalam sediaan gel natrium
diklofenak yang telah dibuat dan dicatat nilai yang ditunjukkan oleh pH meter (Rawlins,
2003). Sebenarnya untuk sediaan semisolid tidak rentan terjadi perubahan pH seperti yang
terjadi pada sediaan liquid.Sehingga, pengukuran pH ini biasanya dilakukan pada tahap
produksi atau tahap mixing bahan-bahan dalam sediaan. Nilai pH dari sediaan topical
diharapkan menyesuaikan dengan pH kulit yaitu sekitar 5-6,8. Pada beberapa literature
juga menyebutkan formulasi gel natrium diklofenak menggunakan bahan penstabil pH
seperti TEA. Namun, meskipun tidak ditambahkan bahan penstabil pH, nilai pH dari
sediaan gel natrium diklofenak sudah berada pada rentang 6,3 baik sebelum penyimpanan
maupun sesudah penyimpanan dalam jangka panjang. Bahkan terdapat literature yang

34
menjelaskan penambahan bahan penstabil pH dari golongan basa membuat pH sediaan
berada pada angka sekitar 6,94 dimana melebihi rentang pH kulit yang meskipun masih
dapat ditoleransi pemakaiannya (Hapsari, 2012).

Uji stabilitas sediaan gel natrium diklofenak yang ketiga adalah pengukuran
viskositas menggunakan alat bernama viscometer Brookfield dengan spindle nomor 7 dan
kecepatan 50 rpm.Kemudian dilakukan pengamatan dan dihitung nilai viskositasnya.Nilai
viskositas ini menyatakan besaran tahanan suatu cairan untuk mengalir.Pada sediaan gel,
nilai viskositas yang baik berada pada rentang 2000-4000 cP (Garg, 2002).

Uji stabilitas fisik sediaan gel natrium diklofenak yang bisa dilakukan berikutnya
adalah pemeriksaan homogenitas. Sediaan gel yang akan diuji dioleskan pada kaca atau
bidang datar dan diamati keberadaan agregatnya. Apabila diraba tidak ada butira-butiran
kasar maka gel bisa dikatakan bersifat homogen.Hal ini berkaitan dengan syarat
homogenitas dimana dalam suatu sediaan semisolid tidak boleh mengandung bahan kasar
yang dapat teraba secara langsung maupun tidak langsung (Tahir, 2017).

Uji stabilitas fisik yang terakhir adalah uji daya sebar dimana sejumlah sampel
sediaan gel diletakkan di atas sebuah kaca bulat degan diameter kurang lebih 15 cm.
disediakan pula kaca yang lain untuk diletakkan gel selama 1 menit. Kemudian, dilakukan
pengukuran daya sebar dan diameter konstan yang terjadi.Uji daya sebar ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan penyebaran sediaan semisolid ketika
diaplikasikan di kulit pasien (Tahir, 2017).

35
BAB XI

KEMASAN SEDIAAN
a) Kemasan skunder

b) Kemasan primer

36
c) Brosur

37
d) etiket

APOTEK COFACTOR
Jln. Dosis II, Batu (0815)5478 9990
SIS :19/B/111/2020 SIP : 9393988877
APA : Apt. Kelompok Sepuluh, M. Farm,. Klin.
No. : 10 Tgl : 25/10/2020

Tn. Zidan (45 thn)


Natrium Diclofenak
Oleskan pada bagian yang sakit 2-3 kali sehari

OBAT LUAR
Semoga cepat sembuh
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

38
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 1999. Pengantar Bentuk Sedimen Farmasi, Ed IV. Jakarta: UI-Press
Depkes, RI. 2014. Farmakope Indonesia, Edisi V. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta.
Garg, A, dkk. 2002. Spreading of Semisolid Formulation. An Update Pharmaceutical
Technology.

Hapsari, Maulidina, dkk. 2012. “Penetrasi Natrium Diklofenak Sistem Niosom Span 20 –
Kolesterol dalam Basis Gel HPMC 4000”. Jurnal PharmaScientia.Volume 1.Nomor
2. Halaman 29-36.

Lahman, Leon dkk. 1994. Teori daan Praktek Farmasi Industri II. Jakarta: UI-Press
Lieberman, A.H., Rieger, M. M., and Banker S. G., 1998. Pharmaceutical Dosage Forms:
Disperse System, Volume 3, Second Edition, Revised and Expanded. Marcel
Dekker, Inc., New York
Madan, J dan Singh. 2010. “Formulation and Evaluation of Aloevera Topical Gels”.
Int.J.pPH.Sci. Volume 2. Nomor 2.

Mangampa, Indriyani, dkk. 2015. “Pengaruh Pemberian Natrium Diklofenak Dosis 1,4
mg/KgBB dan 2,8 mg/KgBB terhadap Kadar Serum Kreatinin Tikus Wistar”. Jurnal
Media Medika Muda.Volume 4.Nomor 4.

Marriott, John F, dkk. 2010. Pharmaceutical Coumponding and Dispensing. London:


Pharmaceutical Press.
Raton, F. Boca and Smooley. 1993. Everything Added to Food in the United States.
https:/www.xrite.com/gellingagent..pdf
Rawlins, E.A. 2003.Bentleys of Pharmaceutics edisi kedelapan. London: Baillierre Tindal.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., & Quinn, M. E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient,
6th Ed, Pharmaceutical Press. Inc., London.
Tahir, Karlina Amir, dkk. 2017. “Pengaruh Variasi Konsentrasi Basis HPMC 4000
terhadap Stabilitas Fisik Gel Natrium Diklofenak”. Jurnal Farmasi FIK UINAM.
Volume 5.Nomor 4. Halaman 270-276.

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi kelima, UGM Press :
Yogyakarta.

39
Wardiah, Sry. 2015. Perbandingan Sifat Fisik Sediaan Krim, Gel, dan Salep yang
Mengandung Etil P-Metoksisinamat dari Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia
galanga Linn.). Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Prodi Farmasi,
Uin Jakarta.
Zatz, J. L., and Kushla, G. P. 1996. Gels, in Lieberman, HA., Lachman, L. Schwatz, JB.
Pharmaceutical Dosage Form: Dysperse System, Vol. 2, 2nd edition, Marcell
Dekker Inc, New York,

40
LAMPIRAN

41
42

Anda mungkin juga menyukai