Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM IV GEL

A. TINJAUAN PUSTA

Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari dispersi yang tersusun
baik dari pliteratur anorganik yang kecil ataupun molekul organik yang besar serta saling
diresapi cairan. Gel mempunyai sifat- sifat antara lain bersifat lunak, lembut, mudah dioleskan,
serta tidak meninggalkan lapisan berminyak pada permukaan kulit. Biasanya sediaan gel
berperan sebagai pembawa pada obat-obat topikal, pelunak kulit ataupun sebagai pelindung. Gel
lekas mencair bila berkontak dengan kulit serta membentuk satu lapisan. Absorpsi pada kulit
lebih baik daripada krim. Gel juga baik dipakai pada lesi di kulit yang berambut.
(Febrianti,2021) Febrianti,veni.2021. STUDI PUSTAKA FORMULASI DAN EVALUASI
SEDIAAN SEMISOLID DARI FAMILI ZINGIBERACEAE. KTI UNIVERSITAS BHAKTI
KENCANA BANDUNG

Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topical atau dimasukkan dalam lubang
tubuh, contoh Voltaren gel, bioplasenton. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, dalam
bermulut lebar terlindung dari cahaya dan ditempat sejuk. Pada dasarnya Dalam sediaan farmasi
gel digunakan untuk : 1. Sediaan oral : gel murni sebagai cangkang kapsul yang dibuat dari
gelatin

2. Sediaan topical : langsung dipakai pada kulit, membran mukosa, mata

3. Sediaan dengan kerja lama yang disuntikkan secara i.m

4. Dalam Kosmetika : - shampoo - pasta gigi - sediaan pewangi - sediaan perawatan kulit dan
rambu (gloria, 2016). Gloria, murtini. 2016. Farmasetiak dasar. KEMENKES: jakarta

Penggolongan sediaan gel dibagi jadi 2 yaitu:

1. Gel sistem 2 fase


Gel dapat dikatakan sebagai sistem dua fase, Dimana partikel berukuran kecil terdispersi
dalam mediumnya. Partikel berukuran kecil yang terdispersi merupakan fase terdispersi
relatif lebih besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma. Baik gel
maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan
menjadi cair pada pengocokan. (INDRAWATI, 2011) Indrawati,teti. 2011.
FORMULASI SEDIAAN KOSMETIK SETENGAH PADAT. ISTN press : jakarta
2. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu
cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik
(misalnya karbomer) atau dari gom alam (tragakan). Sediaan tragakan disebut juga
musilago. Walupun gel-gel ini umumnya mengandung air, etanol dan minyak dapat
digunakan sebagai fase pembawa. Sebagai contoh, minyak mineral dapat dikombinasi
dengan resin polietilena untuk membentuk dasar salep berminyak. (syofyan, dkk. 2020.
Praktikum Teknologi Likuid dan Semisolid. Andalas press : padang

Sediaan gel umumnya terdiri dari bahan aktif farmasetik, basis gel, pelembab
(humektan), surfaktan, pengawet, pewarna, dan parfum. Bahan-bahan aditif yang
ditambahkan harus dapat terlarut dan terdispersi secara sempurna dalam basis gel sehingga
akan dihasilkan sediaan gel yang transparan. (INDRAWATI, 2011)

Polimer alam yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik meliputi gom
alam, tragakan, pektin, karaginan, agar, alginat, dan borogliserin. Sedangkan polimer sintetis
biasanya dibentuk oleh derivat selulosa, meliputi natrium karboksimetilselulosa,
hidroksipropilselulosa, hidroksipropilmetilselulosa, dan karbopol. Penggunaan Natrium
Karboksimetilselulosa sebagai bahan pembentuk gel memiliki kelebihan, antara lain mudah
disebarkan dan konsistensinya plastis. (INDRAWATI, 2011)

Gel mempunyai sifat yang menyejukkan, melembabkan, mudah penggunaannya, mudah


berpenetrasi pada kulit sehingga memberikan efek yang menyembuhkan. Basis gel dapat
dibedakan menjadi basis gel hidrofobik dan basis gel hidrofilik. Adapun penjelasan singkat
mengenai basis gel tersebut adalah sebagai berikut:. (Mursyid, 2018) Mursyid,
Mumtihanah.2018. EVALUASI STABILITAS FISIK DAN PROFIL DIFUSI SEDIAAN
GEL (MINYAK ZAITUN). Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol. 4 No.1

1. Gel hidrofobik. Basis dari gel hidrofobik biasanya terdiri dari paraffin cair dengan
polietilen atau minyak lemak yang dibuat gel dengan silika koloidal atau dengan
sabun seng atau aluminium. (INDRAWATI, 2011)
2. Gel hidrofilik. Basis dari gel hidrofilik biasanya terdiri dari air, gliserol,
propylenglikol yang dibuat gel dengan menggunakan pembentuk gel yang sesuai
seperti tragakan, kanji, selulosa, polimer karboksivinil dan magnesium-aluminium
silikat. (INDRAWATI, 2011)

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas fisik dari sediaan gel adalah suhu, cahaya,
pH, lama penyimpanan, adanya bakteri perusak dan konsentrasi bahan tambahan.(11) Oleh
karena itu perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan kimia terhadap sediaan gel ini agar
diperoleh sediaan gel yang memenuhi kriteria yang baik. (INDRAWATI, 2011)

Kriteria dari sediaan gel yang baik adalah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

- Mempunyai viskositas serta energi lekat tinggi, tidak mudah mengalir pada permukaan
kulit;
- Mempunyai sifat tiksotropi, gampang menyeluruh apabila dibalurkan Mempunyai derajat
kejernihan besar( dampak estetika);
- Tidak meninggalkan sisa ataupun cuma berbentuk susunan tipis seperti film disaat
pemakaian
- Mudah tercucikan dengan air;
- Daya lubrikasi tinggi;
- Memberikan rasa lembut serta sensasi dingin disaat pemakaian. (Febrianti,2021)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan yaitu : Gel dapat mengembang dengan
mengabsorbsi cairan sehingga terjadi peningkatan volume, Selama didiamkan sistem gel
dapat kontraksi. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan relaksasi dari tekanan
elastis yang timbul selama pembentukan gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu.
Polimer separti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk larutan yang
kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel
atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation. Konsentrasi
elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana koloid digaramkan
(melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil akan
meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian
tekanan geser. (syofyan, dkk. 2020)

Gel memiliki beberapa keuntungan dibanding sediaan topikal lain yaitu kemampuan
penyebarannya baik pada kulit, tidak menghambat fungsi fisiologis kulit karena tidak melapisi
permukaan kulit secara kedap dan tidak menyumbat pori-pori kulit, memberi sensasi dingin,
mudah dicuci dengan air, memungkinkan pemakaian pada bagian tubuh yang berambut serta
pelepasan obatnya baik. (Mukhlis, dkk. 2021) Mukhlis , Maqbul. Dkk. 2021. Formulasi dan
evaluasi karakter fisik sediaan gel ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum). Sasambo
Journal of Pharmacy. Volume 2, Nomor 1,
E. EVALUASI

 UJI ORGANO
Pemeriksaan organoleptis meliputi pengamatan kejernihan, warna dan bau. Gel yang
stabil harus menunjukkan karakter yang sama berupa kejernihan, warna dan bau yang
sama setelah penyimpanan dipercercepat. (Megawati DKK, 2018)
 UJI PH
Pengujian pH pada sediaan gel dilakukan agar pH sediaan sesuai dengan pH fisiologis
kulit manusia. pH sediaan yang sama dengan pH kulit akan memberikan kenyamanan
penggunaan sediaan gel. pH gel yang terlalu asam dapat mengiritasi kulit sedangkan pH
yang terlalu basa akan menyebabkan kulit kering dan cenderung untuk terkelupas.
Syarat pH untuk sediaan topikal yang sesuai dengan pH fisiologis kulit yaitu antara 4,5-
6,5. . (Mukhlis, dkk. 2021)
 UJI HOMOGENITAS
Uji homogen dilakukan dengan Sejumlah gel dioleskan secukupnya pada plat kaca
kemudian digosokkan dan diraba. Persyaratan Massa gel yang menunjukkan sifat
homogen maka tidak terasa adanya bahan padat pada kaca (Mukhlis, dkk. 2021)
 UJI DAYA LEKAT
Uji daya lekat adalah kemampuan melekatnya gel dengan kulit dengan cara menghitung
waktu yang diperlukan untuk melepaskan obyek glass yang saling menempel akibat gel
yang dioleskan. Persyaratan daya lekat yang baik yaitu 2-3 detik. (nurhaini, 2016.)
Nurhaini, Rahmi.2016. FORMULASI GEL EKSTRAK ETANOL BUAH MAHKOTA DEWA
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl) DENGAN VARIASI KONSENTRASI CARBOPOL DAN
PROPILENGLIKOL. Jurnal Ilmu Farmasi vol.2 no.1
 UJI DAYA PROTEKSI
Uji daya proteksi adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan gel
memproteksi kulit dari pengaruh luar berupa debu dan sinar matahari. Pada pengujian
daya proteksi menggunakan KOH 0,1 N yang bersifat basa kuat dimana KOH 0,1 N
mewakili zat yang dapat mempengaruhi efektifitas kerja gel terhadap kulit. KOH 0,1 N
akan bereaksi dengan phenoftalein yang akan membentuk warna merah muda yang
berarti gel tidak mampu memberikan proteksi terhadap pegaruh luar. (nurhaini, 2016.)
 UJI DAYA SEBAR
Uji daya sebar dilakukan untuk menjamin pemerataan gel disaat diaplikasikan pada kulit
yang dilakukan segera sesudah gel dibuat. Daya sebar gel yang baik antara 5- 7 cm
ataupun 50- 70mm (Febrianti,2021)
F. MANFAAT

 UJI ORGANO
Uji organoleptis digunakan untuk pengamatan secara visual yang meliputi bau, warna,
bentuk, serta tekstur sediaan gel. sehingga mengenali gel yang terbuat sesuai dengan
warna serta bau bahan yang digunakan, selain itu bertujuan untuk menentukan apakah
gel memliki persyaratan stabilitas (Febrianti,2021)
 UJI PH
Pengukuran pH sediaan gel dilakukan untuk mengetahui apakah pH sediaan gel tersebut
sesuai dengan pH kulit (Mursyid, 2018)
 UJI HOMOGENITAS
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengenali apakah pada disaat proses
pembuatan gel bahan aktif obat dengan bahan dasarnya serta bahan tambahan lain
yang dibutuhkan tercampur secara homogen. (Febrianti,2021)
 UJI DAYA LEKAT
Pengujian daya lekat gel dilakukan untuk mengetahui lama waktu sediaan gel melekat
pada kulit. Semakin lama daya lekat sediaan gel maka semakin baik sediaan gel tersebut
karena semakin banyak zat aktif yang dapat berdifusi pada kulit sehingga efek yang
diperoleh lebih optimal (Mukhlis, dkk. 2021)
 UJI DAYA PROTEKSI
Uji daya proteksi dilakukan untuk mengetahui kemampuan melindungi kulit dari
pengaruh luar. Uji daya proteksi ditandai dengan tidak adanya noda merah bila ditetesi
dengan KOH 0,1 N (nurhaini, 2016.)
 UJI DAYA SEBAR
Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan gel untuk menyebar jika
diberikan sejumlah gaya, sehingga diketahui kemampuan dari sediaan gel dapat
menyebar pada kulit atau mukosa. Hal ini berkaitan dengan distribusi dari zat aktif
dalam sediaan. (Megawati DKK, 2018) FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN
GEL EKSTRAK KULIT BUAH RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.) SEBAGAI OBAT
SARIAWAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI BASIS CARBOPOL. [JFS] Jurnal
Farmasi Sandi Karsa Volume 5, Nomor 1
Dreijen pom.1979. farmakope indonesia edisi 3 . DIPKES RI : jakarta

Febrianti,veni.2021. STUDI PUSTAKA FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN


SEMISOLID DARI FAMILI ZINGIBERACEAE. KTI UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG

Gloria, murtini. 2016. Farmasetiak dasar. KEMENKES: jakarta

Indrawati,teti. 2011. FORMULASI SEDIAAN KOSMETIK SETENGAH PADAT. ISTN press :


jakarta

(Megawati DKK, 2018) FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN GEL EKSTRAK KULIT BUAH
RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.) SEBAGAI OBAT SARIAWAN MENGGUNAKAN VARIASI
KONSENTRASI BASIS CARBOPOL. [JFS] Jurnal Farmasi Sandi Karsa Volume 5, Nomor 1

Mukhlis , Maqbul. Dkk. 2021. Formulasi dan evaluasi karakter fisik sediaan gel ekstrak etanol
daun salam (Syzygium polyanthum). Sasambo Journal of Pharmacy. Volume 2, Nomor 1,

Mursyid, Mumtihanah.2018. EVALUASI STABILITAS FISIK DAN PROFIL DIFUSI


SEDIAAN GEL (MINYAK ZAITUN). Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol. 4 No.1

Nurhaini, Rahmi.2016. FORMULASI GEL EKSTRAK ETANOL BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa
(Scheff.) Boerl) DENGAN VARIASI KONSENTRASI CARBOPOL DAN PROPILENGLIKOL. Jurnal Ilmu Farmasi
vol.2 no.1

(syofyan, dkk. 2020. Praktikum Teknologi Likuid dan Semisolid. Andalas press : padang
PEMBAHASAN CARA KERJA

Percobaan kali ini dilakukan pembuatan gel, dimana bahan aktif yang digunakan berupa asam
salisilat yang merupakan suatu antifungi dan keratolitik, dengan dosis 5% dari sediaan yang
dibuat yaitu 10 gram. Menurut Farmakope Indonesia III, kadar bahan obat untuk sediaan
unguntum yang tidak mengandung obat keras atau narkotik adalah 10%. dimana pada sediaan ini
tidak melebihi batas ketentuan. (DIRJEN POM)

Pemberian sediaan gel dilakukan secara topikal karena ditujukan untuk mengatasi gangguan
jamur seperti gatal-gatal, kurap, dan sebagai keratolitik untuk mengatasi kapalan pada kulit.
Pada rute topikal ini asam salisilat dimaksudkan agar tidak masuk ke sirkulasi sistemik karena
efeknya hanya sebagai antijamur yang bekerja pada permukaan kulit. Keunggulan sediaan gel ini
salah satunya yaitu dapat langsung bersentuhan dengan jamur yang ingin diobati, selain itu
penggunaan secara topikal juga lebih memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam
pemakaian. Selain itu, karena massa gel mudah dioleskan dan relatif lunak, dapat dimasukkan ke
dalam tabung atau botol sehingga lebih praktis untuk dibawa dan lebih mudah digunakan.

Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan gel ini adalah nipagin sebanyak
0,12% , parfum lavender 0,5%, serta basis gel 96,8%. Dalam hal ini nipagin berfungsi sebagai
bahan pengawet, mencegah adanya kontaminasi, perusakan serta pembusukan oleh bakteri dan fungi di
dalam formulasi, untuk parfum lavender digunakan sebagai pengaroma yang dapat menutupi bau yang
tidak sedap dari bahan yang digunakan, sedangkan basis gel digunakan sebagai bahan dasar yang
membentuk gel dan membawa zat aktif.

Adapun proses pembuatan gel diawali dengan menimbang asam salisilat sebanyak 0,5 gram, dan
nipagin sebanyak 0,012 gram. Kedua bahan ini dimasukan kedalam mortir dan digerus,
penggerusan tidak boleh dilakukan dengan penekanan yang tinggi hal ini dikarenakan apabila
bahan terlalu tertekan maka akan gepeng dan mengumpal sehingga sulit untuk tercampur. Proses
penggerusan ini bertujuan untuk memperkecil ukuran zat padat yang selanjutnya akan
mempengaruhi luas permukaan, tingkat homogenitas dan juga tingkat kerja optimal dari
zat aktif.

Selanjutnya bahan yang telah halus ditabamhkan dengan basis, dalam hal ini basis yang
digunakan adalah vaselin sebanyak 9,68 gram. Vaselin merupakan basis hidrokarbon Yaitu basis
yang berlemak dan bebas air. Dalam penambahan basis perlu dilakukan penggerusan kembali
hingga homogen dan terlihat sedikit bening, tahap terakhir sediaan gel ditambahkan dengan 3
tetes parfum lavender, dan dihomogenkan kembali sampai cairan parfum tercampur secara
merata.

Gel yang telah jadi selanjutnya akan di evaluasi, evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah
sediaan gel yang telah dibuat telah memenuhi standar stabilitas gel dan layak untuk digunakan.
Uji evaluasi yang dilakukan diantaranya adalah uji organoleptik, uji ph, uji homogenitas, uji daya
lekat, uji daya sebar dan uji daya proteksi. Hasil evaluasi yang didapat akan dibahas pada
pembahasan selanjutnya.
PEMBAHASAN

Praktikum yang telah dilakukan yaitu formulasi sediaan gel bertujuan agar mahasiswa dapat
membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan gel dengan formula asam salisilat. Menurut
(Febrianti,2021) Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari dispersi
yang tersusun baik dari pliteratur anorganik yang kecil ataupun molekul organik yang besar serta
saling diresapi cairan. Gel mempunyai sifat- sifat antara lain bersifat lunak, lembut, mudah
dioleskan, serta tidak meninggalkan lapisan berminyak pada permukaan kulit. Biasanya sediaan
gel berperan sebagai pembawa pada obat-obat topikal, pelunak kulit ataupun sebagai pelindung.
Bentuk gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya tidak lengket dan Konsentrasi bahan
pembentuk gel yang dibutuhkan hanya sedikit untuk membentuk massa gel yang baik. Akan
tetapi sediaan gel juga mempunyai kekurangan salah satunya yaitu sifat gel cepat mengeras jika
kontak dengan udara terbuka dalam waktu relatif lama, kekerasan atau kekakuan ini disebabkan
karena penguapan air dari basis sediaan, untuk mengatasi keadaan ini dilakukan dengan
penambahan humektan. Robert,2020

Sediaan gel dibuat dengan bahan aktif asam salisilat yang dikenal juga dengan Asam 2,hidroksi-
benzoat. Asam salisilat merupakan senyawa golongan fenol (Warrier, 2013). Pemerian hablur,
biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk halus; putih; rasa agak manis, tajam dan stabil di
udara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak berbau. Kelarutannya sukar larut dalam air dan
dalam benzena. Mudah larut dalam etanol dan dalam eter. Larut dalam air mendidih dan agak
sukar larut dalam kloroform. Khasiat dan penggunaan sebagai keratolitikum (menipiskan selaput
kulit/meratakan kulit) dan anti fungi. Asam salisilat merupakan senyawa yang berkhasiat sebagai
fungisidal dan bakteriostatis lemah. Asam salisilat bekerja keratolitis sehingga digunakan dalam
sediaan obat luar terhadap infeksi jamur yang ringan. Fatmawati, 2017. Fatmawati, venti. 2017.
VALIDASI METODE DAN PENENTUAN KADAR ASAM SALISILAT BEDAK TABUR
DARI PASAR MAJALAYA. Jurnal Kimia dan Pendidikan. Vol.2, No.2.

Selain bahan aktif dalam pembuatan gel kali in menggunakan basis vaselin dan zat pengawet
nipagin. Vaselin yang digunakan berwarna kuning pucat, transparan, massa lembut; tidak berbau
dan tidak berasa. Fungsi vaselin adalah sebagai emolien, dan basis gel. Pada paparan sinar,
kemurnian dari vaselin berubah warna dan teroksidasi serta menghasilkan bau yang tidak
diinginkan. Sedangkan untuk nipagin atau Metilparaben yang digunakan berupa serbuk hablur
halus, putih, hampir tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa. Metil paraben memiliki rumus
molekul C8H8O3 dan bobot molekul 152,15. Metil paraben memiliki kegunaan sebagai anti
mikroba pada sediaan topikal pada persen penggunaannya 0,02-0,3% (DIRJEN POM, 1995).
Selain dua bahan tambahan diatas, bahan tambahan lain adalah parfum lavender, bahan ini
digunakan sebagai pengaroma gel yang berfungsi untuk menutupi memberikan sensansi wangi
untuk sediaan gel.

Selanjutnya dilakukan bebeapa evaluasi pada sedaan gel yang telah jadi. Evaluasi sediaan
dimaksudkan untuk menguji apakah sediaan yang dibuat telah sesuai dengan kriteria atau
persyaratan yang berlaku untuk sediaan gel serta untuk menjaga kestabilan sedíaan. Evaluasi
tersebut meliputi uji organoleptik uji ph ujihomogenitas uji daya lekat uji dada proteksi dan uji
daya sebar

uji pertama yaitu organoleptik, uji ini bertujuan untuk mengamati sediaan gel secara visual
dengan mengamati bau, warna, bentuk, sediaan, sehingga dapat mengenali gel yang terbuat
apakah sesuai dengan warna serta bau bahan yang digunakan, selain itu, juga bertujuan untuk
menentukan apakah gel memliki persyaratan stabilitas. Hasil yang didapatkan gel memiliki bau
lavender, warna putih keruh sedikit bening, dan bentuk semi padat seperti gel pada umumnya.
Bau lavender dari gel berasal dari parfum lavender yang ditambahkan, sedngkan warna keruh
pada gel dapat disebabkan oleh basis yang digunakan tidak sesuai, dalam pembuatan gel basis
optimum yang sering digunakan adalah tragakan, CMC NA, karbopol, HPMC. Sedangkan
yang digunakan pada praktikum ini adalah vaselin, sehingga dihasilkan sediaan yang kurang
maksimal.

Uji yang kedua adalah uji ph, Uji ini dilakukan karena sediaan gel dimaksudkan untuk
penggunaan topikal, sehingga sediaan harus mempunyai tingkat keasaman atau pH yang cocok
dengan permukaan kulit. Hal ini dikarenakan sediaan yang terlalu asam akan menyebabkan
iritasi pada kulit, sedangkan sediaan yang terlalu basa akan membuat kulit menjadi kering.
Pengujian pH pada sediaan gel dilakukan dengan menimbang 1 gr sedian yang dilarutkan dengan
10 ml aquadest. Kemudian kertas ph dicelupak kedalam cairan dan dicatat hasilnya. Syarat pH
untuk sediaan topikal yang sesuai dengan pH fisiologis kulit yaitu antara 4,5-6,5 (Mukhlis, dkk.
2021) hasil yang didapatkan adalah sediaan gel memiliki ph 4, ph ini hampir memenuhi standar
ph pada sediaan gel, jika sediaan tetap digunakan kemungkinan kecil dapat mengakibatkan iritasi
pada kulit. Keasaman ph yang tidak sesuai dapat terjadi karena konsentrasi zat aktif yang
memiliki ph asam (asam salisilat) tidak sesuai dengan formula, hal ini dapat terjadi karena
penimbangan bahan yang kurang teliti.

Uji yang ketiga adalah uji homogenitas, Uji homogen dilakukan dengan Sejumlah gel dioleskan
secukupnya pada permukaan kulit kemudian digosokkan dan diraba. Pengujian ini dilakukan
untuk mengenali apakah pada disaat proses pembuatan gel bahan aktif obat dengan bahan
dasarnya serta bahan tambahan lain yang dibutuhkan tercampur secara homogen. Persyaratan
Massa gel yang menunjukkan sifat homogen maka tidak terasa adanya bahan padat. Berdasarkan
hasil pengamatan sediaan gel yang dibuat sudah homogen karena seluruh bahan atau komposisi
dari gel sudah terlarut dengan baik pada sediaan dan tidak ada partikel yang menggumpal.
Sehingga dapat dinyatakan bahwa gel memenuhi standar homogenitas

Uji selanjutnya adalah uji daya lekat, uji ini dimaksudkan untuk mengetahui lama waktu sediaan
gel melekat pada kulit. Semakin lama daya lekat sediaan gel maka semakin baik sediaan gel
tersebut karena semakin banyak zat aktif yang dapat berdifusi pada kulit sehingga efek yang
diperoleh lebih optimal. Persyaratan daya lekat yang baik yaitu tidak kurang dari 4 detik.
(nurhaini, 2016.) hasil yang didapatkan adalah gel hanya memiliki daya lekat 2 detik dengan
demikian tentunya sediaan gel tidak memenuhi persyaratan, menurut …….. Faktor yang
mempengaruhi daya lekat gel yaitu jumlah dan kekuatan matriks gel. Semakin banyak dan
kuat matriks gel maka daya lekatnya akan meningkat dengan mekanisme putusnya ikatan
hidrogen yang terjadi antara polimer dengan air sehingga ikatan antara sesama rantai polimer
semakin kuat. Kemungkinan terjadinya daya lekat yang kurang pada sediaan ini adalah ketidak
sesuain bahan yang digunakan, hal ini mengacu pada basisnya yaitu vaselin, yang artinya vaselin
bukan merupakan basis optimum sediaan gel.

Pengujian dilanjutkan dengan menguji daya proteksi sediaan gel, Uji daya proteksi dilakukan
untuk mengetahui kemampuan melindungi kulit dari pengaruh luar. Uji daya proteksi ditandai
dengan tidak adanya noda merah bila ditetesi dengan KOH. Hasilnya didapatkan pada detik ke 5
sediaan membentuk sedikit warna pink, pada detik ke 10 dan 15 sediaan tidak membentuk
perubahan warna. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa sediaan gel kurang memproteksi, dimana
seharusnya sediaan gel yang baik yaitu tidak menimbulkan perubahan warna pada penambahan
basa (KOH).
Pengujian terakhir yang dilakukan adalah uji daya sebar, uji ini dilakukan dengan mengukur 0,5
gr salep yang di letakan pada cawan yang selanjutnya di tindih oleh beban 500 gr dan dibiarkan
selama 1 mnit. pengukura yang dimaksudkan adalah diameter lingkaran yang terbentuk. uji Daya
sebar gel dilakukan untuk mengetahui kemampuan menyebar gel pada permukaan kulit yang
akan diobati. Suatu sediaan yang baik mampu menyebar dengan mudah di tempat pemberian
tanpa menggunakan tekanan yang berarti.Semakin mudah dioleskan maka luas permukaan
kontak obat dengan kulit semakin besar, sehingga absorbsi obat di tempat pemberian semakin
optimal. (robert 2020). Hasilnya adalah sediaan gel memiliki diameter 1,5 cm dengan luas
libgkaran yang didapat adalah 1,766 cm dan kelilingnya 4,71 cm. dari hasil ini dapat dilihat
bahwa sediaan gel tidak memenuhi persyaratan daya sebar dikarenakan Daya sebar gel yang baik
yaitu 5-7 cm. Faktor yang mempengaruhi daya sebar yaitu kekuatan matriks gel, semakin kuat
matriks maka daya sebar gel akan menurun. Terbentuknya matriks gel dipengaruhi oleh gelling
agent, peningkatan konsentrasi gelling agent menyebabkan matriks gel menjadi semakin kuat.
OCTAVIA, 2016. OCTAVIA, nurlina.2016. FORMULASI SEDIAAN GEL HAND
SANITIZER MINYAK ATSIRI PALA. Kti UMS : surakarta. Gelling agent atau basis yang
digunakan adalah vaselin hal ini memungkinkan bahwa faktor daya sebar yang kurang baik dapat
disebabkan oleh ketidak tepatan pemilihan vaselin sebagai basis/gelling agent.

Dari evaluasi yang telah dilakukan, gel yang dibuat oleh kelompok 3 tidak memenuhi
persyaratan gel yang baik, hal ini dilihat dari ketidak sesuaian pada uji ph, uji daya lekat, uji daya
sebar, dan uji proteksi. Hal ini dapat terjadi karena formula bahan yang tidak tepat, terutama
pada basis gel yang digunakan. Menurut OCTAVIA, 2016 pembuatan Gel dengan menggunakan
basis karbopol pada berbagai konsentrasi memiliki kestabilan fisik yang baik dibandingkan
dengan basis lainya. Sehingga dapat disimpulkan penggunaan vaselin sebagai basis gel bukan
merupakan pilihan yang tepat karena dapat mempengaruhi stabilitas sediaan.
KESIMPULAN

- Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari dispersi yang
tersusun baik dari pliteratur anorganik yang kecil ataupun molekul organik yang besar
serta saling diresapi cairan.
- Formula gel yang dibuat dengan asam salisilat memiliki Khasiat dan penggunaan sebagai
keratolitikum (menipiskan selaput kulit/meratakan kulit) dan anti fungi.
- Sediaan gel yang dibuat memiliki karakteristik bau lavender, warna putih keruh sedikit
bening, dan bentuk semi padat seperti gel pada umumnya.
- Sediaan gel yang dibuat tidak memenuhi persyaratan gel yang baik terutama pada ph
daya lekat, daya sebar gel
- Faktor terbesar yang memengaruhi point no 3 adalah basis gel yang digunakan yaitu
vaselin. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemilihan vaselin sebagai basis gel bukan
merupakan pilihan yang tepat karena dapat mempengaruhi stabilitas sediaan terutama
pada kejernihan/ kebeningan gel.

Anda mungkin juga menyukai