Gel merupakan sediaan semi solid atau semi padat bersifat transparan yang sering digunakan untuk penggunaan topikal yang mengandung folikel anorganik atau molekul organik
2. Jelaskan pembagian gel!
a. Hidrogel ( pelarut air ) Pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrifilik yang saling sambung oleh ikatan kimia atau kohesi seperti interaksi ionik, ikatan hydrogen atau interaksi hidrofobik. Contonya : bentonit magma, gelatin. b. Emulgel Emulgel adalah kombinasi gel dan emulsi dalam satu sediaan dimana emulsi (baik itu W/O atau O/W) digunakan sebagai pembawa untuk menghantarkan obat-obat hidrofobik yang tidak dapat dihantarkan oleh gel saja c. Lipogel Lipogel biasanya mengandung dasar gel yang berasal dari lemak alam (asal tumbuhan dan hewan). Seperti lemak trigliserida.
3. Jelaskan komposisi gel ?
Komposisi gel yaitu : 1. Basis Basis gel terbagi atas dua yaitu alami dan sintetik . Basis alami contohnya gom arab,dan gelatin Sedangkan basis sintetik Karbon dan HPMC. 2. Pengawet Gel formulasi memerlukan pengawet dan secara umum pemilihan pengawet mirip yang dijelaskan untuk salep dan pasta. Pengawet tertentu misalnya metil paraben, natrium bisulfat, dan fenolat. 3. Antioksidan Seperti sediaan lain antioksidan dapat dimaksudkan untuk meningkatkan stabilitas kimia dan agen terapeutik yang rawan terhadap degradasi desidatif. misalnya natrium metabisulfat. 4. Pemanis Agen pemanis termasuk dalam sediaan gel yang dirancang untuk administrasi kedalam rongga mulut, misalnya untuk pengobatan infeksi,peradangan, atau ulserasi. Pemilihan agen tergantung pada selera yang diperlukan jenis dan konsentrasi yang dipilih untuk menutpirasa dari zat obat. 5. Humektan Humektan hilangnya air dari hasil gel yang dibentuk pada kulit sehingga diperlukan penambahan humektan. Contoh : a. Gliserol dengan konsentrasi rendah lebih dari 30% b. Propilenglikol dalam konsentrasi sekitar 15% c. Sorbitol dalam konsentrasi 3-15%
4. Jelaskan sifat ideal dari suatu basis gel?
Sifat ideal dari gel yaitu a. Harus stabil dan mudah dihapus dari kulit b. Efektif pada kulit basah maupun kering c. Dapat bercampur dengan sekresi kulit dan dapat bercampur dengan obat larut air maupunlarut lemak d. Memungkinkan pelepasan obat dengan cepat pada kulit dan sedikit netral berikatan dengam pH e. Tidak menyebabkan kulit sensitive,kulit kering dan tidak mengiritasi f. Tidak menganggu fungsi normal kulit dengan mencegah radiasi kulit (tidak menyumbat pori) g. Tidak menonaktifkan dan mengganggu zat aktif dengan cara apapu 5. Jelaskan cara pembuatan gel ! 1. Metode peleburan (Fusi) Proses fusi menggunakan pemenasan untuk meleburkan semua atau sebagian dari komponen salep. Campuran kemudian mendingin akibat proses pengadukan secara konstan. Komponen lain yang tidak harus di ukur ditambahkan pada masa dingin basis salep sambil diaduk dengan peningkatan temperatur material lain ditambahkan leburan dan seterusnya. Sesudah itu diaduk sampai suhu kamar. 2. Metode pencampuran (Komporasi) kedalam basis salep ditambahkan serbuk halus. Untuk penghalusan lebih lanjut dilakukan untuk menjamin dispersi sempurna dan untuk mencegah agregasi serbuk .
6. Jelaskan evaluasi kestabilan gel!
a. Evaluasi Fisik 1) Organoleptis Pemeriksaan organoleptis bertujuan untuk mendeskripsikan sediaan gel yang meliputi bentuk, warna, bau, dan kejernihan. Pengamatan dilakukan secara makroskopik. 2) Homogenitas Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan gel yang di hasilkan sudah tercampur dengan homogen dan merata. Pengujian homogenitas dapat dilakukan dengan cara visual. Homogenitas gel diamati di atas kaca objek dengan adanya bantuan cahaya. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat bagian-bagian yang tidak tercampurkan dengan baik. Gel yang bersifat stabil akan dapat menunjukan 12 susunan yang homogen. Homogenitas sediaan gel di tunjukan dengan tercampurnya bahan- bahan yang di gunakan dalam formula gel. Baik bahan aktif maupun bahan tambahan secara merata. Cara pengujian homogenitas yaitu dengan meletakan gel pada objek glas kemudian meratakannya untuk melihat adanya partikel-partikel kecil yang tidak terdisperdi sempurna. 3) Daya lekat Pengujian daya lekat bertujuan untuk mengetahui waktu retensi atau kemampuan melekat sediaan gel yang di hasilkan pada saat penggunaan di tempat aplikasi. Daya lekat merupakan kemampuan sediaan untuk menempel pada lapisan epidermis. Tidak terdapat persyaratan khusus mengenai daya lekat sediaan semipadat. Semakin besar kemampuan gel untuk melekat, maka akan semakin baik penghantaran obatnya. 4) Daya sebar Pengujian daya sebar bertujuan untuk mengetahui kemampuan penyebaran sediaan gel yang dihasilkan pada tempat aplikasi . daya sebar yang baik adalah jika gel mudah digunakan dengan mengoleskan tanpa memerlukan penekanan berlebih. Daya sebar berkaitan dengan kenyamanan pada pemakaian. Kemampuan menyebar yang baik di kulit sangat di harapkan pada sediaan topikal. Diameter daya sebar sediaan semipadat berkisar antara 5-7cm. Sejumlah zat tertentu diletakan di atas kaca yang berskala kemudian bagian atasnya di beri kaca yabf sama, ditingkatkan bebannya, dan di beri rentang waktu 1-2 menit. Kemudian diameter penyebaran di ukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur) 5) Viskositas Viskositas menentukan sifat sediaan dalam hal ini campura dan sifat alirnya pada saat proses produksi, proses pengemasan, serta sifat- sifat penting pada saat pemakaian. Seperti daya sebar, konsistensi atau bentuk, dan kelembaban . selain itu, viskositas juga dapat mempengaruhi stabilitas fisik dan bioavabilitasnya. Semakin tinggi viskositas, maka daya lekat akan semakin besar, sedangkan daya sebarnya akan semakin kecil. Viskositas sediaan dapat di naikkan dengan penambahan polimer. 6) pH Pemeriksaan ph bertujuan untuk mengetahui derajat keasaman dari sediaan gel yang di hasilkan. Pengamatan nilai ph dilakukan segera setelah sediaan selesai di buat. Sebaiknya besar nilai ph sama sama dengan nilai ph kulit atau tempat pemakaian untuk menghindari terjadinya iritasi. pH normal kulit manusia berkisarantara 4,5-6,5. 7) Konsistensi Untuk mengkarekterisasikan sifat berulang seperti sifat lunak dari salep melalui sebuah angka ukur. Dapat dilakukan dengan metode penetrometer dan penetuan batas mengalir praktis. 8) Pengisian minimal Pengisian minimal merupakan penentuan berat dan volume berisih kandungan atau volume isi produk pada wadah untuk menjamin kandungan yang tepat sesuai yang dinyatakan pada label. b. Evaluasi Kimia 1) Identifikasi zat aktif (sesuai dengan monografi Farmakope Indonesia IV) 2) Penetapan kadar zat aktif (sesuai dengan monografi Farmakope Indonesia IV) c. Evaluasi Biologi 1) Uji penetapan potensi antibiotik (Farmakope Indonesia IV hal 891) Aktivitas (potensi) antibiotik dapat ditunjukan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambat terhadap mikroba. Suatu penurunan aktivitas antimikroba juga dapat menunjukan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologi atau biologi biasanya merupakan standar untuk mengatasi keraguan kemungkinan hilangnya aktivitas. Ada dua metode umum yang dapat digunakan , yaitu penetapan dengan lempeng- silinder atau “lempeng” dan metode dengan cara “tabung” atau turbidimetri. Metode pertama berdasarkan difusi antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus. Sedang untuk metode turbidimetri berdasarkan atas hambatan pertumbuhan biakan mikroba dalam larutan serba sama antibiotik. 2) Uji sterilitas (Farmakope Indonesia IV hal 855) Prosedur pengujian terdiri dari (1) inokulasi langsung ke dalam media uji dan (2) teknik penyaringan membran. Uji sterlilitas untuk bahan farmakope, jika mungkin menggunakan penyaringan membran, merupakan metode pilihan. Prosedur ini terutama berguna untuk cairan dan serbuk yang dapat larut yang bersifat bakteriostatik atau fungistatik, untuk memisahkan mikroba kontaminan dari penghambat pertumbuhan. Prosedur harus divalidasi untuk penggunaan tersebut. Dengan alasan yang sama cara ini sangat berguna untuk bahan seperti minyak, salep atau krim yang dapat melarut ke dalam larutan pengencer bukan bakteriostatik atau bukan fungiostatik.