Anda di halaman 1dari 5

1.

Gel
Gel dapat didefinisikan sebagai sediaan semipadat yang terdiri dari suspensi
yang dibuat dari partikel organik kecil atau molekul organik besar, berpenetrasi
oleh suatu cairan. Gel adalah sistem semipadat yang pergerakan medium
pendispersinya terbatas oleh sebuah jalinan jaringan tiga dimensi dari partikel –
partikel atau makromolekul yang terlarut pada fase pendispersi (Allen et. al.,
2002). Menurut Farmakope Indonesia V, sediaan gel kadang – kadang disebut jeli,
adalah sistem semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik kecil atau molekul organik besar, yang terpenetrasi oleh suatu cairan.
Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan
sebagai sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium Hidroksida). Dalam sistem dua
fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relative besar, massa gel kadang –
kadang dinyatakan sebagai magma (misalnya Magma Bentonit). Baik gel maupun
magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan dapat
menjadi cair pada saat pengocokan.
a. Dasar gel hidrofobik
Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik,
bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi
antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak
secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang
khusus (Ansel, 1989).
b. Dasar gel hidrofilik
Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang
besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase
pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik
menarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya
daya tarik menarik dari bahan hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik biasanya
lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel,
1989). Gel hidrofilik umummnya mengandung komponen bahan
pengembang, air, humektan dan bahan pengawet (Voigt, 1994).
1.1 Keuntungan sediaan gel
Beberapa keuntungan sediaan gel (Voigt, 1994) adalah sebagai berikut:
1. kemampuan penyebarannya baik pada kulit
2. efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit
3. tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis
4. kemudahan pencuciannya dengan air yang baik
1.2 Komponen Penyusun Gel
1. Gelling Agent
Ada beberapa komponen pembentuk gel, diantaranya:
a) Polimer Alami (Natural Polymers)
Polimer alami ini bersifat anionik (bermuatan negatif dalam larutan air
atau disperse), walaupun sedikit seperti guar gum, yang merupakan
molekul alami. Contoh dari polimer alami: alginate, carrageenan,
pectin, kitosan.
b) Polimer Akrilik
Carbomer 934P merupakan nama resmi dari polimer akrilik yang
terkait dengan eter polyakenyl. Carbopol digunakan sebagai agen
pengencer pada berbagai produk farmasi dan kosmetik.
c) Derivatif Selulosa
Struktur polimer derivatif selulosa alaminya ditemukan pada tanaman.
Contoh derivatif selulosa adalah karboksimetilselulosa, metilselulosa
dan hidroksipropil (Lieberman dkk.,1996).
2. Humektan Humektan adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga
kelembaban (Silje dkk., 2003). Gel sangat mudah mengering pada suhu
kamar sehingga dibutuhkan humektan untuk menjaga gel agar tetap
lembab.
3. Bahan Pengawet
Pengawet digunakan untuk mencegah atau menghambat pertumbuhan
mikroba pada formulasi dengan cara membunuh, menghilangkan atau
mengurangi kontaminasi mikroba. Pengawet dikatakan ideal jika efektif
pada konsentrasi yang rendah untuk melawan mikroba dengan spektrum
luas, larut dalam formula, tidak toksik, compatible dengan komponen
formula dan wadahnya, tidak berefek pada warna, bau dan sistem rheologi
dalam formula, stabil dalam rentang pH dan temperatur yang luas
(Lieberman dkk, 1996). d. Metode Pembuatan Dalam pembuatan gel,
semua bahan harus dilarutkan dahulu pada pelarut atau zat pembawanya
sebelum penambahan gelling agent (Allen, 2002). Jika pada
4. Fragrance
Tujuan ditambahkan fragrance adalah untuk menutupi bau yang tidak
enak, yang ditimbulkan oleh zat aktif atau obat (Ansel, 2002).
5. Antioksidan
Antioksidan ditambahkan pada sediaan semipadat untuk mencegah
terjadinya kerusakan akibat oksidasi. Antioksidan bisa digunakan pada
konsentrasi 0,001% - 0,1% (Lachman dkk, 1994). Antioksidan yang
banyak digunakan pada preperat air diantaranya natrium sulfit, asam
hipofostorus, dan asam askorbat. Minyak yang dapat digunakan dalam
preparat diantaranya alfatokoferol (vitamin E), BHA (butil hidoksitoluen),
dan askorbil palmitat (Ansel, 2002).
1.3 Evaluasi Sediaan Gel
1. Uji organoleptik
Uji organoleptik meliputi bau, warna, dan konsistensi dilakukan secara
visual (Swastika et al., 2013).
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan gel pada gelas objek
kemudian ditempel dengan gelas objek lainnya. Dilihat secara visual ada
atau tidaknya butiran kasar (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1979).
3. Uji pH
Uji pH dilakukan dengan cara menyalakan pH meter kemudian elektroda
pH meter dicelupkan ke dalam formula gel. Diamkan beberapa saat hingga
pada layar pH meter menunjukkan angka yang stabil (Shanti et al., 2011).
4. Uji viskositas
Uji viskositas dilakukan dengan cara rotor dipasang pada alat uji, diatur
hingga rotor tercelup dalam gel. Alat diaktifkan, skala yang ditunjukkan
dibaca hingga menunjukan angka yang stabil (Widia et al., 2012).
5. Uji daya sebar
Uji daya sebar dilakukan dengan cara di atas kaca diletakkan 0,5 g gel dan
diletakkan kaca lainnya diatas massa gel tersebut. Dihitung diameter gel
dengan mengukur panjang diameter dari beberapa sisi, kemudian
ditambahkan beban tambahan 50g, 100g, 150g, 200g, dan 300g didiamkan
selama 1 menit setiap penambahan beban kemudian diukur diameter gel
seperti sebelumnya (Fery, Yuniarto et al., 2014).
6. Uji daya lekat
Uji daya lekat dilakukan dengan cara 0,5 g gel diletakkan di bagian tengah
gelas objek dan ditutup dengan gelas objek lain. Diberi beban 1 kg di
atasnya selama 5 menit, gelas objek tersebut dipasang pada alat uji yang
diberi beban 80 gram. Dihitung waktu yang diperlukan 2 gelas objek
hingga terlepas (Swastika et al., 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L. V., 2002, The Art science, and Technology of Pharmaceutical
Compouding, American Pharmaceutical Association,
Washington D. C.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV,
diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah,
Jakarta, UI Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia
edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Lachman, L., Lieberman, A. H., and Kanig L. J., 1996, Teori dan Praktek
Farmasi Industri, Edisi ketiga, diterjemahkan oleh Suyatmi
S., UI Press, Jakarta.
Shanti, Wathoni N. dan Mita S.R.M., 2011, Formulasi Sediaan Masker gel
Antioksidan Dari Ekstrak Etanol Biji Belinjo, Skripsi,
Fakultas Farmasi, Universitas Padjajaran, Bandung.
Swastika, A.N.S.P, Mufrod, Purwanto, 2013, Antioxidant activity of
cream dosage form of tomato extract (Solanum lycopersicum
L.). Journal Tradicional Medical
Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, Edisi V,
diterjemahkan oleh Soedani, N., Yogyakarta, Universitas
Gadjah Mada Press.

Anda mungkin juga menyukai