Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV tahun 2014

FORMULASI EMULGEL EKSTRAK ETANOL DAUN DEWA (Gynura pseudochina


(L.) DC) UNTUK PENGOBATAN NYERI SENDI TERHADAP TIKUS PUTIH
JANTAN
Revi Yenti1, Ria Afrianti1, Siti Qomariah1
1Sekolah

Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang


email: ummu_lia@yahoo.co.id
ABSTRAK

Daun dewa (Gynura pseodochina (L.) DC) secara empiris digunakan sebagai pengobatan
nyeri sendi. Hasil beberapa penelitian juga menunjukan bahwa esktrak etanol daun dewa juga
dapat digunakan sebagai analgetik yang diberikan secara oral. Pada penelitian ini ekstrak
etanol daun dewa diformulasi menjadi sediaan emulgel untuk pengobatan nyeri sendi. Pada
penelitian ini digunakan 3 formula (F1, F2, dan F3) ekstrak etanol daun dewa dengan
konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10%. Evaluasi terhadap formula emulgel meliputi organoleptis,
homogenitas, distribusi ukuran partikel, pemeriksaan stabilitas dengan pendingin dan suhu
kamar, pH, uji daya menyebar, uji iritasi kulit dan penentuan tipe krim. Uji efek
penyembuhan nyeri sendi dilakukan pada tikus putih jantan yang diinduksi nyeri sendi dengan
menggunakan AgNO3 1% secara intraartikular. Parameter yang diamati adalah jumlah
cicitan hewan pada waktu pengamatan 30 menit, 1 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam, 10 jam,
dan 12 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula emulgel ekstrak etanol daun dewa
stabil secara fisika pada semua konsentrasi dan dapat menyembuhkan nyeri sendi. Sediaan
yang efektif dalam menyembuhkan nyeri sendi diberikan oleh formula F3 (konsentrasi 10%) ,
terlihat dari hewan yang sudah tidak mencicit lagi pada waktu pengamatan 8 jam
dibandingkan formula lainnya.
Kata kunci: Emulgel, Gynura pseodochina (L.) DC, nyeri sendi
PENDAHULUAN
Penyakit-penyakit dengan gangguan
persendian di masyarakat lebih sering
diidentikkan dengan reumatik. Meskipun
sesungguhnya penyakit pada persendian
banyak macamnya, seperti osteoartritis,
rhematoid artritis, pirai, poliarteritis, dan
lain-lain. Nyeri sendi sering ditemukan dan
menjadi penyebab kecacatan, terutama pada
usia lanjut, dewasa, bahkan sering juga
dijumpai pada anak dengan berbagai tingkat
usia. Pada umumnya penyakit ini menyerang
sendi-sendi penopang tubuh, yaitu sendi lutut
dan panggul serta menyerang sendi tangan.
Manifestasi klinik ditandai dengan nyeri
sendi, nyeri gerak dan keterbatasan gerak
(Anonim, 2009).
Penggunaan obat berbasis tumbuhtumbuhan merupakan pendekatan populer

untuk perawatan kesehatan. Salah satu obat


tradisional yang berasal dari tanaman yang
berkhasiat sebagai obat adalah daun dewa
(Gynura pseudochina (L.) DC) dari family
asteraceae. Dari hasil penelitian dan
pengalaman empiris, diketahui bahwa
tanaman ini dapat digunakan untuk
pengobatan nyeri sendi. Semua bagian
tanaman ini diketahui dapat dipergunakan
untuk obat (Dalimartha, 1999).
Tanaman daun dewa mempunyai
kandungan kimia yang bermanfaat bagi
manusia. Kandungan kimia yang terdapat
pada daun dewa diantaranya alkaloid,
polifenol, flavanoid, saponin, dan minyak
atsiri (Kardi, 2002). Pada beberapa penelitian
ditemukan aktifitas daun dewa antara lain,
infusa daun dewa 20 % (Gynura segetum
56

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV tahun 2014

(Lour.) Merr.) memiliki efek analgetik


setara dengan metampiron, sedangkan
ekstrak
etanol daun dewa (Gynura
procumbens (Lour.) Merr.) hasil sokletasi
dengan dosis 53,33 mg/kgBB mempunyai
aktifitas menurunkan kadar asam urat ayam
jantan leghorn (Putri, 2007). Sari daun dewa
segar dosis 0,01 ml/10 g BB yang diberikan
secara oral pada mencit, memberikan efek
analgesik lebih baik dari pada asetosal
sebagai pembanding (Dalimartha, 1999).
Berdasarkan hal di atas, maka
dilakukan pengembangan ekstrak etanol
daun dewa dengan cara memformulasikan
dalam bentuk emulgel untuk pengobatan
nyeri sendi. Penggunaan sediaan emulgel
lebih diminati bila dibandingkan dengan
sediaan emulsi atau gel saja. Gel mempunyai
kelebihan berupa kandungan air yang cukup
tinggi sehingga memberikan kelembaban

yang bersifat mendinginkan dan memberikan


rasa nyaman pada kulit (Mitsui, 1997).
Sedangkan emulsi mempunyai keuntungan
dapat membentuk sedian yang saling tidak
bercampur
menjadi
dapat
bersatu
membentuk sediaan yang homogen dan
stabil (Magdy, 2004). Pada sistem emulsi
terdapat fase minyak yang berfungsi sebagai
emolien atau occlusive yang akan mencegah
penguapan sehingga kandungan air di dalam
kulit dapat dipertahankan. Peningkatan
oklusivitas dari fase minyak pada sistem
emulsi akan meningkatkan hidrasi pada
stratum corneum dan hal ini berhubungan
dengan berkurangnya hambatan difusi bagi
zat terlarut. Oleh karena itu adanya sistem
emulsi dalam bentuk sediaan emulgel akan
memberikan penetrasi tinggi dikulit (Block,
1996).

METODOLOGI PENELITIAN
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah alat-alat gelas standar
laboratorium, kaca arloji, cawan penguapan,
botol semprot, corong, kertas perkamen,
timbangan digital, lemari pendingin, botol
maserasi, rotary evaporator, pipet tetes,
batang pengaduk, pinset, spatel, pH meter,
desikator, krus porselin, lumpang, stamfer,
dan homogenizer.

Persiapan Sampel
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah daun dewa (Gynura
pseudochina (L.) DC) yang diambil di
Kapalo Koto, Padang (Sumatera Barat).
Sampel
diidentifikasi
di
Herbarium
Universitas Andalas Jurusan Biologi,
FMIPA.
Ekstraksi Daun Dewa
Sampel
dibersihkan,
ditimbang
sebanyak 1 kg lalu dirajang kemudian
dimaserasi dengan etanol 96% selama lima
hari. Proses maserasi dilakukan sebanyak
tiga kali. Maserat disaring, kemudian
dipekatkan dengan Rotary evaporator hingga
diperoleh ekstrak kental (Voight, 1994).

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah
daun dewa, etanol 96 %, kloroform, FeCl3,
Serbuk
Mg,
norit,
asam
asetat
anhidrat,H2SO4 2N, H2SO4 (p), HCl (p),
amoniak 0,05 N, aquades, HPMC, propilen
glikol, paraffin liquid, tween 80, span 80,
methyl paraben, propyl paraben, AgNO3
1%, dan emulgel pembanding.

Pemeriksaan Ekstrak Etanol Daun Dewa


Pemeriksaan ekstrak etanol daun
dewa, yang meliputi uji fitokimia,
pemeriksaan organoleptis, kelarutan, kadar
abu, susut pengeringan, dan pengukuran pH.

Hewan Percobaan
Pada penelitian ini digunakan hewan
percobaan terdiri dari 15 ekor tikus putih
jantan dengan berat antara 150-200 g

Pemeriksaan Zat Tambahan

57

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV tahun 2014

Pemeriksaan
terhadap
bahan
tambahan dilakukan menurut persyaratan
Farmakope Indonesia Edisi IV dan
Martindale The Extra Pharmacopia.

Keterangan:
F0: Basis emulgel, F1: Emulgel ekstrak
etanol daun dewa konsentrasi 2,5 %, F2:
Emulgel ekstrak etanol daun dewa
konsentrasi 5%, F3: Emulgel ekstrak etanol
daun dewa konsentrasi 10%.

Pembuatan Basis Emulgel dan Emulgel


Ekstrak Etanol Daun Dewa

Ekstrak
etanol
daun
dewa
dimasukkan ke dalam lumpang lalu digerus,
kemudian ditambahkan basis emulgel yang
telah terbentuk untuk masing-masing
formula sedikit demi sedikit kemudian
digerus hingga homogen. Lalu masingmasing formula disimpan dalam wadah
emulgel.

Tabel 1. Formula Basis Emulgel


No

Bahan

Konsentrasi (%)

1
2
3
4
5
6
7
8

HPMC
Paraffin Liquid
Tween 80
Span 80
Propylenglycol
Methylpareben
Propylparaben
Aquades

2,5
5
1,08
0,42
10
0,03
0.01
ad 100

Evaluasi Basis Emulgel dan Emulgel


Ekstrak Etanol Daun Dewa
Evaluasi basis emulgel dan emulgel ekstrak
etanol daun dewa meliputi :
1. Pemeriksaan organoleptis
Pengamatan
organoleptis
meliputi:
bentuk, bau dan warna dilakukan setiap
minggu selama 6 minggu pada suhu
kamar.
2. Pemeriksaan homogenitas
Emulgel ditimbang 0,1 gram kemudian
dioleskan secara merata dan tipis pada
kaca
transparan,
sediaan
harus
menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat butir-butir kasar.
3. Pemeriksaan ukuran partikel (Voight,
1994)
Pemeriksaan
ukuran
partikel
menggunakan mikroskop listrik yang
telah dilengkapi mikrometer pentas.
Emulgel ditimbang sebanyak 0,1 gram.
Diencerkan dengan aguadest sampai
volume 10 mL. Diambil sedikit hasil
pengenceran dan diteteskan pada kaca
objek, diratakan dan ditutup dengan
cover glass. Hitung jumlah partikel
sesuai dengan interval untuk masingmasing ukuran.
4. Pemeriksaan stabilitas terhadap suhu
(Jellinek, 1970)
a. Suhu dingin
Emulgel ditimbang 5 gram dan
dimasukkan kedalam wadah emulgel,
kemudian diletakkan dalam lemari es
dengan suhu 5C dan dibiarkan

Pembuatan emulgel dilakukan sesuai


dengan komposisi formula yang tertera pada
Tabel 1. Masing-masing bahan basis emulgel
ditimbang terlebih dahulu. Selanjutnya
dilakukan pembuatan basis emulgel dengan
cara: Pembuatan Emulsi : Fase minyak
dibuat dengan mencampurkan span 80
dengan paraffin Liquid pada suhu 70oC, fase
air dibuat dengan mencampurkan tween 80
dan sebagian air pada suhu 70oC. Fase
minyak ditambahkan ke fase air pada suhu
70oC sambil terus diaduk dengan pengaduk
hingga terbentuk emulsi. Gel dibuat dengan
mendispersikan HPMC sedikit demi sedikit
dalam air panas dengan suhu 80C, digerus
sampai terbentuk basis gel. Metil paraben
dan propil paraben dilarutkan dalam
propilenglikol, lalu dicampurkan dengan gel.
Kemudian emulsi dan gel yang sudah
terbentuk dicampur dengan homogenizer
pada kecepatan 700 RPM selama 45 menit
sampai terbentuk emulgel.
Tabel 2. Formula Basis Emulgel dan
Emulgel Ekstrak Etanol Daun Dewa
Bahan
Ekstrak Daun Dewa
Basis ad

F0
(%)
0
100

F1
(%)
2,5
100

F2
(%)
5
100

F3
(%)
10
100

58

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV tahun 2014

selama 24 jam. Setelah itu


dikeluarkan dan diamati ada atau
tidak terjadi pemisahan.
b. Suhu kamar
Emulgel ditimbang 5 gram dan
dimasukkan kedalam wadah emulgel,
kemudian dibiarkan selama 24 jam
pada suhu kamar. Setelah itu diamati
ada atau tidak terjadi pemisahan.
5. Pemeriksaan pH
Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menggunakan alat pH meter. Alat ini
dikalibrasi terlebih dahulu dengan
menggunakan larutan dapar asetat pH 4,0
dan dapar fosfat pH 7,0 sehingga angka
yang muncul pada alat berada pada pH
tersebut. Kemudian elektroda dicuci
dengan aquadest dan dikeringkan dengan
tisu. Pengukuran pH basis emulgel
dilakukan dengan cara: sebanyak 1 gram
emulgel diencerkan dengan aquadest
hingga 10 mL dalam wadah yang cocok.
Eloktroda dicelupkan kedalam wadah
tersebut, biarkan jarum bergerak sampai
pada posisi konstan. Angka yang
ditunjukkan pH meter merupakan nilai
pH basis emulgel. Pengamatan dilakukan
selama 6 minggu.
6. Uji daya sebar (Voight, 1994)
Emulgel sebanyak 0,5 g diletakkan hatihati diatas kaca transparan yang
beralaskan kertas grafik, biarkan sediaan
menyebar pada diameter tertentu.
Kemudian ditutup dengan plastik
transparan dan diberi beban (1gram, 2
gram, 5 gram), lalu diukur pertambahan
luas setelah diberi beban.
7. Pemeriksaan iritasi kulit.
Pengujian iritasi kulit dengan cara uji
tempel tertutup pada kulit manusia
dimana 0,1 gram sedian dioleskan pada
pangkal lengan bagian dalam dengan
diameter pengolesan 2 cm kemudian
ditutup dengan perban dan plester,
biarkan selama 24 jam kemudian
dioleskan lagi, lakukan selama 3 hari.
Setelah
itu
amati
gejala
yang
ditimbulkan. Apabila tidak menimbulkan
iritasi pada kulit, massa sediaan
dinyatakan memenuhi syarat pengujian.

8. Penentuan Tipe Emulsi


Sediaan diteteskan pada kaca objek, lalu
diteteskan larutan metilen blue, ditutup
dengan cover glass dan diamati dibawah
mikroskop. Apabila zat warna tersebar
merata pada sediaan maka tipe emulsi
M/A, tapi jika zat warna tidak tersebar
merata maka tipe emulsi A/M.
Uji Efektivitas Pengobatan Nyeri Sendi
Hewan percobaan yang digunakan
adalah tikus putih jantan dengan berat badan
150-200 g sebanyak 15 ekor yang telah
diadaptasi selama 7 hari pada tempat
pelaksanaan percobaan. Pengujian dilakukan
dengan metode penapisan analgetik untuk
nyeri sendi. Setiap hewan percobaan
disuntikkan larutan perak nitrat 1 %
sebanyak 0,2 mL ke dalam sendi tibio
tersienne. 18 jam kemudian dilakukan
pengamatan. Hewan yang mencicit karena
kesakitan bila dilakukan gerakan fleksi
terhadap sendi yang bengkak sebanyak 10
kali dalam waktu 1 menit adalah hewan yang
dapat
digunakan
untuk
percobaan
(Kelompok kerja ilmiah fitofarmaka, 1993).
Hewan yang telah terseleksi ini
secara acak dikelompokkan menjadi 5
kelompok yang masing-masingnya terdiri
dari 3 ekor. Pembagian kelompok yaitu:
Kelompok I kelompok tikus yang diberi
basis emulgel. Kelompok II kelompok tikus
yang diberi sediaan emulgel dengan
konsentrasi 2,5%. Kelompok III kelompok
tikus yang diberi sediaan emulgel dengan
konsentrasi 5 %. Kelompok IV kelompok
tikus yang diberi sediaan emulgel dengan
konsentrasi 10 %. Kelompok V kelompok
tikus yang diberi sediaan pembanding.
Sedian uji yang diberikan sebanyak 20 mg.
Terhadap tiap hewan dilakukan
gerakan fleksi pada sendi sebanyak 10 kali
dalam waktu 1 menit. Pengamatan dilakukan
pada 0,5, 1, 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 jam setelah
pemberian sedian uji. Sedian uji dinyatakan
bersifat analgetik untuk nyeri sendi bila
hewan tidak mencicit kesakitan oleh gerakan
fleksi yang dilakukan. Data dianalisis dengan
metode ANOVA dua arah dan dilanjutkan
dengan uji duncan.
59

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV tahun 2014

HASIL DAN DISKUSI


Pemeriksaan organoleptis ekstrak etanol
daun dewa didapatkan hasil ekstrak berwarna
hijau kecoklatan, berbentuk ekstrak kental
dan berbau aromatis. Hasil pemeriksaan
kadar abu adalah 7,73%, pH 5,23, susut
pengeringan 7,05 %, ekstrak sukar larut
dalam air dan mudah larut dalam etanol
96%.
Hasil
pemeriksaan
fitokimia
didapatkan hasil bahwa ekstrak positif
mengandung flavonoid, steroid fenolik,
terpenoid dan saponin.
Evaluasi terhadap basis emulgel dan
emulgel ekstrak etanol daun dewa setiap
minggu selama enam minggu meliputi
pemeriksaan organoleptis, homogenitas,
pemeriksaan distribusi ukuran partikel,
stabilitas pada suhu ruangan dan suhu 5oC,
pH, uji daya menyebar, uji iritasi kulit dan
tipe emulsi emulgel. Hasil rekapitulasi
evaluasi basis emulgel dan emulgel ekstrak
etanol daun dewa dapat dilihat pada Tabel 3.

Hasil
Dalam penelitian ini digunakan daun
dewa seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 1. Untuk memastikan kebenarannya,
tumbuhan ini telah dideterminasi di
Herbarium Universitas Andalas dengan
nama Gynura pseudochina (L.) DC.

Gambar 1. Tanaman Daun Dewa (Gynura


pseudochina (L.) DC
Dari 1 kg sampel segar daun dewa
yang telah dibersihkan dan dirajang 2x2
cm, lalu dimaserasi dengan etanol 96%
didapatkan ekstrak kental sebanyak 21,82
gram, dengan rendemen 2,182 %.

Tabel 3. Rekapitulasi Evaluasi Basis Emulgel dan Emulgel Ekstrak Etanol Daun Dewa
NO

F0

F1

F2

F3

Organoleptis:
- Bentuk
- Warna
- Bau

Sp
P
Tb

Sp
Ht
Bk

Sp
Ht
Bk

Sp
Ht
Bk

2.

Homogenitas

3.
4.

Ukuran Partikel
Stabilatas
- Pada ruangan
- Pada suhu 5C
pH Emulgel
Daya Menyebar
/pertambahan luas
(cm2)
1 gr
2 gr
5 gr
Uji Iritasi
-Panelis 1
-Panelis 2
-Panelis 3
Tipe Emulgel

17,7m

17,69m

22,4m

TM
TM
7,75

TM
TM
6,5

TM
TM
5,8

TM
TM
5,5

1,327
2,267
3,462

1,766
2,834
3,462

Ti
Ti
Ti
M/A

Ti
Ti
Ti
M/A

1.

5.
6.

7.

8.

Evaluasi

0,636
1,539
2,010

0,950
2,269
2,834

Ti
Ti
Ti
M/A

Ti
Ti
Ti
M/A

Keterangan: Sp = Setengah Padat, P = Putih, Tb = Tidak Berbau, Ht = Hijau Tua, Bk= Bau
Khas, H = Homogen, M/A = Minyak Dalam Air, Tm = Tidak Memisah, Ti = Tidak
Mengiritasi
60

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV tahun 2014

Efek analgetik dilihat dengan


parameter jumlah cicitan tikus putih jantan
yang diberi gerakan fleksi pada sendi yang
bengkak sebanyak 10 kali dalam waktu satu
menit. Hasil perhitungan jumlah cicitan tikus

setelah pemberian emulgel ekstrak etanol


daun dewa secara topikal menunjukkan
adanya pengurangan jumlah cicitan pada
tikus putih jantan secara bermakna. Hasilnya
dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Jumlah Cicitan Tikus


al, 2009). Hasil formulasi basis emulgel dan
emulgel ekstrak etanol daun dewa dapat
dilihat pada Gambar 3.

Diskusi
Esktrak etanol daun dewa diformulasi
dalam bentuk emulgel untuk tujuan
pengobatan nyeri sendi. Formula emulgel ini
menggunakan HPMC sebagai gelling agent,
sedangkan parafin cair berfungsi sebagai
emolien. Tween 80 dan span 80 merupakan
campuran emulgator yang akan membuat
fase minyak dan fase air dapat saling
bercampur sehingga dapat membentuk
sistem emulsi. Metil paraben dan propil
paraben berfungsi sebagai pengawet,
sedangkan propilenglikol selain sebagai
pelarut metil paraben dan propil paraben
juga berfungsi sebagai humektan (Rowe et

Pada sediaan emulgel dilakukan


evaluasi terhadap basis emulgel dan emulgel
ekstrak etanol daun dewa setiap minggu
selama
enam
minggu.
Pemeriksaan
organoleptis meliputi warna, bau, dan
bentuk. Emulgel ekstrak etanol daun dewa
berwarna hijau tua, berbentuk setengah padat
dan berbau aromatis. Secara organoleptis
sampai minggu keenam emulgel ekstrak
etanol daun dewa tidak menunjukkan adanya
perubahan.

Gambar 3. Basis Emulgel dan Emulgel Ekstrak Etanol Daun Dewa


61

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV tahun 2014

Pemeriksaan homogenitas
basis
emulgel dan emulgel ekstrak etanol daun
dewa
dilakukan
dengan
cara
mengoleskannya secara merata dan tipis
pada kaca transparan (Depkes RI, 1979).
Hasilnya menunjukkan bahwa basis emulgel
dan sediaan emulgel homogen dan
terdispersi
merata.
Pemeriksaan
ini
dilakukan setiap minggu selama 6 minggu
dan dalam jangka waktu tersebut basis
emulgel dan emulgel ekstrak etanol daun
dewa tetap homogen.
Pemeriksaan tipe emulsi dilakukan
dengan meneteskan metilen biru pada
sediaan, kemudian diamati penyebaran
warnanya di bawah mikroskop (Voigt.
1994). Hasil pemeriksaan menunjukkan
medium dispersi berwarna biru, sedangkan
fase terdispersi yang berupa droplet parafin
cair tidak berwarna biru. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tipe sediaan emulgel
adalah minyak dalam air (M/A). Metilen biru
adalah pewarna yang mudah larut dalam air
yang menyebabkan medium dispersi yang
mengandung air menjadi berwarna biru.
Pemeriksaan pH basis emulgel dan
emulgel ekstrak etanol daun dewa dilakukan
dengan menggunakan alat pH meter inolab.
Hasil pemeriksaan pH setiap minggu selama
enam minggu menunjukkan hasil bahwa pH
basis emulgel berkisar antara 7,7 7,8,
sedangkan pH emulgel berkisar antara 5,5
6,5. pH emulgel tersebut mendekati pH yang
dapat diterima oleh kulit, dimana pH kulit
berkisar antara 4,5 6,5 (Osol, 1975). Hal
ini juga didukung oleh uji iritasi pada panelis
yang menunjukkan bahwa basis emulgel dan
emulgel ekstra etanol daun dewa tidak
mengiritasi.
Hasil evaluasi daya sebar emulgel
yang diberi beban 1g, 2g, 5g terlihat bahwa
semakin besar konsentrasi ekstrak yang
ditambahkan maka semakin besar daya
sebarnya. Menurut Garg et al, 2002 daya
sebar merupakan karakteristik penting dalam
formulasi yang menjamin kemudahan saat
diaplikasikan di kulit, pengeluaran dari
wadah, serta penerimaan konsumen.
Pemeriksaan
stabilitas
emulgel
dilakukan pada suhu ruangan dan suhu

dingin selama 6 minggu. Hasil pemeriksaan


menunjukkan bahwa emulgel ekstrak etanol
daun dewa tidak memisah sampai minggu
keenam. Hal ini menunjukkan bahwa
emulgel tetap stabil walaupun disimpan pada
suhu ruangan maupun suhu dingin.
Pemeriksaan
distribusi
ukuran
partikel
dilakukan
dengan
memakai
mikroskop listrik yang dilengkapi dengan
mikrometer okuler dengan pembesaran 100
kali. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa
rata-rata ukuran panjang F1 17,17 m, F2
17,69 m, dan F3 22,4 m. Hasil ini masih
memenuhi syarat ukuran partikel yang stabil
secara fisik, yaitu 1-50 m (Depkes RI,
1979)
Efek analgetik dilihat dengan
mengamati parameter perhitungan jumlah
cicitan tikus putih jantan setelah diinduksi
dengan AgNO3 1% selama 18 jam. AgNO3
merupakan logam berat yang dapat
mengendapkan protein. Endapan ini akan
menimbulkan nyeri pada sendi, AgNO3 juga
dapat terurai menjadi NO2 yang merupakan
radikal bebas. Radikal bebas tersebut yang
apabila terbentuk akan memicu terjadinya
respon inflamasi pada sendi.
Hasil uji efek analgetik terhadap tikus
putih jantan dengan parameter yang diamati
jumlah cicitan setelah diberi gerakan fleksi
diperoleh suatu korelasi yang menunjukkan
hubungan antara jumlah cicitan terhadap
penurunan nyeri sendi. Jumlah cicitan ratarata mengalami penurunan sesuai dengan
peningkatan
konsentrasi
ekstrak
dibandingkan dengan kontrol yang hanya
diberi basis emulgel saja, bahkan hampir
mendekati
pembanding.
Pembanding
digunakan sebagai pembanding yang
merupakan salah satu sediaan obat nyeri
sendi, menunjukkan aktivitas yang lebih baik
dari F1 dan F2 terhadap penurunan jumlah
cicitan tikus.
Sedangkan
pada
F3
menunjukkan aktivitas penurunan jumlah
cicitan hampir mendekati pembanding. Hal
tersebut menunjukkan bahwa semakin besar
konsentrasi ekstrak etanol daun dewa yang
diformulasi dalam bentuk sediaan emulgel
semakin efektif mengurangi jumlah cicitan
tikus.
62

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV tahun 2014

KESIMPULAN
Ekstrak etanol daun dewa dapat
diformulasi dalam bentuk sediaan emulgel
dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% dan
memberikan stabilitas secara fisika. Formula

emulgel ekstrak etanol daun dewa


memberikan efek analgetik dan efek tertinggi
diberikan oleh emulgel ekstrak etanol daun
dewa dengan konsentrasi 10 %.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009, Nyeri Sendi, http://
www.hegns.com/2009/08/ pengobatanpenyakit-nyeri-sendi-htm|. [29 Maret
2011].
Block,
L.H.,
1996,
Pharmaceutical
Emulsions and Microemulsions, in
Lieberman, H.A., Lachman, L.
Schwatz, J.B., Pharmaceutical Dosage
Forms : Disperse System, Vol 2, 2nd,
Marcel Dekker Inc., New York.
Dalimartha, S., 1999, Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia, Jilid I, Trubus. Jakarta.
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi
III, Jakarta
Garg, A., Aggrawal, D., Garg, S., and Singla,
A.K., 2002, Spreading of Semisolid
Formulation
:
An
Update,
Pharmaceutical
Technology,
http://www.pharmtech.com,
diakses
tanggal 11 April 2011
Jellinek, S.J., 1970, Formularium and
Function
of
Cosmetic,
Wiley
Interscience, New York, London.
Kardi, A., 2002, Tanaman Obat Penggempur
Kanker,
Penebar Swadaya,
Pt.
Agromedia Pustaka, Jakarta

Kelompok Kerja Ilmiah Fitofarmaka, 1993,


Penapisan farmakologi, Pengujian
Fitokimia dan Pengujian Klinik.
Magdy, I.M., 2004, Optimation of
Chlorphenesin Emulgel Formulation,
AAPS Journal (serial on line) 6 (3) :
26.
http://www.aapspharmsci.org,
diakses 11 April 2011.
Mitsui,
T.,
1997,
New
Cosmetics
Science,Elsivier, Amsterdam
Osol,
A.H.,
1975,
Remingtons
Pharmaceutical Science, 15th Edition,
EASTON, Pennsylvania.
Putri, C.A.R., 2007, Efek Infusum Daun
Dewa Terhadap Hambatan Respon
Rasa Nyeri, Universitas Airlangga,
Surabaya.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M.E.,
2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th Edition, Pharmaceutical
Press and American Pharmacists
Association, Washington D.C.
Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi
Farmasi, Edisi V, Diterjemahkan oleh
Dr. Soendani Noerono, Gadjah Mada
University press, Yokyakarta

63

Anda mungkin juga menyukai