Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


“Sediaan Steril Gel Untuk Mata Phenylephrine HCl 3,0458%”

Disusun oleh:

Asri Fauziyyah
P17335117051

Dosen Pembimbing:

Angreni Ayuhastuti, M.Si. Apt

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN FARMASI
2019
Sediaan Steril Gel Untuk Mata Phenylephrine HCl 3,0458%
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Melakukan preformulasi, pembuatan sediaan, semi solid steril dan evaluasi
sediaan steril gel mata Phenylephrine HCl 3,0458%.

II. PENDAHULUAN
Sediaan steril adalah sediaan yang harus terhindar dari kotaminan mikroba baik
viable maupun non viable. Tetapi dalam praktiknya, tidak dapat dicapai karena sediaan
tidak dapat dijamin steril. Untuk mendapatkan sediaan yang steril dapat dilakukan
dengan cara sterilisasi. Sterilisasi merupakan konsep penting dalam persiapan steril
produk farmasi. Tujuannya adalah untuk menyediakan produk aman dan
menghilangkan kemungkinan memperkenalkan infeksi (Aulton dan Taylor, 2013).
Alasan suatu sediaan dibuat steril karena berhubungan langsung dengan kulit
terbuka, permukaan membran mukosa atau organ bagian dalam dan darah atau cairan
tubuh. Injeksi pada aliran darah dam atau bagian steril dalam tubuh harus steril (Aulton
dan Taylor, 2013).
Obat mata tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, beberapa diantaranya
memerlukan perhatian khusus. Larutan obat mata adalah larutan steril,bebas partikel
asing, merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai
digunakan pada mata. Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus
dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dasar, kebutuhan
akan pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet) sterilisasi dan kemasan yang tepat
(Kemenkes RI, 2014)
Cairan mata isotonik dengan darah dan mempunyai nilai isotonisitas sesuai
dengan larutan natrium klorida 0,9%. Secara ideal larutan obat mata harus mempunyai
nilai isotonis tersebut, tetapi mata tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara
dengan larutan natrium klorida 0,6% (Kemenkes RI, 2014)
Beberapa larutan obat mata perlu hipertonik untuk meningkatkan daya serap
dan menyediakan kadar bahan aktif yang cukup tinggi untuk menghasilan efek obat
yang cepat dan efektif. Apabila larutan obat seperti ini digunakan dalam jumlah kecil,
pengenceran dengan air mata cepat terjadi sehingga rasa perih akibat hipertonisitas
hanya sementara. Tetapi penyesuaian isotonisitas oleh pengenceran dengan air mata
tidak berarti, jika digunakan larutan hipertonik dalam jumlah besar sebagai koliria
untuk membasahi mata. Jadi yang penting adalah larutan obat mata untuk keperluan ini
harus mendekati isotonic (Kemenkes RI, 2014).
Phenylephrine (NEO-SYNEPHRINE, lainnya) adalah agonis reseptor α1
selektif; mengaktifkan β reseptor hanya pada konsentrasi yang jauh lebih tinggi. Obat
ini menyebabkan vasokonstriksi arteri yang ditandai selama intravena infusi. Fenilefrin
juga digunakan sebagai dekongestan hidung dan sebagai midriatik dalam berbagai
solusi hidung dan mata (Goodman and Gilman, 2008).
III. TINJAUAN PUSTAKA
Obat mata dimaksudkan untuk penggunaan lokal pada atau ke mata. Obat tetes
mata dan persiapan semipadat biasanya diterapkan topikal, di kantung konjungtiva
yang lebih rendah. Penyerapan aktif zat ke dalam pembuluh darah okular dan juga ke
dalam sirkulasi sistemik terjadi di konjungtiva dan hidung mukosa. Karena penyerapan,
efek samping sistemik bisa muncul setelah berangsur-angsur. Setelah permeasi melalui
kornea, zat aktif mencapai ruang anterior dan kemudian posterior ruang dan vitreous.
Dengan kasus infeksi eksternal absorpsi seharusnya tidak terjadi, karena zat aktif perlu
hadir dalam konsentrasi terapeutik di kornea dan konjungtiva (Yvonne Bouwman-
Boer, 2015).
Sediaan ophthalmic semipadat adalah salep steril, krim atau gel yang
dimaksudkan untuk aplikasi ke konjungtiva atau ke kelopak mata mengandung satu
atau lebih zat aktif dilarutkan atau didispersikan dalam basa yang sesuai dan memiliki
sifat homogen (Yvonne Bouwman-Boer, 2015).
Gel, kadang-kadang disebut Jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organic yang
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil
yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium
Hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif
besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma (misalnya Magma
Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat
jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu
sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket
(Kemenkes RI, 2014).
Gel fase tungal terdiri dari makromolekul organic yang tersebar serba sama
dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul
makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul
sintetik (misalnya Karbomer) atau dari gom alam (misalnya Tragakan). Sediaan
tragakan disebut juga musilago. Walaupun gel-gel ini umumnya mengandung air,
etanol dan minyak dapat digunakan sebagai fase pembawa. Sebagai contoh, minyak
mineral dapat dikombinasi dengan resin polietilena untuk membentuk dasar salep
berminyak. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau
dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Kemenkes RI, 2014).

IV. FORMULASI
1. Fenilefrin HCl

Bahan aktif/ Rumus kimia Fenilefrin HCl


C9H13NO2.HCl
BM 203,7,5 g/mol (Martindale 36, hlm. 1568)
Struktur kimia

(Farmakope Indonesia V, hlm 402)


Pemerian Kristal putih atau serbuk kristalin, tidak berbau dan memiliki
rasa pahit
(Japanese Pharmacopoeia. hlm. 1007)
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam
dietileter
(Japanese Pharmacopoeia. hlm. 1007)
Stabilitas
 Panas Tidak ditemukan pada literatur manapun (Farmakope Indonesia
ed. V, Martindale, Pharmaceutical Codex ed. 12, Japanese
Pharmacopoeia, Europe Pharmacopoeia, Drug Injectable
Preparation, Handbook of Manufacturing Formulation-Liquid
Product, Aulton’s Pharmaceutics: The Design and Manufacture
of Medicines, The United States Pharmacopeia (USP) ed. 30,
Handbook of Pharmaceutical Excipients Ed 5, Practical
Pharmaceutics An International Guideline for the Preparation,
Care and Use of Medicinal Product), diambil kesimpulan teknik
sterilisasi dengan metode aseptik.
 Hidrolisis Tidak ditemukan pada literature manapun (Farmakope
Indonesia ed. V, Martindale, Pharmaceutical Codex ed. 12,
Japanese Pharmacopoeia, Europe Pharmacopoeia, Drug
Injectable Preparation, Handbook of Manufacturing
Formulation-Liquid Product, Aulton’s Pharmaceutics: The
Design and Manufacture of Medicines, The United States
Pharmacopeia (USP) ed. 30, Handbook of Pharmaceutical
Excipients Ed 5, Practical Pharmaceutics An International
Guideline for the Preparation, Care and Use of Medicinal
Product), diambil kesimpulan berdasarkan sediaan dipasaran
dalam bentuk drops dengan pembawa air tidak terhidrolisis.
 Cahaya Harus terlindung dari cahaya.
(Martindale 36, hlm. 1568)
 pH stabilitas API 4,5-5,5
(Japanese Pharmacopoeia. hlm. 1007)
pH sediaan berdasarkan 4,5-5,5
farmakope (Japanese Pharmacopoeia. hlm. 1007)

Inkompabilitas Berinteraksi dengan monoamine-oxidase inhibitor


(BNF 70, hlm. 166)
Anastetik local bukain
(Martindale 36, hlm. 1568)
Bentuk sediaan yang telah Drops
didistribusikan
Kesimpulan:
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester/lain-lain): Garam
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi): Gel
Cara sterilisasi sediaan: Teknik Aseptik
Kemasan: Tube Alumunium, wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya (Martindale
36, hlm. 1568)
Tipe administrasi sediaan injeksi (IV/IM/SC/IA/IT/lain-lain): Gel mata (Topikal)
Tipe sediaan (single dose/ multiple dose): Multipledose

2. CMC-Na
Pemerian Serbuk putih sampai hampir putih, tidak berbau, tidak berasa,
higroskopis setelah pengeringan
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, metanol, etanol (95%), eter dan toluene.
Mudah didispesikan dalam air pada berbagai suhu.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
Stabilitas

 Panas Mulai berwarna coklat pada suhu 227ºC mulai gosong pada suhu
225ºC - 230ºC
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
 Hidrolisis Dalam kelembapan yang tinggi dapat mengabsorbsi air dalam jumlah
besar.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
Terlindung dari cahaya
 Cahaya (Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
6,5 – 8,5
 pH (Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
Kegunaan Suspending Agent (Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118,
pdf).
Inkompabilitas Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan garam dari
besi dan logam lainnya termasuk alumunium, merkuri dan seng. Juga
inkompatibel dengan xanthan gum. Mengendap pada pH < 2 dan juga
ketika dicampur dengan etanol 95%.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).

3. Benzyl Alcohol

Pemerian Cairan berminyak, tidak berwarna, dengan aromatic lemah, rasa tajam.

(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 64, pdf).


Kelarutan Larut dalam air (1:25 di 25 ºC) (1:14 di 90 ºC)
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 64, pdf).
Stabilitas

 Panas Titik didih 204, 7 ºC


(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 64, pdf).
 Hidrolisis Benzyl alcohol teroksidasi perlahan di udara membentuk benzaldehid
dan asam benzoate, tetapi tidak bereaksi dengan air.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 65, pdf).
Disimpan dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya dan
 Cahaya kering.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 64, pdf).
Aktivitas optimum pH di bawah 5
 pH Aktivitas rendah pH di atas 8
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 64, pdf).
Kegunaan Pengawet (Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 65, pdf).

Inkompabilitas Benzyl alcohol inkompatible dengan agen pengoksidasi dan asam kuat.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 65, pdf).

4. Natrium Klorida

Pemerian Bubuk kristal putih atau kristal tak berwarna, memiliki rasa garam
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 637, pdf)
Kelarutan Sedikit larut dalam etanol, 1:10 dalam gliserin, 1:250 dalam etanol 95%,
1:2,8 dalam air, 1:2,6 dalam air pada suhu 100oC
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 639, pdf)
Stabilitas Stabil terhadap panas, dapat disterilisasi dengan autoklaf, stabil terhadap
cahaya, pH sediaan injeksi 4,5-7,0
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 639, pdf)
Kegunaan Pengisotonis (Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 639, pdf)
Inkompabilitas Dengan pengoksidator kuat (Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm
639, pdf).
5. Natrium Sitrat

Pemerian Kristal monoklinik, bubuk kristal putih dengan pendingin, rasa asin,
tidak berbau
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 641)
Kelarutan Larut dalam 1,5 bagian air dan larut dalam 6 bagian air panas
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 641)
Stabilitas Panas : larutan berair dapat disterilkan dengan autoklaf
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients halaman 641)
pH sediaan injeksi : 7,0 – 9,0
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients halaman 641)
Kegunaan pendapar
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 641).
Inkompatibilitas Larutan berair sedikit basa dan akan bereaksi dengan asam zat. Garam
alkaloid dapat diendapkan dari airnya atau solusi hidro alkohol. Garam
kalsium dan strontium akan menyebabkan pengendapan sitrat yang
sesuai. Ketidakcocokan lainnya termasuk basa, zat pereduksi, dan zat
pengoksidasi
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 641)
Cara Sterilisasi Dengan metode sterilisasi panas kering menggunakan suhu 170℃,
Bahan selama 1 jam
6. Asam Sitrat

Pemerian Kristal yang tidak berwarna atau tebus cahaya, kristal putih, tidak
berbau dan memiliki rasa asa yang kuat
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 182)
Kelarutan Larut dalam 5 bagian etano dan larut dalam 1 bagian air
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 182)
Stabilitas Panas : Asam sitrat kehilangan air kristalisasi di udara kering atau
ketika dipanaskan hingga sekitar 40℃
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients halaman 182)
pH sediaan injeksi : 2,2
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients halaman 182)
Kegunaan pendapar
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 182)
Inkompatibilitas Asam sitrat tidak kompatibel dengan kalium tartrat, alkali dan alkali
tanah karbonat dan bikarbonat, asetat, dan sulfida. Ketidakcocokan
juga termasuk agen pengoksidasi, basa, pengurangan agen, dan nitrat.
Ini berpotensi meledak dalam kombinasi dengan nitrat logam. Pada
penyimpanan, sukrosa dapat mengkristal dari sirup adanya asam sitrat
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 182)
Cara Sterilisasi Dengan metode sterilisasi panas kering menggunakan suhu 170℃,
Bahan selama 1 jam
7. Water For Injection

Pemerian Cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.

(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 766).


Kelarutan Larut dalam kebanyakan pelarut polar.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 766).
Stabilitas Panas : Stabil secara kimia dalam semua keadaan fisik.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients halaman 766).
pH sediaan injeksi : 5,0 – 7,0
(Farmakope Indonesia Edisi V hlm 57.pdf).
Kegunaan Sebagai pelarut .
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 766).
Inkompatibilitas Dalam formulasi sediaan farmasi, air dapat bereaksi dengan obat-
obatan dan eksipien lainnya yang rentan terhadap hidrolisis
(penguraian dengan adanya air atau kelembaban) pada suhu
lingkungan dan suhu tinggi. Air dapat bereaksi keras dengan logam
alkali dan bereaksi cepat dengan lobam basa dan oksida seperti
kalsium oksida dan magnesium oksida. Dapat bereaksi pula dengan
garam anhidrat untuk membentuk hidrat dari berbagai komposisi, dan
dengan bahan organik dan kalsium karbida tertentu.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 768).
Cara Sterilisasi Dengan metode sterilisasi panas basah menggunakan suhu 121℃,
Bahan tekanan 15 Psi selama 15 menit.

V. PENDEKATAN FORMULA

No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan


1. Fenilefrin HCl 3,0458% Bahan Aktif
2. NaCl 0,08152% Pengisotonis
3. CMC-Na 3% Gelling Agent
4. Benzyl Alcohol 0,5% Pengawet
5. Asam Sitrat 0,22684% Pendapar
6. Natrium Sitrat 0,55026% Pendapar
7. WFI Ad 100% Pembawa

VI. PERHITUNGAN DOSIS, TONISITAS, OSMOLARITAS, DAPAR, mEq/L


1. Dosis
Fenilefrin HCl sebagai drop 1 drop (British National Formulary, 2007)
1 drop (1 tetes) = 25 µl – 75 µl (Bouwman, 2015)
BM Fenilefrin HCl
BM Fenilefrin
x 2,5%
203,7 g/mol
= x 2,5%
167,2 g/mol
= 3,0458%
 1 tetes (0,025 mL)
0,025 mL
= 100 mL
x 3,0458 g
= 0,76145 mg
 1 tetes (0,075 mL)
0,075 mL
= 100 mL
x 3,0458 g
= 2,28435 mg
Fenilefrin HCl = 3045,8 mg/10.000 mg
 1 tetes (0,025 mL)
1 oles
0,76145 mg
= 3045,8 mg
x 10.000 mg
= 2,5 mg
 1 tetes (0,075 mL)
1 oles
2,28435 mg
= 3045,8 mg
x 10.000 mg
= 7,5 mg
1 FTU = 0,5 gram
2,69 cm untuk pria
2,52 cm untuk wanita
(Journal of dermatological treatment)
a. Pria
2,5 mg x
 500mg
x 2,69 cm = 0,013 cm
7,5 mg x
 x = 0,040 cm
500mg 2,69 cm

b. Wanita
2,5 mg x
 500mg
x 2,52 cm = 0,013 cm
7,5 mg x
 x = 0,040 cm
500mg 2,52 cm

Penggunaan gel Fenilefrin HCl 3,0458% untuk pria dan wanita adalah sehari 1 kali 0,013-0,040
cm.
2. Tonisitas

1. Fenilefrin HCl Fenilefrin HCl 3,0458%


E = 0,30% (3%)
3,0458%
E dalam formula = x 0,30%
3%
= 0,30458%

2. CMC-Na CMC- Na 3%
E = 0,145% (2%)
3,%
E dalam formula = x 0,145%
2%
= 0,2175%

3. Benzil Alkohol Benzil Alkohol 0,5%


E = 0,17% (1%)
0,5%
E dalam formula = 1%
x 0,17
= 0,085%%

4. Asam Sitrat Asam Sitrat 0,22684%


E = 0,18% (1%)
0,22684%
E dalam formula = 1%
x 0,18%
= 0,0408%

5. Natrium Sitrat Natrium Sitrat 0,55026%


E = 0,31% (1%)
0,55026%
E dalam formula = x 0,31%
1%
= 0,1706%

6. NaCl Total E = 0,81848%


% NaCl yang dibutuhkan = 0,9%-0,81848%
= 0,08152%

3. Perhitungan Dapar
Rentang pH 4,5-5,5
Menggunakan Dapar sitrat
pH yang diambil 5
pKa yang diambil 4,761
BM Asam Sitrat (C6H8O7) = 210,14
BM Natrium Sitrat (Na3 C6H5O4) = 294,10

[A]
pH = pka +log [HA]
[A]
5 = 3,128 + log [HA]
[A]
0,239 = log [HA]
[A]
1,7338 = [HA]

[A] = 1,7338 [HA]


[Ka][H+]
ᵝ = 2,303 x C x ([Ka])+[H+])
2

0,01 = 2,303 x C x (10-4,761)(10-5)/((10-4,761)+(10-5))2


0,01 = C x 2,303 x 0,231988
C = 0,0181717
C = [A]+[HA]
0,0181717 = 1,7338 [HA]+ [HA]
0,010795 M = [HA]
[A] = 1,7338 x [HA]
= 1,7338 x 0,010795 M
= 0,01871 M
𝑔𝑟 1000
Asam Sitrat = 𝑀𝑟 x 750
𝑔𝑟 1000
0,010795 M = x
210,14 100

= 0,22684 gram
= 0,22684 %
𝑔𝑟 1000
Natrium Sitrat = 𝑀𝑟 x 750
𝑔𝑟 1000
0,01871 M = x
294,10 100

= 0,55026 gram
= 0,55026 %

VII. PENIMBANGAN
Sediaan yang dibuat 10 tube @10 gram
Dilebihkan 10% untuk setiap tube untuk memenuhi syarat penetapan isi minimum
(Kemenkes, 2014)
10 gram + (10% x 10 gram) = 11 gram
11 gram x 10 tube = 110 gram
Total volume/ berat sediaan yang dibuat: 100 gram
No. Nama Bahan Jumlah/ Jumlah yang ditimbang
konsentrasi
1. Fenilefrin HCl 3,0458% 3,0458%
100 mL
x 100 gram = 3,0458 gram

2. CMC-Na 3% 3%
100 mL
x 100 gram = 3 gram

3. Benzylalkohol 0,5% 0,5%


x 100 gram = 0,5 gram
100 mL

4. Asam Sitrat 0,22684% 0,22684%


100 mL
x 100 gram = 0,22684 gram

5. Natrium Sitrat 0,55026% 0,55026%


x 100 gram = 0,55026 gram
100 mL

6. NaCl 0,08152% 0,08152%


x 100 gram = 0,08152 gram
100 mL

7. WFI Ad 100% 100 mL -7,4044 gram


= 92,5956 mL

VIII. STERILISASI

A. Alat

No. Nama Alat Jumlah Cara Sterilisasi


Sterilisasi Panas Kering menggunakan
1. Kaca Arloji 1
Oven dengan suhu 170℃ 1 jam
Sterilisasi Panas Kering menggunakan
2. Spatel 3
Oven dengan suhu 170℃ 1 jam
Sterilisasi Panas Kering menggunakan
3. Batang pengaduk 3
Oven dengan suhu 170℃ 1 jam
Sterilisasi Panas Basah menggunakan
4. Pipet tetes 3 Autoklaf dengan suhu 121℃, tekanan
15 Psi 15 menit
Sterilisasi Panas Kering menggunakan
5. Gelas Ukur 10 ml 1
Oven dengan suhu 170℃ 1 jam
Sterilisasi Panas Kering menggunakan
6. Gelas Ukur 100 ml 1
Oven dengan suhu 170℃ 1 jam
Sterilisasi Panas Kering menggunakan
7. Gelas kimia 50 ml 2
Oven dengan suhu 170℃ 1 jam
Sterilisasi Kimia Gas chlorine dioxide
8. Karet pipet 3 (CD), 70-85% RH, 10-30mg/L, 80
kpa, 30-32ºC
Sterilisasi radiasi dengan sinar gamma
9. Mortir 1
≥ 25 kGy
Sterilisasi radiasi dengan sinar gamma
10. Stamper 1
≥ 25 kGy
Sterilisasi Kimia Gas chlorine dioxide
11. Sudip 2 (CD), 70-85% RH, 10-30mg/L, 80
kpa, 30-32ºC
Sterilisasi Kimia Gas chlorine dioxide
12. Kertas Perkamen 6 (CD), 70-85% RH, 10-30mg/L, 80
kpa, 30-32ºC

B. Wadah
No. Nama alat Jumlah Cara sterilisasi
1. Tube alumunium 6 Sterilisasi panas kering menggunakan
Oven dengan suhu 170℃ selama 1 jam
2. Tutup tube alumunium 6 Sterilisasi kimia gas chlorine dioxide
(CD), 70-85% RH, 10-30mg/L, 80 kpa,
30-32ºC

C. Bahan

No. Nama Bahan Jumlah Caar sterilisasi


1 Fenilefrin HCl 3,0458 % (b/b) Sterilisasi Panas Kering (Oven
dengan suhu 170℃ selama 1 jam)
2 CMC-Na 3% (b/b) Sterilisasi Panas Kering (Oven
dengan suhu 170℃ selama 1
jam)

3 Benzylalkohol 0,5% Sterilisasi panas basah


(Autoklaf, dengan suhu 121℃,
tekanan 15 Psi selama 15 menit)

4 NaCl 0,08152% Sterilisasi Panas Kering (Oven


dengan suhu 170℃ selama 1
jam)

5 Asam Sitrat 0,22684% (b/b) Sterilisasi Panas Kering (Oven


dengan suhu 170℃ selama 1
jam)

6 Natrium Sitrat 0,55026%(b/b) Sterilisasi Panas Kering (Oven


dengan suhu 170℃ selama 1
jam)
7 WFI Ad 100% Sterilisasi panas basah (Autoklaf,
dengan suhu 121℃, tekanan 15
Psi selama 15 menit)

IX. PROSEDUR PEMBUATAN

Ruang Prosedur
Grey Area 1. Dicuci bersih semua alat yang akan digunakan, dibilas dengan
( Ruang Sterilisasi) aquadest dan dikeringkan.
2. Bagian mulut beaker glass, labu erlenmeyer, gelas ukur, pipet
kaca, corong kaca, botol infus dititup/ disumbat dengan
alumunium foil atau kertas perkamen.
Dilakukan sterilisasi dengan cara :
 membran filter 0,22 µm dan 0,45 µm disterilisasi dengan
menggunakan autoklaf dengan suhu 121oC, 15 menit, 15 psi.
 Beaker glass, gelas ukur, pipet kaca, corong kaca,
erlenmeyer,batang pengaduk, spatel, cawan penguap, kaca
arloji, disterilisasi dengan menggunakan oven pada suhu
170oC, selama 1 jam
 Tutup karet pipet, tutup tube disterilkan dengan cara radiasi
gas ClO2 70-80% RH 10-30 mEq/L 80 Kpa 30-320C
3. Dimasukkan alat dan bahan kedalam white area melalui transfer
box.

White Area Ditimbang bahan-bahan yang dibutuhkan menggunakan timbangan


(Ruang Penimbangan) analitik yang sudah dikalibrasi
1. Ditimbang Fenilefrin HCl sebanyak 3,0458 g secara langsung
dengan menggunakan kertas perkamen, kemudian ditutup dan
diberi nama pada label.
2. Ditimbang Benzyl alkohol sebanyak 0,5 g secara tidak langsung
dengan menggunakan kaca arloji, kemudian ditutup dan diberi
nama pada label.
3. Ditimbang NaCl sebanyak 0,08152 g secara tidak langsung
dengan menggunakan kaca arloji, kemudian ditutup dan diberi
nama pada label.
4. Ditimbang Asam sitrat sebanyak 0,22684 g secara langsung
dengan menggunakan kertas perkamen, kemudian ditutup dan
diberi nama pada label.
5. Ditimbang Natrium sitrat sebanyak 0,55026 g secara langsung
dengan menggunakan kertas perkamen, kemudian ditutup dan
diberi nama pada label
6. Ditimbang CMC-Na sebanyak 3 g secara langsung dengan
menggunakan kertas perkamen, kemudian ditutup dan diberi
nama pada label.
Setelah dilakukan penimbangan, bahan-bahan dimasukkan kedalam
passbox yang berada diruang penimbangan unruk ditransfer pada
ruang pencampuaran.

White Area Bahan-bahan diambil dari passbox


( ruang Pencampuran)
Grade A Background B A. Pembuatan larutan dapar sitrat
1. Asam sitrat sebanyak 0,22684 g diasukkn kedalam beaker glass
100 ml dilarutkan dengn wfi sebanyak 15 ml
2. Natrium sitrat sebanyak 0,155026 g dimasukkan kedalam
beaker glass 50 ml kemudian dilarutkan dengan 10 ml wfi lalu
dimasukkan kedalam beaker glass yang berisi larutan asam
sitrat diaduk ad homogen, dibilas sebanyak 2 kali.
3. Ditambahkan wfi sampai 80% diaduk ad homogen. dilakukan
pengecekkan pH menggunakan pH meter.
4. Ditambahkan wfi ad 100% (100 ml) diaduk ad homogen.
B. Pembuatan sediaan
1. Dimasukkan Fenilefrin HCl sebanyak 3,0458 g kedalam beaker
glass utama, kemudian dilarutkan dengan WFI sebanyak 10 mL
(diukur dengan gelas ukur 10 mL), aduk sampai larut.
2. Diencerkan Benzil alkohol sebanyak 0,5 g dengan air dapar
dalam kaca arloji, aduk sampai larut
3. Dilarutkan NaCl sebanyak 0,08152 g dengan 5 mL dalam beaker
glass, aduk sampai larut
4. CMC-Na sebanyak 2 g dikembangka dalam 40 ml dapar dalam
mortir, digerus ad homogen
5. Dimasukkan Benzil alkohol yang sudah dilarutkan kedalam
mortir, gerus ad homogen
6. Dimasukkan NaCl yang sudah dilarutkan kedalam mortir, gerus
ad homogen
7. Dimasukkan Fenilefrin HCl yang sudah larut kedalam mortir,
gerus ad homogen
8. Dimasukkan sisa dapar kedalam mortir gerus ad homogen.
9. Sediaan ditimbang sebanyak 11 g diatas kertas perkamen
10. Sediaan dimasukkan kedalam spuit lalu dimasukkan kedalam
tube
11. Tube ditutup rapat

Grey Area 1. Dilakukan evaluasi pada sediaan


( Ruang Evaluasi)
2. Sediaan injeksi dikemas dalam wadah sekunder, diberi brosur
dan etiket.
X. DATA PENGAMATAN HASIL SEDIAAN

No Jenis Prinsip evaluasi Jumlah Hasil Syarat


Dilakukan dengan
metode visual, Warna putih
dan tidak Warna bening
Uji dilakukan
1 1 tube berbau. Tidak dan tidak
Organoleptik
pemeriksaan warna memenuhi berbau
syarat
dan bau dengan panca
indera
Pengukuran pH
dilakukan dengan
menggunakan pH
meter. Dilakukan 1. 6,66
pemeriksaan elektroda 2. 6,50
pH meter 3. 6,45
pH target 4,5-
2 Penetapan pH menggunakan 3 tube pH sediaan
5,5
pengkalibrasi pH 7 dan (tidak
memenuhi
pembakuan pH meter
syarat)
dengan pH larutan
yang tidak lebih dari 4.
Pengukuran pH
dilakukan pada suhu
25ºC ± 2 ºC
Sediaan dikeluarkan Sediaan
homogen saat
dari tube secukupnya, Sediaan
dioleskan
Uji homogen saat
3 1 tube pada kaca
Homogenitas kemudian dioleskan dioleskan pada
arloji
pada kaca arloji lalu kaca arloji
(memenuhi
diamati syarat)
Viskositas diukur
menggunakan
2500 cPs 2000-5000
5 Uji Viskositas viskometer 1 tube Memenuhi
syarat cPs
Brookfield pada suhu
ruang. Spindle yang
digunakan disesuaikan
Dipilih tube dengan
Tidak terjadi Tidak terjadi
Uji segel khusus, kebocoran kebocoran
6 1 tube
Kebocoran permukaan luar (memenuhi selama
syarat pengujian
tube dibersihkan dan
dikeringkan. Tube
diletakkan pada posisi
horizontal di atas
lembaran kertas
penyerap dengan suhu
60 ± 3℃ selama 8 jam
Tube berisi sediaan
ditimbang satu per Tube 1
14,250−4,242
10 𝑔𝑟𝑎𝑚
x
satu. Isi
100%
sediaan dikeluarkan = 100,08%
secara kuantitatif dari Tube 2
14,132−4,240 Bobot bersih
wadah dengan 10 𝑔𝑟𝑎𝑚
x tidak kurang
memotong ujung 100% dari 90% untuk
7 Isi Minimum wadah. Wadah beserta 3 tube = 98,92% dari bobot
bagian-bagiannya Tube 3 yang tertera
14,231−4,243
dibersihkan dan 10 𝑔𝑟𝑎𝑚
x pada etiket
dikeringkan, 100%
kemudian timbang = 99,88%
kembali. Perbedaan
antara penimbangan Memenuhi
adalah bobot bersih syarat
wadah
0 = 5,5 cm
5 = 5,7 cm
10 = 6 cm
Sebanyak 0,5 g gel 15 = 6,2 cm
diletakkan pada bagian 20 = 6,2 cm

tengah A = 5,54
B = 0,038
Uji daya kaca berskala dan
8 1 tube r = 0,9646 5-7 cm
sebar
diberi pemberat untuk kapasitas
penyebaran
melihat 0,038 g/cm
daya sebar gel hingga kemampuan
daya sebar 6,2
gel tidak tersebar lagi
cm
memenuhi
syarat
Mengukur kecepatan
bahan aktif dari
Oksitetrasiklin
Uji Pelepasan sediaan Tidak
9 1 tube mudah lepas
bahan dilakukan
dengan cara mengukur dari sediaan
konsentrasi dalam
cairan penerima
wadah tertentu
Sediaan stabil
Tidak
10 Uji Stabilitas Sediaan disentrifugasi 1 tube setelah
dilakukan
disentrifugasi
Sediaan dimasukan
pada cawan petri
ukuran 60 mm
dengan alas jernih dan Jumlah
Penetapan bebas goresan. Cawan Tidak partikel tidak
11 partikel dipanaskan pada suhu 1 tube dilakukan lebih dari 50
logam 85℃ selama 2 jam partikel
sampai memeleh.
Tutup cawan dibalikan
berada di bawah
mikroskop dengan
pembesaran 30 kali
Larutan uji sebanyak
10% dari total volume
diencerkan dengan
pengencer steril, lalu
disaring dengan Tidak terdapat
Tidak kontaminasi
12 Uji sterilitas membran penyaring. 1 tube
dilakukan mikroba pada
Membran dipindahkan sediaan
ke dalam media
tioglikonat cair atau
soybean casein digest
dan diinkubasi selama
14 hari

XI. PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini, membuat sediaan topical steril gel mata yaitu
Fenilefrin HCl 3,0458% yang diberikan dengan dioleskan pada mata sesuai dengan
perhitungan dosis. Sediaan ophthalmic semi padat adalah salep steril, krim atau gel
yang dimaksudkan untuk aplikasi ke konjungtiva atau ke kelopak mata mengandung
satu atau lebih zat aktif dilarutkan atau didispersikan dalam basa yang sesuai dan
memiliki sifat homogen (Bouwman, 2015).

Gel atau sering disebut dengan jelly, merupakan sistem semipadat (massa
lembek) terdiri atas suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik besar, terpenetrasi oleh cairan (Syamsuni, 2006). Dalam fase cairnya
membentuk dalam suatu matriks polimer tiga dimensi (terdiri dari gom alam atau gom
sintetis) yang tingkat ikatan silang fisik atau kadang-kadang kimianya tinggi.

Gel mata dengan bahan aktif Fenilefrin HCl mempunyai fungsi sebagai agonis
reseptor a1 dan diindikasikan untuk midriasis dan Fenilefrin HCl sendiri memiliki
bioavailabilitas oral yang rendah, fenilefrin diserap melalui mukosa dan mempunyai
efek sistemik saat diaplikasikan melalui mata (Sweetman, 2009). Oleh karena itu
sediaan ditujukan untuk pemakaian luar.

Midriasis adalah pelebaran pupil, pupil dilindungi oleh aqueous humor oleh
karena itu bahan aktif harus dapat menembus aqueous humor sehingga sediaan steril
yang digunakan untuk topical yang cocok yaitu gel karena bahan aktif yang dapat larut
dalam air dalam bentuk garamnya serta bentuk sediaan gel dapat memperpanjang
waktu kontak.

Bobot molekul dari Fenilefrin HCl adalah 203,7 g/mol dimana kurang dari 500
dalton yang memungkinkan bahan aktif mudah berpenetrasi kedalam target, karena hal
ini maka dalam formulasi tidak ditambahkan dengan peningkat penetrasi.

Untuk membuat sediaan yang mempunyai nilai akseptibilitas yang baik makan
dalam formulasi ditambahkan eksipien seperti CMC-Na sebagai gelling agent untuk
mendapatkan tekstur gel padat. Digunakan CMC-Na sebagai gelling agent yaitu 3%
dari rentang kadar yang direkmendasikan oleh buku Handbook of Pharmaceuticals
Excipients yaitu 3-6% (Rowe dkk., 2009).

Penyimpanan dalam jangka waktu yang panjang dapat menimbulkan


pertumbuhan mikroba dalam sediaan juga mengandung air dimana air merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan mikroba, serta penggunaan sediaan yang multiple
dose yang memungkinkan terjadi penambahan kontaminan setelah digunakan. Untuk
mengatasi hal ini, dalam formulasi digunakan pengawet benzyl alkohol yang
mempunyai efektivitas pada rentang kadar sampai 2%. Kadar yang digunakan yaitu
0,5%. Pemilihan benzyl alkohol ini karena bahan tersebut tidak inkompatibel dengan
bahan aktif serta mempunyai rentang pH yang masuk kedalam rentang pH bahan aktif
(Rowe dkk., 2009).

Bahan aktif Fenilefrin HCl mempunyai pH stabilitas larutan yaitu 4,5-5,5


dimana rentang pH yang dimiliki kurang dari 2 dan ditakutkan akan mudah terjadi
perubahan stabilitas diakibatkan pH yang mudah saja berubah. Maka, dalam formulasi
ditambahkan pendapar untuk menyangga larutan agar tetap stabil dan dapar yang
digunakan adalah dapar sitrat karena mempunyai Pka 4,761 yang mendekati pH
sediaan. Namun, pada praktikum kali ini dapar tidak digunakan karena dispensasi,
karena hal ini juga yang mungkin menyebabkan evaluasi pH pada sediaan tidak
memenuhi syarat.

Sediaan ophthalmic harus mempunyai tonisitas yang sama dengan tonisitas


cairan mata, untuk menghindari pecah atau mengkerutnya sel maupun pembuluh darah
mata. Untuk mengatasi hal ini ditambahkan NaCl sebanyak 0,08152%.

Untuk memenuhi penetapan isi minimum volume total harus dilebihkan 10%.
Setelah berat dari setiap tube di lebihkan evaluasi dari penetapan isi minimum ini
memenuhi syarat. Tidak ada tube yang isinya kurang dari 90%.

Pada proses pencarian preformulasi bahan aktif tidak ditemukan stabilitas panas
dan hidrolisis dari bahan aktif. Oleh karena itu praktikan menyimpulkan proses
pembuatan gel steril menggunakan teknik aseptic yang dilakukan pada ruang A
background B dan tetap menggunakan air karena berdasarkan sediaan dipasaran dalam
bentuk drops menggunakan pelarut air.

Untuk menjaga stabilitas dan menjaga dari kontaminasi maka harus diletakkan
pada wadah yang tepat dimana gel mata steril ini harus di simpan pada tube tertutup
rapat dan di simpan pada suhu ruang dan terlindung dari cahaya.

Setelah melakukan proses pembuatan gel mata steril diatas selanjutnya


dilakukan proses evaluasi untuk mengetahui apakah formulasi yang digunakan baik
atau tidak. Evaluasi yang dilakukan yaitu uji organoleptik, dimana hasil yang di
dapatkan tidak memenuhi syarat karena sediaan berwarna putih setelah penambahan
benzil alkohol, hal ini dikarenakan terjadi reaksi antara bahan aktif dan pengawet
tersebut.

Evaluasi selanjutnya yaitu uji homogenitas yang didapatkan hasil yang


homogeny, kemudian viskositas yang memenuhi persyaratan juga dengan hasil 2500
cPas. Setelah evaluasi tersebut dilakukan penetapan pH yang hasilnya telah dibahas
sebelumnya tidak memenuhi syarat. Seharusnya rentang pH sediaan yang diinginkan
yaitu 4,5-5,5 namun di dapatkan pH 6,66; 6,50; 6,45.

Evaluasi daya sebar didapatkan hasil kapasitas penyebaran 0,038 g/cm dan
kapasitas penyebaran 6,2 cm yang memenuhi syarat karena masuk kedalam rentang 5-
7 cm. Selanjutnya, dilakukan pengujian kebocoran tube yang mendapatkan hasil
memnuhi syarat karena tidak terdapat noda pada kertas saring setelah disimpan tube
berisi sediaan diatas kertas saring tersebut.

XII. KESIMPULAN
1. Formulasi yang tepat untuk sediaan gel mata steril adalah sebagai berikut:
No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1. Fenilefrin HCl 3,0458% Bahan Aktif
2. NaCl 0,08152% Pengisotonis
3. CMC-Na 3% Gelling Agent
4. Benzyl Alcohol 0,5% Pengawet
5. Asam Sitrat 0,22684% Pendapar
6. Natrium Sitrat 0,55026% Pendapar
7. WFI Ad 100% Pembawa

2. Jenis sterilisasi yang digunakan dalam pembuatan sediaan gel mata steril Fenilefrin
HCl 3,0458% adalah teknik aseptik.
3. Dari evaluasi didapatkan bahwa sediaan gel mata steril Fenilefrin HCl 3,0458%
memenuhi syarat untuk uji homogenitas, uji viskositas, uji daya sebar, uji isi
minimum, dan uji kebocoran tube. Namun, pada evaluasi penetapan pH dan
organoleptik tidak memenuhi persyaratan.
XIII. DAFTAR PUSTAKA

Aulton, M.E., dan Taylor K.M.G., (2013), Aulton’s Pharmaceutics: The Design and Manufacture
of Medicines, Fourth Edition, Churcihill Livingstone Elsevier
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi V,Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Japanese Pharmacopoeisa Comitee. 2006. The Japanese Pharmacopoeia. Edisi XV, Tokyo: The
Ministry of Health.
Goodman dan Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi. Ed. X vol. 2. Diterjemahkan oleh Tim
Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB. Penerbit Buku Kedokteran.
Rowe, Raymond C.2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi 5. London :
Pharmaceutical Press.
Sweetman, S. 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical, Press, London.
Yvonne Bouwman-Boer, V‘Iain Fenton-May, Paul Le Brun Editors. 2015. Practical
Pharmaceutics An International Guideline for the Preparation, Care and Use of Medicinal
Product. Switzerland : KNMP and Springer International Publishing.
XIV. LAMPIRAN

Evaluasi penetapan pH

Evaluasi uji kebocoran

Evaluasi uji viskositas


Evaluasi uji daya sebar

Evaluasi uji homogenitas


XV. BROSUR, KEMASAN, DAN ETIKET

 Kemasan dan Etiket


 Brosur

FENILEFSRI
Gel Mata Steril
Fenilefrin HCl 3,0458%
Indikasi :

Midriasis, untuk memperbesar pupil mata sebelum pemeriksaan mata dan membantu meredakan gejala mata
merah dengan menyempitkan pembuluh darah.

Kontraindikasi :

Hipersensitif dengan Fenilefrin HCl

Dosis Pemakaian :

Dioleskan sehari satu kali 0,013-0,040 cm pada mata

Peringatan :

 Harap berhati-hati dalam menggunakan obat ini jika pernah atau sedang mengalami gangguan jantung,
gangguan pembuluh darah, diabetes, glaukoma, tekanan darah tinggi (hipertensi), susah tidur, sulit
buang air kecil, kejang, hormon tiroid berlebih (hipertiroidisme), serta fenilketonuria.
 Hindari menyentuh bagian ujung gel mata atau jauhi dari terkena objek lainnya.
 Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obat lain, termasuk suplemen dan produk herba.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Efek Samping :

Pusing, mual, muntah, sakit kepala, jantung berdebar

Penyimpanan :

Wadah tertutup rapat dan terhindar dari cahaya langsung dan disimpan pada suhu ruang

PT. ASFAMEDICA PHARMACEUTICAL


BANDUNG-INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai