Disusun oleh:
Asri Fauziyyah
P17335117051
Dosen Pembimbing:
II. PENDAHULUAN
Sediaan steril adalah sediaan yang harus terhindar dari kotaminan mikroba baik
viable maupun non viable. Tetapi dalam praktiknya, tidak dapat dicapai karena sediaan
tidak dapat dijamin steril. Untuk mendapatkan sediaan yang steril dapat dilakukan
dengan cara sterilisasi. Sterilisasi merupakan konsep penting dalam persiapan steril
produk farmasi. Tujuannya adalah untuk menyediakan produk aman dan
menghilangkan kemungkinan memperkenalkan infeksi (Aulton dan Taylor, 2013).
Alasan suatu sediaan dibuat steril karena berhubungan langsung dengan kulit
terbuka, permukaan membran mukosa atau organ bagian dalam dan darah atau cairan
tubuh. Injeksi pada aliran darah dam atau bagian steril dalam tubuh harus steril (Aulton
dan Taylor, 2013).
Obat mata tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, beberapa diantaranya
memerlukan perhatian khusus. Larutan obat mata adalah larutan steril,bebas partikel
asing, merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai
digunakan pada mata. Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus
dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dasar, kebutuhan
akan pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet) sterilisasi dan kemasan yang tepat
(Kemenkes RI, 2014)
Cairan mata isotonik dengan darah dan mempunyai nilai isotonisitas sesuai
dengan larutan natrium klorida 0,9%. Secara ideal larutan obat mata harus mempunyai
nilai isotonis tersebut, tetapi mata tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara
dengan larutan natrium klorida 0,6% (Kemenkes RI, 2014)
Beberapa larutan obat mata perlu hipertonik untuk meningkatkan daya serap
dan menyediakan kadar bahan aktif yang cukup tinggi untuk menghasilan efek obat
yang cepat dan efektif. Apabila larutan obat seperti ini digunakan dalam jumlah kecil,
pengenceran dengan air mata cepat terjadi sehingga rasa perih akibat hipertonisitas
hanya sementara. Tetapi penyesuaian isotonisitas oleh pengenceran dengan air mata
tidak berarti, jika digunakan larutan hipertonik dalam jumlah besar sebagai koliria
untuk membasahi mata. Jadi yang penting adalah larutan obat mata untuk keperluan ini
harus mendekati isotonic (Kemenkes RI, 2014).
Phenylephrine (NEO-SYNEPHRINE, lainnya) adalah agonis reseptor α1
selektif; mengaktifkan β reseptor hanya pada konsentrasi yang jauh lebih tinggi. Obat
ini menyebabkan vasokonstriksi arteri yang ditandai selama intravena infusi. Fenilefrin
juga digunakan sebagai dekongestan hidung dan sebagai midriatik dalam berbagai
solusi hidung dan mata (Goodman and Gilman, 2008).
III. TINJAUAN PUSTAKA
Obat mata dimaksudkan untuk penggunaan lokal pada atau ke mata. Obat tetes
mata dan persiapan semipadat biasanya diterapkan topikal, di kantung konjungtiva
yang lebih rendah. Penyerapan aktif zat ke dalam pembuluh darah okular dan juga ke
dalam sirkulasi sistemik terjadi di konjungtiva dan hidung mukosa. Karena penyerapan,
efek samping sistemik bisa muncul setelah berangsur-angsur. Setelah permeasi melalui
kornea, zat aktif mencapai ruang anterior dan kemudian posterior ruang dan vitreous.
Dengan kasus infeksi eksternal absorpsi seharusnya tidak terjadi, karena zat aktif perlu
hadir dalam konsentrasi terapeutik di kornea dan konjungtiva (Yvonne Bouwman-
Boer, 2015).
Sediaan ophthalmic semipadat adalah salep steril, krim atau gel yang
dimaksudkan untuk aplikasi ke konjungtiva atau ke kelopak mata mengandung satu
atau lebih zat aktif dilarutkan atau didispersikan dalam basa yang sesuai dan memiliki
sifat homogen (Yvonne Bouwman-Boer, 2015).
Gel, kadang-kadang disebut Jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organic yang
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil
yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium
Hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif
besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma (misalnya Magma
Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat
jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu
sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket
(Kemenkes RI, 2014).
Gel fase tungal terdiri dari makromolekul organic yang tersebar serba sama
dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul
makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul
sintetik (misalnya Karbomer) atau dari gom alam (misalnya Tragakan). Sediaan
tragakan disebut juga musilago. Walaupun gel-gel ini umumnya mengandung air,
etanol dan minyak dapat digunakan sebagai fase pembawa. Sebagai contoh, minyak
mineral dapat dikombinasi dengan resin polietilena untuk membentuk dasar salep
berminyak. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau
dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Kemenkes RI, 2014).
IV. FORMULASI
1. Fenilefrin HCl
2. CMC-Na
Pemerian Serbuk putih sampai hampir putih, tidak berbau, tidak berasa,
higroskopis setelah pengeringan
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, metanol, etanol (95%), eter dan toluene.
Mudah didispesikan dalam air pada berbagai suhu.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
Stabilitas
Panas Mulai berwarna coklat pada suhu 227ºC mulai gosong pada suhu
225ºC - 230ºC
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
Hidrolisis Dalam kelembapan yang tinggi dapat mengabsorbsi air dalam jumlah
besar.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
Terlindung dari cahaya
Cahaya (Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
6,5 – 8,5
pH (Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
Kegunaan Suspending Agent (Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118,
pdf).
Inkompabilitas Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan garam dari
besi dan logam lainnya termasuk alumunium, merkuri dan seng. Juga
inkompatibel dengan xanthan gum. Mengendap pada pH < 2 dan juga
ketika dicampur dengan etanol 95%.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
3. Benzyl Alcohol
Pemerian Cairan berminyak, tidak berwarna, dengan aromatic lemah, rasa tajam.
Inkompabilitas Benzyl alcohol inkompatible dengan agen pengoksidasi dan asam kuat.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 65, pdf).
4. Natrium Klorida
Pemerian Bubuk kristal putih atau kristal tak berwarna, memiliki rasa garam
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 637, pdf)
Kelarutan Sedikit larut dalam etanol, 1:10 dalam gliserin, 1:250 dalam etanol 95%,
1:2,8 dalam air, 1:2,6 dalam air pada suhu 100oC
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 639, pdf)
Stabilitas Stabil terhadap panas, dapat disterilisasi dengan autoklaf, stabil terhadap
cahaya, pH sediaan injeksi 4,5-7,0
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 639, pdf)
Kegunaan Pengisotonis (Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 639, pdf)
Inkompabilitas Dengan pengoksidator kuat (Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm
639, pdf).
5. Natrium Sitrat
Pemerian Kristal monoklinik, bubuk kristal putih dengan pendingin, rasa asin,
tidak berbau
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 641)
Kelarutan Larut dalam 1,5 bagian air dan larut dalam 6 bagian air panas
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 641)
Stabilitas Panas : larutan berair dapat disterilkan dengan autoklaf
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients halaman 641)
pH sediaan injeksi : 7,0 – 9,0
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients halaman 641)
Kegunaan pendapar
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 641).
Inkompatibilitas Larutan berair sedikit basa dan akan bereaksi dengan asam zat. Garam
alkaloid dapat diendapkan dari airnya atau solusi hidro alkohol. Garam
kalsium dan strontium akan menyebabkan pengendapan sitrat yang
sesuai. Ketidakcocokan lainnya termasuk basa, zat pereduksi, dan zat
pengoksidasi
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 641)
Cara Sterilisasi Dengan metode sterilisasi panas kering menggunakan suhu 170℃,
Bahan selama 1 jam
6. Asam Sitrat
Pemerian Kristal yang tidak berwarna atau tebus cahaya, kristal putih, tidak
berbau dan memiliki rasa asa yang kuat
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 182)
Kelarutan Larut dalam 5 bagian etano dan larut dalam 1 bagian air
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 182)
Stabilitas Panas : Asam sitrat kehilangan air kristalisasi di udara kering atau
ketika dipanaskan hingga sekitar 40℃
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients halaman 182)
pH sediaan injeksi : 2,2
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients halaman 182)
Kegunaan pendapar
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 182)
Inkompatibilitas Asam sitrat tidak kompatibel dengan kalium tartrat, alkali dan alkali
tanah karbonat dan bikarbonat, asetat, dan sulfida. Ketidakcocokan
juga termasuk agen pengoksidasi, basa, pengurangan agen, dan nitrat.
Ini berpotensi meledak dalam kombinasi dengan nitrat logam. Pada
penyimpanan, sukrosa dapat mengkristal dari sirup adanya asam sitrat
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 182)
Cara Sterilisasi Dengan metode sterilisasi panas kering menggunakan suhu 170℃,
Bahan selama 1 jam
7. Water For Injection
Pemerian Cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
V. PENDEKATAN FORMULA
b. Wanita
2,5 mg x
500mg
x 2,52 cm = 0,013 cm
7,5 mg x
x = 0,040 cm
500mg 2,52 cm
Penggunaan gel Fenilefrin HCl 3,0458% untuk pria dan wanita adalah sehari 1 kali 0,013-0,040
cm.
2. Tonisitas
2. CMC-Na CMC- Na 3%
E = 0,145% (2%)
3,%
E dalam formula = x 0,145%
2%
= 0,2175%
3. Perhitungan Dapar
Rentang pH 4,5-5,5
Menggunakan Dapar sitrat
pH yang diambil 5
pKa yang diambil 4,761
BM Asam Sitrat (C6H8O7) = 210,14
BM Natrium Sitrat (Na3 C6H5O4) = 294,10
[A]
pH = pka +log [HA]
[A]
5 = 3,128 + log [HA]
[A]
0,239 = log [HA]
[A]
1,7338 = [HA]
= 0,22684 gram
= 0,22684 %
𝑔𝑟 1000
Natrium Sitrat = 𝑀𝑟 x 750
𝑔𝑟 1000
0,01871 M = x
294,10 100
= 0,55026 gram
= 0,55026 %
VII. PENIMBANGAN
Sediaan yang dibuat 10 tube @10 gram
Dilebihkan 10% untuk setiap tube untuk memenuhi syarat penetapan isi minimum
(Kemenkes, 2014)
10 gram + (10% x 10 gram) = 11 gram
11 gram x 10 tube = 110 gram
Total volume/ berat sediaan yang dibuat: 100 gram
No. Nama Bahan Jumlah/ Jumlah yang ditimbang
konsentrasi
1. Fenilefrin HCl 3,0458% 3,0458%
100 mL
x 100 gram = 3,0458 gram
2. CMC-Na 3% 3%
100 mL
x 100 gram = 3 gram
VIII. STERILISASI
A. Alat
B. Wadah
No. Nama alat Jumlah Cara sterilisasi
1. Tube alumunium 6 Sterilisasi panas kering menggunakan
Oven dengan suhu 170℃ selama 1 jam
2. Tutup tube alumunium 6 Sterilisasi kimia gas chlorine dioxide
(CD), 70-85% RH, 10-30mg/L, 80 kpa,
30-32ºC
C. Bahan
Ruang Prosedur
Grey Area 1. Dicuci bersih semua alat yang akan digunakan, dibilas dengan
( Ruang Sterilisasi) aquadest dan dikeringkan.
2. Bagian mulut beaker glass, labu erlenmeyer, gelas ukur, pipet
kaca, corong kaca, botol infus dititup/ disumbat dengan
alumunium foil atau kertas perkamen.
Dilakukan sterilisasi dengan cara :
membran filter 0,22 µm dan 0,45 µm disterilisasi dengan
menggunakan autoklaf dengan suhu 121oC, 15 menit, 15 psi.
Beaker glass, gelas ukur, pipet kaca, corong kaca,
erlenmeyer,batang pengaduk, spatel, cawan penguap, kaca
arloji, disterilisasi dengan menggunakan oven pada suhu
170oC, selama 1 jam
Tutup karet pipet, tutup tube disterilkan dengan cara radiasi
gas ClO2 70-80% RH 10-30 mEq/L 80 Kpa 30-320C
3. Dimasukkan alat dan bahan kedalam white area melalui transfer
box.
tengah A = 5,54
B = 0,038
Uji daya kaca berskala dan
8 1 tube r = 0,9646 5-7 cm
sebar
diberi pemberat untuk kapasitas
penyebaran
melihat 0,038 g/cm
daya sebar gel hingga kemampuan
daya sebar 6,2
gel tidak tersebar lagi
cm
memenuhi
syarat
Mengukur kecepatan
bahan aktif dari
Oksitetrasiklin
Uji Pelepasan sediaan Tidak
9 1 tube mudah lepas
bahan dilakukan
dengan cara mengukur dari sediaan
konsentrasi dalam
cairan penerima
wadah tertentu
Sediaan stabil
Tidak
10 Uji Stabilitas Sediaan disentrifugasi 1 tube setelah
dilakukan
disentrifugasi
Sediaan dimasukan
pada cawan petri
ukuran 60 mm
dengan alas jernih dan Jumlah
Penetapan bebas goresan. Cawan Tidak partikel tidak
11 partikel dipanaskan pada suhu 1 tube dilakukan lebih dari 50
logam 85℃ selama 2 jam partikel
sampai memeleh.
Tutup cawan dibalikan
berada di bawah
mikroskop dengan
pembesaran 30 kali
Larutan uji sebanyak
10% dari total volume
diencerkan dengan
pengencer steril, lalu
disaring dengan Tidak terdapat
Tidak kontaminasi
12 Uji sterilitas membran penyaring. 1 tube
dilakukan mikroba pada
Membran dipindahkan sediaan
ke dalam media
tioglikonat cair atau
soybean casein digest
dan diinkubasi selama
14 hari
XI. PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini, membuat sediaan topical steril gel mata yaitu
Fenilefrin HCl 3,0458% yang diberikan dengan dioleskan pada mata sesuai dengan
perhitungan dosis. Sediaan ophthalmic semi padat adalah salep steril, krim atau gel
yang dimaksudkan untuk aplikasi ke konjungtiva atau ke kelopak mata mengandung
satu atau lebih zat aktif dilarutkan atau didispersikan dalam basa yang sesuai dan
memiliki sifat homogen (Bouwman, 2015).
Gel atau sering disebut dengan jelly, merupakan sistem semipadat (massa
lembek) terdiri atas suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik besar, terpenetrasi oleh cairan (Syamsuni, 2006). Dalam fase cairnya
membentuk dalam suatu matriks polimer tiga dimensi (terdiri dari gom alam atau gom
sintetis) yang tingkat ikatan silang fisik atau kadang-kadang kimianya tinggi.
Gel mata dengan bahan aktif Fenilefrin HCl mempunyai fungsi sebagai agonis
reseptor a1 dan diindikasikan untuk midriasis dan Fenilefrin HCl sendiri memiliki
bioavailabilitas oral yang rendah, fenilefrin diserap melalui mukosa dan mempunyai
efek sistemik saat diaplikasikan melalui mata (Sweetman, 2009). Oleh karena itu
sediaan ditujukan untuk pemakaian luar.
Midriasis adalah pelebaran pupil, pupil dilindungi oleh aqueous humor oleh
karena itu bahan aktif harus dapat menembus aqueous humor sehingga sediaan steril
yang digunakan untuk topical yang cocok yaitu gel karena bahan aktif yang dapat larut
dalam air dalam bentuk garamnya serta bentuk sediaan gel dapat memperpanjang
waktu kontak.
Bobot molekul dari Fenilefrin HCl adalah 203,7 g/mol dimana kurang dari 500
dalton yang memungkinkan bahan aktif mudah berpenetrasi kedalam target, karena hal
ini maka dalam formulasi tidak ditambahkan dengan peningkat penetrasi.
Untuk membuat sediaan yang mempunyai nilai akseptibilitas yang baik makan
dalam formulasi ditambahkan eksipien seperti CMC-Na sebagai gelling agent untuk
mendapatkan tekstur gel padat. Digunakan CMC-Na sebagai gelling agent yaitu 3%
dari rentang kadar yang direkmendasikan oleh buku Handbook of Pharmaceuticals
Excipients yaitu 3-6% (Rowe dkk., 2009).
Untuk memenuhi penetapan isi minimum volume total harus dilebihkan 10%.
Setelah berat dari setiap tube di lebihkan evaluasi dari penetapan isi minimum ini
memenuhi syarat. Tidak ada tube yang isinya kurang dari 90%.
Pada proses pencarian preformulasi bahan aktif tidak ditemukan stabilitas panas
dan hidrolisis dari bahan aktif. Oleh karena itu praktikan menyimpulkan proses
pembuatan gel steril menggunakan teknik aseptic yang dilakukan pada ruang A
background B dan tetap menggunakan air karena berdasarkan sediaan dipasaran dalam
bentuk drops menggunakan pelarut air.
Untuk menjaga stabilitas dan menjaga dari kontaminasi maka harus diletakkan
pada wadah yang tepat dimana gel mata steril ini harus di simpan pada tube tertutup
rapat dan di simpan pada suhu ruang dan terlindung dari cahaya.
Evaluasi daya sebar didapatkan hasil kapasitas penyebaran 0,038 g/cm dan
kapasitas penyebaran 6,2 cm yang memenuhi syarat karena masuk kedalam rentang 5-
7 cm. Selanjutnya, dilakukan pengujian kebocoran tube yang mendapatkan hasil
memnuhi syarat karena tidak terdapat noda pada kertas saring setelah disimpan tube
berisi sediaan diatas kertas saring tersebut.
XII. KESIMPULAN
1. Formulasi yang tepat untuk sediaan gel mata steril adalah sebagai berikut:
No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1. Fenilefrin HCl 3,0458% Bahan Aktif
2. NaCl 0,08152% Pengisotonis
3. CMC-Na 3% Gelling Agent
4. Benzyl Alcohol 0,5% Pengawet
5. Asam Sitrat 0,22684% Pendapar
6. Natrium Sitrat 0,55026% Pendapar
7. WFI Ad 100% Pembawa
2. Jenis sterilisasi yang digunakan dalam pembuatan sediaan gel mata steril Fenilefrin
HCl 3,0458% adalah teknik aseptik.
3. Dari evaluasi didapatkan bahwa sediaan gel mata steril Fenilefrin HCl 3,0458%
memenuhi syarat untuk uji homogenitas, uji viskositas, uji daya sebar, uji isi
minimum, dan uji kebocoran tube. Namun, pada evaluasi penetapan pH dan
organoleptik tidak memenuhi persyaratan.
XIII. DAFTAR PUSTAKA
Aulton, M.E., dan Taylor K.M.G., (2013), Aulton’s Pharmaceutics: The Design and Manufacture
of Medicines, Fourth Edition, Churcihill Livingstone Elsevier
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi V,Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Japanese Pharmacopoeisa Comitee. 2006. The Japanese Pharmacopoeia. Edisi XV, Tokyo: The
Ministry of Health.
Goodman dan Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi. Ed. X vol. 2. Diterjemahkan oleh Tim
Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB. Penerbit Buku Kedokteran.
Rowe, Raymond C.2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi 5. London :
Pharmaceutical Press.
Sweetman, S. 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical, Press, London.
Yvonne Bouwman-Boer, V‘Iain Fenton-May, Paul Le Brun Editors. 2015. Practical
Pharmaceutics An International Guideline for the Preparation, Care and Use of Medicinal
Product. Switzerland : KNMP and Springer International Publishing.
XIV. LAMPIRAN
Evaluasi penetapan pH
FENILEFSRI
Gel Mata Steril
Fenilefrin HCl 3,0458%
Indikasi :
Midriasis, untuk memperbesar pupil mata sebelum pemeriksaan mata dan membantu meredakan gejala mata
merah dengan menyempitkan pembuluh darah.
Kontraindikasi :
Dosis Pemakaian :
Peringatan :
Harap berhati-hati dalam menggunakan obat ini jika pernah atau sedang mengalami gangguan jantung,
gangguan pembuluh darah, diabetes, glaukoma, tekanan darah tinggi (hipertensi), susah tidur, sulit
buang air kecil, kejang, hormon tiroid berlebih (hipertiroidisme), serta fenilketonuria.
Hindari menyentuh bagian ujung gel mata atau jauhi dari terkena objek lainnya.
Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obat lain, termasuk suplemen dan produk herba.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
Efek Samping :
Penyimpanan :
Wadah tertutup rapat dan terhindar dari cahaya langsung dan disimpan pada suhu ruang