ABAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom subunit 50s dan
Obat untuk mata yang digunakan untuk terapi secara topikal terdiri dari
sediaan topikal agar efek obat yang diberikan lebih cepat karena
terapi infeksi mata oleh bakteri, jika sediaan topikal dibuat dalam bentuk
salep mata maka akan memberikan rasa yang tidak nyaman pada saat
penggunaan obat tersebut, oleh karena itu sediaan tetes mata merupakan suatu
alternatif agar penggunaan obat kloramfenikol secara topikal pada mata dapat
1
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
larutan jernih atau suspensi bebas partikel asing digunakan untuk mata
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata
dan bola mata. Larutan untuk mata memiliki kelebihan dalam hal
dibuat dalam bentuk sediaan tetes mata agar sediaan memiliki tingkat
homogenitas yang baik dan memberi rasa nyaman pada saat digunakan.
B. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui khasiat dan penggunaan obat dari sediaan yang dibuat.
2
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
BAB II
FORMULA
A. Master Formula
R/ Kloramfenikol 0,5%
Propilenglikol ad 10 mL
3
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
B. Kelengkapan Resep
SIP. 08/007/2010
R/ Kloramfenikol 0,5%
Propilenglikol ad 10 mL
Pro : Asri
Umur : 25 Tahun
Keterangan :
R/ :Recipe : Ambilah
4
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
1. Kloramfenikol
obat ini merupakan obat yang paling unggul terhadap basil tifus. (Tan
5
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
1. Propilenglikol
meningkatkan lajudifusi.
2. Metil Paraben
berinteraksi
3. Propil paraben
4. Metil selulosa
6
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
larutan jernih atau suspensi bebas partikel asing digunakan untuk mata
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak
3. Harus tidak mengiritasi dan tidak menimbulkan rasa sakit pada mata.
5. Harus bebas dari mikroorganisme yang hidup dan tetap tinggal demikian
menggunakan penambahan zat pengawet dan botol atau wadah yang steril.
7
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
4. Aquadestillata
pembawa berair yang mengandung zat pengawet seperti fenil raksa (II)
nitrat atau fenil raksa (II) asetat 0,002% b/v, benzalkonium klorida 0,01%
klorida tidak cocok digunakan untuk tetes mata yang mengandung anestetik
Tetes mata berupa larutan harus steril, harus jernih, serta bebas partikel
didapar pada pH 7,4. Hal ini karena mengingat waktu kontak obat tetes mata
dengan mata relatif singkat. Obat tetes mata yang digunakan untuk
8
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
b. Nilai isotonitas,
e. Sterilitas, dan
larutan NaCl 0,9%, tetapi mata tahan terhadap nilai isotonisitas yang setara
1. Cuci tangan,
9
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
11. Tutup kembali obat tetes mata, jangan mengusap atau mencuci ujung
penutupnya.
1. Zat aktif.
2. Zat tambahan.
e. Peningkat viskositas.
g. Surfaktan.
10
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
B. Uraian Kloramfenikol
dan tidak memiliki bau dan rasa yang sangat pahit. Zat tersebut sukar larut
dalam air dan harus disimpan dalam wadah tertutup baik terlindung dari
Sediaan ini bertambah stabil pada suhu 350C dengan penambahan sodium
suhu 250C dan pH stabil dari zat kloramfenikol adalah berkisar antara 4,5
luas terhadap berbagai jenis baketeri gram negatif dan gram positif.
dirinya pada situs-situs terdekat pada subunit 50S dari ribosom RNA 70S.
yang dikatalisasi oleh peptidyl transferase. Peptida yang ada pada situs donor
11
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
12
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
Sinonim : Cloramphenicol
13
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
Sinonim : Propilenglikol
K/P : Pelarut
14
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
dari cahaya.
15
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
berasa.
16
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
pH : 5,5 – 8
kering.
sebagai penghancur.
17
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
BAB IV
METODE KERJA
a. Autoklaf
b. Batang pengaduk
c. Corong kaca
d. Gelas kimia 50 mL
e. Gelas ukur 10 mL
f. Kaca arloji
g. Pipet tetes
h. Sendok tanduk
i. Spoit 10 cc
j. Timbangan digital
c. Kapas
d. Kertas saring
e. Kloramfenikol
f. Propilenglikol
18
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
B. Perhitungan Bahan
0,5
1. Kloramphenikol = 100 × 10 mL = 0,05 gram
10
Dilebihkan 10 % = 100 × 0,05 gram = 0,005 gram
0,1
2. Metil paraben 0,1 % = × 10 = 0,01 gram
100
10
Dilebihkan 10 % = × 0,01 = 0.001 gram
100
0,1
3. propil paraben 0,1 % = × 10 = 0,01 gram
100
10
Dilebihkan 10 % = × 0,01 = 0.001 gram
100
0,5
4. Metil selulosa = 100 × 10 mL = 0,05 gram
10
Dilebihkan 10 % = 100 × 0,05 gram = 0,005 gram
19
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
5. propil paraben ad = 10 mL
10
Dilebihkan 10 % = × 10mL
100
= 1 mL
Total = 10 mL + 1 mL
= 11 mL
= 11 mL – 0,132
= 10,868 mL
20
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
C. Prosedur Kerja
larut.
21
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini telah dilakukan pembuatan sediaan tetes mata. Guttae
opthalmicae (obat tetes mata) adalah sediaan steril, berupa larutan jernih atau
suspensi bebas partikel asing digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat
pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata (Anief, 1997). Zat
aktif yang digunakan yaitu kloramfenikol dengan bahan tambahan metil paraben,
pelarut dan pembawa pada sediaan tetes mata, karena kloramfenikol sukar larut
dalam air dan larut dalam propilenglikol. Jika dibandingkan dengan salep mata,
sediaan tetes mata lebih nyaman digunakan karena tidak adanya daya lengket
seperti pada salep mata serta tingkat homogenitasnya lebih tinggi dibanding
yaitu sediaan tetes mata harus bebas dari partikel kasar agar tidak mengiritasi
mata dan harus memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada uji tetes mata
sesuai standar yang telah di tetapkan. Peralatan dan wadah yang digunakan pada
tetes mata pun harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan
22
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
Mountain, penyakit virus dan banyak bakteri termasuk yang disebabkan oleh A.
pallidum. Obat ini digunakan secara topikal untuk infeksi konjungtiva superfisial
mata atas dasar untuk mencapai homogenitas yang baik dan infeksi mata oleh
bakteri umumnya diobati secara topikal oleh sebab itu di buat sediaan tetes mata
yang dapat merusak sediaan, dan Metil paraben yang digunakan sebagai peningkat
23
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
viskositas agar obat tetes mata dapat mencapai distribusi bahan aktif yang lebih
pengisotonis sebab pada dasarnya mata mampu mentoleransi hal tersebut, bahan
dan antimikroba sekaligus pelarut. Dalam praktikum ini pelarut yang digunakan
(1983) penambahan propilenglikol pada sediaan topikal (Seperti tetes mata) juga
harus benar-benar steril serta tersatukan secara fisiologis sebab mata merupakan
organ yang paling peka pada manusia. Dalam pembuatannya volume obat
volume obat saat dipindahkan dalam wadah ataupun pada saat sterilisasi yang
telah jadi dapat dimasukkan kedalam wadah untuk disterilisai akhir. Sebelum
24
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
sehingga pada saat penggunaan tetes mata tidak akan memberikan rasa nyeri.
sebagai pelarut tanpa konsentrasi yang telah ditetapkan, hal tersebut bisa membuat
sediaan menjadi kental atau meningkatnya viskositas dan akan memberi masalah
pada mata jika digunakan. Menurut Voight (1995) viskositas sediaan sebaiknya
tidak melampui 40-50 mPa detik (40–50 cP), sebab jika tidak, akan terjadi
penyumbatan saluran air mata, yang terpakai adalah larutan dengan harga
viskositas 5-15 mPa detik ( 5–15 cP) dan menurut Rowe (2006) Nilai viskositas
dari propylenglikol ialah 58,1 cP. Hal tersebut melewati harga nilai viskositas
saluran air mata yang dapat menyebabkan turunnya kepekaan respon mata
terhadap partikel asing yang masuk dalam mata, hal tersebut berbahaya untuk
mata sehingga sebaiknya digunakan pelarut aqua destillata yang aman dan sangat
viskositasnya baik untuk mata. Permasalahan berikutnya ialah terkait wadah botol
25
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
26
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
hitam.
tersebut.
27
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang ditujuan kepada mata yang terkena infeksi oleh bakteri dan tetes
B. Saran
dibuat agar pada saat praktikum berlangsung dapat diperoleh hasil yang
baik
28
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
ditambahkan pengkelat.
29
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: UI-PRESS
OFFSET
Pharmaceutical Press.
Pharmaceutical Press
Pharmaceutical Press
30
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III
Tjay, Tan Hoan. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
PRESS
31