Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

ABAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kloramfenikol merupakan obat yang bekerja dengan menghambat

sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom subunit 50s dan

menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptida tidak

terbentuk pada proses sintesis protein kuman (Setiabudy, 2007).

Kloramfenikol dapat digunakan secara topikal pada mata untuk pengobatan

konjungtivitis akut dan kronis, keratokonjungtivitis, iritis, uveitis, trakoma,

dan dekriosistitis (IAI, 2014).

Obat untuk mata yang digunakan untuk terapi secara topikal terdiri dari

salep mata yang penggunaannya pada konjungtiva dan tetes mata.

Kloramfenikol untuk terapi pengobatan mata sebaiknya dibuat dalam bentuk

sediaan topikal agar efek obat yang diberikan lebih cepat karena

penggunaannya langsung pada daerah yang terganggu. Pada penggunaan

terapi infeksi mata oleh bakteri, jika sediaan topikal dibuat dalam bentuk

salep mata maka akan memberikan rasa yang tidak nyaman pada saat

penggunaan obat tersebut, oleh karena itu sediaan tetes mata merupakan suatu

alternatif agar penggunaan obat kloramfenikol secara topikal pada mata dapat

memberi rasa nyaman pada saat digunakan.

1
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

Guttae opthalmicae (obat tetes mata) adalah sediaan steril, berupa

larutan jernih atau suspensi bebas partikel asing digunakan untuk mata

dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata

dan bola mata. Larutan untuk mata memiliki kelebihan dalam hal

kehomogenan dan kemudahan dalam pemakaian atau penggunaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka pada praktikum ini kloramfenikol

dibuat dalam bentuk sediaan tetes mata agar sediaan memiliki tingkat

homogenitas yang baik dan memberi rasa nyaman pada saat digunakan.

B. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui khasiat dan penggunaan obat dari sediaan yang dibuat.

2. Untuk mengetahui cara penggunaan sediaan tetes mata.

3. Untuk mengetahui pH stabilitas kloramphenikol.

2
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

BAB II

FORMULA

A. Master Formula

R/ Kloramfenikol 0,5%

Metil paraben 0,1 %

Propil Paraben 0,1 %

Metil selulosa 0,5 %

Propilenglikol ad 10 mL

3
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

B. Kelengkapan Resep

dr. Muhammad Afif

SIP. 08/007/2010

Jl. Ahmad Yani No. 123 Telp. (0401)321123

No. 004 Kendari, 15-12-2015

R/ Kloramfenikol 0,5%

Metil paraben 0,1 %

Propil Paraben 0,1 %

Metil selulosa 0,5 %

Propilenglikol ad 10 mL

Pro : Asri

Umur : 25 Tahun

Alamat : Jl. Bunga Kamboja No.69 Kendari

Keterangan :

Pro : Pronum : Untuk

R/ :Recipe : Ambilah

No. :Numero : Nomor

A.P.I : Aqua pro injeksi : Air untuk injeksi

guttae ophthalmic : obat tetes mata

4
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

C. Alasan Penggunaan Bahan

a. Alasan penggunaan Zat aktif

1. Kloramfenikol

Alasan penggunaan kloramfenikol ialah sebab

Kloramfenikol mempunyai aktivitas antibakteri berspektrum luas.

Obat ini efektif untuk penyakit rickettsial tergolong epidemik, demam,

tifus Scrub, Rocky Mountain, penyakit virus dan banyak bakteri

termasuk yang disebabkan oleh A. aerogenes, E.coli, K. pneumoniae,

H. pertussis, S. thyposa, Brucella, V. cholerae, Staphilococci,

Streptococci, Corynebacteria, Myoplasmas, Actinomycetes dan T.

pallidum. Obat ini digunakan secara topikal untuk infeksi konjungtival

superfisial dan blepharitis yang disebabkan E. coli, H. influenzae,

Moraxella laconata, Staph. aureus dan S. hemolyticus.Konjungtivitas

adalah radang kongjungtivayang disebabkan oleh bakteri, mudah

menular. Disebabkan oleh disebabkan Stafilokok, Steroptokok,

Corynebacterium diptheriae, Pseudomonas aeruginosa, Neisseria

gonorrhae, dan Haemophilus influenzae. (Alfonso R Gennaro:1990),

obat ini merupakan obat yang paling unggul terhadap basil tifus. (Tan

Hoan Tjay dkk:2007).

5
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

b. Alasan Penggunaan Bahan Tambahan

1. Propilenglikol

Merupakan zat tambahan yang berguna sebagai pelarut dari

kloramfenikol, karena kloramfenikolsukar larut dalam air dan

mudah larut dalam propilenglikol. Selain sebagai pelarut

propilenglikol juga memiliki khasiat sebagai pengawet, menurut

Waller (1994) Propilen glikol dalam sediaanfarmasi berfungsi

sebagai humektan,pelarut, pelicin, dan sebagai

penghambatfermentasi dan pertumbuhan jamur,desinfektan, dan

untuk meningkatkankelarutan. Menurut Agoes dkk (1983)

penambahan propilen glikol pada sediaantopikal juga dapat

meningkatkan lajudifusi.

2. Metil Paraben

Digunakan sebagai pengawet karena metil paraben tidak

berinteraksi

dengan bahan aktif atau bahan pembantu lainnya.

3. Propil paraben

Digunakan sebagai pengawet karena metil paraben tidak

berinteraksi dengan bahan aktif atau bahan pembantu lainnya.

4. Metil selulosa

Digunakan sebagai peningkat Viskositas

6
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tetes Mata

Guttae opthalmicae (obat tetes mata) adalah sediaan steril, berupa

larutan jernih atau suspensi bebas partikel asing digunakan untuk mata

dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak

mata dan bola mata (Anief, 1997).

Tetes mata harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, yaitu:

1. Obatnya harus stabil secara kimia.

2. Harus mempunyai aktivitas terapi yang optimal.

3. Harus tidak mengiritasi dan tidak menimbulkan rasa sakit pada mata.

4. Harus teliti dan tepat serta jernih.

5. Harus bebas dari mikroorganisme yang hidup dan tetap tinggal demikian

selama penyimpangan yang diperlukan (Anief, 1997).

Bila obatnya tidak tahan pemanasan, maka sterilitas dicapai dengan

menggunakan pelarut steril, dilarutkan obatnya secara aseptis, dan

menggunakan penambahan zat pengawet dan botol atau wadah yang steril.

isotonis dan pH yang dikehendaki diperoleh dengan menggunakan pH yang

cocok (Anief, 1997).

Pelarut yang sering digunakan adalah:

1. Larutan % Asam Borat (pH = 5)

7
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

2. Larutan Boraks-Asam Borat (pH = 6,5)

3. Larutan basa lemah Boraks-Asam Borat (pH = 8)

4. Aquadestillata

5. Larutan NaCl 0,9% (Anief, 1997).

Tetes mata berair umumnya dibuat dengan menggunakan cairan

pembawa berair yang mengandung zat pengawet seperti fenil raksa (II)

nitrat atau fenil raksa (II) asetat 0,002% b/v, benzalkonium klorida 0,01%

b/v, klorheksidin asetat 0,01% b/v yang pemilihannya didasarkan atas

ketercampuran zat pengawet dengan obat yang terkandung didalammnya

selama waktu tetes mata itu dimungkinkan untuk digunakan. Benzalkonium

klorida tidak cocok digunakan untuk tetes mata yang mengandung anestetik

lokal (Syamsuni, 2006).

Tetes mata berupa larutan harus steril, harus jernih, serta bebas partikel

asing, serat dan benang.Jika harus menggunakan dapar, sebaiknya obat

didapar pada pH 7,4. Hal ini karena mengingat waktu kontak obat tetes mata

dengan mata relatif singkat. Obat tetes mata yang digunakan untuk

pembedahan mata tidak boleh mengandung pengawet karena dapat

menimbulkan iritasi pada jaringan mata (Syamsuni, 2006).

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, Pembuatan larutan mata

(larutan oftalmik) memerlukan perhatian khusus seperti pada larutan hidung

dan telinga, yaitu :

a. Toksisitas bahan obat,

8
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

b. Nilai isotonitas,

c. Kebutuhan bahan dapar,

d. Kebutuhan bahan pengawet,

e. Sterilitas, dan

f. Kemasan yang tepat.

Secara ideal larutan mata mempunyai nilai isotonisitas sama dengan

larutan NaCl 0,9%, tetapi mata tahan terhadap nilai isotonisitas yang setara

dengan larutan NaCl antara 0,6% - 2,0%.

Beberapa larutan obat mata perlu bersifat hipertonis untuk :

a. Meningkatkan daya serap, dan

b. Menyediakan kadar zat aktif yang cukup tinggi sehingga menghasilkan

efek obat yang cepat dan efektif.

Cara menggunakan obat tetes mata, yaitu :

1. Cuci tangan,

2. Berdiri atau duduk depan cermin,

3. Buka tutup botol,

4. Periksa ujung penetes dan pastikan tidak pecah atau patah,

5. Jangan menyentuh ujung penetes dengan apapun usahakan tetap bersih,

6. Posisikan kepala menengadah dan tarik kelopak mata bagian bawah

sampai terbentuk cekungan,

7. Pegang obat tetes mata dengan ujung penetes di bawah sedekat

mungkin dengan mata tetapi tidak menyentuhnya.

9
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

8. Perlahan-lahan tekan botol tetes mata sehingga jumlah tetesan yang

diinginkan dapat menetes dengan benar pada cekungan yang terbentuk

dari kelopak mata bagian bawah,

9. Tutuplah mata selama 2-3 menit,

10. Bersihkan kelebihan cairan dengan tisu,

11. Tutup kembali obat tetes mata, jangan mengusap atau mencuci ujung

penutupnya.

Formula sediaan tetes mata, yaitu :

1. Zat aktif.

2. Zat tambahan.

a. Pengawet bersifat bakteriostatik dan fungistatik tertutama pada

pseudomonas aeurigonosa, non iritan terhadap mata (jaringan

ocular/konjungtiva), kompatibel terhadap bahan aktif dan bahan

tambahan lain, tidak memiliki sifat alergen, dan dapat

mempertahankan aktifitasnya pada kondisi normal penggunaan

sediaan. Contohnya, Benzalkonium klorida.

b. Pengisotonis contohnya, NaCl 0,9%, glukosa.

c. Antioksidan, misalnya: PVP dan dekstran.

d. Pendapar, misalnya : Fosfat sitrat dan borat.

e. Peningkat viskositas.

f. Pensuspensi, misalnya : tween 80.

g. Surfaktan.

10
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

B. Uraian Kloramfenikol

Kloramfenikol merupakan zat berbentuk kristal jarum hablur agak putih

dan tidak memiliki bau dan rasa yang sangat pahit. Zat tersebut sukar larut

dalam air dan harus disimpan dalam wadah tertutup baik terlindung dari

cahaya. Kloramfenikol berkhasiat sebagai antibiotikum yaitu zat yang dapat

mencegah dan membunuhpertumbuhan mikroorganisme atau kuman atau

sebagai bakteriostatik / bakteriosida (Depkes RI, 1979). Menurut Lund (1994)

Sediaan ini bertambah stabil pada suhu 350C dengan penambahan sodium

metabisulfit dan disodium edetat. Umumnya stabilitas akan berkurang pada

suhu 250C dan pH stabil dari zat kloramfenikol adalah berkisar antara 4,5

sampai 7,5 serta tidak stabil dengan adanya oksigen.

Kloramfenikol merupakan bakteriostatik yang memiliki spektrum yang

luas terhadap berbagai jenis baketeri gram negatif dan gram positif.

Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik yang memiliki mekanisme kerja

menghambat sisntesis protein pada tingkat ribosom. Obat ini mengikatkan

dirinya pada situs-situs terdekat pada subunit 50S dari ribosom RNA 70S.

Kloramphenikol menyekatkan ikatan persenyawaan aminoacyl dari molekul

tRNA yang bermuatan ke situs aseptor kompleks mRNA ribosom. Ikatan

tRNA pada kodon-nya tidak terpengaruh. Kegagalan aminoacyl untuk

menyatu dengan baik dengan situs aseptor menghambat reaksi transpeptidase

yang dikatalisasi oleh peptidyl transferase. Peptida yang ada pada situs donor

11
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

pada kompleks ribosom tidak ditransfer ke asamamino aseptornya, sehingga

sintesis protein terhenti(Katzung, 2004).

Efek samping kloramfenikol ialah rasa pedih dan terbakar mungkin

terjadi saat aplikasi kloramfenikol pada mata. Reaksi hipersensitifitas dan

inflamasi termasuk konjunctivitas, terbakar, angioheurotic edema, urticaria

vesicular/maculopapular dermatitis (jarang terjadi) (Mc Evoy,2002).

Kloramfenikol 0,5 % digunakan untuk pengobatan konjungtivitis akut

dan kronis, keratokonjungtivitis, iritis, uveitis, trakoma, dan dekriosistitis

dengan dosis sehari 4 – 6 x 2-3 tetes (IAI, 2014).

12
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

C. Uraian Bahan Tambahan

1. Kloramfenikol (Depkes RI, 1979)

Nama Resmi : KLORAMFENIKOL

Sinonim : Cloramphenicol

Rumus Molekul : C11H12Cl2N2O5

Berat Molekul : 323,12

Pemerian : Hablur halus, berbentuk jarum, atau lempeng


memanjang, putih hingga putih kelabu, atau
putih kekuningan

Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam


etanol, dalam propilenglikol

Titik Lebur : 149o dan 153o C

pH : Antara 4,5 – 7,5

Stabilitas : Salah satu antibiotik yang secara kimiawi

diketahui paling stabil dalam segala pemakaian.


Stabilitas baik pada suhu kamar dan kisaran pH
2-7, suhu 25o C dan pH mempunyai waktu
paruh hampir 3 tahun. Sangat tidak stabil dalam
suasana basa. Kloramfenikol dalam media air
adalah pemecahan hidrofilik pada lingkungan
amida. Stabil dalam basis minyak dalam air,
basis adeps lanae (Martindale edisi 30 hal 142).

13
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

Kp : Antibiotik, antibakteri (gram positif, gram


negatif)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

2. Propilenglikol ( Depkes RI, 1979 )

Nama Resmi : PROPYLENGLYCOLUM

Sinonim : Propilenglikol

Rumus Molekul : C3H8O2

Berat Molekul : 76,10

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

rasa agak manis, higroskopik.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%)

P dan dengan kloroform P. larut dalam 6 bagian

eter P, tidak dapat campur dengan eter minyak

tanah P dan dengan minyak lemak.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

K/P : Pelarut

14
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

3. METIL PARABEN ( Depkes RI, 1979)

Nama resmi : METHYLIS PARABENUM

Sinonim : Metil Paraben

Pemerian : Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak

berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian

agak membakar diikuti rasa tebal.

Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20

bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian

etanol(95%) p, dan dalam 3 bagian aseton p,

mudah larut dalam eter p dan dalam larutan

alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian

gliserol p panas dan dalam 40 bagian

minyak lemak nabati panas, jika

didinginkan larutan tetap jernih.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung

dari cahaya.

K/P : Zat tambahan, zat pengawet

15
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

4. PROPIL PARABEN (Depkes RI, 1979)

Nama Resmi : PROPYLIS PARABENUM

Sinonim : Propil paraben

Pemerian : Serbuk habur putih, tidak berbau, tidak

berasa.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5

bagian etanol (95%) p, dalam 3 bagian

aseton p, dalam 140 bagian gliserol p, dan

dalam 40 bagian minyak lemak, mudah

larut dalam kelarutan alkali hidroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

K/P : Zat pengawet

5. Metil Selulosa (Exepient, 462)

Nama resmi : Methylcellulosa

Sinonim : Metil Selulosa

Pemerian : serbuk putih, granul, berserat.

Kelarutan : Larut dalam air dingin, tetapi tidak larut

dalam air panas, tidak larut dalam eter,

alkohol, klorofom, dan larutan jenuh garam.

16
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

pH : 5,5 – 8

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, di tempat

kering.

KP : Peningkat Viskositas, pengemulsi dan

sebagai penghancur.

17
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

BAB IV

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan, yaitu :

a. Autoklaf

b. Batang pengaduk

c. Corong kaca

d. Gelas kimia 50 mL

e. Gelas ukur 10 mL

f. Kaca arloji

g. Pipet tetes

h. Sendok tanduk

i. Spoit 10 cc

j. Timbangan digital

k. Wadah tetes mata 10 mL

2. Bahan yang digunakan, yaitu :

a. Aluminium foil g. Metil Selulosa

b. Metil Paraben h. Propil Paraben

c. Kapas

d. Kertas saring

e. Kloramfenikol

f. Propilenglikol

18
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

B. Perhitungan Bahan
0,5
1. Kloramphenikol = 100 × 10 mL = 0,05 gram

10
Dilebihkan 10 % = 100 × 0,05 gram = 0,005 gram

Total ditimbang = 0,05 g + 0,005 g = 0,055 gram

0,1
2. Metil paraben 0,1 % = × 10 = 0,01 gram
100

10
Dilebihkan 10 % = × 0,01 = 0.001 gram
100

Total = 0,01 g + 0,001 g = 0,011 gram

0,1
3. propil paraben 0,1 % = × 10 = 0,01 gram
100

10
Dilebihkan 10 % = × 0,01 = 0.001 gram
100

Total = 0,01 g + 0,001 g = 0,011 gram

0,5
4. Metil selulosa = 100 × 10 mL = 0,05 gram

10
Dilebihkan 10 % = 100 × 0,05 gram = 0,005 gram

Total ditimbang = 0,05 g + 0,005 g = 0,055 gram

19
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

5. propil paraben ad = 10 mL
10
Dilebihkan 10 % = × 10mL
100

= 1 mL

Total = 10 mL + 1 mL

= 11 mL

= 11 mL – (0,055 + 0,011 + 0,011 + 0,055)

= 11 mL – 0,132

= 10,868 mL

20
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

C. Prosedur Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Disterilkan alat–alat yang akan digunakan.

3. Timbang dan diukur bahan satu persatu

a. Kloramphenikol 0,0525 gram, ditimbang di kertas perkamen

b. Metil paraben sebanyak 0,011 gram pada cawan porselin

c. Propil paraben sebanyak 0,011 gram pada cawan porselin

d. Metil selulosa sebanyak 0,055 gram di cawan porselin

e. Propilenglikol sebanyak 10,868 mL pada gelas ukur

4. Masukkan kloramfenikol ke dalam gelas kimia kemudian larutkan dengan

propilenglikol, diaduk dengan menggunakan batang pengaduk hingga

larut.

5. Ditambahkan metil selulosa diaduk hingga larut

6. Ditambahkan metil paraben dan propil paraben diaduk hingga homogen

7. Diukur pH sediaan tetes mata

8. Dimasukkan kedalam wadah

9. Diberi etiket, brosur dan kemasan.

21
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini telah dilakukan pembuatan sediaan tetes mata. Guttae

opthalmicae (obat tetes mata) adalah sediaan steril, berupa larutan jernih atau

suspensi bebas partikel asing digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat

pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata (Anief, 1997). Zat

aktif yang digunakan yaitu kloramfenikol dengan bahan tambahan metil paraben,

propil paraben dan metil selulosa. Kemudian digunakan propilenglikol sebagai

pelarut dan pembawa pada sediaan tetes mata, karena kloramfenikol sukar larut

dalam air dan larut dalam propilenglikol. Jika dibandingkan dengan salep mata,

sediaan tetes mata lebih nyaman digunakan karena tidak adanya daya lengket

seperti pada salep mata serta tingkat homogenitasnya lebih tinggi dibanding

dengan salep mata.

Sebelum pembuatan sediaan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

yaitu sediaan tetes mata harus bebas dari partikel kasar agar tidak mengiritasi

mata dan harus memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada uji tetes mata

sesuai standar yang telah di tetapkan. Peralatan dan wadah yang digunakan pada

tetes mata pun harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan

untuk mencegah terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme.

Bahan aktif yang dipilih ialah kloramfenikol 0,5 % sebab

Kloramfenikol mempunyai aktivitas antibakteri berspektrum luas. Obat ini efektif

untuk penyakit rickettsial tergolong epidemik, demam, tifus Scrub, Rocky

22
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

Mountain, penyakit virus dan banyak bakteri termasuk yang disebabkan oleh A.

aerogenes, E.coli, K. pneumoniae, H. pertussis, S. thyposa, Brucella, V. cholerae,

Staphilococci, Streptococci, Corynebacteria, Myoplasmas, Actinomycetes dan T.

pallidum. Obat ini digunakan secara topikal untuk infeksi konjungtiva superfisial

dan blepharitis yang disebabkan E. coli, H. influenzae, Moraxella laconata, Staph.

aureus dan S. hemolyticus. Konjungtivitas adalah radang kongjungtiva yang

disebabkan oleh bakteri, mudah menular. Disebabkan oleh Stafilokokus,

Steroptokokus,Corynebacterium diptheriae, Pseudomonas aeruginosa, Neisseria

gonorrhae, dan Haemophilus influenza (Alfonso R Gennaro, 1990).

Pada praktikum ini kloramfenikol dibuat dalam bentuk sediaan tetes

mata atas dasar untuk mencapai homogenitas yang baik dan infeksi mata oleh

bakteri umumnya diobati secara topikal oleh sebab itu di buat sediaan tetes mata

Kloramfenikol yang memiliki spektrum luas dan ditoleransi dengan baik.

Beberapa keuntungan tetes mata kloramfenikol selain efek terapinya menurut

Royal Pharmaceutical Society (2015) ialah memiliki keuntungan sebagai

peningkatan laju resolusi infeksi bakteri, mengurangi resiko transmisi,

pencegahan infeksi bakteri sekunder dan pengurangan resiko komplikasi.

Bahan tambahan yang digunakan dalam sediaan tetes mata

kloramfenikol ialah metil paraben, propil paraben yang digunakan sebagai

pengawet karena sediaan tetes mata pemakaianya ber ulang sehingga

memerlukan penambahan pengawet untuk mencegah adanya mikroorganisme

yang dapat merusak sediaan, dan Metil paraben yang digunakan sebagai peningkat

23
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

viskositas agar obat tetes mata dapat mencapai distribusi bahan aktif yang lebih

baik didalam cairan dan waktu kontak yang lebih lama.

Pada sediaan tetes mata kloramfenikol tidak digunakan bahan

pengisotonis sebab pada dasarnya mata mampu mentoleransi hal tersebut, bahan

pengawet dan peningkat viskositas sebaiknya tidak digunakan sebab pembawa

yang digunakan yakni propilenglikol memiliki khasiat sebagai bahan viskositas

dan antimikroba sekaligus pelarut. Dalam praktikum ini pelarut yang digunakan

ialah propilenglikol sebab mengingat kelarutan kloramfenikol sukar larut dalam

air. Propilenglikol merupakan pelarut yang baik untuk kloramfenikol serta

memiliki beberapa keuntungan dalam penggunaannya sebagai pelarut, Menurut

Waller (1994) Propilenglikol dalam sediaan farmasi berfungsi sebagai

humektan,pelarut, pelicin, dan sebagai penghambat fermentasi dan pertumbuhan

jamur,desinfektan, dan untuk meningkatkan kelarutan dan menurut Agoes dkk

(1983) penambahan propilenglikol pada sediaan topikal (Seperti tetes mata) juga

dapat meningkatkan lajudifusi.

Pada pembuatan tetes mata kloramfenikol dilakukan secara aseptik dan

harus benar-benar steril serta tersatukan secara fisiologis sebab mata merupakan

organ yang paling peka pada manusia. Dalam pembuatannya volume obat

dilebihkan sebanyak 0,5 mL hal tersebut dilakukan untuk mencegah berkurangnya

volume obat saat dipindahkan dalam wadah ataupun pada saat sterilisasi yang

memungkinkan terjadinya penguapan. Setelah proses pencampuran sediaan yang

telah jadi dapat dimasukkan kedalam wadah untuk disterilisai akhir. Sebelum

24
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

sediaan disterilisasi akhir dilakukan pemeriksaan pH terlebih dahulu dan

didapatkan hasil pH dari sediaan tetes mata kloramfenikol dengan pH 6. Hal

tersebut merupakan pH stabilitas kloramfenikol sebab menurut Lund (1994) pH

stabilitas kloramfenikol berkisar antara 4,5 – 7,5 dan pH 6 termasuk isohidris

sehingga pada saat penggunaan tetes mata tidak akan memberikan rasa nyeri.

Pada praktikum ini, terdapat beberapa permasalahan terkait formula

sediaan tetes mata kloramfenikol yang dibuat yaitu penggunaan propilenglikol

sebagai pelarut tanpa konsentrasi yang telah ditetapkan, hal tersebut bisa membuat

sediaan menjadi kental atau meningkatnya viskositas dan akan memberi masalah

pada mata jika digunakan. Menurut Voight (1995) viskositas sediaan sebaiknya

tidak melampui 40-50 mPa detik (40–50 cP), sebab jika tidak, akan terjadi

penyumbatan saluran air mata, yang terpakai adalah larutan dengan harga

viskositas 5-15 mPa detik ( 5–15 cP) dan menurut Rowe (2006) Nilai viskositas

dari propylenglikol ialah 58,1 cP. Hal tersebut melewati harga nilai viskositas

yang disyaratkan untuk penggunaan tetes mata sehingga dapat tersumbatnya

saluran air mata yang dapat menyebabkan turunnya kepekaan respon mata

terhadap partikel asing yang masuk dalam mata, hal tersebut berbahaya untuk

mata sehingga sebaiknya digunakan pelarut aqua destillata yang aman dan sangat

disarankan menggunakan PVA 1-2 % sebagai peningkat viskositas sebab harga

viskositasnya baik untuk mata. Permasalahan berikutnya ialah terkait wadah botol

cokelat yang digunakan pada sediaan yang tidak ditambahkan pengkelat,

disarankan untuk penggunaan wadah botol cokelat sebaiknya menggunakan

25
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

pengkelat karena botol cokelat mengandung logam yang dapat bernteraksi

dengan zat aktif dan dapat merusak zat aktif.

26
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

Hasil Evaluasi Sediaan Salep mata kloramfenikol, sebagai berikut :

Hasil Evaluasi Prosedur Evaluasi


Evaluasi Sediaan
I

Pemeriksaan visual terhadap

suatu wadah produk dilakukan

dengan memeriksa wadah bersih

dari luar dibawah penerangan


Uji Kejernihan Jernih
cahaya yang baik, dan diatas

kertas putih dengan latar warna

hitam.

Uji pH ini dilakukan dengan

bantuan kertas indikator pH

dimana kertas tersebut diberikan


Uji pH 6
sedikit tetes mata kemudian

diamati pada warna apa larutan

tersebut.

27
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :

1. Kloramfenikol dibuat dalam bentuk tetes mata sebab penggunaannya

yang ditujuan kepada mata yang terkena infeksi oleh bakteri dan tetes

mata mampu memberi rasa nyaman saat penggunaan dan memiliki

tingkat homogenitas yang lebih tinggi.

2. Salep mata kloramfenikol digunakan dengan cara meneteskannya pada

mata dengan dosis sehari 4 – 6 x 2-3 tetes.

3. Pada uji pH didapatkan nilai pH 6,0 yang sesuai dengan rentang pH

stabilitas kloramfenikol yakni 4,5 – 7,5 dan merupakan kondisi isohidris

sehingga tidak akan memberi rasa nyeri saat digunakan.

B. Saran

Adapun saran yang dapat kami sampaikan dalam praktikum iniialah :

1. Disarankan untuk setiap praktikan agar memahami sediaan yang akan

dibuat agar pada saat praktikum berlangsung dapat diperoleh hasil yang

baik

2. Berdasarkan pembahasan pada laporan ini, maka disarankan untuk

formulasi sediaan tetes mata kloramfenikol untuk tidak menggunakan

propilenglikol sebagai pembawa dan dapat digunakan aqua destillata

28
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

sebagai pembawa. Kemudian untuk penggunaan botol cokelat sebaiknya

ditambahkan pengkelat.

29
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1997. Farmasetika. Yogyakarta: UGM Press.

Agoes, Goeswin. Sediaan Farmasi Steril (SFI-4). Bandung : ITB

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat.

Jakarta: UI-PRESS

Gennaro, Alfonso R. 1990. Remington’s Pharmaceutical Science 18th Edition. .

Easton: Mack Publishing Company

Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: Penerbit CV ANDI

OFFSET

Lund, W. 1994.The Pharmaceutical Codex, Twelfth edition. London : The

Pharmaceutical Press.

McEvoy, G. K. 2002.AHFS Drug Information. United State of America :

American Society of Health System Pharmcists.

Royal Pharmaceutical Society. 2005. Practice Guidance : OTC Chloramphenicol

Eye Drops. London

Royal Pharmaceutical Society. 2011. British Nationaly Formulary 61. London :

Pharmaceutical Press

Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. London:

Pharmaceutical Press

30
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA – III

Syah, Insan Sunan K. 2006.Uji Stabilitas Sediaan Tetes Mata Kloramfenikol

Menggunakan Dapar Fosfat Dibandingkan Sediaan Tetes Mata

Kloramfenikol Menggunakan Dapar Borat Dengan Metode Uji

Dipercepat. Universitas Padjadjaran

Syamsuni. 2006. British Ilmu Resep.Jakarta : EGC

Tjay, Tan Hoan. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Voigt, Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM

PRESS

31

Anda mungkin juga menyukai