Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


PEMBUATAN DAN UJI STERILITAS SEDIAAN TETES MATA
KLORAMFENIKOL

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Aisya Humaira 11194761920135

Akmal Latif 11194761920136

Ilma Widya Rini 11194761920151

M. Aulya Firly 11194761920159

Nur Maskura 11194761920167

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MULIA

BANJARMASIN

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN................................................................................................... 1

A. Latar Belakang.............................................................................................. 1

BAB II......................................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 3

A. Pengertian Tetes Mata...................................................................................3

B. Deskripsi Bahan............................................................................................ 4

BAB III.................................................................................................................... 8

METODE PRAKTIKUM........................................................................................8

A. Alat dan Bahan..............................................................................................8

B. Formulasi.......................................................................................................8

C. Cara Kerja..................................................................................................... 9

BAB IV..................................................................................................................10

HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................. 10

A. Hasil Pengamatan........................................................................................10

B. Perhitungan Tonisitas Larutan.................................................................... 10

C. Pembahasan.................................................................................................11

BAB V................................................................................................................... 16

KESIMPULAN......................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

JAWABAN PERTANYAAN................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


berkembang pesat, begitu juga dengan dunia kefarmasian. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk sediaannya yang beragam yang telah di buat oleh tenaga
farmasis. Diantara sediaan obat tersebut menurut bentuknya yaitu solid
(padat), semisolid (setengah padat) dan liquid (cair). Tujuan dari desain
sediaan obat adalah untuk memperoleh hasil terapeutik yang dapat
diperkirakan dari suatu obat termasuk formulasi yang dapat diproduksi dalam
skala besar dengan kualitas produk yang dapat dipertahankan dan dihasilkan
terus-menerus. Bentuk sediaan obat antara lain sediaan cair, sediaan setengah
padat dan sediaan padat. Sediaan cair sendiri ada dalam bentuk sirup,
suspensi, elixir dan lain sebagainya, sediaan setengah padat terdiri dari krim,
salep, gel dan masih banyak lagi.
Sediaan tetes mata biasanya dibuat pada farmasi komunitas atau farmasi
rumah sakit dengan stabilitas yang terbatas hanya untuk beberapa hari saja.
Produk-produk steril tersedia sebelum pertengahan tahun 1990-an, namun
pentingnya sterilitas untuk obat tetes mata masih belum terkenal secara resmi
sampai tahun 1995 ketika panduan resmi pertama kali mensyaratkan sterilitas
(Haerjasaputra dkk, 2002)
Ada berbagai macam zat aktif yang dapat dibuat ke dalam bentuk sediaan
suspensi. Namun tidak semua zat aktif dapat stabil pada air atau mudah terurai
jika disimpan dalam waktu yang lebih lama dan salah satunya adalah
antibiotika Klomramfenikol. Tetes mata kloramfenikol adalah larutan steril
Kloramfenikol, mengandung Kloramfenikol tidak kurang dari 90% dan tidak
lebih dari 130% dari jumlah yang tertera pada etiket. Dalam percobaan ini
bahan obat yang digunakan sebagai zat aktif pada sediaan obat tetes mata
steril adalah Kloramfenikol yang mempunyai daya sebagai antimikroba yang
kuat melawan infeksi mata dan merupakan antibiotika spectrum luas bersifat
bakteriostatik. Berdasarkan penjelasan di atas, dilakukanlah percobaan
pembuatan dan uji sterilitas sediaan tetes mata kloramfenikol.
1
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah praktika diharapkan mampu
melakukan pembuatan dan uji sterilitas sediaan tetes mata kloramfenikol.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tetes Mata


Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi
yang digunakan dengan meneteskan obat pada selaput lendir mata
disekitar kelopak dan bola mata. Persyaratan tetes mata antara lain: steril,
jernih, tonisitas, sebaiknya sebanding dengan NaCl 0,9 %. Larutan obat
mata mempunyai pH yang sama dengan air mata yaitu 4,4 dan bebas
partikel asing. Penggunaan tetes mata pada etiketnya, tidak boleh
digunakan lebih dari satu bulan setelah tutup dibuka, karena penggunaan
dengan tutup terbuka kemungkinan terjadi kontaminasi dengan bebas
(Muzakkar, 2007).
Guttae ophthalmicae (obat tetes mata) adalah sediaan steril, berupa
larutan jernih atau suspensi, bebas partikel asing, digunakan untuk mata
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak
mata dan bola mata. (Syamsuni,2006)
Sebelum memberikan larutan atau suspensi oftalmik, sebaiknya
pengguna mencuci tangan sampai bersih. Jika menggunakan obat tetes
oftalmik dengan penetes terpisah, maka pengguna harus melihat tetesan
untuk meyakinkan bahwa ujung pipet/alat penetes tidak tajam atau retak.
Warna dan kejernihan larutan oftalmik harus diperiksa. Sediaan yang
sudah kadaluwarsa dan berwarna gelap harus dibuang (Agoes,2009).
Cara penggunaan tetes mata yang tepat adalah mencuci tangan
terlebih dahulu dengan sabun, kepala dimiringkan sedikit kebelakang,
kemudian jari telunjuk menarik kelopak mata ke bawah dari mata hingga
membentuk lekukan. Langkah selanjutnya adalah meneteskan obat mata
kedalam lekukan mata dan menutup mata pelan-pelan. Jangan kedip-
kedipkan mata dan membiarkan mata tertutup selama 1-2 menit (Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia, 2009)

3
Untuk penggunaan secara topikal pada mata, kloramfenikol
diabsorpsi melalui cairan mata. Berdasarkan penelitian, penggunaan
kloramfenikol pada penyakit mata yaitu katarak memberi hasil yang baik
namun hasil ini sangat dipengaruhi oleh dosis dan bagaimana cara
mengaplikasikan sediaan tersebut. Jalur ekskresi kloramfenikol utamanya
melalui urine. Perlu diingat untuk penggunaan secara oral, obat ini
mengalami inaktivasi di hati. Proses absorsi, metabolisme dan ekskresi
dari obat untuk setiap pasien, sangat bervariasi, khususnya pada anak dan
bayi. Resorpsinya dari usus cepat dan agak lengkap. Difusi kedalam
jaringan, rongga, dan cairan tubuh baik sekali, kecuali kedalam empedu.
Kadarnya dalam CCS tinggi sekali dibandingkan dengan antibiotika lain,
juga bila terdapat meningitis. Plasma-t1/2-nya rata-rata 3 jam. Didalam
hati, zat ini dirombak 90% menjadi glukoronida inaktif. Bayi yang baru
dilahirkan belum memiliki enzim perombakan secukupnya maka mudah
mengalami keracunan dengan akibat fatal. Ekskresinya melalui ginjal,
terutama sebagai metabolit inaktif dan lebih kurang 10 % secara utuh
(Tjay dan Rahardja, 2008).

B. Deskripsi Bahan

1. Kloramfenikol

Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini


terikat pada ribosom subunit 50s dan menghambat enzim peptidil tansferase
sehingga ikatan peptide tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman.

 Pemerian

Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih hingga


putih kelabu atau putih kekuningan; larutan praktis netral lakmus P; stabil
dalam larutan netral atau larutan agak asam.

4
 pH

Senyawa ini termasuk antibiotika yang paling stabil. Larut dalam air pada
pH 6 menunjukkan kecenderungan terurai yang paling rendah. Dalam
basa akan terjadi penyabunan ikatan amida dengan cepat (Schunack dkk,
1990). Kloramfenikol adalah salah satu antibiotic yang secara kimiawi
diketahui paling stabil dalam segala pemakaian. Dia memiliki stabilitas
yang sangat baik pada suhu kamar dan kisaran pH 2 sampai 7, stabilitas
maksimumnya dicapai pada pH 6. Pada suhu 25℃ dan pH 6, memiliki
waktu paruh hampir 3 tahun (Connors, 1986).

 Kelarutan

1 g larut dalam kira-kira 400 ml air sangat mudah larut alkohol, aseton,
butanol, propilen glikol, dan etil asetat; sukar larut dalam eter dan
kloroform; tidak larut dalam benzoate dan petroleum eter (Connors,
1986).

 Penyimpanan

Daalam wadah tertutup baik

 Cara sterilisasi

Autoklaf dan filtrasi

 Khasiat

Kloramfenikol sangat berguna dalam menangani meningitis pada anak


yang alergi pada penisilin, menderita abses otak atau infeksi anaerobic
lainnya, dan juga pada infeksi intraocular akibat organisme yang sensitif.
Kecuali itu juga bersifat bakteriostatik terhadap banyak baksil gram
negatif lainnya (Skach dkk, 1988).

5
2. Asam borat

Asam borat merupakan salah satu bahan yang sering ditemukan di obat
tetes mata. Komponen utama asam borat adalah elemen boron. Asam
borat merupakan asam lemah dan memiliki khasiat antiseptic ringan.
Namun, beberapa preparat asam borat yang dapat menyebabkan iritasi
kulit dan beracun jika tertelan. Obat tetes mata yang mengandung asam
borat berfungsi untuk membersihkan, menyegarkan, dan meringankan
iritasi mata. Obat ini juga dapat membersihkan benda asing, polusi udara
atau air klorin dari mata.

 Pemerian

Serbuk kristal putih, rasa agak pahit dan lama kelamaan rasa manis,
berbau lemah.

 Kelarutan

bagian larut dalam 20 bagian air, 16 bagian alkohol, 4 bagian gliserol,


sedikit larutan dalam minyak, praktis tidak larut dalam eter .

 Cara sterilisasi

Autoklaf dan filtrasi

 pH

3,8 – 4,8

 Khasiat

Fungistatik, bakteriostatik lemah, mata merah berair, bengkak,


gatal pada kelopak mata. (Martindale 28 hal.337. 2011).
6

3. Aqua pro injeksi (p.i)

 Pemerian
Menurut FI III, air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling
kembali, disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C. Menurut FI IV, air
steril untuk injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilkan dan
dikemas dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan
antimikroba atau bahan tambahan lainnya.
 Khasiat
Diluents / bacteriostatic water for injection (up to 100% concentrate)
 Sterilisasi
Sterilisasi A atau C. (FI IV hal 112)
7
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat
a. Vial transparan
b. Oven
c. Autoklaf
d. Wadah
e. Timbangan
f. Erlenmeyer
g. Corong
h. Glass beker
i. Glass ukur
j. Kertas saring
k. Spuit injeksi
2. Bahan
a. Kloramfenikol
b. Asam borat
c. Na tetraborat
d. Phenil mercuri nitrat
e. Aqua pro injeksi

B. Formulasi
R/ Kloramfenikol 50 mg

Asam Borat 150 mg

Na Tetraborat 30 mg

Metil Paraben 0,02 gram

Aqua Pro Injeksi ad 10 ml

8
C. Cara Kerja

Timbang semua bahan

Dilarutkan kloramfenikol dengan larutan phenil mercuri nitrat ( 2 ml)

Dilarutkan asam borat dalam aqua p.i sambal dipanaskan,tapi jangan


sampai mendidih

Dilarutkan Na tetraborat dalam larutan asam borat yang telah larut

Mencampur klorampenikol ( point 2) dalam larutan pendapar ( point

Ditambah aqua p.i ad 10 ml

Dicek sampai ph = 7

Difitrasi dengan kertas saring

Dimasukan ke dalam vial

Pengerjaan dilakukan secara aseptis didalam Laminal Air Flow

o
Dilakukan sterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 98-100 c selama 30

Sedian dikemas, diberi brosur dan etiket

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

N Evaluasi sediaan Hasil Keterangan


O.
1 Uji pH Sediaan tetes mata
kloramfenikol
memiliki pH 8

2 Uji sterilitas Sediaan tetes mata


kloramfenikil steril

3. Organoleptis Sediaan berwarna


jernih dam tidak
berbau

B. Perhitungan Tonisitas Larutan

Berdasarkan resep

R/ Kloramfenikol 50 mg : 0,05 g ekivalensi : 0,14%


Asam Borat 150 mg : 0,15 g ekivalensi : 0,50%
Na Tetraborat 30 mg : 0,03 g ekivalensi : 0,42%
Metil Paraben 200 µg : 0,0002 ekivalensi : 0,18%
Aqua Pro Injeksi ad 10 ml

10
Perhitungan tonisitas kloramfenikol dengan kelarutan NaCl
- Kloramfenikol : 0,05 g x 0,14% = 0,007 g
- Asam Borat : 0,15 g x 0,50% = 0,075 g
- Na Tetraborat : 0,03 g x 0,42% = 0,0126 g
- Metil Paraben : 0,0002 x 0,18% = 0,000036 g

Untuk membuat larutan isotonis 10 ml maka : 0,9% NaCl x 10 ml = 0,09 g


NaCl

Total nilai tonisitas larutan :

Total : 0,007 g + 0,075 g + 0,0126 g + 0,000036 g = 0,0946 g

Yang artinya larutan yang sudah dibuat sudah isotonis dengan nilai
tonisitas 0,9% NaCl. Sehingga tidak perlu dilakukan perhitungan
kekurangan NaCl karena sudah isotonis.

C. Pembahasan
Pada praktikum ini kami membuat sediaan “Tetes Mata
Kloramfenikol” yang bertujuan mahasiswa diharapkan dapat memahami
cara memformulasi sediaan tetes mata Kloramfenikol, mengetahui faktor-
faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan pembawa, serta aksi
teraupetik dari bahan aktif. Suatu sediaan tetes mata harus pirogen dan
steril karena mata merupakan organ yang sangat sensitive, jika suatu
sediaan obat tidak steril dan mengandung pirogen maka akan
menyebabkan rasa sakit dan membuat sakit pada tubuh (bukannya
menyembuhkan malah menambah rasa sakit).
Pertama-tama dalam pembuatan obat tetes mata terlebih dahulu
alat-alat yang akan digunakan disterilkan terkecuali bahan karena dalam
hal ini tidak tahan pemanasan dan zat aktif bisa di anggap (dispensasi)
steril. Pada pembuatan obat tetes mata dengan metode sterilisasi aseptis
kemungkinan sediaan terkontaminasi dengan mokroorganisme harus
diperkecil untuk menjaga agar sediaan yang dihasilkan nantinya tetap
dalam keadaan steril. Semua larutan untuk mata harus dibuat steril dan bila
mungkin ditambahkan bahan pengawet yang cocok untuk menjamin
sterilitas selama pemakaian.

11
Adapun zat aktif yang digunakan untuk obat tetes mata adalah
Kloramfenikol, pembuatan sediaan obat tetes Kloramfenikol dibuat dengan
menggunakan pelarut air. Pembawa air yang digunakan adalah aqua pro
injeksi. Semua alat-alat harus disterilisasikan agar mendapatkan larutan yang
steril, bebas partikel asing dan mikroorganisme. pH harus diperhatikan agar
tetap dalam rentang kestabilan bahan. Obat tetes mata tidak boleh
mengandung partikulat sehingga sebelum dimasukkan ke dalam botol obat
tetes mata, sediaan harus terlebih dahulu disaring, penyaringan dilakukan
untuk menghilangkan partikel atau endapan yang ada pada larutan.
Larutan yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam botol obat
tetes mata. Dalam memasukkan larutan kedalam botol tetes mata
menggunakan jarum suntik. Sedapat mungkin obat tetes mata yang dibuat
harus isotonis dengan cairan tubuh ataupun hipertonis dalam keadaan
tertentu.
Untuk uji sterilitas larutan tetes mata kloramfenikol dimasukam
kedalam tabung reaksi yang berisi media tioglikolat dengan menggunakan
spuit injeksi dilakukan didalam LAF. Kemudian diinkubasi selama 1x24
jam dengan suhu 37°C lalu di cek dan didapatkan hasil yang jernih dari
larutan tetes mata kloramfenikol yang berarti menandakan bahwa sediaan
tersebut steril. Untuk evaluasi sediaan yang dapat dilakukan setelah
sediaan obat tetes mata selesai dibuat adalah evaluasi penampilan sediaan
obat tetes mata yang dihasilkan diperoleh larutan bening. Dari evaluasi Uji
Organoleptis bertujuan untuk melihat bau serta warna dari sediaan yang
dibuat. Dari literatur seharusnya tetes mata memiliki warna bening dan
tidak berbau serta dapat menetes dari drop tetes mata. Berdasarkan hasil
dari uji organoleptis sediaan yang dibuat disimpulkan memenuhi
persyaratan dimana hasil yang kami dapatkan pada saat praktikum
pembuatan sediaan tetes mata kloramfenikol terlihat bening dan tidak
berbau serta dapat menetes. Sedangkan untuk Uji pH bertujuan untuk
mengetahui pH sediaan mata yang dibuat serta sediaan mata harus berada
dalam rentang kestabilan. Hasil yang kami dapatkan dari uji pH sediaan
tetes mata kloramfenikol memiliki pH 8. Dari literatur idealnya sediaan
mata sebaiknya memiliki pH yang ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4.

12
Berdasarkan hasil dari uji pH sediaan yang kami buat dapat dikatakan
tidak ekuivalen karena memilki pH yang lebih dari 7,4 namun rentan pH
menurut beberapa literature (Gyorffy. DOP Cooper:192) yang dapat
ditoleransi adalah sekitar pH 6,3-8,4. Dan untuk Uji Kejernihan bertujuan
untuk mengetahui kejernihan sediaan tetes mata yang dibuat. Hasil yang
kami dapatkan dari uji kejernihan sediaan tetes mata kloramfenikol yang
dibuat terlihat jernih. Dari literatur suatu cairan mata dikatakan jernih jika
kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang digunakan. Berdasarkan
hasil dari uji kejernihan sediaan yang dibuat dapat dikatakan memenuhi
persyaratan karena memiliki kejernihan sama dengan air. Pada perhitungan
total nilai tonisitas larutan didapatkan bahwa larutan sudah isotonis dengan
nilai tonisitas 0,9% NaCl dan menurut literature mata dapat mentoleransi
tonisitas dalam range dari ekuivalen 0,5% sampai 1,6% NaCl tanpa
ketidaknyamanan yang besar. (SDF:358)
Pembuatan tetes mata pada dasarnya dilakukan pada kondisi kerja
aseptik dimana penggunaan air yang sempurna serta material wadah dan
penutup yang diproses dulu dengan anti bakterial menjadi sangat penting.
Wadah untuk larutan mata sebaiknya digunakan dalam unit kecil, tidak
pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. Botol 7,5
ml adalah ukuran yang menyenangkan untuk penggunaan larutan mata.
Penggunaan wadah kecil memperpendek waktu pengobatan akan dijaga
oleh pasien dan meminimalkan jumlah pemaparan kontaminasi. Botol
plastik untuk larutan mata juga dapat digunakan.
Pada umumnya untuk tetes mata dicantumkan pembatasan daya
tahannya yang secara internasional terletak antara 4-6 minggu setelah
pemakaian. Pembatasan waktu ini diperlukan, oleh karena bahan pengawet
sering mengalami kehilangan aktivitasnya pada tingkat kontaminasi
mikroorganisme yang tinggi (Voigt, 1994).

13
D. Rancangan Kemasan, Brosur daa Etiket

14
E. Brosur Obat

FENIKOLEYES
TETES MATA KLORAMFENIKOL

KOMPOSISI:
Kloramfenikol………….50 mg
Asam borat……………. 150 mg
Na tetraborat…………... 30 mg
Metil paraben………….. 200 ug
Aqua pro imjeksi ad 10 ml

Farmakologi
Kloramfenikol adalah antibiotik spektrim luas bersifat bakteriostatik
yang aktif terhadap organisme gram positif dan gram negatif baik
aerobik maupun anaerobik. Kolramfenikol berkerja dengan
menghambat sintetis protein mikroba.

Indikasi:
Untuk pengobatan infeksi pada mata

Efek Samping :
Gatal dan rasa terbakar, neuritis optik, anemia, aplastik.

Kontaindikasi :
Pada pasien dengan hipersensitifitas terhadap kloramfenikol.

Dosis dan Cara Pemakaian :


Teteskan pada mata 2-4 kali sehari sebanyak 1-2 tetes.

Peringatan dan Perhatian


Obat ini tidak boleh untuk pengobatan sendiri lebih dari 3 hari, jika
tidak terjadi perubahan selama 3 hari atau jika terjadi peningkatan
kemerahan pada mata segera periksakan diri ke dokter.
Kemasan :
10 ml per botol

Simpan ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya

HARUS DENGAN RESP DOKTER

No Reg : DR1245000
No Batch : 34561000
Mfg. Date : mei 2020
Exp. Date : Mei 2022

15
E. Etiket dan Label Obat

Simpan di tempat sejuk


FENIKOLEYES dan hindari dari cahaya
berlebih

Tetes Mata Kloramfenikol


No Reg : DR1245000
No Batch : 34561000
Mfg. Date: mei 2020
Exp. Date: Mei 2022

16
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan pada percobaan


kali ini proses sterilisasi sediaan dengan menggunakan metode pemanasan
kering. Sterilisasi alat menggunakan autoklaf selama 15 menit dengan
suhu 121ºC. Pembuatan sediaan obat tetes mata ini menggunakan zat aktif
Kloramfenikol, pembuatan sediaan obat tetes Kloramfenikol dibuat
dengan menggunakan pelarut air. Hasil yang kami dapatkan dari uji
organoleptis sediaan tetes mata kloramfenikol berwarna bening dan tidak
berbau serta dapat menetes. Kemudian hasil dari uji pH sediaan tetes mata
kloramfenikol di dapatkan pH 8. Berdasarkan hasil dari uji pH sediaan
yang kami buat dapat dikatakan tidak ekuivalen karena memilki pH yang
lebih dari 7,4 tetapi masih dapat di toleransi pada range pH 6,3-8,4. Serta
untuk nilai tonisitas larutan sudah isontonis karena didapat nilai 0,9%
NaCl. Dan untuk Uji Kejernihan sediaan tetes mata kloramfenikol yang
dibuat terlihat jernih.

17
DAFTAR PUSTAKA

Wade, Ainley and Paul J Weller. Handbook of Pharmaceutical exipients.


Ed II.1994. London; The Pharmaceutical Press Haerjasaputra.Purwanto dkk,
2002. Data Obat di Indonesia Jakarta:Darpian Merdupress

DepKes. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta
Syamsuni, 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. 29 – 31.
Tjay,H.T.,dan Rahardjo,K.,2002,Obat-Obat Penting, Edisi V, PT.Gramedia,
Jakarta.707.
Voight,R.,1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi,572-574, diterjemahkan
oleh Soedani,N.,Edisi V,Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada
Press.

18
JAWABAN PERTANYAAN

1. Tentukan hasil produksi?


Jawab : Dari hasil yang kami dapatkan ternyata dalam medianya terdapat
partikel yang artinya suatu sediaan masih belum steril sempurna. Hal
tersebut dipengaruhi dari beberapa faktor yaitu, pada saat memasukan
larutan ke dalam media praktikan lupa menggunakan handsanitizer
sehingga masih ada bakteri yang bisa masuk ke dalam sediaan. pH yang
didapat pada hasil OTM adalah pH 8 dan untuk tonisitas larutan sudah
isotonis 0,9% NaCl serta organoleptis sedian terlihat jernih dan tidak
berbau.
2. Tentukan pengujian produk sediaan tetes mata kloramfenikol?
Jawab : Uji organoleptis, Uji pH, dan uji sterilitas
3. Buat mekanisme proses produksi dan desain kemasan?
Jawab : Mekanisme produksi tetes mata kloramfenikol

Ditimbang semua bahan dan sterilkan alat dan larutkan kloramfenikol


dengan larutan metil paraben (2ml)

Dilarutkan asam borat dalam aqua p.i sambal dipanakan, tapi jangan
sampai mendidih

Larutkan Na tetraborate dalam larutan asam borat yang telah larut

Campurkan (point 2) dan (point 4) dan tambahkan aqua p.i ad 10 ml,


kemudian cek ph=7

Dimasukan ke vial, pengerjaan dilakukan secara aseptis di LAF

Lakukan sterilisasi dengan autoklaf suhu 98-100°C selama 30 menit,


sediaan dikemas diberi etiket dan brosur

19

Anda mungkin juga menyukai