KELOMPOK 1
Disusun oleh :
FAKULTAS FARMASI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-NYA
kepada penyusun untuk dapat menyelesaikan Laporan PraktikumTeknologi Sediaan Steril
“Injeksi Thiamin HCl”. Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Praktikum Teknologi Steril.
Dalam penyusunan makalah ini kami berterima kasih kepada pihak-pihak yang terkait
yang telah memberikan informasi yang berguna bagi kami untuk memperlancar dalam
pembuatan makalah ini.
Kami berharap dengan disusunnya laporan ini dapat memberikan pengetahuan bagi
para pembacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik serta saran dari semua pihak yang membangun kami harapkan untuk
mengharapkan kesempurnaan tugas ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
ii
III.2 Bahan................................................................................................................... 23
III.3 Rancangan Metode dan Formulasi ...................................................................... 24
III.4 Pengawasan Mutu ............................................................................................... 25
III.5 Prosedur .............................................................................................................. 26
III.6 Instruksi Kerja ..................................................................................................... 27
LAMPIRAN................................................................................................................... 38
ETIKET ............................................................................................................... 39
DUS ..................................................................................................................... 39
BROSUR ............................................................................................................. 40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2 Tujuan
- Mahasiswa dapat memahami pelaksanaan praktikum teknologi sediaan steril.
- Menentukan formulasi yang tepat pada sediaan injeksi dengan bahan aktif thiamin
hcl.
- Agar dapat menyalurkan ilmu yang sudah didapat selama perkuliahan dalam bentuk
pengamatan dan penyusunan makalah berdasarkan dasar-dasar teori dalam mata
kuliah teknologi sediaan steril.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Infus adalah sediaan yang penggunannya sama dengan injeksi teapi volumenya lebih besar
(lebih dari 100 ml). Radiofarmasi yaitu sediaan farmasi yang obat aktifnya merupakan zat
radioaktif. Larutan irigasi adalah larutan steril yang dipakai secara topikal, untuk mencuci sela-
sela atau lubang tubuh termasuk luka (larutan NaCl 0,9%, dikemas dalam volume besar dan
botol mulut lebar).Zat diagnostik adalah zat-zat yang digunakan untuk mendiagnosis. Misal
evans blue untuk mengontrol volume darah. Ekstrak alergenik adalah zat yang digunakan untuk
menguji sensitivitas terhadap sesuatu, misal antibiotik. Ekstrak ini diencerkan dengan aqua
steril saat yang akan digunakan.
4
a) Bila hipotonis terhadap cairan tubuh, maka air akan diserap masuk ke dalam
sel-sel tubuh yang akhirnya mengembang dan dapat pecah.
b) Bila hipertonis terhadap cairan tubuh, air dalam sel akan ditarik keluar, yang
mengakibatkan mengerutnya sel.
6. Steril, terbebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak, baik
dalam bentuk vegetative maupun dalam bentuk tidak vegetative (spora)
7. Bebas pirogen, hal ini harus diperhatikan terutama pada pemberian injeksi dengan
volume besar, yaitu lebih dari 10 ml untuk satu kali dosis pemberian. Injeksi yang
mengandungpirogen dapat menimbulkan demam.
5
1) Apabila obat sudah disuntikkan, maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi. Ini
berarti,pemusnahan untuk obat yang mempunyai efek tidak baik atau toksik maupun
kelebihan dosis karena ketiak hati-hatian akan sukar dilakukan
2) Tuntutan sterilitas untuk sediaan parental sangat ketat
3) Harga sediaannya relative mahal
4) Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan pengobatan.
5) Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit sat penyuntikan serta sult untuk
memulihkan keadaan bila terjadi kesalahan (Groves, 1988 : Turco & King, 1979).
6
- Dibuat dalam bentuk kering dan steril yang dilarutkan saat disuntikkan.
Suhu Jika zat aktif tidak tahan panas dipilih metode sterilisasi tahan panas,
sepertifiltrasi.
Cahaya Pengaruh cahaya matahari dihindari dengan penggunaan wadah
berwarna cokelat.
d. Tak tersatukannya (homogenitas) zat aktif , Baik ditinjau dari segi kimia, fisika, atau
farmakologi.
e. Dosis Data ini menentukan tonisitas larutan dan cara pemberian.
f. Rute pemberian
Rute pemberian yang akan digunakan akan berpengaruh pada formulasi, dalam
hal: Volume maksimal sediaan yang dapat diberikan pada rute tersebut (Lihat
datanya padabagian rute pemberian).
Pemilihan pelarut disesuaikan dengan rute pemberian
Isotonisitas dari sediaan juga dipengaruhi oleh rute pemberian. Pada larutan
intravena isotonisitas menjadi kurang penting selama pemberian dilakukan
dengan perlahan untuk memberikan waktu pengenceran dan ’adjust’ oleh darah.
Injeksi intraspinal mutlak harus isotonis.
2. Bahan tambahan.
a. Antioksidan : Garam-garam sulfur dioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan
sulfit adalah yang paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu
digunakan : Asam askorbat, Sistein, Monotiogliseril, Tokoferol.
b. Bahan antimikroba atau pengawet : Benzalkonium klorida, Benzil
alcohol, Klorobutanol, Metakreosol, Timerosol, Butil p-hidroksibenzoat, Metil
p-hidroksibenzoat, Propil p-hidroksibenzoat, Fenol.
c. Buffer : Asetat, Sitrat, Fosfat.
d. Bahan pengkhelat : Garam etilen diamin tetra asetat (EDTA).
e. Gas inert : Nitrogen dan Argon.
f. Bahan penambah kelarutan (Kosolven) : Etil alcohol, Gliserin, Polietilen glikol,
Propilen glikol, Lecithin
g. Surfaktan : Polioksietilen dan Sorbitan monooleat.
h. Bahan pengisotonis : Dekstrosa dan NaCl
i. Bahan pelindung : Dekstrosa, Laktosa, Maltosa dan Albumin serum manusia.
j. Bahan penyerbuk : Laktosa, Manitol, Sorbitol, Gliserin.
7
3. Bahan Pembawa
Bahan pembawa injeksi dapat berupa air maupun non air. Sebagian besar produk
parenteral menggunakan pembawa air. Hal tersebut dikarenakan kompatibilitas air
dengan jaringan tubuh, dapat digunakan untuk berbagai rute pemberian, air mempunyai
konstanta dielektrik tinggi sehingga lebih mudah untuk melarutkan elektrolit
yang terionisasi dan ikatan hydrogen yang terjadi akan memfasilitasi pelarutan dari
alkohol, aldehid, keton, dan amin.
Syarat air untuk injeksi menurut USP :
Harus dibuat segar dan bebas pirogen
Tidak mengndung lebih dari 10 ppm dari total zat padat.
pH antara 5-7
Tidak mengandung ion-ion klorida, sulfat, kalsium dan amonium,
karbondioksida, dan kandungan logam berat serta material organik (tanin,
lignin), partikel berada pada batasyang diperbolehkan.
a) Air Pro Injeksi
Aqua bidest dengan pH tertentu, tidak mengandung logam berat (timbal,
Besi, Tembaga),juga tidak boleh mengandung ion Ca, Cl, NO3, SO4,
amonium, NO2, CO3. Harus steril dan penggunaan diatas 10 ml harus bebas
pirogen. Aqua steril Pro Injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilisasi
dan dikemas dengan cara yang sesuai, tidak mengandung bahan antimikroba
atau bahan tambahan lainnya. Cara pembuatan : didihkan air selama 30
menit dihitung dari setelah air mendidih di atas api lalu didinginkan. Cara :
Aqua p.i + karbon aktif 0,1% dari volume, dipanaskan 60-70oC selama 15
menit. Tidak boleh menggunakan Aqua DM karena ada zat-zat organik yang
tidak bermuatan dapat lolos, ditanggulangi dengan filtrasi karbon adsorben
dan filtrasi bakteri.
Air Pro Injeksi Bebas CO2
CO2 mampu menguraikan garam natrium dari senyawa organic seperti
barbiturate dan sulfonamide kembali membentuk asam lemahnya yang
mengendap. Cara pembuatan : Mendidihkan air p.i selama 20-30 menit lalu
dialiri gas nitrogen sambil didinginkan. (Rep. Tek Fa. Steril hal 4)
Air Pro Injeksi bebas O2
Dibuat dengan mendidihkan air p.i selama 20-30 menit dan pada saat
8
pendinginannya dialiri gas nitrogen. Dipakai untuk melarutkan zat aktif
yang mudah teroksidasi, seperti apomorfin, klorfeniramin, klorpromazin,
ergometrin, ergotamine, etilergotamin, proklorperazin, promazin,
promesatin HCl, sulfamidin, turbokurarin.
b) Pembawa Non Air
Pembawa non air digunakan jika:
Zat aktif tidak larut dalam air
Zat aktif terurai dalam air
Diinginkan kerja depo dalam sediaan Syarat umum pembawa non
air .
Tidak toksik, tidak mengiritasi dan menyebabkan sensitisasi
Dapat tersatukan dengan zat aktif
Inert secara farmakologi
Stabil dalam kondisi di mana sediaan tersebut biasa digunakan
Viskositasnya harus sedemikian rupa sehingga dapat disuntikan
dengan muda
Harus tetap cair pada rentang suhu yang cukup lebar
Mempunyai titik didih yang tinggi sehingga dapat dilakukan
sterilisasi dengan panas
Dapat bercampur dengan air atau cairan tubuh
9
dari masalah stabilitas sediaan, bahan partikulat, dan sumber pirogen. (Diktat Steril, hal 82).
Ada dua tipe utama wadah untuk injeksi yaitu dosis tunggal dan dosis ganda. Wadah dosis
tunggal yang paling sering digunakan adalah ampul dimana kisaran ukurannya dari 1-100 ml.
pada kasus tertentu, wadah dosis ganda dan sebagainya berupa vial serum atau botol serum.
Kapasitas vial serum 1-50 ml, bentuknya mirip ampul tetapi disegel dengan pemanasan.
Ditutup dengan penutup karet spiral. Botol serum juga dapat sebagai botol tipe army dengan
kisaran ukuran dari 75-100 ml dan memiliki mulut yang lebar dimana ditutup dengan penutup
karet spiral. Labu atau tutup yang lebih besar mengandung 250-2000 ml, digunakan untuk
cairan parenteral yang besar seperti NaCl isotonis.
II.9 Evaluasi
Dilakukan setelah sediaan disterilkan dan sebelum wadah dipasang etiket dan dikemas.
Evaluasi Fisika
- Penetapan pH . (FI ed. IV, hal 1039-1040)
- Bahan Partikulat dalam Injeksi <751> ( FI> ed IV, hal. 981-984).
10
- Penetapan Volume Injeksi Dlam Wadah <1131> (FI ed. IV Hal 1044).
- Uji Keseragaman Bobot dan Keseragaman Volume (FI ed III hal. 19)
- Uji Kejernihan Larutan (FI ED. IV, hal 998)
- Uji Kebocoran (Goeswin Agus, Larutan Parenteral)
Evaluasi Biologi
- Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba <61> (FI ed IV, HAL 854-855)
- Uji Sterilitas <71> (FI ed. IV, HAL 855-863)
- Uji Endotoksin Bakteri <201> (FI ed. IV, HAL 905-907)
- Uji Pirogen <231> (FI ed. IV, HAL. 908-909)
- Uji Kandungan Zat Antimikroba <441> (FI ed. IV, HAL. 939-942)
Evaluasi Kimia
- Uji Identifikasi (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)
- Penetapan Kadar (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)
II.10 Penandaan
Pada etiket tertera nama sediaan, untuk sediaan cair tertera persentase atau jumlah zat
aktif dalam volume tertentu, cara pemberian, kondisi penyimpanan dan tanggal kadaluarsa,
nama pabrik pembuat dan atau pengimpor serta nomor lot atau bets yang menunjukkan
identitas. Nomor lot dan nomor bets dapat memberikan informasi tentang riwayat pembuatan
lengkap meliputi seluruh proses pengolahan, sterilisasi, pengisian, pengemasan, dan
penandaan.
Bila dalam monografi tertera berbagai kadar zat aktif dalam sediaan parenteral volume
besar, maka kadar masing-masing komponen disebut dengan nama umum misalnya injeksi
Dekstrosa 5% atau Injeksi Dekstrosa (5%).
Bila formula lengkap tidak tertera dalam masing-masing monografi, Penandaan
mencakup informasi berikut :
1. Untuk sediaan cair, persentase isi atau jumlah tiap komponen dalam volume tertentu,
kecuali bahan yang ditambahkan untuk penyesuaian pH atau untuk membuat larutan
isotonik, dapat dinyatakan nama dan efek bahan tersebut.
11
2. Sediaan kering atau sediaan yang memerlukan pengenceran sebelum digunakan, jumlah
tiap komponen, komposisi pengencer yang dianjurkan, jumlah yang diperlukan untuk
mendapat konsentrasi tertentu zat aktif dan volume akhir larutan yang diperoleh, uraian
singkat pemerian larutan terkonstitusi, cara penyimpanan dan tanggal kadualarsa.
Pemberian etiket pada wadah sedemikian rupa sehingga sebagian wadah tidak tertutup oleh
etiket, untuk mempermudah pemeriksaan isi secara visual.
12
j) Faktor-faktor farmasetik yang berpengaruh pada penggunaan parenteral
13
II.15 Thiamin HCl
Thiamin atau vitamin B1 merupakan gabungan dari senyawa dengan cincin utama
pirimidinnya dan senyawa dengan cincin utama tiasol. Karena peranannya sebagai koenzim
dalam metabolisme perantara dari asam alfa- keto dan karbohidrat, maka thiamin terdapat pada
hampir semua tanaman dan hewan. Sayuran dan buah-buahan mengandung sedikit vitamin B1.
Vitamin B1 terdapat dalam jumlah yang tinggi pada biji-bijian, terutama dalam bagian
kecambah dan bekatul padi. (Deman, J., 1997).
Vitamin B1 (thiamin) adalah salah satu dari macam vitamin yang mempunyai tingkat
kestabilan yang kurang. Berbagai operasi pengolahan makanan dapat sangat mereduksi
kandungan vitamin B1 dalam bahan pangan. Panas, oksigen, blerang dioksida, dan pH netral
atau basa dapat mengakibatkan perusakan vitamin B1 ini sedangkan cahaya tidak mengurangi
vitamin ini. Thiamin merupakan vitamin larut air yang stabil pada kondisi asam dan tidak stabil
dalam kondisi netral atau basa. pH optimumnya adalah pada 2-3. (Deman, J., 1997).
Vitamin B1 berfungsi untuk pengobatan defisiensi vitamin B1 pada kondisi : beri-beri,
wernicke’s encephalophyta syndrome, peripheral neuritis yang disertai dengan kehamilan
pecandu alcohol dengan komplikasi pada saraf sensor, penderita kelainan metabolik. (PIO,
2009)
- Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih; bau khas lemah. Jika bentuk anhidrat
terpapar udara dengan cepat menyerap air lebih kurang 4%. Melebur pada suhu lebih
kurang 248° disertai peruraian.
- Kelarutan : Mudah larut dalam air; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol; tidak
larut dalam eter dan dalam benzen.
- pH : 2,7 dan 3,4
- OTT : Talium dan Tembaga
- Stabilitas : terlindung dari cahaya dan simpan pada temperatur kurang dari 40°C.
- Cara sterilisasi : Filtrasi
- Indikasi : Antineuritikum
- Dosis lazim : 10mg-100mg
- Sediaan lazim dan kadar : Tiamin HCl tersedia dalam bentuk larutan steril 100-200 mg
- Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
14
II.16 Praformulasi Sediaan
a. Karakteristik Sediaan Jadi yang Diinginkan
SPESIFIKASI SYARAT
SYARAT
NO PARAMETER SATUAN SEDIAAN YANG LAIN
FARMAKOPE
AKAN DIBUAT (BILA ADA)
1. Sterilitas Steril Steril
2. Pirogen Bebas Pirogen Bebas Pirogen
3. Partikulat Bebas Partikulat Bebas Partikulat
4. Homogenitas Homogen Homogen
5. Stabilitas Stabil Mudah teroksidasi
oleh cahaya, Tidak
stabil pada suhu
tinggi
6. Kadar Bahan 100mg/ml
Aktif
7. pH 2,5 – 4,5
8. Bau Tidak berbau Tidak berbau
9. Warna Jernih tidak berwarna Tidak berwarna
10. Wadah Ampul dikemas dalam
ampul coklat,
tertutup rapat dan
kedap udara.
15
tidak
diperlukan
pengawet
- Sterilisasi
akhir dengan
autoklaf
pada suhu
121oC
selama 15’,
karena
bahan aktif
dan bahan
tambahan
lain yang
digunakan
tahan
pemanasan,
serta lebih
terjamin
sterilitasnya
dibanding
dengan
teknik
aseptik.
2. Injeksi Thiamin Arang Aktif Filtrasi Uji Pirogenitas Uji Pirogenitas
HCL harus Dilakukan
Bebas Patogen filtrasi
sebanyak 2 kali
dengan kertas
saring agar
bebas patogen
3. Bentuk Sediaan - Larutan Pencampuran Homogenitas Larutan, karena
Bentuk sediaan - Suspensi Thiamin HCL
16
apa yang sesuai - Emulsi mudah larut
untuk dibuat dalam air.
sediaan steril
injeksi Thiamin
HCL ?
4. Jenis Sediaan - Injeksi Volume Injeksi Volume
Steril Besar Kecil,
Sediaan Steril - Injeksi Volume Karena dosis
jenis apa yang Kecil pemakaian
dapat dibuat Thiamin HCL
untuk Thiamin relatif kecil dan
HCL ? untuk satu kali
pemakaian.
5. Bahan -Aqua Pro Injection Aqua Pro
Pembawa (API) Injection (API),
Bahan -API Bebas O2 Karena dapat
pembawa apa -API Bebas CO2 melarutkan
yang sesuai -Gliserol bahan aktif
dalam -Isopropil dengan
pembuatan sempurna, dan
injeksi larutan merupakan zat
Thiamin HCL pembawa yang
baik serta
memang
ditujukan untuk
pembuatan
larutan steril.
6. Tonisitas Dengan penambahan Ditambahkan
Larutan zat pengisotonis : NaCl 0,9%,
Thiamin HCL -NaCl 0,9% Karena tidak
bersifat OTT dengan
-Asam Borat
hipotonis, bahan aktif dan
sedangkan bahan
17
diinginkan tambahan lain.
larutan yang Selain itu NaCl
isotonis, juga
bagaimana cara merupakan
agar diperoleh garam yang
larutan yang penting dan
isotonis? banyak
Thiamin HCl terdapat dalam
dalam sediaan tubuh untuk
stabil pada pH mempertahank
2,7-3,3 an tekanan
osmotik dalam
darah.
7. Pendaparan Dengan Penambahan Tujuan
Bagaimana Dapar penggunaan
agar dapat - Dapar Fosfat dapar yaitu
diperoleh Ph - Dapar Asetat untuk
larutan yang meningkatkan
sesuai dan stabilitas obat
stabil dalam karena injeksi
penyimpana Thiamin HCL
n? stabil pada pH
kurang lebih 3
sehingga tidak
memakai
dapar.
8. Thiamin HCl Wadah Pengemasan Dikemas dalam
tidak stabil wadah coklat
terhadap (ampul coklat)
cahaya,
terdegradasi
dengan berubah
warna
18
9. Thiamin HCl Wadah Disimpan
tidak stabil dalam wadah
terhadap udara tertutup, kedap
(teroksidasi) udara dan
pembuatannya
dialiri gas
iner(N2O2)
atau ditambah
chelating agent
seperti EDTA,
senyawa sitrat
19
c. Formulasi
KONSENTRASI
NAMA
NO FUNGSI LAZIM/LITERATUR FORMULA
BAHAN
(%) (%)
1. Thiamine HCl Sebagai 1% 1%
Antineuretikum Menurut Formularium
Indonesia edisi 1966
Hal. 122
2. Natrium Sebagai 0,65 0,9%
Chlorida Pengisotonis Menurut Formularium
Indonesia edisi 1966
Hal. 122
3. Aqua Pro Sebagai Pelarut Ad 100 ml Ad 10 ml
Injection atau Pembawa Menurut Formularium
Indonesia edisi 1966
Hal. 122
20
8. Dosis lazim 10mg-100mg
9. Cara pemakaian Oral dan injeksi
10. Sediaan lazim dan Tiamin HCl tersedia dalam bentuk larutan steril 100-200 mg
kadar
11. Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
penyimpanan
2. Bahan Tambahan
Natrium Klorida
NO PARAMETER DATA
1. Pemerian Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih;
rasa asin.
2. Kelarutan Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air
mendidih; larut dalam gliserin sukar larut dalam etanol.
3. Ph 6,7-7,3
4. OTT logam Ag, Hg, Fe
5. Stabilitas Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan
pengguratan partikel dari tipe gelas
6. Cara sterilisasi Autoklaf atau filtrasi
7. Indikasi Pengganti Na+ dan Cl- dalam tubuh
8. Dosis lazim 0,9%
9. Sediaan lazim Sediaan steril
10. Wadah dan Dalam wadah tertutup baik.
penyimpanan
21
logam alkali
5. Stabilitas -
6. Cara sterilisasi Dengan pemanasan dan penyaringan
7. Indikasi Sebagai pembawa untuk sediaan injeksi
8. Sediaan lazim Sebagai pembawa dan pelarut sediaan steril
9. Wadah dan Dalam wadah dosis tunggal dari kaca atau plastic, tidak lebih
penyimpanan besar dari 1 liter. Wadah kaca sebaiknya dari kaca tipe I atau tipe
II
22
BAB III
METODOLOGI
III.1 Alat
III.2 Bahan
1. Thiamin HCl
2. NaCl
3. Aqua Pro Injeksi
23
III.3 Rancangan Metode dan Formulasi
PENIMBANGAN
KONSENTRASI
BAHAN
NAMA
NO FUNGSI LAZIM/LITER FORMULA UNIT BATCH
BAHAN
ATUR (%) (%) (ml) (ml)
3 Botol
1. Thiamine HCl Sebagai 1% 1% 100 mg / 1/100 x 10
Antineuretikum Menurut 10 = 10 ml
Formularium mg = 0,1 g =
Indonesia edisi 100 mg
1966 Hal. 122
Perhitungan
= 13,723
24
III.4 Pengawasan Mutu
a. In Process Control
NO PARAMETER YANG SATUAN CARA PEMERIKSAAN
DIUJI
MIKROBIOLOGI
Sterilisasi
25
III.5 Prosedur
Prosedur Tetap Pembuatan Hal.... Dari...... Hal....
Tetes Mata Kloramfenikol
Disusun Oleh : No. / /
I. PERSIAPAN
1. Persiapkan alat dan bahan
2. Sterilisasi alat dan bahan
3. Pembuatan aqua pro injeksi
26
III.6 Instruksi Kerja
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Hal…… Dari……
- Yosilina Yatipai 17330051 Tanggal: Tanggal: Hal……
- M. Haafizh M. 18330004
- Amadhea R. K. 18330012 No: / /
- Febi Sukma W. 18330013
- Uci Hernanda 18330016
- Deffa Azzahra P. 18330018
I. STERILISASI ALAT
Tujuan: Agar alat yang digunakan terjamin
sterilitasnya
Prosedur:
1. Kaca arloji, beaker glass, semdok porselen atau
logam, tara dan wadah, ampul, pengaduk kaca,
pinset, Erlenmeyer, dan anak timbangan di
sterilisasi dengan oven pada suhu 180℃, selama
30 menit
2. Gelas ukur 10 ml, gelas ukur 25 ml, pipet tetes
pendek, pipet tetes panjang, corong, spuit injeksi dan
kantong alat disterilisasi dengan autoclav selama30
menit
27
II. PEMBUATAN AQUA PRO INJEKSI
Tujuan: Untuk pembawa sediaan injeksi
III. PENIMBANGAN
Tujuan: Memperoleh bahan baku sesuai dengan
jumlah yang diinginkan
Prosedur:
1. Timbang Thiamin HCl sebanyak 1 g diatas kaca
arloji yang sudah ditara. Maukan kedalam
beaker glass 50 ml
2. Timbang NaCl sebanyak 0,123 g diatas kaca
arloji yang sudah ditara. Maukan kedalam
beaker glass 50 ml
28
Alat: Beaker Glass, gelas ukur, dan batang pengaduk
Prosedur:
1. Ukur pelarut aqua pro injeksi sebanyak 5 ml
dengan gelas ukur 10 ml
2. Masukan aqua pro injeksi ke dalam beaker glass
yang berisi Thiamin HCl, aduk dengan batang
pengaduk sampai larut. Kelarutan 1:1 dalam air.
(Martindale edisi 28 P.1976). Sisihkan massa 1.
3. Ukur pelarut aqua pro injeksi sebanyak 5 ml
dengan gelas ukur 10 ml
4. Masukan aqua pro injeksi ke dalam beaker glass
yang berisi NaCl, aduk dengan batang pengaduk
sampai larut. Kelarutan 1:3 dalam air.
(Martindale edisi 28 P.635). Sisihkan massa 2.
5. Campurkan massa 1 dan massa 2, aduk dengan
batang pengaduk sampai homogeny. Lalu
tambahkan aqua pro injeksi 5 ml.
V. PENGUKURAN pH
Tujuan: Untuk mengetahui pH sediaan
Prosedur:
Cek pH dengan Indicator pH universal empat warna
(ambil sedikit larutan dibatang pengaduk kemudian
oleskan padaindikator).
VI. PENYARINGAN I
Tujuan: Untuk menyaring partikel-partikel yang ada
dalam larutan injeksi dan memastikan larutan injeksi
lebih steril.
29
Bahan: Larutan Injeksi Thiamini HCl
Prosedur:
1. Siapkan corong diatas Erlenmeyer dan letakan
kertas saring di atas corong.
2. Basahkan kertas saring terlebih dahulu dengan
aqua pro injeksi agar larutan injeksi Thiamin
HCl tidak terserap di kertas saring.
3. Pindahkan corong dan kertas saring yang sudah
dibasahi dengan aqua pro injeksi ke Erlenmeyer
steril yang baru, lalu tuangkan larutan injeksi
Thiamin HCl.
4. Pindahkan larutan injeksi Thiamin HCl yang
sudah disaring ke gelas ukur, catat volume
larutan.
5. Tambahkan aqua pro injeksi sampai 19 ml.
VII. PENYARINGAN II
Tujuan: Untuk menyaring partikel-partikel yang ada
dalam larutan injeksi dan memastikan larutan injeksi
benar-benar steril.
Prosedur:
1. Siapkan corong diatas Erlenmeyer dan letakan
kertas saring di atas corong.
2. Basahkan kertas saring terlebih dahulu dengan
aqua pro injeksi agar larutan injeksi Thiamin
HCl tidak terserap di kertas saring.
30
3. Pindahkan corong dan kertas saring yang sudah
dibasahi dengan aqua pro injeksi ke Erlenmeyer
steril yang baru, lalu tuangkan larutan injeksi
Thiamin HCl.
Prosedur:
1. Siapkan buret 50 ml yang sebelumnya telah di
sterilkan
2. Masukkan larutan kedalam buret steril (jarum
buret di seka kapas yang telah dibasahi dengan
alcohol 70% dengan bantuan pinset steril)
3. Masukkan larutan dari buret kedalam ampul
dengan penambahan 0,1 ml
4. Aliri dengan uap air dan disemprot dengan gas
N2
5. Tutup ampul dengan cara dipanaskan
IX. PENGEMASAN
Tujuan: Untuk memberi penjelasan mendetail
tentang produk larutan injeksi Thiamine HCl
Prosedur:
31
Setelah ampul dingin, beri etiket pada sediaan,
masukkan ke dalam kemasan disertai dengan brosur.
32
BAB IV
I. UJI ORGANOLEPTIS
Alat : panca indera
Prosedur : ambil sampel secukupnya lakukan pengamatan
Parameter Syarat Hasil pengamatan
Bau Tidak berbau Tidak berbau
Warna Jernih Jernih
33
III. UJI KEBOCORAN DAN STERILISASI
Parameter : berdasarkan pengontrolan suhu dan waktunya
Cara :
a. Letakkan ampul dalam posisi terbalik pada beaker glass yang
telahdialasi kasa steril, lalu tutup mulut beaker glass dengan
kertas perkamen2 rangkap dan diikat dengan tali
b. Sterilisasi autoclave 1150C selama 30 menit
Hasil Uji : 10 ampul yang dibuat tidak mengalami kebocoran
V. PENENTUAN pH
- Pemeriksaan pH dengan menggunakan indikator yang
dicelupkan ke dalam larutan obat
- Bandingkan dengan pH yang diinginkan
Hasil:
Sampel pH
Injeksi Thiamin HCl 4
IV.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, membuat injeksi Thiamin HCl (vitamin B1) dengan pembawa
air. Kelarutan Thiamin HCl adalah mudah larut dalam air, sehingga dapat dibuat sediaan cair
yang larut dalam air. Bahan pembawa air yang digunakan adalah aqua pro injeksi yaitu air yang
disterilisasi dengan menyuling kembali air suling segar dengan memakai alat Kaca netral atau
wadah logam yang cocok yang diperlengkapi dengan labu percik. Hasil sulingan pertama
dibuang, sulingan selanjutnya ditampung dalam wadah yang cocok dan segera digunakan.
Tujuan suatu sediaandibuat steril karena berhubungan langsung dengan darah atau
cairan tubuh dan jaringan tubuh lain sehingga menghindari adanya infeksi. Pada sediaan
parental volume kecil atau injeksi, larutan sebaiknya isotonis. Jika larutan sediaan yang dibuat
sedikit hipertonis maka larutan sediaan tersebut masih diperbolehkan, akan tetapi jika suatu
sediaan hipotonis maka sediaan tersebut tidak diperbolehkan karena akan menyebabkan
pecahnya pembuluh darah bahkan dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan perhitungan untuk mengetahui sediaan isotonis, hipotonis atau hipertonis,
34
untuk formulasi kami tonisitasnya sebesar 5,277 ml dari total sediaan 19 ml. Perhitungan
tonisitas sediaan kami berada dalam rentang hipotonis sehingga memerlukan penambahan
NaCl 0,9% agar isotonis dengan darah.
Pembuatan sediaan injeksi Thiamin HCl dilakukan dengan metode aseptic yakni
menggunakan teknik yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya cemaran kuman hingga
seminimal mungkin. Teknik aseptik dimaksudkan digunakan untuk pembuatan sediaan injeksi
yang tidak dapat dilakukan proses sterilisasi akhir, karena ketidakstabilan bahan. Dimana
berdasarkan literatur resmi thiamin HCl tidak tahan pemanasan dan akan terurai, sehingga
dengan pertimbangan tersebut dilakukan dengan metode aseptis.
Dalam pembuatan injeksi ini terlebih dahulu alat-alat yang akan digunakan disterilkan.
Dalam pembuatan injeksi ini, pH harus diperhatikan agar tetap dalam rentang kestabilan bahan.
Injeksi tidak boleh mengandung partikulat sehingga sebelum dimasukkan ke dalam wadah
ampul, sediaan harus terlebih dahulu disaring.
Hasil dari praktikum yang kami lakukan sudah memenuhi syarat untuk produksi, karena
hasil sediaan yang ada sudah memenuhi seluruh persyaratan evaluasi sediaan steril seperti: uji
sterilitas, uji pH, uji penyesuaian tonisitas, uji kebocoran dan uji kejernihan. Vit B1 sangat peka
terhadap cahaya, sehingga dapat digunakan ampul berwarna coklat atau dapat juga digunakan
ampul berwarna putih lalu diberi kemasan sekunder. Spesifikasi yang didapat, dari sediaan
kami, antara lain : pH 4, warna jernih, sediaan cair, tidak berbau.
35
BAB V
V.1 Kesimpulan
Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan, mematikan atau menghancurkan
semua bentuk mikroorganisme hidup baik patogen maupun tidak, baik dalam bentuk
vegetatif maupun tidak vegetatif (spora) dari suatu objek atau bahan.
Pada praktikum kali ini pembuatan sediaan injeksi dilakukan dengan cara aseptis karena
Vitamin B1 (Thiamin HCl) tidak tahan terhadap proses pemanasan dan akan terurai
oleh pemanasan tersebut.
Sediaan dibuat sebanyak 1 ml sebanyak 10 ampul dan ditoleransi 0,9 ml untuk masing-
masing ampul untuk menjaga agar dosis mencukupi dari yang diharapkan ketika
diambil dari ampul dan akan digunakan.
Vitamin B1 (Thiamin HCl) mempunyai rentang pH 2.7 – 3.4 dan rentang pH larutan
injeksi 2.5 – 4.5. pada praktikum ini didapatkan pH 4 sehingga sesuai dengan pH
kestabilan sediaan.
Dari hasil uji kejernihan menunjukkan bahwa larutan jernih dan homogen.
V.2 Saran
Sebelum membuat sediaan injeksi sebaiknya diperhatikan sifat dari bahan aktif, apakah
bisa dilakukan sterilisasi akhir atau tidak.
Selama proses pembuatan injeksi, pastikan semua steril agar tidak ada kotoran dihasil
akhir injeksi.
Selalu perhatikan pH dan tonisitas sediaan steril.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
L
A
M
P
I
R
A
N
38
THIMIN
THIMIN
Reg. No. DKL 2246567B1
Injeksi Thiamin HCL
No. Batch : 26122020 Larutan injeksi steril IV, IM atau SC
THIMIN
KOMPOSISI INDIKASI
Tiap ml Injeksi Thimin Mengatasi defisiensi vitamin B1,
mengandung : sindrom Wernicke-Korsakoff, dan
Thiamin Hidrochloridum 1% neuropati optik
39
THIMIN
Injeksi Thiamin HCl
KOMPOSISI
Tiap 1 ml Injeksi Thiamin HCl mengandung :
Thiamin HCl 1%
INDIKASI
Mengatasi defisiensi vitamin B1, sindrom Wernicke-Korsakoff, dan neuropati optik
DOSIS
Dosis terapi : 10-100 mg/hari
Dosis profilaksis 2-5 mg/hari
KONTRAINDIKASI
Tidak boleh diberikan pada penderita hipersensitivitas atau alergi terhadap Thiamin, pada
ibu hamil dan ibu menyusui
EFEK SAMPING
Reaksi alergi seperti : pruritus, urtikaria, berkeringat, mual, gelisah, edema angioneurotic,
sianosis, edema paru dan perdarahan pada saluran pencernaan juga bisa terjadi
CARA PEMAKAIAN
Intravena, Intramuscular dan Subcutan
PENYIMPANAN
Simpan di tempat tertutup rapat pada suhu ruangan, dan terlindung dari cahaya matahari
langsung.
40