Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAAN STERIL

PERCOBAAN 4
INJEKSI VOLUME KECIL

Disusun oleh kelompok 3

Kelas 2A

Program Studi D III Farmasi

STIKes Muhammadiyah Ciamis


Jl. K.H Ahmad Dahlan No. 20 Ciamis, Jawa Barat Tlp. 0265-77305

2020

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu merancang preformulasi dan formulasi injeksi volume kecil
2. Mampu menghitung tonisitas injeksi volume kecil
3. Dapat membuat dan melakukan evaluasi mutu injeksi volume kecil

II. DASAR TEORI

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi dan serbuk
yang harus di larutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan
secara parenteral, suntikan dengan cara menembus, atau merobek ke dalam
atau melalui kulit atau selaput lendir.
Menurut FI edisi IV , injeksi adalah injeksi yang dikemas dalam wadah
100 ml atau kurang, umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa
diberikan secara intravena .
Sediaan steril untuk kegunaan parenteral digolongkan menjadi 5 jenis yaitu :
1. Obat larutan , atau emulsi yang digunakan untuk injeksi ditandai dengan
nama injeksi contohnya injeksi insulin. Dalam FI ed. III disebut berupa
larutan misalnya Inj. Vitamin C pelarutnya aqua pro injection, Inj.
Luminal pelarutnya sol petit atau propilenglikol dan air.
2. Sediaan padat kering atau cairan pekat yang tidak mengandung dapar ,
pengencer , atau bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah
penambahan pelarut yang memenuhi syarat injeksi . contohnya ampicilin
sodium steril.
3. Sediaan seperti tertera pada no 2 , tetapi mengandung 1 atau lebih dapar ,
pengencer atau bahan tambahan lainnya yang dapat dibedakan dari nama
bentuk contohnya methicillin sodium untuk injeksi .
4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak
disuntikan secara intravena atau dalam saluran spinal dan dibedakan dari
nama bentuknya yaitu suspensi steril . contohnya cortison suspensi steril .
5. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk
larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan pembawanya yang sesuai . contohnya ampicilin steril untuk
suspensi ( lukas , 2006 : 37 )
Sediaan injeksi parenteral dapat berupa : larutan dalam air / minyak /
sistem pelarut campur , larutan terkonsentrasi . suspensi dalam air / minyak ,
emulsi , serbuk untuk injeksi dan implant .
Untuk pembuatan sediaan injeksi dalam bentuk suspensi dan emulsi
ukuran partikel untuk suspensi / globul untuk emulsi dalam ukuran
mikrometer , dimana teknologi tersebut kurang dapat di aplikasikan dalam
praktikum skala laboratorium ( karena memerlukan optimasi dan teknologi
nano ).
Obat dibuat steril karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan
tubuh dan jaringan tubuh lain yang pertahananya terhadap zat asing tidak
selengkap pada saluran cerna atau gastrointestinal , misalnya hati yang dapat
berfungsi menetralisir atau menawarkan racun, diharapkan dengan kondisi
steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder .
Syarat air untuk injeksi menurut USP :
a. Harus dibuat segar dan bebas pirogen.
b. Tidak mengndung lebih dari 10 ppm dari total zat padat.
c. pH antara 5-7
d. Tidak mengandung ion-ion klorida, sulfat, kalsium dan amonium,
karbondioksida, dan kandungan logam berat serta material organik (tanin,
lignin), partikel berada pada batas yang diperbolehkan.
Keuntungan injeksi :
a. Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila diperlukan, yang
menjadi pertimbangan utama dalam kondisi klinik seperti gagal jantung,
asma, shok.
b. Obat-obat untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak sadar harus
diberikan secara injeksi.
c. Beberapa obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak aktif
ketika diberikan secara oral, dan harus diberikan secara parenteral.
Kerugian Injeksi :
1. Pada umumnya pasien tidak dapat menggunakan sendiri tetapi
olehtenagaterdidik dan terlatih.
2. Memerlukan peralatan khusus.
3. Menimbulkan rasa sakit.
4. Relatif lebih mahal.
5. Pada umumnya tidak disukai pasien.
Bentuk Sediaan Injeksi :
a. Larutan air
b. Suspensi air
c. Emulsi
d. Larutan Koloidal
e. Larutan Terkonsentrasi
f. Larutan Kering
g. Larutan minyak
h. Injeksi Minyak
i. Serbuk untuk injeksi
j. Implant

Formulasi

R/ Furosemid 1%
NaOH 0,12%
NaCl 0,5632%
Aqua steril ad 100 ml

Monografi Zat/Bahan
a. Furosemid
Rumus molekul : C12H11CIN2O5S
Titik lebur : 120ºC
Pemerian : Serbuk hablur,putih sampai hampir
kuning,tidak berbau.
Kelarutan : Mudah larut dalam larutan alkali hidroksida,
agak mudah larut dalam 75 bagian etanol 95%,
larut dalam larutan alkali hidroksida.
Stabilitas : Panas ( titik leleh 203-210 C ), hidrolisis
( terhidrolisis pada larutan asam pH < 2 ), pH (
stabil pada pH 8,0-9,3 ).

b. Natrium Hidroksida / NaOH

Pemerian : Putih atau putih praktis, masa melebur,


berbentuk pelet, batang, keras, rapuh, bila
dibiarkan di udara cepat meresap CO2 dan
lembab.
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol
Stabilitas : Panas ( melebur pada suhu 318 C ) stabil pada
cahaya.
c. Natrium Klorida / Nacl

Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau


serbuk hablur, hablur putih rasa asin.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sedikit larut dalam air
mendidih, larut dalam gliserin, sukar larut
dalam etanol .
Stabilitas : Panas ( melebur pada suhu 804ºC ) stabil
terhadap cahaya.

Perhitungan Tonisitas
Ekivalensi Massa Tonisitas
Zat Jumlah
(E) (g) (g × E)
17 × Liso
E=
BM
Furosemid
Na (Uni –
1% 17 ×3,4 1 0,1634
univalen → E=
353,74
Liso = 3,4 )
E = 0,1634
17 × Liso
E=
BM
NaOH (Uni –
univalen → 0,12% 17 ×3,4 0,12 0,1734
E=
Liso = 3,4 ) 40

E = 1,445
Total 0,3368

Untuk 100 ml sediaan


Jumlah NaCl yang ditambahkan dalam 100 ml sediaa agar isotonis
= 0,9 – 0,3368 = 0,5632 g ( setara dengan 0,5632% NaCl)

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1 Pinset
2 Spatel logam
3 Batang pengaduk
4 Kaca arloji
5 Labu erlenmeyer
6 Pipet tetes
7 Karet penutup pipet tetes
8 Gelas ukur 10 ml, 25 ml, 50 ml
9 Corong
10 Kertas perkamen
11 Gelas kimia 50 ml, 100 ml
12 Membran filter 0,45 µm
13 Buret
14 Alumunium foil
15 Kertas Ph
16. Ampul 5 ml

b. Bahan

1 Furosemid
2 NaOH
3 NaCl

Cara Sterilisasi
Alat
No Nama Alat Jumlah Cara Sterilisasi
1 Pinset Secukupnya atau Oven pada suhu 170°C
menyesuaikan selama 1 jam
2 Spatel logam Secukupnya atau Oven pada suhu 170°C
menyesuaikan selama 1 jam
3 Batang Secukupnya atau Oven pada suhu 170°C
pengaduk menyesuaikan selama 1 jam
4 Kaca arloji Secukupnya atau Oven pada suhu 170°C
menyesuaikan selama 1 jam
5 Labu erlenmeyer Secukupnya atau Mulut labu ditutup dengan
menyesuaikan alumunium foil, lalu
dimasukan ke dalam autoklaf
(121°C selama 20 menit)
6 Pipet tetes Secukupnya atau Oven pada suhu 170°C
menyesuaikan selama 1 jam
7 Karet penutup Secukupnya atau Direndam dalam etanol 70%
pipet tetes menyesuaikan selama 24 jam
8 Gelas ukur Secukupnya atau Mulut gelas ukur ditutup
10 ml menyesuaikan dengan kertas perkamen
25 ml kemudian diikat dengan
50 ml benang kasur lalu dilakukan
sterilisasi autoklaf 121°C
selama 20 menit
9 Corong Secukupnya atau Oven pada suhu 170°C
menyesuaikan selama 1 jam
10 Kertas perkamen Secukupnya atau Dimasukan dahulu ke dalam
menyesuaikan platik tahan panas kemudian
masukan ke dalam autoklaf
121°C selama 20 menit
11 Gelas kimia Secukupnya atau Permukaan gelas kimia
50 ml menyesuaikan ditutup dengan kertas
100 ml perkamen lalu diikat dengan
benang kasur lalu dilakukan
sterilisasi autoklaf 121°C
selama 20 menit
12 Membran filter Secukupnya atau Dimasukan dahulu ke dalam
0,45 µm menyesuaikan platik tahan panas kemudian
masukan ke dalam autoklaf
121°C selama 20 menit
13 Buret Secukupnya atau Direndam etanol 70% selama
menyesuaikan 24 jam
14 Alumunium foil Secukupnya atau Oven pada suhu 170°C
menyesuaikan selama 1 jam
15 Kertas pH Secukupnya atau Sinar UV
menyesuaikan
Wadah
No Nama Alat Jumlah Cara Sterilisasi
1 Ampul 5 ml Secukupnya atau Mulut ampul ditutup dengan
menyesuaikan alumunium foil kemudian di
oven pada suhu 170°C
selama 1 jam
IV. PROSEDUR

Sterilisasi
alat dan Siapkan Timbang
Siapkan alat Aqua pro semua
bahan yang
dan bahan injection bahan
akan
digunakan

Larutkan NaOH
di gelas kimia (B) Larutkan furosemid di Kalibrasi
menggunakan Aqua gelas kimia (A) gelas kimia
pro injection,campur ke menggunakan Aqua (A) 100ml
gelas kimia (A) secara pro injection
perlahan

Larutkan NaCl Tambahkan


di gelas kimia (C) lakukan aquadest steril
menggunakan Aqua pengecekan pH sampai batas
pro injection,campur ke kalibrasi
gelas kimia (A) secara
perlahan

Lakukan penyaringan
Lakukan sterilisasi menggunakan kertas
akhir saring

Uji Evaluasi
1. Uji Kejernihan dan Warna (Larutan Parenteral : 201-203)
Tujuan : Memastikan bahwa setiap larutan obat suntik
jernih dan bebas pengotor.
Prinsip : Wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu
persatu dengan menyinari wadah dari samping
dengan latar belakang hitam untuk menyelidiki
pengotor berwarna putih dan latar belakang putih
untuk menyelidiki pengotor berwarna.
Penafsiran hasil : Memenuhi syarat bila tidak ditemukan pengotor
dalam larutan.

2. Pemeriksaan pH (FI IV : 1039-1040)


Alat : pH meter
Tujuan : Mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan
yang telah ditentukan.
Prinsip : Pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter
yang telah dikalibrasi.
Penafsiran hasil : pH sebisa mungkin isohidris artinya pH larutan
injeksi sama dengan pH darah dan cairan tubuh lin
yaitu 7,4.

3. Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah (FI IV: 1044)


Tujuan : Menetapkan volume injeksi yang dimasukkan
dalam wadah agar volume injeksi yang digunakan
tepat/sesuai dengan yang tertera pada penandaan
(Kelebihan volume yang dianjurkan
dipersyaratkan dalam FI IV)
Prinsip : Penentuan volume dilakukan dengan cara
mengambil sampel dengan alat suntik hipodermik
dan memasukkannya ke dalam gelas ukur yang
sesuai.
Penafsiran hasil : Volume tidak kurang dari volume yang tertera
pada wadah bila diuji satu persatu.

4. Uji Kebocoran (Goeswin Agoes, Larutan Parenteral, 191)


Tujuan : Memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga
sterilitas dan volume serta kestabilan sediaan.
Prinsip : Untuk cairan bening tidak berwarna (a) wadah
takaran tunggal yang masih panas setelah selesai
disterilkan, dimasukkan ke dalam larutan metilen
biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor maka
larutan metilen biru akan masuk ke dalam karena
perubahan tekanan di luar dan di dalam wadah
tersebut sehingga larutan dalam wadah akan
berwarna biru.
Untuk cairan yang berwarna (b) lakukan dengan
posisi terbalik, wadah takaran tunggal
ditempatkan diatas kertas saring atau kapas. Jika
terjadi kebocoran, maka kertas saring atau kapas
akan basah.
Penafsiran hasil Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam
wadah tidak menjadi biru (prosedur a) dan kertas
saring atau kapas tidak basah (prosedur b).
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departeman Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.
Anonim,1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Arsan, sonia purnama. 2016. Injeksi Volume Kecil. [Online]. Tersedia :
https://prezi.com/iiolh4dudegf/injeksi-volume-kecil/
Florey, K. 1977. Analytical Profiles Of Drug Substances. Volume 6. New York:
Academic Press. P: 5, 13, 14, 17.
Galichet, L. Y. 2005. Clarke's Analysis of Drugs and Poisons. London:
Pharmaceutical Press.

Anda mungkin juga menyukai