Oleh:
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul “Formulasi Dan Evaluasi
Sediaan Infus Dengan Bahan Aktif Kcl 0,38%” Penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. Dr. Abdul Syakur, M.Pd, selaku ketua STIKES Rumah Sakit Anwar
Medika.
2. Ibu Yani Ambari, M. Farm., Apt, selaku ketua prodi S1 Farmasi STIKES
Rumah Sakit Anwar Medika.
3. Ibu Yani Ambari, M. Farm., Apt, selaku ketua Dosen Pengampu Mata
Kuliah Praktikum Farmasetika Sediaan Steril.
4. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
sehingga kunjungan dan laporan ini dapat terlaksana.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala
kritik serta saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan untuk
masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami formulasi sediaan steril volume besar
infus sebagai pengobatan defisiensi ion kalium dari bahan aktif KCl 0,38%.
2. Untuk mengetahui dan memahami stabilitas fisik sediaan steril volume
besar infus sebagai pengobatan defisiensi ion kalium dari bahan aktif KCl
0,38%.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.5 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh mikroorganisme sampai
ke sporasporanya, yang terdapat di dalam bahan makanan. Proses ini dilakukan
dengan cara memanaskan makanan sampai temperatur 121oC, selama watu 15
menit. Salah satu contoh alat untuk melakukan sterilisasi adalah Autoclave. Pada
alat Autoclave ini, bahan makanan dipanaskan sampai temperatur 121-134oC.
makanan diproses selama 15 menit, untuk temperatur 121oC, atau pada temperatur
134oC selama 3 menit. Setelah pemanasan ini, dilakukan pendinginan secara
perlahan untuk menghindari over-boiling ketika tekanan diberikan pada makanan.
(Hendrawati and Utomo, 2017)
Proses sterilisasi digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi mikrob
yang tidak diinginkan pada bahan pembawa. Teknik sterilisasi media yang
umumnya dapat meningkatan kelarutan Fe, Mn, Zn. Peningkatan logam-logam
berat dalam jumlah besar ini akan berpengaruh negatif terhadap pada viabilitas
mikrob dalam bahan pembawa. Sterilisasi bahan pembawa merupakan tahap yang
harus dilakukan sebelum penginokulasian. Pemilihan digunakan adalah sterilisasi
autoklaf dan radiasi sinar Gamma. Sterilisasi autoklaf mempunyai kelemahan
yaitu mampu meningkatkan kelarutan logam Mn pada bahan pembawa sterilisasi
tanah menggunakan autoklaf metode sterilisasi diperlukan agar bahan pembawa
tidak mengalami kerusakan yang dapat mempengaruhi viabilitas inokulan.
Metode sterilisasi bahan pembawa yang umum digunakan adalah metode fisik
yaitu meliputi pemanasan, pengeringan dan radiasi. Metode sterilisasi pemanasan
(panas lembab) biasanya menggunakan autoklaf yang memanfaatkan panas dalam
suatu ruangan bertekanan dengan temperatur 121oC selama 60 menit. Autoklaf
memiliki kekurangan yaitu menimbulkan kerusakan sifat kimia bahan pembawa
dan menghasilkan unsur beracun intensitas sterilisasi tanah menggunakan
autoklaf dapat meningkatkan kelarutan Fe, Mn dan Zn yang tinggi sehingga dapat
meracuni mikrob yang ada di dalamnya. (Nurrobifahmi et al., 2017).
Metode sterilisasi fisik lainnya adalah radiasi. Radiasi sinar Gamma Co-60
yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik untuk meradiasi bahan
pembawa. Radiasi sinar Gamma memiliki efektivitas yang berbeda dalam
mematikan mikrob tergantung pada besaran dosis yang diberikan di dalam media
pembawa. Semakin besar dosis yang diberikan, maka daya mematikan akan
semakin besar (Nurrobifahmi et al., 2017).
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang
digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan
yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121 0C
(2500F). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon
tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan
biasanya 15 menit untuk 121 0C. (Handayani et al., 2013).
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan
mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf.
Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara
ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan
dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung
waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan
tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 Psi. Autoklaf tidak boleh
dibuka sebelum tekanan mencapai 0 Psi. (Handayani et al., 2013).
Metode sterilisasi bahan pembawa yang umum digunakan adalah metode fisik
yaitu meliputi pemanasan, pengeringan dan radiasi. Metode sterilisasi pemanasan
(panas lembab) biasanya menggunakan autoklaf yang memanfaatkan panas dalam
suatu ruangan bertekanan dengan temperatur 121oC selama 60 menit. Autoklaf
memiliki kekurangan yaitu menimbulkan kerusakan sifat kimia bahan pembawa
dan menghasilkan unsur beracun. (Nurrobifahmi et al., 2017)
2. Infus Kabohidrat
Infus karbohidrat adalah sediaan infus berisi larutan glukosa atau
dekstrosa yang cocok untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk
memenuhi glikogen otot kerangka, hipoglikemia, dan lain-lain. Kegunaan
: 5% isotonis, 20% untuk diuretika, dan 30-50% terapi oedema di otak.
Contoh : larutan manitol 15-20% digunakan untuk menguji fungsi ginjal
(Moko, 2008)
3. Larutan Irigasi
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar (3
liter). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi digunakan di luar
sistem peredaran dan umumnya menggunakan jenis tutup yang diputar
atau plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan pengisian larutan
dengan cepat. Kita menggunakan larutan untuk merendam atau mencuci
luka-luka sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi
pendarahan. Kita biasa menggunakannya dalam kegiatan Laparatomy,
Arthroscopy, Hysterectomy, dan Turs (urologi) (Moko, 2008)
4. Larutan Dialisis Peritoneal
Larutan dialisis peritoneal merupakan suatu sediaan parental steril
dalam jumlah besar (2 liter). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi
dibiarkan mengalir ke dalam ruangan peritoneal dan umumnya
menggunakan tutup plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan
larutan dengan cepat turun ke bawah. Penggunaan cairan demikian
bertujuan menghilangkan menghilangkan senyawa-senyawa toksik yang
secara normal dikeluarkan atau diekskresikan ginjal. Pada kasus keracunan
atau kegagalan ginjal, penggunaaan larutan dialisis peritoneal merupakan
pilihan lain yang dapat dilakukan. Larutan diabsorbsi dalam membran
peritoneal mengikuti peredaran darah. Kemudian, di dalam ujung sel
peritoneal terjadi penarikan zat toksin dari darah ke dalam cairan dialisis,
yang bekerja sebagai membran semipermeabel (Moko, 2008)
5. Larutan Plasma
Larutan plasma expander adalah suatu sediaan larutan steril yang
digunakan untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat
perdarahan,luka bakar,operasi, dan lain-lain (Moko, 2008)
2. Norit
Nama Resmi : Carbi Adsorben (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1979)
Pemerian : Serbuk sangat halus, bebas dari butiran :
hitam, tidak berbau, tidak berasa
(Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 1979)
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol
(95%) P (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1979)
Stabilitas : Stabil ditempat yang tertutup dan kedap
udara (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 1979)
Inkompatibilitas : Interaksi dengan oksidator kuat, hindari
kontak dengan asam kuat (Rowe et al.,
2006)
Konsentrasi : 0,1-0,3 %
4. HCl
3.3 Formula
Tabel 3.1 Formula infus KCL 0,38%
No Nama Bahan Fungsi Kadar Jumlah
(gram)
C Uji Sterilisasi