Oleh :
PENDAHULUAN
Sediaan injeksi merupakan sediaan steril yang bebas dari kontaminasi piro
genik, endotoksin, partikulat, stabil secara fisika, kimia, dan mikrobiologi, isotoni
mana proses produksi obat menjadi lebih kompleks sehingga memungkinkan ting
kat produksi yang lebih tinggi dengan bentuk sediaan yang makin beragam. Salah
satu bentuk sediaan yang sering digunakan adalah injeksi, injeksi umumnya berup
a larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara intravena dan dikemas dalam
wadah 100 mL atau kurang. Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun be
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan seca
ra parental, suntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan ke dalam ata
u melalui kulit atau selaput lendir (Lukas, 2006). Pada sediaan injeksi proses steri
lisasi sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan
dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi yang dapat terjadi dengan mu
dah, sediaan injeksi yang paling rentan terkena kontaminasi mikroorganisme adal
ah sediaan injeksi dosis ganda karena penggunaan nya secara berulang – ulang. S
ediaan dosis ganda dipersyaratkan mampu steril selama 28 hari terhitung sejak pe
s sediaan dengan wadah dosis ganda antara lain dengan melakukan penambahan p
ngan sangat hati – hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing.
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) mensyaratkan pula tiap wadah akhir inj
eksi harus diamati satu persatu secara fisik. Selanjut nya, dapat dilakukan penolak
an pada wadah yang menunjukkan pencemaran bahan asing yang terlihat secara v
isual. Obat yang dibuat sebagai obat suntik tergantung pada sifat obat itu sendiri d
engan memperhitungkan sifat kimia dan fisika. Dalam pembuatan obat suntik sya
rat utamanya adalah obat harus steril, tidak terkontaminasi bahan asing, dan disim
Tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat mengetahui cara memb
uat sediaan injeksi volume kecil pelarut air dan mengetahui metode-metode pemb
TINJAUAN PUSTAKA
ntioksidan yang larut dalam air. Viatmin C merupakan bagian dari sistem pertahanan t
ubuh terhadap senyawa oksigen relatif dalam plasma dan sel. Vitamin C berbentuk kri
stal putih dengan berat molekul 176,13 dan rumus molekul C6H8O6. Vitamin C meda
h teroksidasi secara reversibel membentuk asam dehidro L-asam askorbat dan kehilan
gan 2 atom hidrogen. Vitamin C termasuk salah satu vitamin esensial karena manusia
tidak dapat menghasilkan vitamin C di dalam tubuh sendiri dan harus diperolah dari l
uar tubuh.
Sifat Vitamin C Vitamin C dalam keadaan kering stabil tetapi mudah rusak ata
u terdegradasi jika vitamin C berada dalam bentuk larutan terutama jika udara mengan
dung logam seperti Cu, Fe serta cahaya. Vitamin C jika terkena cahaya berubah menja
di coklat. Sifat yang paling utama dari vitamin C adalah kemampuan mereduksi yang
kuat dan mudah tereduksi yang dikatalis oleh beberapa logam terutama Cu dan Ag ( S
oedioetomo, 2007).
alah turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat kaitannya den
gan monosakarida. Vitamin C dapat disintesa dari D-glukosa dan D-galaktosa dalam t
umbuh-tumbuhan dan sebagian besar hewan. Vitamin C terdapat di alam terdapat dala
m dua bentuk yaitu L-asam askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam dehidro askorbat
(bentuk teroksidasi). Asam askorbat atau vitamin C adalah lakton enam karbon yang s
ngi sel darah putih dari enzim yang dilepas saat mencerna bakteri yang telah ditelanny
gen, menyembuhkan sariawan, proses penyembuhan luka serta daya tahan tubuh mela
C. Kelebihan vitamin C dibuang melalui keringat dan air kemih. Vitamin C akan ditah
an oleh jaringan tubuh apabila keadaan gizi dalam tubuh jelek. Kadar vitamin C dala
m darah mencapai puncaknya 2-3 jam. Agar kadar vitamin C di dalam tubuh tetap sta
bil dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung cukup vitamin (Jimm man, 20
14).
umsi akan diekskresikan melalui urin, keringat dan tinja. Ekskresi melalui urin merup
akan yang terbesar sekitar 3-6 jam sedangkan dalan feses hanya berkisar 6-10 mg dala
m 24 jam. Ekskresi melalui keringat jumlahnya sangat sedikit. Vitamin C yang telah d
iberikan melalui oral maupun parenteral diekskresikan cepat melalui urin. Vitamin C
dapat menembus glomerulus masuk ke dalam caitan filtrat dan sebagian vitamin C dis
yang berlebih menyebabkan produksi asam lambung meningkat sehingga akan menim
bulkan masalah pencernaan seperti iritasi lambung, diare, dan juga gangstritis. 2. Men
ria yaitu terjadinya peningkatan kadar asam urat di dalam kandungan kemih yang aka
n memicu resiko gangguan pada ginjal. 3. Mengkonsumsi vitamin C yang berlebihi ba
tas maksimal setiap hari yaitu 2000 mg akan mengakibatkan beberapa gangguan yang
mengakibatkan pusing dan juga mual 5. Pemberian secara langsung pada kulit akan m
enimbulkan ruam, alergi bahkan bisa menyebabkan iritasi kulit. 6. Bagi yang sedang
penyerapan obat-obatan kanker dikarenakan terlalu banyak dosis vitamin C yang mas
uk ke dalam tubuh.
ya adalah 85-95 mg. Untuk perokok membutuhkan minimal vitamin C adalah 120- 12
5 mg perhari.
Bentuk sediaan adalah Injeksi Natrium Aminohippoturat, yaitu larutan atau dis
persi steril, bebas pirogen (emulsi atau suspensi) dari satu atau lebih bahan aktif dala
m wadah yang sesuai. Suntikan dosis tunggal tidak boleh mengandung pengawet anti
mikroba kecuali dibenarkan dan diizinkan. Suntikan yang mengandung pengawet anti
mikroba tidak boleh diberikan secara intrasistern, intratekal, epidural atau dengan cara
apa pun yang memberikan akses ke cairan serebrospinal, atau secara intra- atau retro-
Alasan penggunaan sediaan injeksi adalah telah diketahui dengan baik bahwa keu
ntungan dari injeksi parenteral adalah ketersediaan obat sistemik segera dan onset kerj
eroksidasi.
b. Natrium Hidroksida
(95%)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
c. Benzalkonium Klorida (Hand Book of Pharmaceutical Excipient, hal.27)
n, nitrat.
Stabilitas Bersifat higroskopis dan mungkin dipengaruh
mar.
Konsentrasi Dalam sediaan preparat mata, benzalkonium
mbahan.
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kapas, erlenmeyer, buret, tali k
asur, pinset, ampul, kertas timbang, gelas ukur, pipet, gelas beker, corong, kertas sarin
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Vitamin C, Natrium Hidroks
3.3 Formula
R/ Vitamin C 2 gram
Benzalkonium Klorida 2 mg
2. Menimbang Vitamin C dan NaOH dengan kaca arloji, kemudian masukkan kedalam g
elas beker, zat aktif dilarutkan dengan API bebas O2, kemudian bilas kaca arloji deng
asing-masing ampul diisi sediaan sebanyak 1 mL. Selanjutnya mulut ampul di tutup
6. Setelah di segel di lakukan uji kebocoran sediaan. Uji ini dilakukan sebelum sterilisas
i dengan cara membalik ampul yang masih tertutup rapat diatas kertas saring yang ster
il. Dilihat apakah ada rembesan air yang keluar dari botol dan membasahi kertas sarin
g.
21oC.
9. Setelah didinginkan diberi etiket dan brosur kemudiaan dimasukkan ke dalam kemasa
n sekunder.
Dilakukan evaluasi sediaan yang meliputi uji organoleptis, uji pH, uji kejernihan.
organoleptis.
1. Cek penampilan fisik sediaan, warna dan bau. Tujuan dari evaluasi ini untuk melihat pen
2. Cek pH sediaan menggunakan pH meter. Tujuan dilakukannya evaluasi ini untuk menget
ahui pH sediaan. Menurut Depkes RI (1979) pH untuk sediaan injeksi antara 5,5-6,5.
3. Uji kejernihan bertujuan untuk mengetahui kejernihan sediaan yang dibuat. Diperiksa de
ngan melihat wadah pada latar belakang hitam-putih (Ansel, 2005). Meletakan wadah se
diaan didalam kotak dengan latar hitam dan putih dibagian dalamnya. Sinari wadah dari
samping. Sinari dari arah samping, lihat apakah masih ada kotoran yang berwarna hitam
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini membuat “Injeksi Vitamin C’ yang bertujuan mahasiswa dapat men
getahui cara membuat sediaan injeksi volume kecil pelarut air dan mengetahui metode-metod
e Pembuatan Injeksi Vitamin C. Injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau
suspensi atau serbuk yang dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan,
yang disuntikan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit atau selaput l
endir. Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat
Sediaan parenteral volume kecil diartikan sebagai obat steril yang dikemas dalam wada
h dengan ukuran di bawah 100 ml. Untuk mendapatkan formula sediaan parenteral yang baik
harus mempunyai data praformulasi yang meliputi sifat kimia, sifat fisika dan sifat biologis se
hingga didapatkan pembawa yang tepat, yaitu pembawa larut air, pembawa yang tidak larut a
ir atau pelarut campur, zat penambah yang diperlukan, meliputi zat anti mikroba (pengawet);
komplekson; zat pengisotoni; anti oksidan; dapar dan sebagainya, wadah dan jenis wadah yan
g sesuai, tersatukan tanpa terjadi reaksi, isotoni dan isohidri, bebas pirogen dan bebas partike
l melayang.
Uji sifat fisik bertujuan untuk melihat penampilan fisik sediaan melalui warna dan bau.
Hasil dari uji sifat fisik sediaan injeksi vitamin C berwarna oranye atau jingga dan hampir tid
ak berbau. Dari literatur injeksi vitamin C idealnya memiliki warna bening dan tidak berbau.
Berdasarkan hasil dari uji sifat fisik sediaan injeksi vitamin C yang dibuat disimpulkan meme
nakan pH meter. Hasil dari uji pH injeksi vitamin C memiliki pH 5,1. Dari literatur idealnya
pH yang baik untuk injeksi yaitu antara 5,0-6,5. Berdasarkan hasil uji pH maka sediaan yang
Uji kejernihan bertujuan untuk mengetahui kejernihan sediaan injeksi vitamin C yang d
ibuat. Diperiksa dengan melihat wadah pada latar belakang hitam-putih, disinari dari samping
Kotoran berwarna akan kelihatan pada latar belakang putih, kotoran tidak berwarna akan keli
hatan pada latar belakang hitam. Hasil dari uji kejernihan sediaan injeksi vitamin C yang dibu
at terlihat jernih. Dari literatur parameter kejernihan suatu cairan dinyatakan jernih, jika kejer
nihan sama dengan air atau pelarut yang digunakan. Berdasarkan hasil dari uji kejernihan sedi
aan yang dibuat disimpulkan bahwa sediaan injeksi vitamin C memenuhi persyaratan karena
memiliki kejernihan sama dengan air dan tidak ada partikel asing yang melayang
Uji kebocoran bertujuan untuk melihat apakah terjadi kebocoran dari sediaan injeksi vit
amin C yang dibuat. Untuk mengetahui kebocoran wadah disterilkannya dalam posisi terbalik
dengan ujung yang dilebur disebelah bawah. Wadah yang bocor, isinya akan kosong atau
habis atau berkurang setelah selesai sterilisasi. Hasil dari uji kebocoran sediaan injeksi vitami
n C yang dibuat tidak terjadi kebocoran. Dari literatur suatu injeksi vitamin C tidak boleh me
ngalami kebocoran. Berdasarkan hasil dari uji kebocoran disimpulkan pada sediaan injeksi vit
Vitamin C stabil pada pH 5,0-6,5 sehingga perlu ditambahkan NaOH untuk mengatur p
H (NaOH hanya sebagai adjuster). Vitamin C juga dapat dioksidasi oleh oksigen, sehingga se
belum penutupan vial seharusnya dialirkan gas inert seperti CO 2 atau nitrogen ke atas permuk
aan. Ini dimaksudkan untuk mencegah interaksi Vitamin C dengan O 2 yang dapat menimbulk
an oksidasi.
BAB V
KESIMPULAN
n C pada masa pemulihan pada usia lanjut, hamil, laktasi dan menopause. Mengatasi l
elah dan meningkatkan energi dan stamina, membantu metabolisme dan pembentukk
an eritrosit.
2. Vitamin C mudah teroksidasi atau terurai oleh cahaya, sebaiknya digunakan wadah b
erupa vial yang gelap. Tetapi Ampul yang tersedia hanya ampul bening, sehingga dig
unakan ampul bening.
3. Metode pembuatan sediaan injeksi ada dua cara, yaitu sterilisasi akhir dan cara
aseptik, pemilihan metode yang cocok didasarkan pada sifat fisika kimia obat.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 2005. Pengantar Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia.
Dewantisari D., Musfiro I. 2020. Strategi Peningkatan Objektivitas Hasil Uji Inspeksi Visual
Sediaan Injeksi: Review. Majalah Farmasetika. Vol. 5, No. 2.
Crosley, A. P., John F. B., John H. H., Dean A. E., Herman T., Cesar C., George G. R. 1956.
The Adaptation Of The Nitrous Oxide Method To The Determination Of Re
nal Blood Flow And In Vivo Renal Weight In Man. USA : University of
Wisconsin Medical School.
Lifschitz, M.D. 1976. The natriuretic effect of the organic acid para-aminohippurate. J. Lab.
Clin. Med., Vol. 88, No.6.
McEvoy, G.K. 1996. American Hospital Formulary Service-Drug Information 96. USA : Am
erican Society of Health-System Pharmacists, Inc.
Niazi, S.K. 2004. Manufacturing Formulations Sterile Products Volume 6.London : CRC Pre
ss.
Sneha, T., Mahendran S., Selvakumar R. 2018. Formulation And Evaluation Of An Injecta
ble Solution As A Dosage Form. Journal of Drug Delivery & Therapeutic
s. Vol. 8, No. 5.
2. Berikan 3 perbedaan antara small volume parenteral dengan large volume parenteral!
Jawaban :