Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI

SEDIAAN STERIL

PEMBUATAN SEDIAAN OBAT STERIL INJEKSI REKONSTITUSI NATRIUM

AMOKSILLIN 5 %

Nama : Mohammad Sofyan

NPM : 1618001081

Kelas/kelompok : B/D

Dosen pengampu : Metha Anung A.,M.Sc.,Apt.

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

PRODI S-1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PEKALONGAN

TAHUN 2020
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan sediaan steril injeksi
rekonstitusi Natrium Amoksisilin 5%
2. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sediaan yang meliputi uji kebocoran,
uji volume terpindahkan, uji particular, uji kejernihan, uji PH, dan uji waktu
rekonstitusi.
II. DASAR TEORI
1. Definisi sediaan injeksi
Amoksisilin adalah salah satu senyawa antibiotik golongan beta-laktam
dan memiliki nama kimia alfa-amino-hidroksilbenzil-penisilin. Obat ini awalnya
dikembangkan memiliki keuntungan lebih dibandingkan ampisilin yaitu dapat
diabsorpsi lebih baik di traktus gastrointestinal. Obat ini tersedia dalam bentuk
amoksisilin trihidrat untuk administrasi oral dan amoksisilin sodium untuk
penggunaan parenteral. Amoksisilin telah menggantikan ampisilin sebagai
antibiotik yang sering digunakan di berbagai tempat (Grayson, 2010). Secara
kimiawi, amoksisilin adalah asam (2S,5R,6R)-6-[[(2R)-2-Amino-2-(4-
hidroksifenil) asetil] amino]- 3,3 - dimetil- 7- okso - 4- tia - 1 - aza - bisiklo
[3.2.0]heptan-2- karboksilat (Kaur et al., 2011).
Sediaan injeksi adalah sediaan steril, berupa larutan, suspensi, emulsi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan dahulu sebelum digunakan,
yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit
atau selaput lendir (Depkes RI, 1995).
Sediaan injeksi diberikan jika diinginkan kerja obat yang cepat, bila
penderita tidak dapat diajak kerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak tahan
menerima pengobatan secara oral atau obat tidak efektif bila diberikan dengan
cara lain (Ansel, 1989)
2. Persyaratan Sediaan Injeksi
Persyaratan Sediaan Injeksi Kerja optimal dari larutan obat yang diberikan secara
parenteral hanya akan diperoleh jika memenuhi persyaratan, yaitu :
 Aman Injeksi tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau menimbulkan
efek toksik.
 Harus jernih Injeksi yang berupa larutan harus jernih dan bebas dari partikel
asing, serat dan benang. Pada umumnya kejernihan dapat diperoleh dengan
penyaringan. Alat-alat penyaringan harus bersih dan dicuci dengan baik 4
sehingga tidak terdapat partikel dalam larutan. Penting untuk menyadari
bahwa larutan yang jernih diperoleh dari wadah dan tutup wadah yang bersih,
steril dan tidak melepaskan partikel.
 Sedapat mungkin isohidris Isohidris artinya pH larutan injeksi sama dengan
pH darah dan cairan tubuh lain, yaitu pH 7,4. Hal ini dimaksudkan agar bila
diinjeksikan ke badan tidak terasa sakit dan penyerapan obat dapat maksimal.
 Sedapat mungkin isotonis Isotonis artinya mempunyai tekanan osmosa yang
sama dengan tekanan osmosa darah dan cairan tubuh yang lain, yaitu
sebanding dengan tekanan osmosa larutan natrium klorida 0,9 %.
Penyuntikan larutan yang tidak isotonis ke dalam tubuh dapat menimbulkan
hal-hal yang tidak diinginkan. Bila larutan yang disuntikkan hipotonis
(mempunyai tekanan osmosa yang lebih kecil) terhadap cairan tubuh, maka
air akan diserap masuk ke dalam sel-sel tubuh yang akhirnya mengembang
dan dapat pecah. Pada penyuntikan larutan yang hipertonis (mempunyai
tekanan osmosa yang lebih besar) terhadap cairan-cairan tubuh, air dalam sel
akan ditarik keluar, yang mengakibatkan mengerutnya sel. Meskipun
demikian, tubuh masih dapat mengimbangi penyimpangan-penyimpangan
dari isotonis ini hingga 10%. Umumnya larutan yang hipertonis dapat ditahan
tubuh dengan lebih baik daripada larutan yang hipotonis. Zat-zat pembantu
yang banyak digunakan untuk membuat larutan isotonis adalah natrium
klorida dan glukosa.
 Tidak berwarna Pada sediaan obat suntik tidak diperbolehkan adanya
penambahan zat warna dengan maksud untuk memberikan warna pada
sediaan tersebut, kecuali bila obatnya memang berwarna.
 Steril Suatu bahan dikatakan steril jika terbebas dari mikroorganisme hidup
yang patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam
bentuk tidak vegetatif (spora).
 Bebas pirogen Hal ini harus diperhatikan terutama pada pemberian injeksi
dengan volume besar, yaitu lebih dari 10 ml untuk satu kali dosis pemberian.
Injeksi yang mengandung pirogen dapat menimbulkan demam (Voight,
1995).
3. Penggolongan
 Injeksi intraderma atau intrakutan
Injeksi intrakutan dimasukkan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah
startum korneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air, volume
yang disuntikkan sedikit (0,1 - 0,2 ml). Digunakan untuk tujuan diagnosa.
 Injeksi subkutan atau hipoderma
Injeksi subkutan dimasukkan ke dalam jaringan lembut dibawah permukaan
kulit. Jumlah larutan yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. Larutan harus
sedapat mungkin isotonis dan isohidris, dimaksudkan untuk 7 mengurangi
iritasi jaringan dan mencegah terjadinya nekrosis (mengendornya kulit)
 Injeksi intramuskular
Injeksi intramuskular dimasukkan langsung ke otot, biasanya pada lengan
atau daerah gluteal. Sediaannya biasa berupa larutan atau suspensi dalam air
atau minyak, volume tidak lebih dari 4 ml. Penyuntikan volume besar
dilakukan dengan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit.
 Injeksi intravena
Injeksi intravena langsung disuntikkan ke dalam pembuluh darah, berupa
larutan isotoni atau agak hipertoni, volume 1-10 ml. Larutan injeksi intravena
harus bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat menyumbat
kapiler dan menyebabkan kematian. Injeksi intravena yang diberikan dalam
volume besar, umumnya lebih dari 10 ml, disebut infus. Jika volume dosis
tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intravena tidak boleh mengandung
bakterisida dan jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen.
 Injeksi intraarterium
Injeksi intraarterium dimasukkan langsung ke dalam pembuluh darah perifer,
digunakan jika efek obat diperlukan segera. Umumnya berupa larutan, dapat
mengandung cairan non iritan yang dapat bercampur dengan air, volume 1-
10 ml. Tidak boleh mengandung bakterisida.
 Injeksi intrakardial
Dimasukkan langsung ke dalam otot jantung atau ventrikulus, hanya
digunakan untuk keadaan gawat. Tidak boleh mengandung bakterisida.
 Injeksi intratekal atau subaraknoid
Injeksi intratekal digunakan untuk menginduksi spinal atau lumbal anestesi
dengan menyuntikkan larutan ke ruang subaraknoid, biasanya volume yang
diberikan 1-2 ml. Tidak boleh mengandung bakterisida dan diracik untuk
wadah dosis tunggal.
 Injeksi intraperitonial
Disuntikkan langsung ke dalam rongga perut. Penyerapannya cepat, bahaya
infeksi besar sehingga jarang dipakai.
 Injeksi intraartikulus
Injeksi intraartikulus digunakan untuk memasukkan material seperti obat anti
inflamasi langsung ke luka atau jaringan yang teriritasi. Injeksi berupa
larutan atau suspensi dalam air.
 Injeksi subkonjungtiva
Larutan atau suspensi dalam air untuk injeksi selaput lendir bawah mata,
umumnya tidak lebih dari 1 ml.
 Injeksi intrasisternal dan peridual
Injeksi ini disuntikkan ke intrakarnial sisternal dan lapisan dura dari
spinalcord. Keduanya merupakan prosedur yang sulit dengan peralatan yang
rumit (Depkes RI, 1979)
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang
memiliki khasiat membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman,
sedangkan toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil (Tan dan Rahardja,
2002). Definisi lain menyebutkan bahwa antibiotik merupakan obat yang
digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia, yang
harus memiliki sifat toksisitas yang selektif, artinya obat tersebut bersifat
toksik pada mikroba, tetapi tidak toksik pada tuan rumah atau manusia
(Pelczar, 1988).
Penisilin dan sefalosporin merupakan kelompok antibiotik beta laktam
yang telah lama dikenal. Amoksisilin merupakan penisilin semi-sintetik oral
yang secara struktur berhubungan dengan ampisilin (Pires de Abreu and Ortiz,
2003)
Amoksisilin mengandung tidak kurang dari 90,0% C16H19N3O5S,
dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian : serbuk hablur, putih. Amoksisilin
sukar larut dalam air dan metanol; tidak larut dalam benzena, dalam karbon
tetraklorida dan dalam kloroform. Agar amoksisilin mudah larut dalam air,
maka dibuat garam amoksisilin C16H19N3O5S.Na (Depkes RI, 1995).
Amoksisilin digunakan sebagai trihidrat dalam produk oral dan sebagai garam
dalam produk parenteral.
Amoksisilin digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
bakteri gram – negatif seperti Neisseria gonorrhoeae, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella. Amoksisilin juga digunakan
untuk menyembuhkan infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram – positif
seperti Streptococcus pneumoniae, Enterococci, Listeria dan Staphylococcus
yang tidak menghasilkan penisilinase (McEvoy, 2002). Mekanisme kerja
amoksisilin adalah menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan
untuk sintesis dinding sel mikroba (Istiantoro dan Ganiswarna, 1995).
Amoksisilin sering diberikan dalam bentuk sediaan injeksi kering.
Sediaan injeksi kering diformulasikan untuk senyawa-senyawa yang tidak
stabil dalam bentuk larutan tetapi stabil dalam bentuk kering. Injeksi ini
diberikan dalam bentuk serbuk kering yang telah disterilkan dan dalam
kemasannya disertai dengan pelarutnya (aqua pro injeksi). Dalam
penggunaanya, air ditambahkan secara aseptis ke dalam vial obat untuk
menghasilkan obat suntik yang diinginkan (Ansel, 1989)
Injeksi amoksisilin adalah larutan steril dari Na-amoksisilin dalam
aqua
pro injeksi. Injeksi amoksisilin disiapkan dengan cara melarutkan Na-
amoksisilin untuk injeksi dalam aqua pro injeksi dengan jumlah yang sama.
Na-amoksisilin untuk injeksi adalah bahan yang terdiri dari Na-amoksisilin
dengan atau tanpa zat tambahan (Departement of Health, 2002).
Natrium amoksisilin 50 mg/ml lebih tidak stabil pada semua larutan
infus dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih rendah, 10 atau 20 mg/ml
(Trissel, 1998). Amoksisilin memiliki dua jalur degradasi, disebut sebagai
dimerisasi dan peruraian hidrolitik pada cincin β-laktam (Connors, 1992).
Nama Resmi : Amoxicillinum Halaman 95
Nama lain: amoksisilin
Bobot jenis : 419,45
Pemerian : serbuk hablur, putih ; praktis tidak berbau
Kelarutan : sukar larut dalam air dan methanol ; tidak larut dalam benzena,
dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar terkendali
Kegunaan : sebagai antibiotic
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT BAHAN WADAH
 Gelas kimia 250 ml  Amoksisilin natrium  Vial
 Oven  NaH2PO4  Ampul
 Batang pengaduk  Na2HPO4  Tutup vial
 Spatel  Benzil alkohol
 Kaca arloji  Aqua pro injection
 Pipet tetes
 Corong
 Pinset
 Gelas ukur 50 ml
 Autoklaf
 Karet pipet tetes
 Buret
 Jarum buret
 Penyaring 0,22 µM
 Tissue/serbet

IV. FORMULA
No Bahan Jumlah (%) Fungsi / alasan penambahan
bahan
1 Amoksisilin 5% (b/v) Zat aktif
natrium
2 NaH2PO4 0,06435 (b/v) Dapar
3 Na2HPO4 0,61857 (b/v)
4 Benzil alkohol 0,1% (v/v) pengawet antimikroba
5 Aquapro Ad 100 ml Pelarut
injection

V. CARA KERJA
A. Grey Area (ruang sterilisasi)

Dibuat aqua pi dengan cara akuades sebanyak 150ml disterilkan dengan autoklaf
121°C selama 15 menit

Ditara terlebih dahulu gelas kimia yang akan digunakan sesuai dengan volume
yang dibutuhkan

Disterilisasi semua alat dan wadah yang telah dicuci bersih menurut prosedur yang
sesuai

B. Grey Area (ruang penimbangan)

Dilakukan penimbangan di atas kaca arloji steril

Untuk benzyl alcohol sebanyak 0,1 ml diambil dan dimasukkan ke dalam cawan
penguap

Diambil dan dimasukkan aqua pi sebanyak 1100ml kedalam gelas kimia 250ml
steril yang sudah ditara

C. White Area Grade A Background B

Digerus amoksisilin natriium dalam mortir sampai halus

Ditambahkan dapar fosfat ke dalam serbuk amoksisilin natrium lalu diaduk hingga
homogen

Ditimbang serbuk yang berisi zat aktif dan dapar sebanyak jumlah zat aktif dan
dapar per vial, yaitu 0,6g ke dalam masing-masing vial

Vial ditutup sementara dengan menggunakan aluvoil

D. White Area grade A Background B (ruang pencampuran)

Dilarutkan benzyl alcohol dengan air sedikit demi sedikit sampai volume mencapai
100 ml dengan gelas kimia 250 ml (hingga mencapai tanda)
Diaduk larutan dengan menggunakan membrane filter 0,22µm ke dalam gelas
kimia 250 ml steril sebanyak 2 kali

Dibilas buret steril dengan akua pi hingga tidak ada sisa alcohol, kemudian buret
dibilas dengan larutan pembawa secukupnya

Dimasukkan larutan ke dalam buret steril, bagian atas buret ditutup dengan
alufoiil

Dibuang dua tetes pertama larutan untuk menghindari masuknya alcohol ke dalam
ampul

Diisi 6 ampul 10 ml dengan 10,5 ml larutan, ditutup ujung ampul dengan alufoil

E. Grey Area (ruang penutupan)

Ditutup ampul dan vial

F. Grey Area (ruang sterilisasi)

Dilakukan sterilisasi akhir dengan autoklaf 121°C selama 15 menit

Kemudian dilakukan pemeriksaan kebocoran dengan membalik posisi sediaan


dalam gelas kimia yang telah dilapisi kapas

G. Grey Area (ruang evaluasi)

Sediaan diberi etiket dan dikemas dalam wadah sekunder lalu dilakukan evaluasi
pada sediaan yang telah diberi etiket dan kemasan

 Cara Kerja Evaluasi


I. Uji Kebocoran
-untuk cairan bening tidak berwarna
Wadah takaran tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan dimasukkan
kedalam larutan metilen blue 0,1%

Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen blue akan masuk kedalam karena
perubahan tekanan diluar dan didalam wadah tersebut sehingga larutan dalam
wadah akan berwarna biru

-untuk cairan berwarna


Dilakukan dengan posisi terbalik

Ditempatkan wadah takaran tunggal diatas kertas saring atau kapas

Jika terjadi kebocoran maka kertas saring atau kapas akan basah

II. Uji Volume Terpindahkan


Disiapkan alat gelas ukur yang bervoulme 100ml yang telah disterilisasi

Dituangkan sediaan pada gelas ukur

Diamati volume sediaan apakah sudah sesuai dengan pada etiketnya

Dicatat hasil pengamatannya

III. Uji Kejernihan


Diperiksa wadah bersih dari luar secara visual dibawah penerangan cahaya yang
baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya

Digunakan latar belakang hitam dan putih

Dijalankan dengan satu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil
yang dapat terlihat dengan mata

IV. Uji PH
Disiapkan sediaan injeksi rekonstitusi amoxicillin 5% yang sudah jadi

Dicetak dan diamati dengan menggunakan pH universal

Dicatat hasilnya dilembar kerja


V. Uji Waktu Rekonstitusi
Disiapkan sediaan injeksi rekonstitusi amoxicillin 5% yang sudah jadi

Ditambahkan aquadest sampai tanda batas

Diamati waktu yang dibutuhkan sediaan injeksi rekonstitusi amoxicillin untuk


melarut dalam aquadest

VI. DATA PENGAMATAN


No Jenis Evaluasi Prinsip Evaluasi Jumlah Hasil Syarat
Sampel Pengamatan
1 Uji kebocoran Wadah diletakkan 1 Tidak bocor Tidak satupun
pada posisi terbalik ampul yang bocor.
(Lachman, 1991)
2 Uji volume Sediaan dipindahkan 1 Volume tetap Rata-rata kurang
terpindahkan dari ampul ke dalam (50 ml) dari 100% dan tidak
gelas ukur dan satupun kurang dari
dilakukan 95%
pengamatan volume
yang terpindahkan
3 Uji Partikular Memerlukan system 1 Ada (terdapat Jumlah partikel / ml
elektrolit partikular) >50µm : negative
perhitungan partikel >25 µm : < 1000
pengatur cairan yang >10 µm : <1000
dilengkapi dengan (Lachman, 1992)
alat
4 Uji kejernihan Wadah sediaan akhir 1 Tidak Tidak ditemukan
disinari dari samping ditemukan ada serat atau
dengan latar partikel pengotor.
belakang warna (Lachman, 1992)
hitam untuk melihat
partikel putih dan
latar belakang putih
untuk melihat
partikel berwarna
5 Uji pH Dengan pH meter 1 7,4 pH 6,8-7,4 pH
darah. (Depkes RI,
1979)
6 Uji Waktu Sediaan diisi aqua 1 >30 menit >30 detik, semakin
Rekontitusi hingga tanda batas tidak larut cepat waktu
dan diukur waktu rekonstituai maka
yang dibutuhkan sediaan tersebut
serbuk melarut semakin baik.
(Depkes RI, 1979)

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini melakukan uji PEMBUATAN SEDIAAN OBAT


STERIL INJKSI REKONSTITUSI NATRIUM AMOKSISILIN 5%. Tujuan
praktikum kali ini Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan sediaan steril
injeksi rekonstitusi Natrium Amoksisilin 5%, Mahasiswa dapat melakukan
evaluasi sediaan yang meliputi uji kebocoran, uji volume terpindahkan, uji
particular, uji kejernihan, uji PH, dan uji waktu rekonstitusi.

Sediaan injeksi adalah sediaan steril, berupa larutan, suspensi, emulsi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan dahulu sebelum digunakan,
yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit
atau selaput lendir (Depkes RI, 1995).

Sediaan injeksi diberikan jika diinginkan kerja obat yang cepat, bila
penderita tidak dapat diajak kerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak tahan
menerima pengobatan secara oral atau obat tidak efektif bila diberikan dengan
cara lain (Ansel, 1989)
Pada praktikum kali ini menggunakan sampel amoksisilin. Amoksisilin
adalah salah satu senyawa antibiotik golongan beta-laktam dan memiliki nama
kimia alfa-amino-hidroksilbenzil-penisilin. Obat ini awalnya dikembangkan
memiliki keuntungan lebih dibandingkan ampisilin yaitu dapat diabsorpsi lebih
baik di traktus gastrointestinal. Obat ini tersedia dalam bentuk amoksisilin
trihidrat untuk administrasi oral dan amoksisilin sodium untuk penggunaan
parenteral. Amoksisilin telah menggantikan ampisilin sebagai antibiotik yang
sering digunakan di berbagai tempat (Grayson, 2010). Secara kimiawi,
amoksisilin adalah asam (2S,5R,6R)-6-[[(2R)-2-Amino-2-(4-hidroksifenil) asetil]
amino]- 3,3 - dimetil- 7- okso - 4- tia - 1 - aza - bisiklo [3.2.0]heptan-2-
karboksilat (Kaur et al., 2011).
Amoksisilin merupakan salah satu antibiotik golongan penisilin yang
banyak beredar di pasaran dan banyak digunakan karena harga antibiotik
golongan ini relatif murah (Harianto dan Transitawuri, 2006). Amoksisilin
berspektrum luas dan sering diberikan pada pasien untuk pengobatan beberapa
penyakit seperti pneumonia, otitis, sinusitis, infeksi saluran kemih, peritonitis,
dan penyakit lainnya. Obat ini tersedia dalam berbagai sediaan seperti tablet,
kapsul, suspensi oral, dan tablet dispersible (UNICEF, 2013)
Nama Resmi : Amoxicillinum
Nama lain: amoksisilin
Bobot jenis : 419,45
Pemerian : serbuk hablur, putih ; praktis tidak berbau
Kelarutan : sukar larut dalam air dan methanol ; tidak larut dalam benzena, dalam
karbon tetraklorida dan dalam kloroform
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar terkendali
Kegunaan : sebagai antibiotic
Uji kebocoran yaitu wadah atau botol yang berisi sediaan dimasukan
kedalam wadah besar yang berisi air. Jika wadah bocor maka air akan masuk
kedalam karena perubahan tekanan luar dan didalam wadah tersebut sehingga
larutan dalam wadah akan terdapat air. Syarat dari uji kebocoran yaitu tidak
satupun ampul yang bocor (lachman,1992). Hasil dari praktikum kali ini adalah
tidak terdapat ampul yang bocor sehingga sesuai dengan litelatur.
Uji volume terpindahkan tujuanya untuk menjamin bahwa volume
larutan yang dikemas dalam wadah dosis ganda sesuai dengan volume yang
tertera pada etiket. Sediaan dipindahkan ampul kedalam gelas ukur dan lakukan
pengamatan volume. Rata rata kurang dari 100% dan tidak satupun kurang dari
95%. Hasil yang didapat volume teap.
Uji particular bertujuan untuk menghitung partikel asing subvisibel
dalam rentan dalam rentang ukuran tertentu. Prinsipnya memanfaatkan sensor
penghamburan cahaya, jika tidak memenuhi batas yang ditetapkan maka
dilakukan pengujian mikroskopik Yaitu dengan menghitung bahan partikulat
subvisibel setelah dikumpulkan pada penyaring membrane mikropori. Syarat
jumlah partikel >50 μm : negative > 25μm :<1000,>10 μm;<1000. Hasil yang
diperoleh ada terdapat partikulat.
Uji kejernihan wadah sediaan akhir disinari dari samping dengan latar
belakang warna hitam untuk melihat partikel putih dan latar belakang putih unruk
melihat partikel bewarna. Uji kejernihan artinya tidak ada partikel asing yang
terkandung didalam sediaan. Syarat uji kejernihan yaitu tidak ditemukan ada serat
atau pengotor (lachman,1992). Hasil dari praktikum kali ini adalah tidak
ditemukan partikel sehingga uji kejernihan dapat dikatakan baik.
Uji pH merupakan jenis alat ukur unruk mengukur derajat keasaman
atau kebasaan suatu cairan. Pada pH meter ini ada elektroda terhubung sebuah
alat elektronik yang mengukur dan menampilkan nilai pH. Syarat dari uji pH
yaitu 6,8 – 7,4 pH (Depkes RI.1979). hasil yang didapatkan ialah 7,4 sehingga
masih dalam rentan Uji pH.
Uji waktu rekonstisi yang bertujun untuk mengetahui berapa waktu
yang dibutuhkan serbuk untuk dapat melarut dengan pelarutnya. Waktu
rekonstitusi adalah waktu yang diperlukan untuk mendispersikan granul. Syarat
granul yang baik salah satunya memiliki kriteria mudah terdispersi dengan
homogeny saat dilarutkan. Syarat uji rekonstusi yaitu >30detik. Semakin cepat
rekonstusi maka sediaan tersebut semakin baik (Depkes RI,1979). Hasl yang
diperoleh >30 menit tidak larut.

Anda mungkin juga menyukai