Anda di halaman 1dari 2

FAJRI NURHIDAYAT

1618000871

TOKSIKOLOGI

KELAS B

1. 1. Penanganan Toksiksitas
A. Absorbsi :
• Jika terjadi toksisitas jangan dimuntahkan, segera berikan carbo adsorben untuk
mengikat zat toksik dalam tubuh. Lalu tubuh akan mengalami dehidrasi dan langsung
diberikan air sebanyak mungkin
• Bilas lambung dengan pencahar
•Lalu dikeluarkan melalui fases dan urine

B. Distribusi
• Menggunakan cairan elektrolit dengan cara diinfus lalu tubuh akan merrspon
dengan mempercepat pengeluaran urin sehingga proses metabolism dipercepat,
penggunaan cairan elektrolit untuk mencegah ikatan zat dengan sel.

C. Metabolisme
• Penangananya deengan cara menggunakan antidotum

D. Ekresi
• Dikeluarkan melalui urin/feses

2. A. Proses terjadinya keracunan setelah makan lumpia yang berisi rebung : proses terjadinya
karena ada zat aktif dalam tanaman yang bersifat racun. kadar HCN yang tinggi dan proses
pengolahan yang tidak benar sehingga kadar HCN pada rebung masih melebihi kadar aman
yang dapat dikonsumsi manusia, racun tersebut menghambat respons pada sistem biologis
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian.
B. • Hindari mengonsumsi makanan padat sampai muntah berakhir. Disarankan makan
makanan ringan, hambar, seperti biskuit asin, pisang, nasi, atau roti.
• Hirup aroma yang dapat membantu menghindari muntah, misalnya seperti minyak
kayu putih.
• Saat penderita muntah, usahakan muntah dengan posisi badan bungkuk menunduk.
Ini agar makanan tidak turun lagi ke dalam tenggorokan dan membuat tersedak.
• Selama masih merasa mual, jangan diberikan makanan yang digoreng, berminyak,
pedas, atau manis sampai gejala membaik.
• Jangan minum obat antimual tanpa bertanya konsultasi dokter.

c. Berikan rekomendasi pengobatan untuk pasien tersebut


Domperidon dan odansentron.
3. A. Jenis keracunan akut. Karena pasien dalam kepatuhan meminum obat rendah. Pasien
keracunan golobgan senyawa hidroksikumarin / warfarin. Obat ini digunakan sebagai
antikoagulan terapetik. Bentuk sediaan komersial warfarin biasanya berupa garam natrium
yang larut air. Garam natrium warfarin digunakan di bidang medis untuk mengobati pasien
dengan
masalah hiperkoagulasi darah

B. Proses keracunan warfarin yaitu jika efek antikoagulasi yang tidak adekuat atau
berlebihan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
tromboemboli atau perdarahan (Sun et al., 2006), karena itu warfarin memiliki gejala
overdosis antara lain: Gejala overdosis warfarin: perdarahan abnormal, misalnya
hematuria, melena, perdarahan menstrual eksesif, petekie, hematoma eksesif hanya
karena trauma superfisial.
Faktor koagulasi
C. 1.) Vitamin K1 (fitonadion/ phytonadione) dapat secara efektif digunakan
untuk memulihkan produksi faktor pembekuan darah dan harus
diberikan jika terbukti timbul antikoagulasi yang nyata .

2.) Pada pasien, baik dewasa maupun anak-anak, yang mengalami


keracunan warfarin kronik tidak boleh diberikan vitamin K1 secara
profilaktik .

3.) Pada kasus menelan warfarin dosis akut tunggal > 0,5 mg/kg (dosis
yang berpotensi bersifat antikoagulasi), baik pada anak-anak maupun
orang dewasa, perlu segera diberikan vitamin K1

.
Catatan: Bila diberikan vitamin K1 secara profilaksis setelah menelan
warfarin secara akut, tidak dapat digunakan prothrombine time 48 jam
untuk menentukan tingkat keparahan overdosis, oleh karena itu
disarankan agar pasien tetap dipantau minimal selama 5 hari setelah
pemberian vitamin K1 yang terakhir (1)
.
4.) Oleh karena vitamin K tidak dapat segera menormalkan produksi faktor
pembekuan darah selama 6 jam atau lebih (efek puncak adalah 24
jam), maka pasien yang mengalami perdarahan/ hemoragia aktif
memerlukan transfusi darah berupa fresh frozen plasma atau fresh
whole blood
.
5.) Berikan vitamin K1 secara oral setiap 6 jam. Kemungkinan diperlukan
dosis hingga 800 mg per hari untuk menjaga International Normalized
Ratio (INR) yang baik
.
6.) Pasien yang menelan produk long-acting superwarfarin kemungkinan
memerlukan vitamin K selama beberapa minggu

Anda mungkin juga menyukai