SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Farmasi
Jurusan Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
MUHAMMAD ASHAR
NIM. 70100112034
SAMATA-GOWA
2016
FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN GEL EKSTRAK
DAUN BOTTO’-BOTTO’ (Chromolaena odorata L) SEBAGAI
OBAT JERAWAT DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI
KONSENTRASI BASIS KARBOPOL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Farmasi
Jurusan Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
MUHAMMAD ASHAR
NIM. 70100112034
SAMATA-GOWA
2016
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
NIM : 70100111034
Jurusan : Farmasi
Basis Karbopol
benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan
duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka
Penulis,
MUHAMMAD ASHAR
NIM 70100112034
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Ekstrak Daun
Botto’-Botto (Chromolaena Odorata L) Sebagai Obat Jerawat Dengan Menggunakan
Variasi Konsentrasi Basis Karbopol” yang disusun oleh Muhammad Ashar, NIM :
70100112034, Mahasiswa Jurusan Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Alauddin Makassar, diuji dan dipertahankan dalam Ujian Sidang
Skripsi yang diselenggarakan pada hari selasa tanggal 25 Agustus 2016 M yang
bertepatan dengan tanggal 22 Dzulqaidah 1437 H, dinyatakan telah dapat diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, Jurusan Farmasi.
Gowa, 25 Agustus 2016 M
22 Dzulqaidah 1437 H
DEWAN PENGUJI
Diketahui oleh:
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar,
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah atas nikmat akal dan pikiran yang diberikan serta
penelitian dan penulisan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam juga
tak lupa pula kita haturkan kepada Nabi besar junjungan kita Nabi Muhammad saw,
Skripsi dengan judul “Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Ekstrak
Menggunakan Variasi Konsentrasi Basis Karbopol” ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu
menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar
Dengan selesainya skripsi ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran
tangan berbagai pihak. Penulis menyadari banyaknya kendala yang dihadapi dalam
penyusunan skripsi ini. Namun berkat doa, motivasi dan kontribusi dari berbagai
pihak, maka kendala tersebut mampu teratasi dan terkendali dengan baik.
Untuk itu penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
bapak / ibu :
1. Orang tua tercinta, Ayahanda Muhammad Tahir dan Ibunda Baraiyyah , dengan
penuh kasih sayang dan pengorbanan serta dukungan penuhnya baik berupa
v
materi, nasehat, dan doa yang tulus, saudari-saudariku serta keluarga yang
2. Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si., selaku rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar.
3. Dr. dr. H. Andi Armyn Nurdin, M.Sc., Dr. Nur Hidayah, S.Kep., Ns., M.Kes., Dr.
Andi Susilawaty, S.Si., M.Kes., dan Dr. Mukhtar Lutfi, M.Pd. sebagai Pimpinan
5. Isriany Ismail, S.Si., M.Si., Apt. selaku pembimbing pertama yang telah banyak
6. Andi Armisman Edy Paturusi, S.Farm., M.Si., Apt. selaku pembimbing kedua
yang telah banyak memberikan bantuan dan pengarahan serta meluangkan waktu
pengetahuan dan segala bantuan yang diberikan pada penulis sejak menempuh
8. Kakanda Rakhmat Wahyudi S, S.Farm., Apt., Sukri S.Farm dan Anshari Masri,
S.Farm., Apt selaku Laboran Laboratorium Farmasi UIN Alauddin Makassar yang
vi
9. Teman-teman seperjuangan ISOHID12IS (angkatan 2012) Hikmawati, Qoriatul
Aini, Wahyuni, Nurul Hiayah Abullah, Andi Rasdiyanah dan yang lainnya yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu terima kasih untuk kekeluargaan kalian
selama ini.
Effervescent dan adinda Farbion, Galenica dan Pulvis yang tidak bisa saya
Muhammad Ashar
NIM. 70100112034
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................. xv
viii
1. Klasifikasi ........................................................................................... 7
2. Nama daerah........................................................................................ 7
3. Morfologi ............................................................................................ 7
B. Ekstraksi ................................................................................................... 10
1. Pengertian .......................................................................................... 10
2. Mekanisme kerja ekstraksi ................................................................ 10
4. Maserasi ............................................................................................. 11
C. Kulit .......................................................................................................... 12
D. Jerawat....................................................................................................... 15
1. Pengertian .......................................................................................... 18
2. Basis gel ............................................................................................. 18
2. Viskositas........................................................................................... 21
3. Pengukuran pH .................................................................................. 22
ix
G. Tinjauan Agama ....................................................................................... 22
2. Lokasi penelitian................................................................................ 26
1. Alat .................................................................................................... 27
2. Bahan................................................................................................. 27
1. Pengambilan sampel.......................................................................... 27
3. Ekstraksi sampel................................................................................ 28
4. pembuatan sediaan gel ...................................................................... 28
B. Pembahasan .............................................................................................. 33
x
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 38
A. Kesimpulan............................................................................................... 38
B. Saran ......................................................................................................... 38
KEPUSTAKAAN ....................................................................................................... 39
LAMPIRAN ................................................................................................................ 42
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
7. Homogenitas .......................................................................................................... 54
9. Uji pH .................................................................................................................... 55
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
2. Perhitungan .......................................................................................................... 45
3. Gambar ................................................................................................................ 52
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiv
ABSTRAK
NIM : 70100112034
Judul skripsi : Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Ekstrak Daun
Telah dilakukan formulasi, uji stabilitas fisik sediaan gel ekstrak daun
botto’-botto (chromolaena odorata l) sebagai obat jerawat dengan menggunakan
variasi konsentrasi basis karbopol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
stabilitas sediaan gel dan pengaruh konsentrasi terhadap stabilitas sediaan gel basis
karbopol dengan konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%. Uji stabilitas sediaan gel
ditentukan berdasarkan pengamatan organoleptik, homogenitas, viskositas, sineresis,
daya sebar dan pH pada kondisi sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat pada
suhu 5ºC dan 35ºC. Pengaruh konsentrasi dan penggunaan pembentuk gel karbopol
terhadap stabilitas sediaan gel ditentukan berdasarkan signifikansi antara F hitung dan
F tabel pada uji pH dan viskositas . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua
sediaan dengan basis karbopol menunjukkan stabilitas yang baik pada setiap
konsentrasi terutama pada formula II dengan konsentrasi 1%. Pengaruh konsentrasi
dan penggunaan pembentuk gel karbopol terhadap stabilitas sediaan gel menunjukkan
perbedaan yang tidak signifikan pada uji pH dan sangat berbeda signifikan pada uji
viskositas.
Kata kunci: Gel, Daun Botto’-botto’ (Chromolaena odorata L), Karbopol, Uji
stabilitas
xv
ABSTRACT
NIM : 70100112034
Key word: Gel, Chromolaena odorata L., Carbopol, Physical Stability Test
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berkreasi (berdaya cipta) dan sanggup menguasai alam dan binatang. Lingkungan
alam mencakup segala materi hidup dan materi bukan hidup yang berada secara
alami di bumi dan salah satu unsur materi hidup di alam adalah tumbuhan.Tumbuhan
merupakan salah satu dari klasifikasi makhluk hidup. Tumbuhan memiliki klorofil
atau zat hijau daun yang berfungsi sebagai media penciptaan makanan dan untuk
proses fotosintesis. Dalam ilmu biologi, tumbuhan termasuk organisme yang disebut
Regnum Plantae yang merupakan organisme multi seluler atau terdiri atas banyak
sel. Hampir semua anggota tumbuhan bersifat autotrof dan mendapatkan energi
dapat dikonsumsi baik sebagai bahan makanan maupun sebagai bahan obat. Khasiat
yang terdapat dalam tumbuhan yang berfungsi sebagai pengobatan juga sangat
beragam tergantung dari senyawa yang terkandung dalam tumbuhan tersebut. Dalam
Terjemahnya:
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak Kami
tumbuhkan di bumi itu berbagai macam (tumbuh-tumbuhan) yang baik?”
Maksud dari ayat di atas adalah Tuhan menciptakan berbagai macam
tumbuhan di bumi dengan berbagai macam khasiat dan kegunaan. Oleh karena itu,
1
2
tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi ini meneliti dan menemukan
kegunaan-kegunaan dari tumbuhan yang ada tersebut.Tumbuhan yang baik dalam hal
yang biasa digunakan di masyarakat sebagai obat luka agar tidak terjadi infeksi.
Berbagai penelitian juga telah dilakukan, seperti yang dilaporkan Vital (2009)
ekstrak daun Botto’-botto’ (Chromolaena odorata L.) memiliki aktivitas untuk
mengandung senyawa yang dapat membunuh bakteri pada jerawat. Hal ini diperkuat
dengan adanya laporan penelitian dari Srisuda (2016) bahwa ekstrak daun Botto’-
Umumnya sediaan obat jerawat disiapkan dalam bentuk cair atau setengah
padat. Bentuk sediaan setengah padat seperti salep, krim dan gel jadi pilihan untuk
3
penyembuhan yang lebih baik karena memungkinkan waktu kontak obat yang lebih
panjang dan melindungi dari kontaminasi luar. Sediaan obat jerawat dalam bentuk
gel adalah sediaan yang efektif untuk terapi topical. Berdasarkan laporan Nur Ida
(2012) sediaan gel lebih disukai karena pada pemakaian meninggalkan lapisan
tembus pandang, elastis, pelepasan obatnya baik dan penampilan sediaan yang
menarik.
mempunyai aktivitas sebagai obat jerawat karena memiliki daya hambat yang kuat
pengujian kestabilan secara fisika, kimia dan mikrobiologi. Oleh karena itu,
berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa literatur di atas maka dilakukan
penelitian yang berjudul “Formulasi dan Uji Stabilitas Sediaan Gel Ekstrak Daun
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
4
1. Definisi Operasional
Pada penelitian ini digunakan beberapa istilah, agar tidak terjadi kekeliruan
penafsiran pembaca terhadap variable-variabel dalam judul, dengan demikian
penjelasan mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
b. Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari
suatu disperse yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar dan saling diserapi cairan (Ansel, 1989: 390)
Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah formulasi dan
pengaruh konsentrasi bahan pembentuk gel karbopol 940 terhadap stabilitas fisik
5
sediaan gel ekstrak daun Botto’-botto’ (Chromolaena odorata L.) sebagai obat
jerawat.
D. Kajian Pustaka
melihat kejelasan arah, originalitas, kemanfaatan dan posisi dari penelitian ini,
(L.f.) King and Robinson and Uncaria perrottetii (A. Rich) Merr. Extracts” Institute
L.) memberikan efek sebagai antimikroba dan antifungi. Penelitian lainnya dilakukan
astringen.
skin infections” Faculty of Science and Technology, Suan Dusit University, Bangkok
L.)memiliki kandungan senyawa fenol dan flavanoid dan ekstrak daun Botto’-botto’
Penelitian yang dilakukan oleh Nurzakiah Rasyid “Formulasi dan uji aktivitas
sediaan gel ekstrak daun Botto’-botto’ (Chromolaena odorata L.) sebagai obat
jerawat secara in vitro” Fakultas Ilmu Kesehatan, UIN Alauddin Makassar tahun
2015 bahwa formulasi gel ekstrak daun Botto’-botto’ (Chromolaena odorata L.)
mempunyai aktivitas sebagai obat jerawat pada bakteri Propionibacterium acnes dan
Staphylococcus aureus.
1. Tujuan Penelitian
Karbopol.
Karbopol yang tepat terhadap stabilitas sediaan gel ekstrak daun Botto’-
2. Manfaat Penelitian
TINJAUAN TEORITIS
A. Uraian Tumbuhan
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Chromolaena
2. Nama Daerah
Chromolaena odorata (L.) dikenal di Indonesia dan Negara lain dengan nama
yang berbeda. Di Makassar khususnya, spesies ini dikenal dengan beberapa nama,
Tekelan di Jawa, Siam Weed atau Jack in the Bush di Inggris. (Prawiradiputra, 2007:
46)
3. Morfologi
bagian bawah lebar, makin ke ujung makin runcing. Panjang daun 6-10 cm dan lebar
3-6 cm. tepi daun bergerigi, menghadap ke pangkal. Letak daun berhadap-hadapan.
7
8
Karangan bunga terletak di ujung cabang. Setiap karangan terdiri atas 20-35 bunga.
3-4 minggu. Pada saat biji masak, tumbuhan mongering. Pada saat itu biji pecah dan
terbang terbawa angin. Kira-kira satu bulan setelah awal penghujan, potongan
batang, cabang dan pangkal batang bertunas kembali. Biji-biji yang jatuh ke tanah
mulai berkecambah sehinhgga dalam waktu dua bulan kecambah dan tunas-tunas
telah mendominasi area.
Tumbuhan ini sangat cepat tumbuh dan berkembang biak. Karena cepat
rendah (0-500 m dpl) seperti di kebun karet dan kelapa serta di padang
4. Kandungan Kimia
odorata L.) menurut laporan Ngozi (2009) yaitu alkaloid, flavanoid, tanin dan
saponin. Berdasarkan literature yang berbeda, skrining fitokimia pada sampel daun
Botto’-botto’ (Chromolaena odorata L.) yang dilakukan oleh Harbone (1973) dan
sampel, berupa alkaloid, glikosida sianogen, flavonoid (auron, kalcon, flavon, and
flavonol), fitat, saponin, dan tanin. Determinasi kuantitatif pada senyawa fitat,
saponin, dan tanin dipublikasi dengan metode relevan oleh Asosiasi Kimia Analisis
Flavonoid umumnya lebih mudah larut dalam air atau pelarut polar
dikarenakan memiliki ikatan dengan gugus gula. Flavonoid terutama berupa senyawa
yang larut dalam air dan senyawa aktifnya dapat diekstraksi dengan etanol 70%
(Harbone, 1987).
sebagai antimikroba. Golongan fenolik ini diduga menjadi salah satu komponen yang
senyawa spesifik apa yang memiliki aktivitas antimikroba. Cara kerja senywa fenol
dan merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi (Pelczar, 2008: 260).
dengan protein ekstraseluler dinding sel. Selain itu flavonoid yang bersifat lipofilik
dapat merusak membran mikroba. Terpena atau terpenoid memiliki aktivitas sebagai
ini bekerja pada pengrusakan membran oleh senyawa lipofilik (Cowan, 1999: 564-
582).
5. Efek Farmakologi
B. Ekstraksi
1. Pengertian
Ekstraksi adalah proses penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari
bagian tanaman obat, hewan atau biota laut. Zat-zat aktif tersebut terdapat didalam
sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga
Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tanaman maupun hewan lebih
larut dalam pelarut organik. Pelarut organic akan menembus dinding sel dan masuk
ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut sehingga
terjadi perbedaan konsentrasi antara zat aktif di dalam sel dan pelarut organic di luar
sel. Larutan dengan konsentarsi tinggi akan berdifusi ke luar sel dan proses ini
berulang terus sampai terjadi kesetimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam sel
simplisia maka sel-sel yang rusak atau tidak utuh lagi akibat operasi penghalusan
langsung bersentuhan dengan bahan pelarut. Dengan demikian komponen sel yang
terdapat di dalamnya lebih mudah diambil atau dibilas. Oleh karena itu, dalam fase
pertama ekstraksi ini, sebafgian bahan aktif telah berpindah ke dalam bahan pelarut.
b. Fase ekstraksi. Yang lebih kompleks adalah proses selanjutnya, oleh karena
itu bahan pelarut untuk melarutkan komponen dalam sel yang tidak terluka harus
mampu mendesak masuk lebih dulu ke dalamnya. membrane sel yang mengering di
11
pelarut masuk ke bagian dalam sel. Hal ini terjadi melalui pembengkakan, dimana
pelarut. Dengan mengalirnya bahan pelarut ke dalam ruang sel, protoplasma akan
membengkak dan bahan kandungan sel akan terlarut sesuai dengan tingkat
kelarutannya. Bahan kandungan sel akan terus masuk ke dalam cairan di sebelah luar
3. Tujuan Ekstraksi
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam
bahan alam baik dari tumbuhan, hewan dan biota laut dengan pelarut organic
tertentu, dinding sel akan masuk dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
4. Maserasi
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rngga sel yang mengandung zat aktif.
Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan dan zat
aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa
ini berulang-ulang kali terjadi kesetimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel
C. Kulit
1. Anatomi Kulit
Secara histologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu: (a) lapisan dermis
atau kutikel, (b) lapisan dermis, (c) lapis subkutis (hypodermis). Tidak ada garis
tegas yang memisahkan antara dermis dan subkutis. Subkutis ditandai dengan adanya
jaringan ikat longgar dan sel-sel yang membentuk jaringan lemak. Lapis epidermis
Struktur kulit dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: (Anwar Effionora,
2012; 190-192).
a. Epidermis
Eidermis merupakan jaringan epitel berlapis pipih, dengan sel epitel yang
mempunyai lapisan tertentu. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan yaitu stratum
13
corneum.
b. Dermis
untuk kulit itu sendiri. Lapisan ini jauh lebih tebal daripada epidermis. Terbentuk
oleh jaringan elastis dan vibrosa padat dengan elemen seluler, kelenjar, dan rambut
c. Subkutis
Lapisan ini merupakan kelanjuta dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar
berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti
terdesak ke pinggir karena sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk
kelompokyang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh trabekula dan vibrosa.
Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan.
Dilapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah
bening. Tebal jaringan lemak tidak sama, bergantung pada lokasi, di abdomen 3 cm,
sedangkan didaerah kelopak mata dan penis sangat tipis. Lemak ini juga berfungsi
sebagai bantalan.
Faal kulit sangat kompleks dan berkaitan satu dengan yang lainnya didalam
a. Fungsi proteksi
lemak subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai
pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin
adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai
pH 4,5-6,5.
b. Fungsi ekskresi
melindungi kulit dan menahan penguapan yang berlebihan sehingga kulit tidak
menjadi kering.
ruffini yang terletak di dermis, menerima rangsangan dingin, dan ransangan panas
diperankan oleh badan krause. Badan Taktil Meissner yang terletak di papil dermis
epidermis.
mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit. Pada suhu tubuh meningkat kelenjar
keringat tersebut terbuang pula panas tubuh. Mekanisme termoregulasi ini diatur oleh
jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit. Pajanan sinar
akan meningkat.
Mekanisme kerja obat terjadi ketika bertemu dengan reseptor yang sesuai
dengan senyawa komponen dalam obat itu. Absorbsi obat melalui kulit merupakan
upaya untuk menghantarkan senyawa dalam obat untuk bertemu dengan reseptornya
yang ada di kulit tanpa harus melewati saluran gastrointestinal (peroral). Absorbsi
bahan dari luar kulit menuju hingga ke bawah kulit yang tercakup dalam aliran
darah, disebut absorbsi perkutan. Umunya, absorbsi perkutan dari bahan obat ada
pada preparat dermatologi, seperti cairan, gel, salep, krim dan pasta yang tidak hanya
tergantung pada sifat kimia fisika dari bahan obat apa saja, tapi juga pada sifat
D. Jerawat
1. Pengertian
Jerawat adalah penyakit peradangan kronis yang umumnya terjadi pada unit
inflamasi, pustule, nodul, dan kista. Jerawat sangat umum dan biasanya dimulai
selama masa remaja tetapi biasanya dimulai untuk pertama kalinya pada usia 12-24.
Jerawat dialami oleh remaja dengan kejadian sebesar 16-80% (wanita) 29-90% (pria)
dan juga dialami oleh orang dewasa 3-6% (wanita) dan 5-12% (pria) (Isriany ismail,
2013: 115-116).
pilosebacea, lesi paling sering dijumpai pada wajah, dada, dan punggung. Kelenjar
yang meradang dapat membentuk papul kecil warna merah muda, yang kadang kala
16
mengelilingi komedo yang kadang tampak hitam pada bagian tengahnya, atau
membentuk postule atau kista, penyebab tak diketahui, tetapi telah ditemukan banyak
faktor, termasuk stress, faktor herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya
Pada kulit yang semula dalam kondisi normal, sering kali terjadi penumpukan
kotoran dan sel kulit mati karena kurangnya perawatan kebersihan dan pemeliharaan,
khususnya pada kulit yang memiliki tingkat produksi minyak yang tinggi, salah
jenis kotoran kulit menjadi penyebab folikel rambut menjadi tersumbat. Sel kulit
mati, kotoran dari lingkungan eksternal, sisa-sisa metabolisme, dan minyak yang
dihasilkan oleh kelenjar sebasea yang menumpuk tersebut menjadi sumber nutrisi
sebagai berikut:
padat.
dan psikologis. Jika disertai sumbatan dimuara kelenjar sebasea, aliran keluar sebum
akan terbendung.
bakteri ini terdapat dibawah muara kelenjar sebasea dan suka makan lemak sebum.
4. Reaksi radang akibat serbuan sel darah putih kesekitar kelenjar sebasea
yang sedah mengalami bendungan dan akhirnya pecah. Isi lemak sebum tumpah rua
17
kedalam jaringan kulit jangat atau dermis, dan dianggap benda asing sehingga
memancing serbuan sel darah putih ketempat tersebut (Sukandar, 2008: 944-945).
5. Kulit kotor, misalnya pada kulit muka, bila tidak bersih tentu debu akan
bertambah tebal, apabila kotoran tersebut dibawa tidur. Dengan debu yang
berlemak, coklat.
7. Genetik (keturunan), secara umum keluarga yang banyak jerawat, anak-
menyalahi aturan pakai, misalnya tidur tanpa membersihkan make up, perawatan
tidak sesuai dengan jenis kulit atau tidak cocok dengan kulit
9. Peralihan usia remaja, biasanya pada saat ini produksi hormon sedang
tumbuh.
10. Mestruasi (haid), pada waktu mestruasi biasanya fungsi hormon tidak
11. Alergi terhadap makanan, bila alergi terjadi akibat makanan atau zat
protein karbohidrat dan lemak, maka akan memperburuk kondisi kulit sehingga
timbul peradangan
12. Iklim tropis, iklim yang panas akan meransang kegiatan yang
berlebihan dari kelenjar lemak dalam jumlah yang berlebihan bila tidak cepat dirawat
makanannya yang cukup dan tidak mampu melancarkan pengeluaran sisa-sisa zat
E. Sediaan Gel
1. Pengertian
Gel didefinisikan sebagai suatu system setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik
dan kosmetik harus inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain.
Penambahan gelling agent dalam gel perlu dipertimbangkan yaitu tahan selama
polisakarida alami peka pada derajat microbial. Penambahan bahan pengawet perlu
untuk mencegah kontaminaswi dan hilangnya karakter gel dalam kaitannya dengan
mikrobial.
2. Basis Gel
ditambahkan ke dalam fase pendipersi, bilamana tebal, hanya sedikit sekali interaksi
antar kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara
spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus (Ansel,
1989: 392-393).
19
Basis gel hidrofilik umumnya adalah moleku-molekul organik yang besar dan
dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi. Istilah
hidrofilik berarti suka pada pelarut. Pada umumnya karena daya tarik menarik pada
pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik
dari bahan hidrofobik, sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat
untuk membentuk basis gel, baik dari partikel anorganik atau organik. Berikut uraian
a. Karbopol
Karbopol adalah polimer asam akrilat yang berupa hasil silang dengan salah
satu allyl sukrosa atau allyl eter dari pentaeritritol. Karbopol digunsksn dalam
sediaan cair dan semisolid sebagai rheologi modifiers, termasuk krim, gel, lotion dan
salep yang digunakan untuk sediaan mata, rectal, topical dan vaginal. Karbopol
warna putih, halus seperti benang, asam dan higroskopik yang sedikit berbau.
Konsentrasi karbopol sebagai bahan pembentuk gel 0,5%-2,0% (Rowe, 2009: 110).
b. Gliserin
yang encer maupun tidak. Konsentrasi gliserin sebagai humektan adalah sekitar 30%
c. Trietanolamin (TEA)
Senyawa ini tidak berwarna atau kuning pucat, kental dan sedikit berasa
d. Metil paraben
Metal paraben digunakan sebagai pengawet antimikroba pada sediaan
Metil paraben digunakan dalam preparat cair dan preparat setengah padat
F. Stabilitas Sediaan
kemurnian produk tersebut. Sediaan obat/kosmetik yang stabil adalah suatu sediaan
yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode penyimpanan
dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya
setiap bahan obat yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan
juga bertujuan untuk memilih formulasi dan sistem penutupan wadah yang sesuai
menegaskan massa edar yang telah ditetapkan dan untuk membuktikan bahwa tidak
ada perubahan yang terjadi dalam formulasi atau proses pembuatan yang dapat
dilihat dari perubahan penampilan fisik, warna, rasa, dan tekstur dari formulasi
tersebut (Syahputri, 2005: 58).
Berikut ini adalah beberapa macam uji stabilitas fisik gel, yaitu:
1. Uji organoleptik
kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya
rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan
dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan
(stimulus). Pengukuran terhadap nilai terhadap nilai / tingkat kesan, kesadaran dan
subyektif karena hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh pelaku atau
2. Viskositas
suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya
Semakin tinggi nilai viskositasnya maka semakin tinggi tingkat kekentalan zat
3. Pengukuran pH
dilakukan dengan perlakuan sampel gel dengan beban tertentu diletakkan dipusat
antara lempeng gelas, dimana lempeng sebelah atas dalam interval waktu tertentu
meningkatkan beban, merupakan karakteristik daya sebar. Daya sebar yang baik
akan menjamin pelepasan bahan obat yang memuaskan (Voigt, 1994: 381). Daya
sebar gel yang baik yaitu antara 5 sampai 7 cm (Garg et al., 2002)
G. Tinjauan Agama
Saat ini, tanaman obat menjadi salah satu alternatif obat yang dipilih oleh
masyarakat luas. Hal ini karena tanaman obat tidak mempunyai efek samping yang
besar bila dibandingkan dengan obat modern yang terbuat dari bahan kimia sintetis.
Selain itu, tanaman obat pun semakin populer dengan makin meluasnya informasi
membuat masyarakat luas makin tertarik untuk mencoba dan memanfaatkan tanaman
Terjemahnya:
(Tuhan) yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan bagimu, dan
yang menjadikan jalan-jalan di atasnya bagimu, dan yang menurunkan air
(hujan) dari langit. “Kemudian Kami tumbuhkan dengannya (air hujan itu)
berjenis-jenis aneka macam tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam
(Kementerian agama, 2011: 436).
Ayat-ayat diatas menyatakan: Dia, yakni Allah, yang telah menjadikan bagi
kamu, sebagian besar bumi sebagai hamparan bagi manusia yang terbentang luas
untuk dipergunakan sebagai tempat tinggal, bangun, tidur dan bepergian dengan
di bumi itu jalan-jalan yang mudah kamu tempuh, dan menurunkan dari langit air,
yakni hujan, sehingga tercipta sungai-sungai dan danau maka kami tumbuhkan
kebutuhan makhluk hidup. Hal ini disebutkan dalam Firman Allah SWT. Dalam Al-
Terjemahnya :
“Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami Tumbuhkan dengan
air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-
tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami Keluarkan dari tanaman yang
menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma, mengurai tangkai-
tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula)
zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya
pada waktu berbuah, dan menjadi masak. Sungguh, pada yang demikian itu
ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.”
24
Ayat diatas menegaskan bahwa Dan Dia juga bukan selain-Nya yang telah
menurunkan air, yakni dalam bentuk hujan yang deras dan bayak dari langit, lalu
akibat turunya air itu, segala macam tumbuh-tumbuhan, maka kami keluarkan
dirinya, yakni dari tumbuh-tumbuhan itu, tanaman yang menghijau. yakni dari
tanaman yang menghijau itu, butir yang saling bertumpuk, yakni banyak padahal ia
dan ujian bagi hamba-Nya yang sabar dan sholeh sesuai dengan yang ditetapkan oleh
manusia, dan Allah SWT menjadikan sakit yang menimpa mereka sebagai
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa Allah swt adalah Zat Yang Maha
Terjemahnya:
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku” (Departemen
agama RI, 2009 : 371).
Secara bahasa yasyfini berarti menyembuhkan aku. Subjek dari kata kerja ini
adalah Allah. Dengan demikian, ayat di atas maknanya adalah Allah yang
menyembuhkan aku. Ini merupakan isyarat bahwa yang memberikan kesembuhan itu
adalah Allah. Selain itu, ungkapan ini juga merupakan isyarat bahwa sumber segala
anugerah adalah Allah swt. Penggunaan kata idza/ apabila diawal, mengandung
makna suatu keniscayaan. Selain itu, perlu pula ditegaskan bahwa penyembuhan
yang dimaksud bukan berarti upaya manusia untuk memperoleh kesembuhan tidak
diperlukan lagi. Dalam masalah ini, banyak hadis Nabi Muhammad yang
25
menganjurkan umatnya untuk berobat agar sembuh dari penyakit yang dideritanya.
Ungkapan pada ayat ini dimaksudkan untuk menyatakan bahwa sebab dari segala
bersabda:
banyak diketahui oleh semua orang. Oleh karenanya, yang diketahui oleh orang yang
tahu dan tidak diketahui orang yang tidak mengetahuinya. Selain itu, hal ini tidak
menafikan tawakal kepada Allah bagi yang menyakini, bahwa kesembuhan tersebut
berasal dari Allah dan atas kekuasaan-Nya. Obat tidak dapat menyembuhkan secara
zatnya, tetapi berdasarkan kekuasaan Allah SWT. Sesungguhnya, sebuah obat dapat
menjadi penyakit bilamana Allah menghendakinya. Hal ini berdasarkan isyarat yang
terkandung dalam pernyataan Nabi di atas “Dengan seizin Allah”. Poros dari semua
itu adalah takdir dan kehendak Allah SWT, sehingga berobat tidak menafikan
tawakal. Demikian pula dengan berbagai macam usaha menghindari berbagai hal
manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Ini bukan berarti bahwa manusia boleh
dengan seenaknya atau semaunya menggunakan apa yang telah diciptakan-Nya itu
melainkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
2. Lokasi Penelitian
Kesehatan UIN Alauddin Makassar untuk formulasi sediaan gel dan uji stabilitas
sediaan.
B. Pendekatan Penelitian
L.) sebagai obat jerawat dengan menggunakan pembentuk gel Karbopol yang telah
1. Populasi Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh daun tanaman yang dapat
2. Sampel Penelitian
26
27
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh data yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam
dilakukan dengan cara mengamati dan melakukan pencatatan hasil secara teliti.
E. Instrumen Penelitian
1. Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain; gelas arloji, gelas ukur, lumpang dan
stamfer, tangas air, timbangan analitik, lemari pendingin, oven, rotary evaporator,
termometer.
2. Bahan
odorata L.), air suling, aluminium foil, etanol 96%, gliserin, karbopol, metil paraben,
dan trietanolamin.
F. Prosedur Kerja
1. Pengambilan Sampel
hari (08.00-10.00 WITA), daun yang digunakan adalah seluruh daun yang tidak rusak
dan berjamur.
28
2. Pengolahan Sampel
hingga bersih dengan air mengalir, dikeringkan tanpa terkena sinar matahari langsung
3. Ekstraksi Sampel
wadah maserasi, direndam dengan etanol 96% hingga simplisia terendam secara
merata. Wadah maserasi ditutup dan disimpan selama 1 x 24 jam di tempat terlindung
dari sinar matahari dan sesekali diaduk. Selanjutnya disaring dan dipisahkan antara
Ampas diekstraksi kembali dengan penyari yang baru dengan jumlah yang
sama. Hal ini terus dilakukan hingga cairan penyari tampak bening (3 kali). Ekstrak
etanol yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan dipekatkan dengan cairan penyari
a. Rancangan Formula
Formula/Konsentrasi (%)
Bahan Keterangan
I II III IV
Gliserin 30 30 30 30 Humektan
29
b. Pembuatan Formula
dikembangkan dalam air suling di gelas piala, didiamkan hingga mengembang selama
ditambahkan metil paraben yang sebelumnya telah dilarutkan dengan air suling panas
suhu 900C, diaduk hingga homogen. Ekstrak dicampur dengan gliserin, dicampur ke
dalam basis, dihomogenkan. Ditambahkan sisa air ke dalam basis, dan dihomogenkan
kembali.
Pelaksanaan uji stabilitas pada sediaan gel sebagai obat jerawat dilakukan
sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat, yaitu penyimpanan pada suhu 50C dan
350C secara bergantian setiap 48 jam (1 siklus) selama 10 siklus. Jenis evaluasi
a. Organoleptis
Gel yang stabil harus menunjukkan karakter yang sama berupa kejernihan, warna dan
b. Homogenitas
Sediaan gel yang dihasilkan dioleskan pada sekeping kaca kemudian diamati
apakah terdapat bagian-bagian yang tidak tercampurkan dengan baik. Gel yang stabil
penyimpanan dipercepat.
30
c. Pengukuran viskositas
viscometer.
Sampel gel dibebani anak timbangan diatasnya dengan beban tertentu di atas
e. Sineresis
Uji sineresis dilakukan dengan mengamati apakah terbentuk lapisan cairan di
permukaan gel setelah penyimpanan dipercepat. Gel yang stabil tidak boleh
menunjukkan sineresis.
f. pH
Pengukuran pH dilakukan terhadap sediaan gel yang telah dibuat sebelum dan
setelah diberi kondisi penyimpanan dipercepat yaitu pada suhu 5°C dan 35°C masing-
menggunakan pH meter.
1. Teknik Pengolahan
Pengujian sampel yang diperoleh didasarkan atas ada tidaknya perubahan
2. Analisis Data
Data dari hasil evaluasi kestabilan gel dikumpulkan, ditabulasi dan dianalisis
statistik.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Sediaan yang dibuat terdiri dari empat formula gel dengan konsentrasi
basis karbopol yang berbeda namun sama-sama menggunakan jenis ekstrak daun
stabilitas fisik sediaan gel secara fisika yang meliputi pengamatan organoleptis,
PH, homogenitas, sinaresis, viskositas dan daya sebar pada sediaan gel jerawat
ekstrak daun botto’-botto’ (Chromolaena odorata L.) yang telah dibuat adalah
sebagai berikut:
1. Pengamatan Organoleptik
Formula Pengamatan
31
32
Pengamatan
I - Homogen - Homogen
II - Homogen - Homogen
IV - Homogen - Homogen
Formula Pengamatan
I 7,7 7,1
II 7,4 5,9
IV 6,9 5,3
Sebelum Setelah
Formula Gel
penyimpanan Penyimpanan
I 9200 9190
II 9223.33 9196.66
IV 9440 9410
33
Gel (g)
sebaran(cm2) R2 Sebaran R2
(cm2)
0 2,87 3,93
I 4 7,34 7,79
6 9,62 9,33
0 4,02 2,52
II 4 4,23 3,72
6 4,34 4,25
0 2,52 3,11
6 3,09 4,04
0 2,35 3,01
IV 4 2,80 3,67
6 2,99 3,95
B. Pembahasan
Proses pembuatan sediaan yang ditujukan sebagai obat anti jerawat dari
ekstrak daun Botto’-botto’ (Chromolaena odorata) ini telah dipilih sebagai
34
untuk tidak mempengaruhi efek bahan aktif, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa
pembawa dapat memberi pengaruh pada difusi bahan aktif dari pembawa menuju
sisi aksi, serta stabilitas bahan yang tinggi dalam pembawa, yang secara terpisah
atau bersamaan dapat menyebabkan sediaan lambat atau tidak memberikan efek.
Begitupun dalam stabilitas fisik sediaan gel sangat tergantung pada jenis
pembentuk gel ini dalam memerangkap cairan sangat tergantung dari konsentrasi
yang digunakan. Oleh karena itu penentuan formula gel ekstrak tanaman ini
dilakukan dengan pengujian stabilitas fisik sediaan gel dengan berbagai kosentrasi
basis karbopol.
Pada sediaan farmasi salah satunya adalah gel, kestabilan suatu zat
produksi dalam jumlah besar dan memerlukan waktu yang lama dalam
penyimpanan tidak memiliki perubahan yang berarti. Yaitu dengan warna hijau
tua dan beu khas ekstrak serta penampakan yang jernih pada formula I, II, III, dan
IV, ini menunjukkan bahwa pengamatan dalam parameter sediaan ini dikatakan
stabil baik sebelum maupun setelah penyimpanan, atau komponen dalam sediaan
selama penyimpanan tidak mengalami reaksi antara bahan yang satu dengan yang
lain, sehingga tidak tejadi tanda-tanda reaksi dari perubahan warna, kenampakan
35
dan bau.
Sinaresis tidak terjadi pada semua formula sediaan gel sehingga bisa
dikatakan sediaan tampak stabil. Sinaresis adalah pelepasan cairan dari struktuk
gel, hal ini dapat terjadi karena konsentrasi gelling agent yang digunakan tidak
hasil yang baik yaitu tampak homogen dan stabil dari semua sediaan gel yang
diuji, keadaan ini menunjukan semua sediaan dianggap stabil dalam parameter
cairan untuk mengalir . Makin tinggi nilai Viskositas maka makin besar daya
sangat berbeda segnifikan antara tiap formula gel. Pada F Tabel 1% F hitung < F
tabel, namun pada F Tabel 5% F hitung > F tabel, sehingga viskositas sediaan
karbopol menunjukkan F hitung < F tabel yang berarti bahwa pH dari setiap
sediaan tidak berbeda segnifikan antara formula I, II, III dan IV. Sedangkan
menunjukkan F hitung > F tabel yang berarti bahwa pH dari setiap sediaan sangat
sediaan tidak stabil pada parameter ini, atau terjadi reaksi didalam sediaan selama
36
dengan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan gel yang paling memenuhi
adalah formula II dan III yaitu dengan konsentrasi 1% dan 1,5% mengalami
kemudian setelah perlakuan 5,9 dan 5,5. Mengingat pH kulit adalah 5-6,5. Ini
Uji daya sebar sediaan dilakukan untuk mengetahui besarnya gaya yang
diperlukan gel untuk menyebar pada kulit atau untuk mengetahui kemampuan
menyebar sediaan gel saat dioleskan pada kulit. Dari pengamatan dengan
memenuhi syarat kestabilan dan kelayakan daya sebar pada sediaan gel, yaitu saat
mengikuti grafik linear begitupun pada kondisi setelah penyimpanan dengan nilai
Regresi 0,9981 dan 0,9985. Kemudian parameter lain untuk menentukan kstabilan
karena nilai regresi kedua sediaan masih 0,99 yang berarti memiliki nilai Regresi
yang hampir mendekati I, ini menunjukan penggunaan sediaan yang amat nyaman
Seperti halnya dalam penelitian ini yang menunjukkan bahwa daun botto’-
botto’ (Chromolaena odorata L.) dapat stabil dalam bentuk sediaan gel dengan
satunya sebagai obat jerawat adalah tidak lain sebagai bentuk kesyukuran
terhadap ciptaan Allah Swt itu sendiri. Sehingga lebih didalami dengan salah
satunya adalah pembuatan sediaan dalam bentuk gel yang insyaAllah dapat
PENUTUP
A. Kesimpulan
memiliki kestabilan fisik yang baik namun kestabilan sediaan yang lebih baik
dibandingkan dengan sediaan yang lain ada pada formula II yang menggunakan
2. Pengaruh konsentrasi karbopol sebagai basis gel dalam sediaan gel jerawat
sediaan gel.
daun Botto’-Botto’ (Chromolaena Odorata L), dapat digunakan sebagai salah satu
B. Saran
menggunakan gelling agent yang berbeda atau melakukan uji stabilitas kimia
maupun mikrobiologinya.
38
KEPUSTAKAAN
Depkes RI. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid II. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI Dan Kesejahteraan Sosial RI Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan. 2000.
Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI. 1979
Dirjen Pom. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes Ri. 1995.
Ida, Nur dan Sitti Fauziah Noer. Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe
vera L). Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Islam Makassar. 2012
Ismail, isriyani., dkk. 2013. Pengembangan Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Daun
Botto’-Botto’ (Chromolaena odorata (L.) King & H.E Robins) Sebagai Obat
Luka. Fakultas Kesehatan, Jurusan Farmasi. Makassar: Universitas Islam
Negeri Alauddin.
Lachman L., Liberman HA dan Kaning JL. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi
Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. 2007
Ngozi, Igboh M., Jude, Ikewuchi C. and Catherine, Ikewuchi C. Chemical Profile of
Chromolaena odorata L. (King and Robinson) Leaves. Pakistan Journal of
Nutrition 8. 2009
39
40
Rasyid, Nurzakiyah. Formulasi dan uji aktivitas sediaan gel ekstrak daun Botto’-
botto’ (Chromolaena odorata L.) sebagai obat jerawat secara in vitro.
Fakultas Ilmu Kesehatan, UIN Alauddin Makassar. 2015
Rowe, Raymond C., Paul JS, Marian EQ. Handbook of Pharmaceutical Excipients
Sixth Edition. USA: The Pharmaceutical Press. 2009
Septiningsih, Erna. Efek Penyembuhan luka bakar ekstrak etanol 70% daun papaya
(Carica papaya) dalam sediaan gel pada kulit punggung kelinci. Skripsi
sarjana, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2008
Shihab, M.Q. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur'an. Jakarta:
Penerbit Lentera Hati, 2001.
Sukandar, Elin Yulinah,Dkk. Iso Farmakoterapi. Jakarta: Pt. Isfi Penerbitan. 2009.
Vital, P.G, dan Rivera, W.L. Antimicrobial activity and citotoxicity of Chromolaena
odorata (L.f.) King and Robinson and Uncaria perrottetii (A. Rich) Merr.
Extracts. Journal of medical Plants Research, Volume 3. 2009
1. Penyiapan sampel
Rotavapor
Ekstrak Ampas
etanoldiekstraksi
Dibebasetanolkan
42
43
2. Pembuatansediaan gel
Karbopol
Gelas piala
Di kembangkan dengan air suling
Trietanolamin
Homogenkan
Dihomogenkan
Dihomogenkan
Sedian Gel
44
Sediaan Gel
Analisis Data
45
Lampiran 2. Perhitungan
Faktor Koreksi =
= = 689782467.4
JK Total (JKT) =∑ – FK
= (9200)2 + (9223,33)2+…. (9410)2 – 689782467.4
= 689852996.4 – 689782467.4
= 70529.03199
JK Gel (JKG) = – FK
–
= 689782467.4
= 689850628.3 – 689782467.4
= 68160.8875
JK Kondisi = - FK
= – 689782467.4
= 689784317.9 – 689782467.4
= 1850.44861
= 70529.03199 – 70011.33615
= 517.6958374
46
=7
=3
=1
=3
Keterangan :
KT perlakuan =
= 22720.29585
KT Galat =
=
47
= 172.5652791
F hitung perlakuan =
= 131.6620351
F hitung kondisi =
= 10.72318035
√
1. BNJα = q(p,v,α)
√
BNJ 5% = q(4; 3; 0,05)
√
BNJ 5% = 6,83 = 22.430
√
2. BNJα = q(p,v,α)
√
BNJ 1% = q(4; 3; 0,01)
√
BNJ 1% = 12,7 = 41.708
9195 0
48
9209.995 14,995 0
Signifikan
Non signifikan
Faktor Koreksi =
= = 345.845
JK Total (JKT) =∑ – FK
= (7,7) + (7,4)2+…. (5,3)2 – 345.845
2
= 351.46 – 345.845
= 5.615
49
JK Gel (JKG) = – FK
– 345,845
=
= 348.03 – 345.845
= 2.185
JK Kondisi =
= – 345.845
= 348.97 – 345.845
= 3.125
= 5.615 – 5.31
= 0.305
=7
=3
=1
=3
50
Keterangan :
KT perlakuan =
= 0.728333
KT Galat =
= 0.101667
F hitung perlakuan =
= 7.163934
F hitung kondisi =
51
= 30.7377
√
1. BNJα = q(p,v,α)
√
BNJ 5% = q(4; 3; 0,05)
√
BNJ 5% = 6,83 = 0.544
√
2. BNJα = q(p,v,α)
√
BNJ 1% = q(4; 3; 0,01)
√
BNJ 1% = 12,7 = 1.012
7,4 0
6,65 1
6,15 1,25 1
Signifikan
Non signifikan
52
Lampiran 3. Gambar
Gambar 3. Preparasi sampel (a) sortasi kering (b) dikeringkan (c) diserbukkan
53
(d) (e)
Gambar 5. Komposisi sediaan (a) ekstrak etanol daun Botto’-botto’ (b) Karbopol
Gambar 6. Sediaan Gel (a) formula I (b) formula II (c) formula III (d) formula IV
I II III IV I II III IV
(a) (b)
Penyimpanan dipercepat
55
Gambar 9. Uji pH (a) formula I (b) formula II (c) formula III (d) formula IV
56
Formula I
15
luas sebaran 10
5 Series1
Linear (Series1)
0
0 2 4 6 8 y = 1.106x + 3.007
bobot beban R² = 0.9963
formula II
4.4
luas sebaran
4.3
4.2
Series1
4.1
Linear (Series1)
4
0 2 4 6 8 y = 0.0525x + 4.025
bobot beban R² = 0.9973
formula III
4
luas sebaran
3
2
Series1
1
Linear (Series1)
0
0 2 4 6 8
y = 0.094x + 2.538
bobot beban
R² = 0.9939
57
formula IV
4
luas sebaran
3
2
Series1
1
Linear (Series1)
0
0 2 4 6 8 y = 0.1065x + 2.363
bobot beban R² = 0.9972
(a)
Formula I
10
Luas sebaran
8
6
4 Series1
2
Linear (Series1)
0
0 2 4 6 8 y = 0.8815x + 4.208
bobot beban R² = 0.9836
Formula II
5
luas sebaran
4
3
2 Series1
1
Linear (Series1)
0
0 2 4 6 8 y = 0.2875x + 2.55
R² = 0.9981
bobot beban
58
Formula III
5
4
luas sebaran
3
2 Series1
1
Linear (Series1)
0
0 2 4 6 8 y = 0.147x + 3.099
bobot beban R² = 0.9634
Formula IV
5
4
luas sebaran
3
2 Series1
1
Linear (Series1)
0
0 2 4 6 8 y = 0.1575x + 3.02
R² = 0.9985
bobot beban
(b)
Gambar 10. Grafik uji daya sebar (a) sebelum penyimpanan dipercepat (b) setelah
penyimpanan dipercepat
BIOGRAFI
Muhammad Ashar lahir pada tanggal 13 Oktober 1993 di
Baraiyyah.
satu Perguruan Tinggi islam yang terkenal di Makassar yaitu Universitas Islam
yang begitu solidnya yang diberi nama angkatan “ISOHID12IS”, juga kakanda dan
adinda yang sangat berperan penting di Farmasi Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar. Maka dari itu, Penulis senantiasa berharap ridho Allah membawanya lebih
lapang dalam mengais ilmu pengetahuan juga ilmu agama hingga tiba ujung
hayatnya.
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
TUGAS AKHIR
Oleh:
DENI YUDA ADI SAPUTRA
M 3509014
DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
SURAKARTA
2012
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir saya yang berjudul “PENGARUH
GLISERIN, PROPILENGLIKOL, DAN MADU TERHADAP SIFAT FISIS SEDIAAN
BATH GEL EKSTRAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) ” adalah hasil
penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
INTISARI
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Avocado used as a beauty because contains many vitamins, minerals, and oils.
Humaktan a material effect on the stability of the preparation bath gel. The research aims
to determine the difference of usage propilenglikol, glycerin, and honey as humectan about
avocado extract bath gel.
The research was done by making an avocado extract is macerated with 95%
ethanol for 3 days. Manufacture of bath gel preparations avocado extract with three
formulas using humectan glycerine (FI), propylenglikol (FII), and honey (FIII). The
preparation of the bath gel from three formulas do by organoleptis test and preparation test
bath gel physical properties include pH, viscosity, adhesion, and the spread were observed
for 28 days. The data obtained were compared with parameter standards and analyzed using
the statistical Kolmogorov-Smirnov test, if normally distributed data followed by the one
way ANOVA test with 95% confidence level. Top reference test was analyzed using the
Friedmen.
The results showed the physical properties of the bath gel that is formed in
accordanced with the parameter standard. The use of humectan propylenglycol, glycerin,
and honey to give effect to extract physical properties of avocado bath gel. Based on the
test's favorite bath gel formula III can be concluded that the addition of honey humaktan
most preferred in terms of color, viscosity, amount of foam, which has a clean impression
adhesion 5,43 s, viscosity 13000 cps, and ph value of 6.38.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
kesempatan (Anonim).
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir dengan
Penyusunan Tugas Akhir merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh
gelar Ahli Madya Farmasi pada jurusan D3 Farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penulisan laporan Tugas
Akhir ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang
terbaik. Dan tak mungkin terwujud tanpa adanya dorongan, bimbingan, semangat, motivasi
serta bantuan baik moril maupun materiil, dan do’a dari berbagai pihak. Karena itu penulis
1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas Matematika
2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt, selaku ketua program studi D3 Farmasi Universitas
4. Anang Kuncoro R. S., S.Si., Apt., selaku pembimbing tugas akhir atas segala
5. Segenap dosen pengajar dan staff jurusan D3 Farmasi yang telah banyak memberikan
commit to user
ilmu dan pelajaran berharga.
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam
Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan dapat menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian Ahli Madya Farmasi di
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
INTISARI ........................................................................................................... iv
ABSTRACT ......................................................................................................... v
A. Tinjauan Pustaka.....................................………………..…..……….. 5
commit to user
1. Klasifikasi alpukat.. ......................……………………..………..... 5
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6. Manfat Tanaman….......…………….…..……................…............ 8
D. Monografi Bahan....................................................................................15
E. Kerangka Pemikiran................................................................................19
F. Hipotesis..................................................................................................21
C. Tempat Penelitian................................................................................ 23
E. Tahap penelitian................................................................................... 23
3. Maserasi .................................................................................. 24
F. Formula ..........................…………….………………....................... 25
commit to user
G. Uji Sifat Fisis Gel..............................……………..…….……........... 26
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6. Uji Hedonik/Kesukaan................................................................. 28
A. Determinasi Tanaman……………….................................................. 29
A. Kesimpulan .............................………………………..…………....... 48
B. Saran ........................................…………..….……............................. 48
LAMPIRAN ....................................................................................................... 50
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel IV. Hasil uji kandungan gizi ekstrak buah alpukat .................................. 30
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
cps = centipoise
FI = Formula I
FII = Formula II
FIII = Formula III
HPMC = Hidroksi Propil Metil Selulosa
mg = miligram
ml = mililiter
kg = kilogram
o
C = Celcius
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
masyarakat. Buah ini mengandung lemak yang tinggi, rasanya langu seperti minyak
ikan. Buah alpukat tidak hanya dimakan, tetapi juga dibuat minuman seperti juice
orang. Namun dikalangan wanita, buah alpukat telah dimanfaatkan sebagai masker
komoditi tersebut dikembangkan menjadi salah satu sumber minyak nabati bagi
keperluan industri non pangan seperti kosmetika, sabun, dan krim wajah (Retnasari,
2000). Buah Alpukat dapat memberikan nutrisi untuk kulit, dan juga bisa
memudarkan warna kulit yang tidak merata atau dengan kata lain memutihkan
vitamin E dan lemak nabati. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh
Wardhana dkk (2009) menggunakan ekstrak alpukat 0,4% (b/b) terhadap sediaan
baru berupa bath gel alpukat madu. Menurut SNI (1996), sabun mandi cair
merupakan sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang terbuat dari bahan sabun
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
beberapa keuntungan dari pada sabun mandi padat. Hal ini disebabkan oleh
Formulasi dari sediaan bath gel itu sendiri antara lain terdiri dari
pembuatan bath gel juga dipengaruhi oleh bahan pelembab yang digunakan, bahan
terdapat bahan dari alam yang dapat digunakan dalam bath gel sebagai bahan
dari udara dan dapat melembabkan kulit pada kondisi atmosfer sedang atau
ada ikatan dengan kulit dan mudah dibilas (Murphy, 1978). Propilenglikol
dalam sediaan sehingga sifat fisik dan stabilitas sediaan selama penyimpanan
Penggunaan madu sebagai kosmetik sangat baik untuk perawatan kulit (Afsyah,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
2005). Madu bersifat sangat higroskopis, yaitu mudah menyerap air dari udara
higroskopis ini disebabkan karena madu merupakan larutan gula yang sangat
jenuh (Gojmerac, 1983). Menurut Krell (1996), sifat madu yang higroskopis
B. PERUMUSAN MASALAH
adalah :
bahan tambahan humaktan terhadap sifat fisis sediaan bath gel ekstrak
buah alpukat?
C. TUJUAN PENELITIAN
madu sebagai bahan tambahan humaktan terhadap sifat fisis sediaan bath
kestabilan yang baik terhadap sifat fisis sediaan bath gel ekstrak alpukat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Diperoleh informasi tentang sifat fisis sediaan bath gel ekstrak buah
3. Meningkatkan daya guna ekstrak buah alpukat sebagai sediaan bath gel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Alpukat
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranuculales
Suku : Lauraceae
Marga : Persea
2. Habitat Tumbuhan
Tumbuhan ini masuk ke Indonesia sekitar abad ke-18. Alpukat tumbuh liar di
tanahnya gembur dan subur serta tidak tergenang air. Tumbuh di daerah tropik
dan subtropik dengan curah hujan antara 1.800 mm sampai 4.500 mm tiap tahun.
Pada umumnya tumbuhan ini cocok dengan iklim sejuk dan basah. Tumbuhan
tidak tahan terhadap suhu rendah maupun tinggi. Di Indonesia tumbuh pada
5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
3. Nama daerah
alpuket atau alpukat (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), buah
4. Morfologi Tumbuhan
berkayu, bulat, warnanya coklat, dan banyak bercabang. Daun tunggal letaknya
buahnya buah buni, bentuk bola atau bulat telur, warnanya hijau atau hijau
kekuningan. Buah jika sudah masak lunak, warnanya hijau, dan kekuningan
(Yuniarti, 2008).
dalam kelas Dicotyledoneae. Biji bulat seperti bola, keping biji putih
kemerahan. Kepingan ini mudah terlihat apabila kulit bijinya dilepas atau
dikuliti. Kulit biji umumnya mudah lepas dari bijinya. Pada saat buah masih
muda, kulit biji itu menempel pada buahnya. Bila buah telah tua, biji akan
terlepas dengan sendirinya. Umumnya sifat ini dijadikan sebagai salah satu tanda
kematangan buah. Buah yang berbentuk panjang mempunyai biji yang lebih
panjang dibanding biji yang terdapat di dalam buah yang bentuk bulat.
bawahnya agak rata dan kemudian membulat atau melonjong (Indriani dan
Suminarsih, 1997).
a. Flavonoid
etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak dikocok dengan
eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya
berubah bila ditambah basa atau amonia. Umunya terdapat dalam tumbuhan,
terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang merupakan
(Harborne, 1987).
b. Tanin
dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut air. Tanin
adalah senyawa yang terdapat pada daun, buah, akar, dan batang. Tanin juga
(Harborne, 1987).
c. Alkaloid
atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagian dari sistem
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
siklik. Alkaloid yang terkandung dalam daun atau buah rasanya pahit di
d. Saponin
Saponin dapat bekerja sebagi mikroba. Larut dalam air dan etanol, tetapi
6. Manfaat Tanaman
sebagai makanan buah segar. Selain itu pemanfaatan buah alpukat yang biasa
dilakukan masyarakat Eropa adalah digunakan sebagai bahan pangan yang diolah
dalam berbagai masakan. Manfaat lain dari buah alpukat adalah untuk bahan
dasar kosmetik.
vitamin untuk whitening product, mineral untuk care product dan minyak alami
untuk skin product. Alpukat banyak mengandung vitamin A, C dan E, zat besi,
potassium, niasin, asam pantotenik serta protein yang tidak terdapat dalam buah
untuk skin whitening dan sebagai pelembab atau skin care. Untuk memperoleh
manfaat lebih baik diperlukan sari buah alpukat dengan ekstraksi secara maserasi
B. Ekstrak
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
Dalam keadaan dingin liat dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya
mencapai 30%.
Dalam hal ini diartikan sebagai ekstrak cair yang dibuat sedemikian rupa
1. Cairan Penyari
Kriteria cairan penyari yang baik haruslah memenuhi syarat antara lain:
murah dan mudah didapat, stabil secara kimia dan físika, bereaksi netral, tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
mudah menguap dan tidak mudah terbakar, juga selektif yaitu hanya menarik zat
bahan obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan
faktor seperti sifat dari bahan mentah obat dan daya penyesuaian dengan tiap
(Ansel, 1981).
a. Maserasi
tepat untuk simplisia yang sudah halus dan memungkinkan direndam hingga
meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zatnya akan larut. Obat
yang akan diekstraksi biasanya ditempatkan pada wadah atau bejana yang
bermulut lebar bersama menstrum yang telah ditetapkan lalu bejana ditutup
yang mudah larut dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan
dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Keuntungan cara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
b. Perkolasi
dengan mengalirnya cairan melalui kolom dari atas ke bawah melalui celah
untuk keluar dan ditarik oleh gaya berat seberat cairan dalam kolom (Ansel,
1995).
c. Soxhletasi
pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus
metode ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi cukup lama
C. BATH GEL
Bath gel merupakan salah satu sediaan kosmetika yang berfungsi untuk
menghaluskan dan melembutkan kulit (Imron, 1985). Sabun mandi pertama kali
digunakan di Sumeria 4500 tahun yang lalu. Pada awalnya lemak tumbuhan dan
bubuk kayu digunakan sebagai pembersih kulit dan baju. Kemudian penggunaan
oleh seorang tabib Yunani (Wasiatmadji, 1997). Pada abad ke-8 produksi sabun
mandi mulai berkembang di kota pelabuhan Italia dan Sanova (Mitsui, 1997).
Kotoran pada kulit umumnya berasal dari minyak, lemak dan keringat.
Zat- zat tersebut sukar larut dalam air karena bersifat non polar. Sabun
pada bagian molekul sabun yang non polar yaitu gugus R, sedangkan bagian
gugus lainnya yang bersifat polar yaitu gugus COONa akan mengikat air
sehingga kotoran dapat lepas karena akan kotoran terikat pada sabun dan
dari asam stearat, asam palmitat, dan asam oleat yang mengandung sedikit
komponen asam miristat dan asam laurat. Dari berbagai jenis agen pembersih
saat ini sabun merupakan sediaan pembersih yang telah digunakan sejak lama.
Bentuk sabun secara umum dibagi menjadi dua yaitu sabun padat dan
sabun cair. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun mandi cair terdiri
dari bahan dasar dan bahan tambahan. Sabun mandi cair adalah sediaan
pembersih kulit berbentuk cair yang dibuat dari bahan dasar sabun atau
detergen dengan penambahan bahan lain yang digunakan untuk mandi tanpa
Sediaan kosmetika mandi terdiri dari beberapa jenis, antara lain bath
salts, bubble bath powders, bath tablets, bath oil, dan bubble bath. Bath salts
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
organik yang berwarna dan beraroma. Bath tablets atau tablet mandi
karbonat atau bikarbonat. Setelah diletakkan dalam air, tablet akan mengeluarkan
yang menghasilkan busa dalam jumlah besar. Bath oils tidak larut dalam air
bubble bath dapat dijumpai dalam berbagai macam bentuk seperti serbuk,
granula atau manik-manik, larutan, gel, tablet, kapsul Kristal, dan batang.
Bath gel merupakan salah satu bentuk dari bubble bath karena bahan dasarnya
Sabun mandi yang baik harus memenuhi standar mutu dan parameter
yang ditetapkan. Syarat mutu produk sabun mandi menurut SNI (1996), dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
Tabel I. Standar sabun mandi cair menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)
Cemaran mikroba
(Angka Lempeng Total) Maks 1 x 105
formula bath gel menyebabkan bath gel termasuk dalam produk yang dapat
yang telah diaplikasikan secara luas pada berbagai bidang industri (Georgou et
al., 1992).
Kekentalan dari produk bath gel dapat diperoleh dengan cara menambahkan
and Schmitt, 2002). Stabilitas yang baik akan diperoleh dengan adanya
degradasi dari sabun. Stabilizer bekerja dengan cara menggantikan lemak yang
hilang dalam pencucian atau mengurangi efek degradasi dari sabun yaitu
D. Monografi Bahan
selulosa dan termasuk dalam basis hidrofilik (Kibbe, 2004). Digunakan basis gel
hidrofilik karena daya sebar pada kulit baik, efeknya mendinginkan, tidak
menyumbat pori-pori kulit, mudah dicuci dengan air dan pelepasan obatnya baik
(Voigt, 1984). HPMC merupakan suatu selulosa non ionik yang tersedia dalam
viskositas dan jenis yang bermacam-macam. Substitusi metil memberi HPMC satu
ciri yang unik, kekuatan dari gel dan suhu dimana gel terbentuk (60-90°C)
tergantung pada substitusi polimer dan konsentrasinya dalam air (Lieberman et al.,
1998). HPMC biasanya digunakan dalam sediaan oral dan topikal (Kibbe, 2004).
HPMC merupakan basis gel yang bersifat netral, tahan terhadap pengaruh asam
dan basa, stabil pada pH 3-11, tahan terhadap serangan mikroba dan tahan panas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
formulasi pada sediaan topikal dan oral dibandingkan dengan metil selulosa,
pengemulsi, agent penyuspensi, dan agent pengstabil dalam sediaan salep dan gel.
Pemeriaannya adalah serbuk hablur putih tidak berasa ditak berbau. Larut dalam
air dingin, membentuk koloid yang merekat tidak larut dalam klorofrom, etanol
95% dan eter tetapi dapat larut dalam campuran etanol dan diklorometana.
yang baik dalam garam. Kompatibilasi SLS terhadap kulit dan mata dapat
diterima pada kebanyakan aplikasi dan bisa ditingkatan melalui kombinasi dengan
surfaktan sekunder yang tidak terlalu kuat (Williams and Schmitt, 2002).
Pembentukan busa (foaming) diperoleh dari kombinasi dua surfaktan yang saling
3. Madu
khasiat. Madu adalah zat manis yang dihasilkan oleh lebah madu, berasal dari
nektar bunga yang berkembang atau dari sekresi tanaman yang dikumpulkan oleh
lebah, kemudian diubah bentuk dan dikombinasikan dengan zat khusus yang ada
pada tubuh lebah, selanjutnya di simpan hingga masak dalam sel-sel madu
(Crene, 1990). Penyusun utama madu adalah fruktosa (38.2%) dan glukosa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
disakarida (7.2%) yang tersusun atas dua monosakarida yang terikat bersama,
(17.2%), energi 304 kal/100 g, protein (0.3%), karbohidrat (82.3%), lemak (0.0%),
dan abu (0.2%). Madu bersifat sangat higroskopis, yaitu mudah menyerap air
gula yang sangat jenuh (Gojmerac, 1983). Menurut Krell (1996), sifat madu
atau bahan tambahan baik pada produk makanan ataupun produk lainnya. Di
dalam madu terkandung asam-asam organik seperti asam siringat (asam 3,5-
adalah penghambat pertumbuhan bakteri dan jamr yang efektif (Ika Puspitasari,
Gliserin merupakan humaktan atau pelembab yang mampu mengikat air dari
udara dan dapat melembabkan kulit pada kondisi atmosfer sedang atau kondisi
ikatan dengan kulit dan mudah dibilas (Murphy, 1978). Pemeriannya adalah
berwarna putih, rasa tawar seperti lendir,hampir tak berbau,bentuk bulat , butir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
kelarutannya dapat bercampur dengan air dan dengan etanol 95%, praktis tidak
larut dalam kloroform dalam eter dan dalam minyak lemak dan dalam minak
menguap.titik lebur 18oC, titik didih 290 oC, stabilitasnya higroskopis dengan
adanya udara dari luar (mudah teroksidasi), mudah terdekomposisi dengan adanya
pemanasan, mengkristal dalam suhu rendah, kristal tidak akan mencair sampai
dengan suhu 20 oC akan timbul ledakan jika dicampur dengan bahan teroksidasi
(anonim,1979)
5. Propilenglikol (1,2-propanediol)
mempertahankan kandungan air dalam sediaan sehingga sifat fisik dan stabilitas
stabilitas yang baik pada PH 3-6 (Allen,2002). pemeriannya adalah cairan jernih
tidak berwarna, lengket, tidak berbau, rasa manis agak tajam menyerupai gliserin.
kelarutannya dapat bercampur dengan aseton, kloroform dan etanol 95%, gliserin,
air, dan larut dalam 6 bagian eter. tidak dapat bercampur dengan eter minyak
temperatur dingin dan dalam wadah tertutup baik propilenglikol stabil, tapi dalam
temperatur tinggi dan tempat terbuka mudah teroksidasi dan menghasilkan produk
commit to user
seperti propionaldehid, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Propilenglikol
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
stabil secara kimia ketika dicampur dengan etanol 95%, gliserin, atau air.
tertutup baik, terlindung dari cahaya di tempat yang dingin dan kering
Metil paraben mengandung tidak kurang 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H8O3. Pemerian serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Kelarutan larut
dalam 500 bagian air 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol 95%, dan
dalam 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali
hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas, dan dalam 40 bagian minyak
lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih, berfungsi sebagai
E. KERANGKA PEMIKIRAN
Penggunaan alpukat sebagai bahan non pangan masih jarang digunakan, namun
dikalangan wanita buah alpukat telah dimanfaatkan sebagai masker wajah. Adanya
dikembangkan menjadi salah satu sumber minyak nabati bagi keperluan industri non
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. Gel umumnya cair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin
digunakan terutama pada membran mukosa sebagai pelicin atau basis. Formulasi
dari sediaan bath gel itu sendiri antara lain terdiri dari gelling agent/bahan
pembuatan bath gel juga dipengaruhi oleh bahan pelembab yang digunakan, bahan
Gliserin merupakan humaktan atau pelembab yang mampu mengikat air dari
udara dan dapat melembabkan kulit pada kondisi atmosfer sedang atau
menyerap air dari udara sekitarnya, karena itu dapat digunakan sebagai
humaktan yaitu menjaga stabilitas sediaan gel yang terbentuk dengan cara
kelembapan kulit agar tidak kering. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
humaktan terhadap sifat fisis sediaan bath gel ekstrak buah alpukat.
bath gel sediaan ekstrak buah alpukat dengan bahan pelembab gliserin, tahap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
kedua pembuatan sediaan bath gel sediaan ekstrak buah alpukat dengan bahan
pelembab propylen glikol dan tahap ketiga pembuatan sediaan bath gel d sediaan
pengujian beberapa uji sifat fisik bath gel. Uji sifat fisik dari bath gel itu sendiri
meliputi uji organoleptis , uji pH, uji viskositas, uji daya sebar, uji daya lekat, dan
uji kesukaan (hedonik). Pengamatan dalam pengujian bath gel ini dilakukan
selama 4 minggu.
F. HIPOTESIS
pelembab diduga dapat mempengaruhi sifat fisis sediaan bath gel ekstrak
buah alpukat.
kestabilan yang baik terhadap sifat fisis sediaan bath gel ekstrak buah
alpukat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
yaitu :
propilenglikol, madu.
dalam penelitian ini uji organoleptis, uji viskositas, uji PH, uji daya sebar,
B. Metode penelitian
untuk memperoleh data hasil. Penelitian meliputi 3 tahap, yaitu tahap pertama
adalah pembuatan sediaan bath gel dari sediaan ekstrak daging buah alpukat
dengan bahan pelembab gliserin, tahap kedua pembuatan sediaan bath gel dari
sediaan ekstrak daging buah alpukat dengan bahan pelembab propilenglikol dan
commit
tahap ketiga pembuatan sediaan bath to user
gel dari sediaan ekstrak daging buah alpukat
22
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
dengan bahan pelembab madu. Perbedaan antara ketiga tahap terletak pada
C. Tempat Penelitian
Daging Buah Alpukat, Madu, Sodium Lauril Sulfat (Teknis), HPMC (Teknis),
E. Tahap penelitian
1. Identifikasi Sampel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
2. Pembuatan Simplisia
Sampel yang digunakan dalam percobaan adalah daging buah alpukat yang
pengotor, dicuci sampai bersih, lalu dirajang kasar. Daging buah alpukat
dikeringkan dalam alat pengering pada suhu 50oC selama 6 hari. Daging alpukat
siap diekstraksi.
3. Maserasi
sari etanol 95% dipisahkan dengan cara penyaringan. Ekstrak etanol dipekatkan
dengan rotary evaporator dengan suhu 60o C dengan kecepatan 5 rpm selama ± 7
jam lalu dipindahkan ke dalam cawan penguap lalu dipanaskan dengan suhu 60o C
a. Identifikasi Karbohidrat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
b. Identifikasi Lemak
c. Identifikasi Protein
2009).
d. Identifikasi vitamin C
F. Formula
Keterangan :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
1. Uji Organoleptis
Uji organoleptis meliputi warna, bau, dan bentuk yang dapat diamati secara
hari ke 1, hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21, hari ke-28 selama penyimpanan
Uji daya sebar ditentukan dengan cara berikut : bath gel ekstrak alpukat
hasil formulasi sebanyak 0,5 gram diletakkan dengan hati-hati di atas kertas
grafik yang dilapisi cawan petri, dibiarkan selama (15 detik) dan luas daerah
yang diberikan oleh sediaan dihitung kemudian tutup lagi dengan petri yang
dihitung.
Uji daya lekat dilakukan dengan menimbang 0,5 gram bath gel ekstrak
alpukat lalu diletakkan di kaca objek, lalu ditutup dengan kaca objek
satunya selanjutnya diberi beban 1kg diatasnya selama 5 menit, setelah itu
diikat dengan 2 statif yang berbeda. Dimana salah satu ujung dari ikatan
dihasilkan dioleskan pada salah satu kaca objek dan ditutup dengan kaca
objek yang lain.diposisikan sehingga kedua tali yang mengikat kedua kaca
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
syarat waktu daya lekat yang baik adalah tidak kurang dari 4 detik.
4. Uji Viskositas
pada klemnya dengan arah horizontal atau tegak lurus dengan arah klem.
dengan jarum jam. Mangkuk diisi sampel gel yang akan diuji, rotor
dihidupkan dan ketika rotor mulai berputar jarum penunjuk viskositas secara
viskometer. Pengujian dilakukan pada hari ke 1, hari ke-7, hari ke-14, hari
5. pH
Pengukuran pH dilakukan pada hari ke 1 setelah sediaan jadi, dan hari ke-7,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
6. Uji kesukaan
H. Analisis Data
b. Pendekatan statistik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
propilenglikol, dan madu sebagai bahan tambahan humaktan terhadap sifat fisis
sediaan bath gel ekstrak buah alpukat dan dapat mengetahui bahan humaktan
yang memberikan kestabilan yang baik terhadap sifat fisis sediaan bath gel
ekstrak alpukat.
A. Determinasi Tanaman
kesalahan saat pengumpulan bahan dapat dihindari. Hasil determinasi yang telah
Budi, berdasarkan acuan dari buku Flora untuk Sekolah di Indonesia karangan
Dr.C.G.G.J Van Steenis menyatakan bunga yang digunakan dalam penelitian ini
determinasi buah alpukat (Persea americana Mill) dapat dilihat pada Lampiran 4.
dari 8 kg daging buah alpukat basah. Pengeringan ini dimaksudkan agar simplisia
lebih stabil secara mikrobiologi dan pelarut yang digunakan untuk ekstraksi lebih
sedikit dan efisien. Proses ekstraksi secara maserasi digunakan pelarut etanol 95%
29
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
optimal.Ekstrak kental yang diperoleh sebanyak 13,6% (b/b) dari 500 g simplisia
untuk mengetahui warna, bau, pH, dan rendemen ekstrak yang diperoleh dari 500
dan vitamin C. Hasil analisis kandungan dari ekstrak buah alpukat dapat dilihat
Bath gel ekstrak alpukat (Persea americana Mil) dibuat dalam 3 (tiga)
commit to user
formulasi dengan variasi bahan tambahan humaktan yaitu gliserin, propilenglikol,
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
dan madu. Untuk bath gel ekstrak alpukat dengan penambahan gliserin,
1. Pengamatan Organoleptis
Hasil pengamatan bath gel selama 4 minggu dapat dilihat pada Tabel V.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
meliputi warna, bau, dan bentuk yang dapat diamati secara visual dengan panca
indra. Pengamatan organoleptis juga dilakukan pada hari ke-0, hari ke-7, hari ke-
14, hari ke-21, dan hari ke-28 selama proses penyimpanan. Hasil pengamatan ini
formula I kuning sangat pekat, formula II kuning pekat, formula III kuning agak
pekat tetapi tidak ada perubahan pada warna, bau, bentuk sediaan dan tetap
bath gel ekstrak alpukat secara organoleptis dari pengamatan pada hari ke-0
sampai pengamatan hari ke-28 tidak mengalami perubahan yang meliputi bau,
warna, bentuk sediaan, dan homogenitasnya. Secara organoleptis sediaan bath gel
ini tidak mengalami perubahan secara fisik selama proses penyimpanan sampai
hari ke-28.
2. pH
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
Gambar 2. Grafik pengaruh gliserin, propilenglikol, dan madu terhadap pH sediaan bath
gel ekstrak buah alpukat (Persea americana Mil)
pH merupakan salah satu syarat mutu dari bath gel. Hal ini karena jika
pH bath gel terlalu tinggi atau terlalu rendah maka dapat merusak kulit.
Produk kosmetik yang memiliki pH sangat tinggi atau sangat rendah dapat
dengan pH kulit, yaitu antara 4,5 sampai 7,0 (Wasiatmadja, 1997). Sedangkan
Dilihat dari gambar di atas dari ketiga formula sudah memenuhi standar
pH sediaan bath gel yaitu antara 6,38 sampai 7,59 dari pengamatan hari ke-0
commit to user
kedua formula lainnya hal ini dikarenakan propilenglikol bersifat basa. pH gel
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
lebih baik dalam suasana basa dimaksudkan agar tidak mengiritasi kulit karena
pH kulit cenderung asam dan untuk melarutkan lemak asam pada kulit. Formula
III dengan bahan humaktan madu menghasilkan sediaan bath gel dengan pH yang
paling rendah hal ini dikarenakan karena sifat bahan humaktan yang bersifat
asam. Dari hasil uji statistik terhadap penurunan PH formula I selama proses
pengamatan hari ke-0 sampai hari ke-28 menunjukkan penurunan yang signifikan,
dengan hasil signifikansi sebesar 0,00 < 0,05 sehingga hipotesa nol ditolak dan
penurunan yang signifikan, dengan hasil signifikansi sebesar 0,001 < 0,05
sebesar 0,00 < 0,05 sehingga hipotesa nol ditolak dan menunjukan penurunan
normal atau tidak. Pada pengujian ini digunakan acuan menggunakan nilai
signifikansi, dimana nilainya lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan dapat
ANOVA satu jalan dengan taraf kepercayan 95% dari pengamatan hari ke-0, ke-7,
ke-14, ke-21, dan ke-28 menunjukkan perbedaan yang signifikan dari ketiga
formula tersebut, dari hasil uji statistik diperoleh signifikansi sebesar 0.000 <
0.05. Dilanjutkan dengan uji Pos Hoc Test menggunakan pengujian LSD untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
tidak, dari data yang dianalisa didapatkan hasil pengujian yaitu : nilai signifikansi
antara formula I dan formula II, formula I dan III, formula II dan III adalah 0,000
yang nilainya kurang dari 0,05 sehingga diketahui bahwa perbedaan antar formula
sediaan bath gel (Hasil uji statistik dapat dilihat pada Lampiran 2).
3. Uji Viskositas
ditambahkan ke dalam bath gel dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Data hasil
30000
27000
25000 26000
25000
23000 23000
22000
Viskositas (cps)
0
0 7 14 21 28
Waktu (Hari)
F I : Menggunakan bahan humaktan gliserin
F II : Menggunakan bahan humaktan propilenglikol
F III : Menggunakan bahan humaktan madu
Analisis viskositas dapat commit to userinformasi sifat fisik bath gel dan
memberikan
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
Schmitt (2002), viskositas untuk produk-produk cair dan busa mandi berada
pada kisaran 400 cps – 4000 cps, Sedangkan untuk viskositas sediaan bath gel
Dilihat dari gambar di atas dari ketiga formula sudah memenuhi standar
viskositas sediaan bath gel yaitu FI 23000 cps sampai 27000 cps, FII 18000 cps
sampai 22000 cps, FIII 13000 cps sampai 19000 cps dari pengamatan hari ke-0
sampai hari ke-28. Dari grafik dapat dilihat bahwa semakin lama disimpan,
mempertahankan ikatan antar gelling agent, ketika ikatan antar gelling agent
putus maka viskositas akan turun. Namun, nilai viskositas tersebut masih
berada dalam kisaran standar rentang viskositas bath gel yang ada. Viskositas dari
bath gel ini termasuk tiksotropi tipe aliran dilatan karena viskositas bath gel ini
jika didiamkan akan berubah lebih padat, tetapi jika dilakukan pengadukan
menghasilkan sediaan bath gel dengan viskositas yang paling rendah hal ini
higroskopis dan madu memiliki kandungan air berlebih dari pada bahan humaktan
lainnya sehingga viskositas yang terbentuk paling rendah. Dari hasil uji statistik
signifikansi sebesar 0,002 < 0,05 sehingga hipotesa nol ditolak dan menunjukan
dengan hasil signifikansi sebesar 0,00 < 0,05 sehingga hipotesa nol ditolak dan
yang signifikan, dengan hasil signifikansi sebesar 0,00 < 0,05 sehingga hipotesa
normal atau tidak. Pada pengujian ini digunakan acuan menggunakan nilai
signifikansi, dimana nilainya lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan dapat
ANOVA satu jalan dengan taraf kepercayan 95% dari pengamatan hari ke-0, ke-7,
ke-14, ke-21, dan ke-28 menunjukkan perbedaan yang signifikan dari ketiga
formula tersebut, dari hasil uji statistik diperoleh signifikansi sebesar 0.000 <
0.05. dilanjutkan dengan uji Pos Hoc Test menggunakan pengujian LSD untuk
atau tidak, dari data yang dianalisa didapatkan hasil pengujian yaitu nilai
signifikansi antara formula I dan formula II, formula I dan 3, formula II dan 3
adalah 0,000 yang nilainya kurang dari 0,05 sehingga diketahui bahwa perbedaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
terhadap viskositas sediaan bath gel yang dihasilkan. (Hasil uji statistik dapat
4. Daya sebar
Daya sebar dari bath gel yang dihasilkan berdasarkan penambahan bahan
gel dapat dilihat pada diagram dibawah ini. Data hasil uji daya sebar dapat
Gambar 4. Diagram pengaruh gliserin, propilenglikol, dan madu terhadap daya sebar
sediaan bath gel ekstrak buah alpukat (Persea americana Mil)
luas diameter dengan adanya penambahan beban 5, 10, 15, 20 g. Daya sebar dari
ketiga formula dapat dilihat pada F II dan III hampir sama. F III mempunyai luas
diameter yang paling besar sementara F I mempunyai luas diameter yang paling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
kecil, hal ini dikarenakan viskositas dari formula tersebut sehingga menyebabkan
sediaan bath gel dengan viskositas tinggi lebih sulit dalam mengalir dan gaya
kohesifitas antara gelling agent juga semakin besar sehingga menyebabkan daya
sebarnya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan sediaan bath gel yang memiliki
viskositas yang lebih rendah. Daya sebar yang semakin luas akan semakin baik
kerja sediaan bath gel dalam membersihkan pada kulit dan semakin mudah
digunakan.
5. Daya lekat
Daya lekat dari bath gel yang dihasilkan berdasarkan penambahan bahan
Gambar 5. Diagram pengaruh gliserin, propilenglikol, dan madu terhadap daya lekat
sediaan bath gel ekstrak buah alpukat (Persea americana Mil)
melekat pada kulit. Adapun syarat waktu daya lekat yang baik adalah tidak kurang
commit
dari 4 detik (Nevi, 2006). Dilihat daritogambar
user di atas dari ketiga formula
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
sampai ke 28. Tetapi ketiga formula tersebut masih memenuhi standart Waktu
daya lekat yaitu tidak kurang dari 4 detik. F I mempunyai daya lekat yang lebih
besar dibandingkan F II dan F III, ini dikarenakan viskositas dari formula I juga
tinggi dan sudah sesuai dengan teori yang menyatakan semakin besar viskositas
suatu sediaan, semakin besar pula daya lekatnya. Tetapi ini berbanding terbalik
dengan waktu daya lekat formula II yang mempunyai daya lekat yang rendah dari
pada formula III. Ini dikarenakan sifat fisis dari bahan humaktan propilenglikol.
Dari hasil uji statistik terhadap penurunan daya lekat formula I selama proses
pengamatan hari ke-0 sampai hari k-28 menunjukkan penurunan yang signifikan,
dengan hasil signifikansi sebesar 0,00 < 0,05 sehingga hipotesa nol ditolak dan
signifikansi sebesar 0,080< 0,05 sehingga hipotesa nol diterima dan menunjukan
dengan formula II dan III apabila dilihat dari nilai daya lekatnya. Karena, semakin
lama gel melekat di kulit maka semakin baik gel tersebut melarutkan lemak dan
normal atau tidak. Pada pengujian ini digunakan acuan menggunakan nilai
signifikansi, dimana nilainya lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan dapat
ANOVA satu jalan dengan taraf kepercayan 95% dari pengamatan hari ke-0, ke-7,
ke-14, ke-21, dan ke-28 menunjukkan perbedaan yang signifikan dari ketiga
formula tersebut, dari hasil uji statistik diperoleh signifikansi sebesar 0.000 < 0.05
memberikan pengaruh terhadap daya lekat sediaan bath gel yang dihasilkan.
penerimaan responden terhadap bath gel ekstrak alpukat yang dihasilkan. Uji
hedonik merupakan salah satu uji penerimaan, dimana dalam uji ini responden
kekentalan, banyaknya busa, dan kesan bersih terhadap bath gel yang
dihasilkan.
a. Warna
gel yang dihasilkan secara visual oleh responden. Tingkat kesukaan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
tinggi mewakili warna yang paling disukai responden. Hasil penilaian kesukaan
responden terhadap warna bath gel yang dihasilkan dapat dilihat pada
Gambar 6.
Rata- rata tingkat respon responden terhadap warna bath gel yang
dihasilkan berkisar antara 4,55 – 5,5 (antara netral dan agak suka). Dari
tingkat penilaian responden terhadap kesukaan warna bath gel ekstrak alpukat
yang tinggi adalah pada bath gel dengan penambahan humaktan madu (F III)
dengan rata- rata 5,5. Untuk F III, madu yang digunakan adalah madu sumbawa
berwarna putih yang dapat mempengaruhi warna dari bath gel menjadi kuning
yang tidak terlalu pekat dibandingkan dari F I dan F III. Responden lebih
menyukai warna bath gel yang tidak terlalu pekat. Urutan tingkat kesukaaan
pada warna bath gel adalah F III 5,5 ; F I 4,9 ; F II 4,55. jadi dapat disimpulkan
bahwa F III mempunyai rata-rata penilaian terhadap warna yang paling baik
commit to user
dan paling disukai.
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
nilai signifikansi 0.002 < 0.05. Jadi faktor penambahan bahan humaktan
berpengaruh nyata pada kesukaan responden terhadap warna bath gel yang
dihasilkan, dengan kata lain responden memberikan respon yang berbeda untuk
setiap perlakuan.
b. Kekentalan
dilakukan dengan cara menuangkan bath gel ke dalam tangan. Tingkat kesukaan
adalah pada bath gel dengan penambahan humaktan madu (F III) dengan rata-
rata 4,95. Responden lebih menyukai kekentalan bath gel yang tidak terlalu
kental atau bisa dibilang yang mempunyai nilai viskositas yang paling rendah.
ini berkaitan dengan mudah tidaknya bath gel tersebut di tuang kedalam tangan,
bath gel yang tidak terlalu kental atau yang mempunyai nilai viskositas paling
rendah, lebih mudah dituang. Tingkat kesukaan yang kedua adalah F II, ketiga
adalah F I. Urutan tingkat kesukaaan pada kekentalan bath gel adalah F III 4,95
gel yang terlalu kental. Namun dari hasil uji Friedman pada taraf α = 0.05
(Lampiran 6) menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0.127 > 0.05. Jadi faktor
responden terhadap kekentalan bath gel yang dihasilkan, dengan kata lain
c. Banyaknya busa
Penilaian kesukaan terhadap banyaknya busa dari bath gel cair yang
dihasilkan dilakukan dengan cara menilai banyaknya busa yang dihasilkan bila
bath gel digosok-gosokkan pada tangan yang basah. Tingkat kesukaan yang
Hasil penilaian kesukaan responden terhadap warna bath gel yang dihasilkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id
yang dihasilkan berkisar antara 2,59 – 5 (antara tidak suka dan agak suka).
Dari tingkat penilaian responden terhadap kesukaan banyaknya busa bath gel
ekstrak alpukat yang tinggi adalah pada bath gel dengan penambahan humaktan
madu (F III) dengan rata- rata 5. Responden lebih menyukai bath gel yang
mempunyai busa yang banyak. Urutan tingkat kesukaaan pada banyaknya busa
bath gel adalah F III 5,7 ; F II 4,45 ; F I 2,9. Jadi dapat disimpulkan bahwa F III
mempunyai rata-rata penilaian terhadap banyaknya busa yang paling baik dan
paling disukai.
nilai signifikansi 0.000 < 0.05. Jadi faktor penambahan bahan humaktan
berpengaruh nyata pada kesukaan responden terhadap banyaknya busa bath gel
yang dihasilkan, dengan kata lain responden memberikan respon yang berbeda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
d. Kesan bersih
dengan air. Hasil penilaian kesukaan responden terhadap kesan bersih bath
Gambar 6. Diagram pengaruh gliserin, propilenglikol, dan madu terhadap kesan bersih
sediaan bath gel ekstrak buah alpukat (Persea americana Mil)
Rata-rata tingkat respon responden terhadap kesan bersih bath gel yang
dihasilkan berkisar antara 4,75 – 5,7 (antara netral dan agak suka). Dari
tingkat penilaian responden terhadap kesukaan pada kesan bersih bath gel
ekstrak alpukat yang tinggi adalah pada bath gel dengan penambahan humaktan
madu (F III) dengan rata- rata 5,7. Urutan tingkat kesukaaan pada kesan bersih
bath gel adalah F III 5,7 ; F I 4,8 ; F II 4,75. jadi dapat disimpulkan bahwa F III
commit to kesan
mempunyai rata-rata penilaian terhadap user bersih yang paling baik dan
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
paling disukai.
nilai signifikansi 0.029 < 0.05. Jadi faktor penambahan bahan humaktan
berpengaruh nyata pada kesukaan responden terhadap kesan bersih bath gel
yang dihasilkan, dengan kata lain responden memberikan respon yang berbeda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kestabilan yang baik terhadap sifat fisis sediaan bath gel ekstrak alpukat
3. Penggunaan madu sebagai bahan humaktan lebih disukai dalam hal warna,
B. Saran
commit to user
48
OPTIMASI FORMULA GEL EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia
sappan L.) MENGGUNAKAN KOMBINASI KARBOPOL
DAN NA CMC SERTA GLISERIN DENGAN
METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN
TESIS
Oleh:
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017
OPTIMASI FORMULA GEL EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia
sappan L.) MENGGUNAKAN KOMBINASI KARBOPOL
DAN NA CMC SERTA GLISERIN DENGAN
METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN
TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
derajat SarjanaStrata-2
Program Pascasarjana Ilmu Farmasi
Minat Farmasi Sains
Oleh:
HALAMAN JUDUL
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017
i
PENGESAHAN TESIS
berjudul
Oleh:
Mengetahui,
Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi
Dekan.
Pembimbing
Dr. Mimiek Murrukmihadi, S.U., Apt Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM., Apt
Pembimbing Pendamping,
Penguji:
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan kepada Allah AWT, segala puji dan syukur atas segala
sebagai Rahmatanlilalamin
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan
tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar megister di
suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Saya siap menerima sanksi baik secara akademis maupun hukum apabila
tesis ini merupakan jiplakan dari penelitian atau karya ilmiah atau skripsi orang
lain.
Surakarta,………………
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segalah puji dan syukur bagi Allah SWT yang maha
pengasih dan maha penyayang atas semua rahmat dan hidayah-Nya sehingga
sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini guna mencapai gelar megister farmasi
dai Universitas Setia Budi. Tesis ini berjudul “OPTIMASI FORMULA GEL
terimakasih kepada:
1. Dr. Djoni Tarigan, MBA., selaku Rektor Universitas Setia Budi, yang telah
2. Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
3. Dr. Mimiek Murrukmihadi, S.U., Apt selaku Dosen Pembimbing utama yang
tesis ini.
4. Dr. Rina Herowati, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing pendamping yang
v
5. Bapak Dr. Gunawan Pamudji W, M.Si., Apt dan bapak Dr. Jason Merari P,
M.Si., Apt yang telah banyak menyediakan waktu untuk menguji dan
6. Bapak dan Ibu dosen, Bapak dan Ibu laboran, staf, karyawan dan karyawati
kepercayaan, kasih sayang, dan dukungan baik moral maupun material yang
tiada hentinya.
Surakarta
12. Kiki, Wulan, kak meli, kak Yoga, kenup dan teman-teman yang lain yang
13. Teristimewa pacar tercinta yang selalu sabar menanti dengan dorongan
14. Semua pihak yang telah membantu penulis sampai tugas ini selesai.
keterbatasan dan pengalaman penulis. Segala bentuk saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga apa
vi
yang telah penulis kemukakan ini akan berguna bagi penulis pada khususnya, dan
Surakarta, …………………
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
INTISARI............................................................................................................. xiv
ABSTRACT .......................................................................................................... xv
viii
E. Tanaman ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) ............... 19
1. Taksonomi Secang ................................................................. 19
2. Keterangan botani tanaman secang ........................................ 19
3. Kegunaan ................................................................................ 19
4. Kandungan kimia ................................................................... 20
F. Pemisahan Senyawa ...................................................................... 21
1. Pengertian ekstrak .................................................................. 21
2. Metode penyarian ................................................................... 21
3. Maserasi.................................................................................. 22
4. Sokhletasi ............................................................................... 23
5. Perkolasi ................................................................................. 23
6. Penyari .................................................................................... 23
G. Simplex lettice design.................................................................... 24
H. Landasan teori ............................................................................... 28
I. Hipotesis ........................................................................................ 29
ix
F. Analisis Hasil................................................................................. 40
G. Skema Rencana Prosedur Penelitian ............................................. 41
LAMPIRAN .......................................................................................................... 75
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
x
Tabel 1. Identifikasi dengan KLT ......................................................................... 34
Tabel 2. Penentuan aras tinggi dan aras rendah faktor pencampuran ................... 35
Tabel 6. Hasil pemeriksaan karaketristik ekstrak etanol kayu secang merah ....... 46
Tabel 7. Profil sifat fisik gel untuk penentuan formula optimum ......................... 47
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xi
Gambar 1. Rumus bangun carbopol ...................................................................... 15
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 8. Rancangan formula sediaan gel kayu secang secara Simplex Lattice
Design ............................................................................................. 87
Lampiran 10. Data analisis uji-t gel ekstrak kayu secang ..................................... 89
xiii
INTISARI
Kata kunci: Kayu secang, carbopol 940, CMC, gliserin, Simplex Lattice Design.
xiv
ABSTRACT
Extract with 96% penyari ethanol in the form of extract which used for gel
preparation using carbopol 940, CMC and glycerine base to obtain 13 formula,
then it optimized based on physical properties of viscosity, adhesion, pH and
spreading. Simple Lattice Design optimization method using design-expert
program 8.0.6.1.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
produk kesehatan, suplemen makanan dan kosmetika pada negara maju ataupun
bahwa produk dari bahan alam tidak toksik, memiliki sedikit efek samping,
mudah didapatkan dan harga yang terjangkau. Selain itu juga diperoleh data
bahwa produk dari bahan alam memiliki aktifitas biologis yang lebih luas serta
batas keamanan lebih tinggi dibandingkan obat sintetik (Kataky & Handique,
2010).
atsiri seperti D-α-felandrena, asam galat, osinema, dan damar. Berdasarkan hasil
secara in vitro dan in vivo pada ekstrak yang sederhana. Kayu secang sebagai
antioksidan memiliki nilai IC50 8,86 ppm (Sufia & Harlia, 2014). Daya
1
2
Formulasi ekstrak kayu secang dalam sediaan gel dalam basis carbopol
terdiri atas suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel dapat diformulasikan
dengan beberapa macam basis. Basis gel yang dapat digunakan dalam bidang
kosmetik dan farmasi salah satunya adalah polimer karboksivinil yaitu carbopol.
Carbopol merupakan gel hidrofilik yang konsentrasi kecil dapat berfungsi sebagai
basis gel dengan kekentalan yang cukup (Saifullah & Kuswahyuning, 2008)
Sediaan gel dipilih karena mudah mengering, membentuk lapisan film yang
Dalam penelitian ini ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) yang
dengan kombinasi karbopol dan Na CMC sebagai Gelling agent serta Gliserin
sebagai Humektan selain dari pada itu di gunakan pula beberapa macam bahan
basis gel dapat membentuk larutan koloida dalam air yang dapat membuat gel
menjadi tidak jernih karena menghasilkan dispersi koloid dalam air yang ditandai
munculnya bintik-bintik dalam gel (Rowe et al, 2006). Selain itu, sediaan gel
3
berbasis CMC-Na memiliki diameter penyebaran yang lebih kecil dibanding gel
dan diharapkan memiliki daya sebar yang baik. Kombinasi CMC-Na dan karbopol
yang tepat pada proporsi tertentu diharapkan akan menghasilkan gel yang
karbopol dan CMC-Na serta gliserin yang menghasilkan formula dengan sifat
fisik optimal adalah SLD (Simplex Lattice Design). Keuntungan dari metode ini
adalah praktis dan cepat karena merupakan penentuan formula dengan coba-coba
(trial and error) (Amstrong & James, 1996). Metode SLD dapat digunakan untuk
mengetahui formula optimum gel kayu secang berdasarkan metode SLD (Simplex
Lattice Design)
B. Rumusan Masalah
2. Berapakah kombinasi karbopol dan Na CMC serta Gliserin dalam gel ekstrak
etanol kayu secang untuk mendapatkan sifat fisik optimum dengan metode
3. Apakah formula optimum gel ekstrak etanol kayu secang memiliki stabilitas
fisik yang meliputi uji daya lekat, daya sebar, pH dan viskositas?
C. Tujuan Penelitian
dalam gel ekstrak kayu secang dengan metode Simplex Lattice Design.
4. Mengetahui apakah formula gel ekstrak kayu secang aman berdasarkan uji anti
iritasi.
D. Kegunaan Penelitian
E. Keaslian Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Maulina & Sugihartini, 2015) Kulit
buah manggis telah terbukti memiliki efek anti inflamasi dan mempercepat
Oleh karena itu perlu diformulasikan dalam bentuk sediaan gel untuk
agar menghasilkan gel yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis
gelling agent yang akan memberikan sifat fisik gel dan aktivitas mengobati luka
bakar yang paling baik. Terdapat tiga formula gel yang dirancang dengan
perbedaan jenis gelling agent yaitu : FI (gelling agent karbopol); FII (gelling agent
CMC Na); FIII (gelling agent tragakan). Sediaan gel yang diperoleh diuji
organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, konsistensi dan efek
secang (Caesalpinia sappan L.) untuk membuat sediaan gel antioksidan dengan
kombinasi karbopol dan Na CMC sebagai Gelling agent serta Gliserin sebagai
Humektan untuk mendapatkan stabilitas fisik yang baik meliputi daya lekat, daya
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kosmetik
1. Uraian Kosmetik
Kosmetika adalah sediaan yang digunakan pada bagian luar tubuh manusia
dari sinar matahari merupakan musuh utama kecantikan dalam proses penuaan
dini. Dua faktor yang sangat berperan dalam penuaan, antara lain faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal sangat sulit dicegah karena akan terbentuk
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan
yang digunakan dalam kosmetik dapat menggunakan bahan alam seperti herbal
adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan
(epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar), gigi dan rongga mulut
supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan
faal sel kulit. Misalnya, perubahan susunan sel kulit yang tua ke arah yang lebih
6
7
muda, atau perubahan produksi kelenjar keringat yang membentuk minyak pada
bahan yang berasal dari obat tropikal yang dapat mempengaruhi struktur dan faal
kulit. Bahan-bahan tersebut misalnya anti jerawat (sulfur, resorsin), anti jasad
atau hormon (estrogen). Bahan-bahan inilah yang dikenal sebagai kosmetik atau
kosmetika membagi kosmetika dalam preparat untuk bayi, preparat untuk mandi,
untuk rias (make up), preparat untuk pewarna rambut, preparat kebersihan mulut,
preparat untuk kebersihan badan, preparat untuk kuku, preparat untuk cukur,
(Wasitaatmadja, 1997).
2. Stabilitas Kosmetik
kualitas, dan kemurnian produk. Sedangkan definisi sediaan kosmetik yang stabil
adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama
yaitu perubahan warna, timbul bau, perubahan atau pemisahan fase, pecahnya
kristal, terbentuknya gas dan perubahan fisik lainnya. Kestabilan dari suatu emulsi
ditandai dengan tidak adanya penggabungan fase dalam, tidak adanya creaming,
dan memberikan penampilan, bau, warna, dan sifat-sifat fisik lainnya yang baik.
Ketidakstabilan fisik suatu emulsi atau suspensi dapat dipengaruhi oleh faktor-
B. Kulit
(sekitar 15% dari total berat badan dewasa) (Kanitakis, 2002. Rostamailis, 2005).
Fungsi utama kulit antara lain melindungi dari gangguan secara fisika, kimia dan
peranan dalam pengaturan suhu, mengurangi efek radiasi UV, organ sensoris dan
Kulit terbagi dari tiga lapisan epidermis, dermis dan jaringan subkutan.
yang berfungsi untuk mensintesis keratin. Lapisan ini sangat penting dari segi
jawab atas warna kulit. Paparan sinar dengan panjang gelombang dalam rentang
9
pelindung pada kulit. Jaringan subkutan mengandung sel-sel lemak yang disebut
diemisikan ke bumi karena diserap lapisan ozon di atmosfir bumi. Lapisan ozon
yang diatmosfer rusak, sinar UV B yang masuk ke bumi akan semakin banyak
(Anonim, 2009).
karena kerusakan kulit dapat terjadi segera setelah pemaparan, yaitu berupa
eritema atau kulit terbakar yang merupakan gejala terjadinya degradasi sel dan
jaringan. Kerusakan kulit yang terjadi dalam pemaparan jangka panjang akan
berlebihan dalam jangka waktu tertentu, antara lain adalah penuaan dini kulit dan
sinar matahari yang merugikan dengan cara penebalan stratum korneum dan
10
tropis dengan pemaparan sinar matahari yang cukup tinggi sangat membutuhkan
C. Gel
Kata gel diturunkan dari kata gelatin dan bila dilacak dari bahasa Latin,
yaitu gelu yang berarti beku dan galare, berarti pembekuan atau pengentalan. Kata
ini mengindikasikan suatu keadaan berbentuk cairan seperti padatan yang tidak
mengalir, namun elastik dan memiliki beberapa sifat seperti suatu cairan
sediaan semipadat terdiri atas suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang
kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel dapat
digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau dimasukkan ke dalam
sediaan gel (Voigt, 1994) adalah: kemampuan penyebarannya baik pada kulit,
efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit, tidak ada
1. Penggolongan gel
tunggal dan gel fase ganda. Gel tunggal merupakan gel yang banyak digunakan
tinggi, mudah diaplikasikan dan mudah dhilangkan. Gel fase tunggal dapat dibuat
dari bahan pembentuk gel seperti tragakan, gelatin, metil selulosa, Na-
ganda adalah gel yang massanya terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah.
Contoh gel fase ganda adalah bentonit magma, gel aluminium hidroksida, gel
2008).
dibedakan menjadi gel hidrofobik dan gel hidrofilik. Basis gel hidrofobik
(oleogel) umumnya mengandung paraffin cair dan polietilen atau minyak lemak
dengan bahan pembentuk gel koloidal silika atau aluminium atau zinc sabun.
Basis gel hidrofilik (hidrogel) umumnya terdiri atas air, gliserol, atau
organik dan gel anorganik. Gel anorganik biasanya berupa gel fase ganda,
misalnya gel aluminium hidroksida dan bentonit magma. Gel organik biasanya
berupa gel fase tunggal dan mengandung polomer sintetik maupun alami sebagai
12
Kuswahyuning, 2008).
Xerogel, yaitu gel padat dengan kadar solven yang rendah. Xerogel dapat
dapat membentuk struktur gel kembali dengan penambahan suatu bahan yang
dapat mengembangkan matrik gel. Contoh xerogol adalah gelatin kering, selulosa
1.3.1 Dasar gel hidrofobik. Dasar gel hidrofobik terdiri dari partikel-
sedikit sekali interaksi antara kedua fase tersebut dan tidak secara spontan
menyebar pada fase pendispersi (Ansel, 2012). Dasar gel hidrofobik antara lain
1.3.2 Dasar gel hidrofilik. Dasar gel hidrofilik umunya adalah molekul-
molekul organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul
dari fase pendispersi. Sifat sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk
dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel, 2012). Dasar gel hidrofilik
antara lain bentonit, veegum, silika, pektin, tragakan, metil selulosa, karbomer.
Sifat fisik dan kimia gel akan dipengaruhi oleh penambahan reaktan, pH,
suhu, dan kondisi usia pengendapan gel. Gel harus memenuhi persyaratan kontrol
Uji organoleptis dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan dengan cara
melakukan pengamatan terhadap bentuk, warna, dan bau dari sediaan yang telah
dibuat.
pada sebuah kaca objek. Gel yang homogenitasnya baik tidak mengandung
butiran-butiran kasar saat dioleskan di kaca objek. Uji homogenitas juga dapat
dilakukan secara visual dengan cara melihat bentuk atau penampakan dan adanya
daya agregat setelah gel berada dalam wadah. Syarat homogenitas adalah tidak
idealnya sama dengan pH kulit atau tempat pemakaian. Hal ini bertujuan untuk
dengan sedikit gel selama tiga detik, kemudian dikibas-kibas dan ditunggu tiga
tahanan cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas maka semakin besar
kekuatan yang supaya cairan tersebut mengalir dengan laju tertentu. Viskositas
meningkatnya suhu. Viskositas menentukan sifat sediaan dalam hal campuran dan
14
sifat alirnya, pada saat diproduksi, dimasukkan ke dalam kemasan, serta sifat-sifat
penting pada saat pemakaian, seperti konsistensi, daya sebar, daya lekat dan
kelembaban. Selain itu, viskositas juga akan mempengaruhi stabilitas fisik dan
ketersediaan hayatinya.
1.3.7 Daya sebar. Daya sebar merupakan kemampuan suatu sediaan untuk
disebarkan pada kulit dan kemudahan dari sediaan tersebut untuk dapat dioleskan
pada kulit tanpa membutuhkan penekanan yang kuat, hal ini berkaitan dengan
glass, kemudian diberi beban selama interval waktu tertentu.Selanjutnya luas area
penyebaran yang terjadi akibat peningkatan beban diukur, nilai luas area ini
menggambarkan karakteristik daya sebar gel tersebut (Voight, 1995). Daya sebar
1.3.8 Daya lekat. Daya lekat gel berhubungan dengan lamanya kontak
antara gel dengan kulit dan kenyamanan penggunaan gel. Gel yang baik mampu
memberikan waktu kontak yang efektif dengan kulit sehingga efek yang
D. Monografi Bahan
1. Carbopol
Carbopol merupakan resin dari carbomer. Sinonim dari carbopol antara lain:
sedikit berbau khas, higroskopis, memiliki berat 1,76-2,08 g/ cm3 dan titik lebur
15
pada 2600C selama 30 menit. Larut dalam air, etanol dan gliserin satu gram
stabilitas.
pengental yang baik, viskositas tinggi, sering digunakan dalam gel, krim, salep.
Aplikasi pada formulasi farmasetika atau teknologi yaitu carbopol bisa digunakan
dalam formulasi farmasetika bentuk cair atau semi padat sebagai suspending
agent pada sediaan emulsi O/W untuk pemakaian luar, digunakan pada kosmetik
Carbopol digunakan sebagai basis gel karena bersifat non toksik dan tidak
tinggi pada konsentrasi yang rendah serta bekerja secara efektif pada kisaran pH
2. Carboxymethylcellulose
metil selulosa dan natrium karboksimetil selulosa dapat larut dalam air dingin
larut dalam air maupun campuran air-gliserin. Gel dengan medium air stabil pada
pH 2-10, tetapi rentan terhadap mikroba. Kelarutan dari CMC mudah terdispersi
dalam air membentuk koloidal, tidak larut dalam etanol (95%) P dalam eter P dan
Keuntungan CMC adalah stabil pada suhu 1000C dalam waktu yang lama
mengandung 6,5% dan tidak lebih dari 9,5% natrium dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan, berupa serbuk atau butiran putih atau kuning gading, tidak
berbau atau hampir tidak berbau dan higroskopis (Ditjen, 1995). Fungsi dari
17
3. Gliserin
Gliserin mengandung tidak kurang dari 95,0% C3H8O3. Kegunaannya
1981).
dengan rumus molekul C3H8O3. Pemerian gliserin merupakan cairan jernih seperti
sirup yang tidak berwarna, berasa manis, berbau khas lemah, higroskopis dan
netral terhadap lakmus. Gliserin dapat bercampur dengan air dan dengan etanol,
tidak larut dalam kloroform dalam eter dalam minyak lemak dan dalam minyak
molekul 152,15 dengan rumus molekul C8H8O3. Pemerian; serbuk hablur halus,
putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar
Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, 3,5 bagian
etanol (95%) P dan dalam larutan alkali hidroksida P; mudah larut dalam eter P
dan dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian lemak minyak nabati
panas, jika didinginkan larutan tetap jernih. Khasiat dari metil paraben adalah
5. Trietanolamin
Trietanolamin memliliki bobot jenis 1,120 sampai 1,128, indeks bias 1,481
Trietanolamin merupakan cairan agak kental, tidak berwarna sampai kuning muda
dan bau amoniak dan bersifat agak higroskopis. Kelarutan TEA: dapat bercampur
dengan air dan dengan etanol; larut dalam kloroform (Anonim, 1986).
19
1. Taksonomi Secang
Klasifikasi tanaman secang adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Diotyledonae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Caesalpinia
Spesies : Caesalpinia SappanL.
2. Keterangan botani tanaman secang
Kayu secang merupakan tumbuhan yang biasa tumbuh di daerah tropis dan
biasa dijumpai sebagai tanaman pagar serta hidup pada ketinggian 500-1000 m
dalam familia caesalpiniaceae, genus Caesalpinia L., dan dengan nama ilmiah
3. Kegunaan
Di daerah tropis pada umumnya, tanaman secang biasa dipergunakan
sebagai pewarna makanan, kosmetik, cat dan memiliki potensi aksi farmakologi.
Tanaman secang banyak mengandung tanin yang baik untuk menyamak barang
dari kulit dan memiliki kegunaan lain seperti mengobati TBC, luka, antidiare,
darah seperti memar, murus darah, muntah darah dan sebagainya. Di Thailand
20
kayu secang dipergunakan dalam pewarna makanan, garmen dan kosmetik. Juga
telah diketemukan bahwa ekstrak kayu secang memiliki aktivitas antioksidan serta
4. Kandungan kimia
akan diperoleh kayu yang berwarna merah kecoklatan yang diberi nama sappan
(Wallis, 1955). Kayu secang mengandung zat warna, asam galat, asam tanat,
sedikit minyak atsiri, resin, tanin dan polifenol (Perry, 1980; Sugati dan
utama dari ekstrak kayu secang telah diketahui yaitu dalam bentuk komponen
fenolik, dan terdiri dari 4 macan sub tipe struktur yaitu sub tipe brazilin, kalkon,
metilsapanol dan 3-O metilepisapanol telah dapat diisolasi dari kayu secang.
Terakhir telah diisolasi pula senyawa baru dari kayu secang dan
F. Pemisahan Senyawa
1. Pengertian ekstrak
Ekstrak adalah sediaan padat yang diperoleh dengan mengestraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau hewan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diusapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
dimaksudkan agar zat berkhasiat untuk diatur dosisnya. Sediaan ekstrak dapat
2. Metode penyarian
dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam
cairan penyari. Penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia
yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas (Ditjen, POM,1986). Sistem
dalam melarutkan jumlah yang maksimal dan zat aktif seminimum mungkin bagi
zat dari bahan yang akan disari. Metode dasar penyarian adalah maserasi,
3. Maserasi
Maserasi (Macerase: Mengairi, melunakkan) adalah cara ekstraksi yang
yang dikatalisis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok kembali. Waktu
proses yang menjadi dasar dari cairan (melarutnya bahan simplisia dari yang
rusak yang terbentuk pada penghalusan ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari
sel yang masih utuh. Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya
dengan mencuci sisa perasan dengan bahan ekstraksi, sisa kandungan bahan
terjadi pada penyaringan dan pengepresan. Hasil ekstraksi disimpan dalam kondisi
dingin beberapa hari, lalu cairannya dituang dan disaring (Voigt, 1994).
campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan kedalam suatu
bejana, kemudian dituang 75 bagian penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari
diserkai selama 5 hari, diperas, dicuci ampasnya dengan cairan penyari sampai
diperoleh 100 bagian. Maserasi dipindah dalam bejana tertutup dan dibiarkan
23
ditempat yang sejuk, terlindung dari cahaya selama dua hari, maserasi
tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50°C sampai konsistensi yang
4. Sokhletasi
menggunakan pelarut yang selalu baru umumnya dilakukan dengan alat khusus
sehingga sehingga ekstraksi yang kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan
5. Perkolasi
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi
adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian
bawah diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui
serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dari sel-sel yang dilalui
sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya
beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang
perkolator. Bentuk perkolator ada tiga macam yaitu perkolator berbentuk tabung,
perkolator berbentuk paruh dan perkolator berbentuk corong (Ditjen POM, 1986).
6. Penyari
yang digunakan dalam ekstraksi dari bahan obat tertentu berdasarkan daya larut
24
yang aktif, zat yang tidak aktif serta zat yang tidak diinginkan tergantung perparat
albumin dan menghambat kerja enzim. Umunya yang digunakan sebagai cairan
etanol-air.
etanol-air, atau eter. Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif,
kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas tidak beracun, netral,
absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan
dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit (Ditjen POM, 1986).
malam, tanin, dan saponin hanya sedikit larut. Zat pengganggu yang terlarut
etanol dan air dimana perbandingannya tergantung pada bahan dicari (Anonim,
1986.).
perubahan fraksi dari salah satu komponen dari campuran akan merubah
sedikitnya satu variabel atau bahkan lebih fraksi komponen lain. Jika Xi
0 ≤ Xi ≥ 1 i =1,2,…..,q ……………………………………….(1)
X1 + X2 + ….. + Xq = 1 ……………………………………………….(2)
komponen dapat dinyatakan oleh interior dan garis batas dari suatu gambar
dengan q tiap sudut dan q-1 dimensi. Simplex Lattice Design yang paling
Gambar 6. Simplex Lettice Design model Model Linear (Bolton & Bon, 2004)
Atau
Atau
Y = respon
garis lurus. Jika ada 3 komponen (q=3), maka akan dinyatakan sebagai dua
dimensi dengan 3 sudut yaitu merupakan gambar segitiga sama sisi (model
special cubic) seperti terlihat pada gambar 3. Panjang tiap sisi segitiga
komponen.
Gambar 7. Simplex lattice design model special cubic untuk 3 (Mandlik, Saugat, & Deshpande,
2012)
Tiap sudut segitiga sama sisi tersebut menyatakan komponen murni atau
adalah ketiga sisi segitiga harus mempunyai skala yang sama (Bolton & Bon,
2004).
27
Y = respon
konstanta dari suatu titik potong, karena dalam model segitiga sama sisi ini
X1 + X2 + X3 = 1 ………………………………………………………(7)
basis X2 maka:
( - B23 – B123 X1) X22 + (B2 – B3 + B12 X1 – B13 X1 + B23 – B23 X1 + B123 X1 –
a = - B23 – B123 X1
28
2 nilai X2 dan dicari X2 yang memenuhi syarat yaitu memenuhi persamaan (1)
dan (8) dengan kata lain X2 digunakan untuk mencari nilai X3 dengan
H. Landasan teori
dibuat sediaan gel. Kombinas dua gelling agent yaitu Karbopol dan Na CMC
serta gliserin sebagai humektan. Penggunaan CMC-Na sebagai basis gel dapat
membentuk larutan koloida dalam air yang dapat membuat gel menjadi tidak
jernih karena menghasilkan dispersi koloid dalam air yang ditandai munculnya
bintik-bintik dalam gel (Rowe et al, 2006). Selain itu, sediaan gel berbasis
CMC-Na memiliki diameter penyebaran yang lebih kecil dibanding gel berbasis
karbopol.
karbopol dan CMC-Na serta gliserin yang menghasilkan formula dengan sifat
fisik optimal adalah SLD (Simplex Lattice Design). Keuntungan dari metode ini
adalah praktis dan cepat karena merupakan penentuan formula dengan coba-coba
(trial and error) (Amstrong & James, 1996). Metode SLD dapat digunakan untuk
mengetahui formula optimum gel kayu secang berdasarkan metode SLD (Simplex
Lattice Design.
sebagai agen penstabilisasi dan gelling agent (Rowe, 2006) Gelling agent
air pada sediaan dan dapat menjaga kelembaban kulit. Sebagian besar sediaan
air dari udara, sehingga gel yang dibuat dengan kombinasi carbopol, CMC dan
I. Hipotesis
1. Gel ekstrak etanol kayu secang dengan kombinasi Carbopol, Na CMC dan
2. Gel ekstrak etanol kayu secang dengan kombinasi carbopol, Na CMC dan
Design.
3. Formula optimum gel ekstrak etanol kayu secang dengan kombinasi Carbopol,
4. Formula optimum gel ekstrak etanol kayu secang dengan kombinasi carbopol,
METODE PENELITIAN
1. Populasi
Populasi adalah semua gel ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.)
dengan kombinasi karbopol dan Na CMC sebagai basis gel serta gliserin sebagai
2. Sampel
Agustus 2016.
B. Variabel Penelitian
secang (Caesalpinia sappan L.) dengan kombinasi karbopol dan Na CMC sebagai
basis gel serta gliserin sebagai pengawet yang dioptimasi dengan metode simplex
variabel antara lain variabel bebas, variabel kendali dan variabel tergantung.
Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah variabel yang
30
31
bebas dari penelitian ini adalah kombinasi karbopol dan Na CMC sebagai basis
gel serta gliserin sebagai pengawet dalam 13 formula gel ekstrak kayu secang
penelitian ini. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah stabilitas fisik gel
yaitu viskositas, pH, daya lekat gel dan daya sebar gel.
penelitian ini adalah proses pembuatan sediaan gel, peralatan yang digunakan,
pengujian iritasi gel kayu secang pada kelinci, kualitas bahan dan penelitian
serbuk kayu secang dengan etanol 96%, kemudian diuapkan dengan rotary vacum
Ketiga, gel ekstrak etanol kayu secang adalah hasil pencampuran ekstrak
daya kekentalan gel. Semakin kental gel, semakin melekat pada kulit.
ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) sebelum dan sesudah dibuat sediaan
gel.
32
1. Bahan
Bahan utama yang digunakan adalah kayu secang merah yang diperoleh
dari Tawamangu Karang Anyer Jawa Tengah, bahan kimia yang digunakan jika
2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca gram kasar,
neraca gram halus, disc mill, gelas ukur, beaker glass, Erlenmeyer, tabung reaksi,
corong kaca, ayakan no 40, oven, botol maserasi, wadah gel, viscometer Rion
VT-04, mortir dan stamfer, alat uji daya lekat, alat uji daya sebar, water bath,
D. Jalannya Penelitian
secang berkaitan dengan ciri-ciri morfologis yang ada pada tanaman kayu secang
kering setelah dioven diserbuk dengan mesin penyerbuk, kemudian diayak dengan
ayakan no 40. Serbuk yang tidak terayak dihaluskan lagi sampai semua serbuk
33
terayak. Setelah itu serbuk ditimbang lagi untuk menentukan perhitungan bobot
Satu bagian serbuk kering kayu secang dimasukkan kedalam maserator, ditambah
dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan
4. Standarisasi ekstrak
4.1 Penentuan susut pengeringan. Sejumlah 0,1 g ekstrak ditimbang
dalam krus porselen bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 1050C
hingga bobot tetap, tutupnya dibuka, dibiarkan krus dalam keadaan tertutup dan
mendingin dalam desikator hingga suhu kamar, kemudian dicatat bobot tetap yang
Identifikasi senyawa dengan KLT pada penelitian kali ini dilakukan pada
ekstrak kayu secang. Kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan untuk mengetahui
34
kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak kayu secang. Senyawa yang
E. Pembuatan Gel
Gel ekstrak kayu secang pada penelitian ini dibuat berdasarkan formula
1. Formula.
Gliserin 10 %
Trietanolamin 0,5 %
Pengawet q.s
Aquadest ad 30 ml
otomatis oleh Software Design Expert Versi 8.0.6.1, maka sebelumnya harus
menentuakan batas bawah dan batas atas dari ketiga faktor pencampuran, setelah
batas atas dan batas bawah di tentukan dan dimasukkan kedalam aplikasi Software
berdasarkan Simplex Lattice Design akan muncul baru bisa ditentukan konsentrasi
Aquadest ad 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Total 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
35
36
aquadest panas 20 kalinya pada beaker glass. Nipagin dilarutkan dengan aquadest
dalam mortir dan ditambahkan gliserin, diaduk sampai homogen. Carbopol 940
ditambahkan pada campuran tersebut sambil terus diaduk dengan cepat. Hasil
kemudian diaduk dengan pengadukan ringan sampai diperoleh massa gel yang
Formula optimum dipilih berdasarkan nilai total respon yang paling besar.
R total = R1 + R2 + R3 +….+ Rn
R1,2,3,…,n adalah respon dengan parameter yang kita tentukan sesuai dengan
desain yang kita inginkan. Bobot R1R2R3 dan seterusnya ditentukan oleh peneliti
dengan jumlah bobot total yang sama dengan 1. Pada penelitian ini digunakan 3
respon dari sifat fisik gel yang dianggap penting yaitu daya lekat gel (detik), daya
pada beaker glass. Nipagin dilarutkan dengan aquadest dalam mortir dan
campuran tersebut sambil terus diaduk dengan cepat. Hasil pengembangan CMC
ekstrak kayu secang dan sisa aquadest ke dalam campuran, lalu diaduk sampai
4.1 Uji Organoleptis. Uji organoleptis gel meliputi uji warna, bau
sediaan gel yang sudah bercampur dengan basis, sediaan yang dihasilkan
sebaiknya memiliki warna yang menarik, bau yang menyenangkan dan kekentalan
yang cukup agar nyaman dalam penggunaan. Pengujian dilakukan setelah sediaan
4.3 Uji Homogenitas Gel. Ekstrak kayu secang yang telah dibuat sediaan
gel diuji homogenitasnya dengan dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
kasar pada sediaan. Pengujian dilakukan setelah sediaan gel dibuat dalam satu
hari.
menggunakan alat, viscotester VT-04E (Rion CO, Ltd). Rotor dipasang pada
viskoseter dengan menguncinya berlawanan arah dengan jarum jam. Cup diisi
sampel gel yang akan diuji, setelah itu tempatkan rotor berada ditengah-tengah
cup yang berisi gel, kemudian alat dihidupkan. Rotor mulai berputar dan jarum
setelah stabil viskositas dibaca pada skala dari rotor yang digunakan (Anief,
1988).
38
4.5 Uji Daya Sebar Gel. Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat-alat
seperti sepasang cawan petri, anak timbang gram dan stop watch kemudian
dilakukan dengan cara menimbang 0,5 g gel, diletakkan dengan kaca yang
lainnya, diletakkan kaca tersebut di atas massa gel dan dibiarkan 1 menit.
Diameter gel yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata diameter dari
bahan tambahan, setiap penambahan beban didiamkan selama 1 menit sesudah itu
4.6 Uji Daya Lekat Gel. Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat-
alatseperti alat tes melekat gel. Dua gelas obyek, stopwatch, anak timbangan gram
dan dilakukan dengan cara melekatkan gel secukupnya di atas gelas obyek yang
lain di atas tersebut kemudian ditekan dengan beban 500 g selama 5 menit
kemudian pasang obyek gelas pada alat tes kemudian dilepaskan beban berat 20 g
dan dicatat waktu sampai kedua obyek tersebut terlepas diulangi cara di atas pada
4.7 Uji pH Gel. Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat pH meter
mL. Diambil sediaan dan ditempatkan pada tempat sampel PH meter, kemudian
ditunggu sampai indikator PH meter stabil dan menunjukan nilai PH yang konstan
(Haisyah, 2012).
39
4.8 Uji Iritasi. Pada penelitian ini dilakukan pengujian iritasi primer
terhadap hewan uji kelinci untuk mengetahui tingkat keamanan apakah gel kayu
secang layak digunakan atau tidak. Oleh karena itu sebelum dilakukan
pengamatan terlebih dahulu hewan uji atau kelinci dicukur dengan menggunakan
punggung kelinci di bersihkan lalu kulit kelinci diolesi dengan gel kayu secang
sesuai dengan dosis yang ditentukan dimana punggung kiri dan kanan kelinci
pertama pada kotak 1 di oleskan gel sebanyak 1 kali, pada kotak II dioleskan gel
sebanyak 2 kali, sedangkan pada kotak III dioleskan gel sebanyak 3 kali.
Sedangkan pada punggung kiri dan kanan kelinci kedua pada kotak IV dioleskan
gel sebanyak 4 kali, pada kotak ke V dioleskan zat uji sebanyak 5 kali, sedangkan
pada kotak VI sebagai kontrol yaitu gel tanpa ekstrak kayu secang. Kemudian
kotak-kotak tersebut dilapisi dengan kasa steril untuk menjaga agar hewan uji
tidak dapat menelan senyawa zat uji yang diberikan. Setelah itu dilakukan
Dalam uji iritasi primer ada dua macam pengamatan yaitu pengamatan
melihat gejala toksik iritasi primer dengan melihat timbul tidaknya eritema dan
sesuai.
>35,10 mm). Skor udem : 0= tidak ada udem ; 1= uden ringan (ketebalan
F. Analisis Hasil
Data hasil uji viskositas, daya sebar dan daya lekat semua pada metode
terdistribusi normal dilanjutkan uji-t satu sampel dengan taraf kepercayaan 95%
untuk mengetahui perbedaan antara prediksi sifat fisik formula optimum dengan
sifat fisik formula optimum hasil percobaan. Perbandingan sifat fisik sediaan
antara awal pembuatan dan setelah penyimpanan formula optimum gel ekstrak
etanolik kayu secang ini dilakukan analisa menggunakan uji-t dua sampel
stabilitas dari gel pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17.
41
Kayu Secang
Disortasi dan dicuci
Dikeringkan
Diserbuk dengan mesin
penyerbuk
Diayak dengan ayakan
no.40
Ekstrak kental
Uji kandungan
kimia
Run Run Run Run Run Run Run Run Run Run Run Run Run
I II III IIV V VI VII VIII IX X XI XII XIII
Formula optimum
1. Uji organoleptis
2. Uji homogenitas
3. Viskositas
4. Daya sebar
Analisis data 5. Daya lekat
6. Uji pH
7. Uji iritasi
Kesimpulan 8. Uji hedonik
tanaman yang akan diteliti dengan kunci determinasi dan menghindari kesalahan
pengumpulan bahan.
1a - 2b - 3b - 5b - 7b – 8a Caesalpinia sappan L.
sebesar 3000 mg. Data tersebut diperoleh rendemen serbuk buah apel kering
terhadap berat buah apel basah adalah sebesar 42,8 %. Data hasil pengeringan dan
kelembaban suatu bahan. Penetapan kadar air serbuk simplisia menggunakan alat
Moisture Balance. Prinsip kerja alat ini yaitu terjadinya pemanasan serbuk
43
44
kemudian terjadi penguapan sampai bobot serbuk konstan. Hal ini dilakukan agar
Kelembaban yang tinggi dapat memudahkan pertumbuhan jamur dan bakteri serta
perubahan kimia yang dapat merusak simplisia. Batas maksimal kadar air dalam
serbuk adalah 8,8%. Hasil penetapan kadar susut pengeringan yang didapat
sebesar 7,46%. Data penetapan kadar susut pengeringan dapat dilihat pada
lampiran 5.
sebesar 300 gram. Prosentase rendemen yang didapat yaitu 54 %. Data hasil
n- butanol :
Silika gel Cokelat
Flavonoid asam asetat : air Kuning 0,28
GF 254 kemerahan
(4 : 1 :5)
Silika gel
n- heksan : etil Kuning Merah
Tanin GF 254 0,88
asetat (3 : 7) kehitaman kecokelatan
45
Dari hasil identifikasi ini bisa disimpulkan bahwa ekstrak kayu secang
mengandung, flavonoid, dan tanin sebagai senyawa antioksidan dan ekstrak yang
6. Karakteristik ekstrak
menjamin produk akhir ekstrak etanol kayu secang merah mempunyai nilai
hasil bahwa ekstrak kayu secang merah berkonsistensi kental, berwarna merah
maksimal tentang besarnya zat aktif yang hilang pada proses pengeringan. Susut
pengeringan ekstrak kayu secang sebesar 7,48%. Nilai tersebut kurang dari 8,8%,
batas yang ditentukan oleh Farmakope Herbal. Susut pengeringan yang hilang
pada suhu 105 0C selain air juga senyawa-senyawa lain yang mudah menguap..
Hasil dari masing- masing uji sifat fisik campuran bahan akan didapatkan
profil sifat fisik campuran bahan dari persamaan dan perhitungan berdasarkan
Tabel di bawah menunjukkan hasil sifat fisik gel yang didasarkan pada
viskositas, daya lekat, pH dan daya sebar. Profil sifat fisik gel ini selanjutnya
47
7.1. Viskositas gel kayu secang. Viskositas suatu gel mempengaruhi efek
yang akan ditimbulkan, gel yang yang terlalu encer menyebabkan waktu lekat
sebaliknya jika viskositas sediaan gelnya kental, maka semakin lama gel akan
melengkat pada kulit, semakin lama juga waktu penetrasi obat ke dalam kulit
sehingga absorpsi obat optimal. Hasil pengamatan uji viskositas gel dapat dilihat
pada tabel 7.
mengalir, makin tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya. Pada penelitian
ini didapatkan viskositas yang berbeda pada tiap formula yang dapat dilihat pada
tabel 7. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi carbopol 940 dan
gliserin yang terkandung pada tiap formulanya. Semakin banyak carbopol 940
48
yang ditambahkan akan menaikkan viskositas. Hal ini dikarenakan carbopol 940
7.2. Daya sebar gel kayu secang. Uji daya sebar dimaksudkan agar untuk
mengetahui apakah sediaan gel ini dapat menyebar dengan baik atau tidak.
Semakin luas penyebaran maka semakin mudah diaplikasikan pada kulit sehingga
absrobsi pada kulit semakin maksimal. Dalam penelitian ini digunakan nilai daya
sebar yang didapat dari rata- rata nilai daya sebar gel yang diberi beban 99,1106
gram yang didiamkan selama 1 menit. Hasil uji daya sebar dapat dilihat pada tabel
7.
Dari tabel di atas didapat daya sebar yang berbeda tiap formulanya. Daya
sebar yang paling bagus adalah pada formula 5 dan 12. Hal ini dikarenakan pada
formula tersebut ditambahkan sedikit carbopol 940 sehingga viskositas gel rendah
dan daya sebarnya bagus. Pemberian karbopol dengan konsentrasi tinggi akan
meningkatkan viskositas gel, sedangkan daya sebar gel sangat berpengaruh oleh
viskositas sehingga semakin tinggi viskositas maka diameter daya sebar sediaan
akan semakin kecil, maka pemberian karbopol dengan konsentrasi rendah akan
menurunkan viskositas sehingga diameter daya sebar gel semakin besar (Mursyid,
2014)
49
7.3. Daya lekat gel kayu secang. Uji daya lekat sediaan dimaksudkan
agar dapat mengetahui daya lekat gel terhadap kulit. Dalam penelitian ini
4 memiliki daya lekat yang kuat karena semakin tinggi konsentrasi karbopol maka
semakin besar daya lekat yang dihasilkan. Faktor yang mempengaruhi daya lekat
gel adalah jumlah dan kekuatan matriks gel. Semakin banyak dan kuat matriks
gel maka daya lekatnya akan meningkat dengan mekanisme putusnya ikatan
hidrogen yang terjadi antara polimer (karbopol) dengan air segingga ikatan antara
Dari tabel di atas didapatkan daya lekat yang berbeda tiap formulanya.
Semakin besar daya lekat gel semakin bagus. Daya lekat paling baik adalah pada
mengetahui apakah gel yang difomulasikan telah sesuai dengan pH kulit atau
tidak. Nilai pH dari sediaan topikal harus berada dalam kisaran pH balance yang
sesuai dengan kulit yaitu 4,5-6,5. Nilai pH tidak boleh terlalu asam karena dapat
menyebabka iritasi kulit, dan tidak boleh terlalu basa karena dapat menyebabkan
kulit bersisik (Supomo et al, 2014). Pada hasil pengukuran pH awal sediaan gel
50
kayu secang ternyata ke 13 sediaan gel memiliki nilai 4,15 – 4,65 ternyata nilai
pH sediaan gel hanya satu sediaan yang masuk kisaran pH balance mungkin
gel.
Hasil pengamatan uji pH gel yang dapat dilihat pada tabel 7 menunjukkan
bahwa gel optimum kayu secang merah bersifat asam karena hasil yang didapat
kurang dari 7. Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa sediaan gel belum
hampir memenuhi kriteria kulit, yaitu dalam interval 4,5 – 6,5. Hasil pengamatan
Y = +231 (A) + 189 (B) + 156 (C) + 204 (A) (B) + 247 (A) (C) + 36 (B) (C) +
Keterangan :
Y = respon viskositas
(A) = Proporsi carbopol 100%
(B) = Proporsi CMC 100%
(C) = Proporsi Gliserin 100%
(A)(B) = Proporsi Carbopol dan CMC
(A) (C) =Proporsi Carbopol dan Gliserin
(B) (C) = Proporsi CMC dan Gliserin
(A) (C) (C) = Proporsi Carbopol, CMC dan Gliserin
viskositas (156), proporsi antara Carbopol dan CMC akan menaikkan viskositas
(204), proporsi Carbopol dan Gliserin akan menaikka viskositas (247), proporsi
51
CMC dan Gliserin akan meningkatkan viskositas (36) dan proporsi dari ketiga
sebagai berikut :
semakin banyak CMC dan semakin sedikit gliserin yang ditambahkan dalam
gel kayu secang merah melalui persamaan Simplex Lattice Designdapat diperoleh
gel semakin meningkat (Banu dkk, 2013). Peningkatan jumlah gelling agentdapat
sebagai berikut :
Y = +2.67 (A) + 3.06 (B) + 3.93 (C) + 1,95 (A) (B) + 0,30 (A) (C) + 1,49 (B) (C)
Keterangan :
Y = respon viskositas
(A) = Proporsi carbopol 100%
(B) = Proporsi CMC 100%
(C) = Proporsi Gliserin 100%
(A)(B) = Proporsi Carbopol dan CMC
(A) (C) = Proporsi Carbopol dan Gliserin
(B) (C) = Proporsi CMC dan Gliserin
(A) (C) (C) = Proporsi Carbopol, CMC dan Gliserin
meningkatkan daya sebar (3,93), proporsi antara Carbopol dan CMC akan
meningkatkan daya sebar (1,95), proporsi Carbopol dan Gliserin akan menaikkan
daya sebar (0,30), proporsi CMC dan Gliserin akan meningkatkan daya sebar
(1,49) dan proporsi dari ketiga faktor akan menurunkandaya sebar (34,22) .
Berdasarkan data pada tabel di atas didapatkan profil daya sebar dari
sebagai berikut :
53
semakin semakin banyak CMC dan semakin sedikit proporsi gliserin yang
ditambahkan dalam tiap formula akanmeningkatkan daya sebar gel. Dari hasil
pengukuran daya sebar gel kayu secang merah dari persamaan Simplex Lattice
terhadap daya sebar gel. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya sebar gel
adalah jumlah dan kekuatan matriks gel. Semakin banyak dan kuat matriks gel
yang bertanggung jawab terhadap terbentuknya matriks gel adalah gelling agent.
matriks gel (Zatz & Kushla, 1996). Oleh karena itu dominan yang menentu respon
8.3. Daya lekat. Berdasarkan data pada tabel di atas didapatkan persamaan
daya lekat dari persamaan Simplex Lattice Design menggunakan program Design
Y = +20,98 (A) + 12,74 (B) + 9,40 (C) – 5,72 (A) (B) + 38,28 (B) (C) + 8,86 (B)
Keterangan :
Y = respon viskositas
(A) = Proporsi carbopol 100%
(B) = Proporsi CMC 100%
(C) = Proporsi Gliserin 100%
(A)(B) = Proporsi Carbopol dan CMC
(A) (C) = Proporsi Carbopol dan Gliserin
(B) (C) = Proporsi CMC dan Gliserin
(A) (C) (C) = Proporsi Carbopol, CMC dan Gliserin
meningkatkan daya lekat (9,40), proporsi antara Carbopol dan CMC akan
mengurangi daya lekat (5,72), proporsi Carbopol dan Gliserin akan meningkatkan
daya lekat (38,28), proporsi CMC dan Gliserin akan meningkatkan daya lekat
(8,86) dan proporsi dari ketiga faktor akan meningkatkan daya lekat (397,87) .
Berdasarkan data tabel di atas didapatkan profil daya lekat dari persamaan
semakin banyak CMC dan semakin sedikit proporsi gliserin yang ditambahkan
dalam formula akan menaikkan daya lekat gel. Dari pengujian daya lekat gel kayu
kesimpulan bahwa jenis gelling agent sangat berpengaruh terhadap daya lekat
viskositas (lebih kental) sehingga dapat meningkatkan waktu perlekatan gel (Lena
Faktor yang mempengaruhi daya lekat gel adalah jumlah dan kekuatan
matriks gel. Semakin banyak dan kuat matriks gel maka daya lekatnya akan
polimer (karbopol) dengan air segingga ikatan antara sesama rantai polimer
8.4 pH. Berdasarkan data pada tabel di atas didapatkan persamaan daya
Y = +4,15 (A) + 4,16 (B) + 4,15 (C) + 0,30 (A) (B) + 0,23 (B) (C) – 0,21 (B) (C)
Keterangan :
Y = respon viskositas
(A) = Proporsi carbopol 100%
(B) = Proporsi CMC 100%
(C) = Proporsi Gliserin 100%
(A)(B) = Proporsi Carbopol dan CMC
(A) (C) =Proporsi Carbopol dan Gliserin
(B) (C) = Proporsi CMC dan Gliserin
(A) (C) (C) = Proporsi Carbopol, CMC dan Gliserin
56
proporsi Carbopol dan Gliserin akan meningkatkan pH (0,23), proporsi CMC dan
Gliserin akan menurunkan pH (0,21) dan proporsi dari ketiga faktor akan
meningkatkan pH (7,80) ..
semakin banyak CMC dan semakin sedikit proporsi gliserin yang ditambahkan
dalam formula akan menaikkan pH. Dari pengujian pH gel kayu secang merah
penambahan CMC dan karbopol dapat berpengaruh terhadap nilai pH gel kayu
ekstrak dapat menurunkan nilai pH sebab gelling agent CMC memiliki pH 6,5-8,5
(Ditjen, 1995)
Optimasi gel dalam penelitian ini didasarkan pada pengujian terhadap uji
viskositas, uji daya lekat, dan uji daya sebar menggunakan program design- expert
8.0.6.1.
kriteria yang ditetapkan. Kisaran nilai desirability antara 0 sampai 1,0. Nilai
Tujuan optimasi bukan untuk memperoleh nilai desirability 1,0, tetapi untuk
mencari kondisi terbaik yang mempertemukan semua fungsi tujuan (Raissi &
Farzani, 2009)
58
daerah optimum tersebut dengan komposisi carbopol 1,83 g, CMC 4,33 g dan
gliserin 10,34 g. Dari program ditemukan nilai optimum dengan desirability 0.85.
Program juga memprediksi untuk respon viskositas sebesar 294,35 dPas, daya
sebar sebesar 3,33 cm, daya lekat sebesar 29,97 detik, dan pH sebesar 4,47.
9. Uji Normalitas
distribusi data yang digunakan dalam penelitian. Uji normalitas sebaran data dapat
dilihat pada nilai signifikansi atau probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi
normal.
Tabel 8. Kolmogorov-Smirnov
Probability
Model Z Kriteria Kesimpulan
(p)
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi atau probabilitas >
(homogenitas) dilakukan sebagai syarat untuk menentukan hasil yang akan dibaca
variabel yang diamati, yaitu: daya sebar, daya lekat, viskositas, dan pH memiliki
nilai probabilitas > 0,05, menunjukkan bahwa keempat variabel amatan yang
diteliti memiliki data yang homogen atau memiliki syarat yang terpenuhi (Equal
Variance Assumed).
test dilakukan untuk menguji perbedaan nilai daya sebar, daya lekat, viskositas,
dan pH antara kelompok prediksi dan percobaan pada tingkat minimum. Adapun
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok prediksi dan percobaan pada
Daya Sebar Gel Kayu Secang. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai t hitung sebesar -
0,833 dengan nilai probabilitas sebesar 0,429 > 0,05, yang berarti tidak terdapat
lekat antara kelompok prediksi dan percobaan pada gel kayu secang, hal tersebut
dapat di lihat pada perolehan nilai thitung sebesar -15,514 dengan nilai probabilitas
sebesar 0,000 < 0,05. Hasil pengujian menunjukkan bahwa daya lekat pada
dibandingkan pada kelompok prediksi yang memiliki nilai mean sebesar 19,4300.
viskositas antara kelompok prediksi dan percobaan pada gel kayu secang, hal
tersebut dapat di lihat pada perolehan nilai thitung sebesar -12,824 dengan nilai
probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. Hasil pengujian menunjukkan bahwa viskositas
pada kelompok percobaan memiliki nilai mean sebesar 376,0000 lebih baik
243,5400.
antara kelompok prediksi dan percobaan pada gel kayu secang, hal tersebut dapat
di lihat pada perolehan nilai thitung sebesar -5,476 dengan nilai probabilitas sebesar
0,001 < 0,05. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pH pada kelompok percobaan
61
memiliki nilai mean sebesar 5,0400 lebih baik dibandingkan pada kelompok
Demikan hasil uji stabilitas fisik gel formula optimum yang telah
bahwa gel memiliki warna merah , berbau khas minyak mawar sebagai pewangi,
optimum kayu secang merah memiliki warna orange kemerahan dari hari pertama
pembuatan dan berubah warna menjadi merah cerah pada hari ke 8 dan pada hari
ke 15 dan hari ke 22 berubah menjadi agak gelap, warna merah pada gel
disebabkan kandungan Zat Braziline pada ekstrak yang merupakan zat warna dari
terkena sinar matahari dan dapat terjadi perubahan secara lambat karena pengaruh
cahaya, sehingga brazilin harus disimpan pada tempat yang gelap (Fu et al, 2008).
Jadi cahaya yang sangat mempengaruhi perubahan warna kayu secang menajadi
tidak harus transparan, masih diperbolehkan hingga buram. (Suardi et al, 2009).
Sedangkan bau khas mawar itu berasal dari essens Rose yang ditambahkan
sebagai pewangi pada sediaan gel kayu secang merah. Dan konsistensi gel
optimum kayu secang merah berpengaruh pada penyimpanan dari hari pertama
pembuatan yang memiliki konsistensi semi solid sangat kental berubah menjadi
semi solid kental pada pemeriksaan minggu ketiga dan keempat. Berdasarkan
hasil pengamatan sediaan gel kayu secang merah mengalami perubahan warna
dan perubahan konsistensi sehingga dapat dismpulkan sediaan gel kayu secang
untuk mengetahui apakah ekstrak kayu secang dan semua bahan dalam sediaan
sudah homogen atau belum. Hasil pengamatan terhadap uji homogenitas gel
optimum didapatkan gel yang homogen. Semakin baik homogenitas gel maka
akan didapatkan dosis gel yang sama dan merata dalam pemakaiannya.
sediaan gel tidak memperlihatkan butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan
pada plat kaca. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat mempunyai
susunan yang homogen. Gel yang dihasilkan tetap homogen selama penyimpanan
22 hari sehingga dapat dikatakan sediaan gel stabil. Susunan gel dikatakan
homogen bila terdapat persamaan warna yang merata dan tidak ditemukan
gel ditunjukkan dengan berubahnya viskositas dari gel tersebut. Pengujian ini
dilakukan dengan melihat viskositas gel dari waktu pembuatan dan setelah
penyimpanan dengan suhu ruangan berkisar 25oC sampai dengan hari ke 22.
cenderung menurun. Hal ini menunjukkan bahwa gel optimum sudah dalam
64
keadaan tidak stabil. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya viskositas yang
keluarnya cairan yang terjerat dalam gel akibat adanya kontraksi matriks dalam
gel. Penurunan viskositas gel secara drastis juga dapat disebabkan sediaan gel
kekentalan gel dapat juga disebabkan karena faktor luar seperti suhu ruangan
Pada tabel 12, menunjukkan formula gel optimum dari hari pertama
perubahan suhu dimana ketika suatu gel disimpan pada suhu panas akan
(Mursyid, 2014). Berkurangnya kekentalan gel dapat disebabkan oleh faktor luar
11.4 Daya Sebar gel formula optimum . Pengujian daya sebar dilakukan
untuk kemampuan gel dapat menyebar pada kulit dan dengan cepat memberikan
Hasil uji daya sebar sediaan gel kayu secang memperlihatkan daya sebar
memperlihatkan daya sebar yang berbeda dan mengalami peningkatan daya sebar
yang signifikan dari hari pertama sampai hari ke 22 penyimpanan. Sediaan gel
juga menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara daya sebar dengan
semakin kecil. Semakin besar daya sebar sediaan gel, maka akan semakin
Parameter data sebar sediaan gel yang baik yaitu 5-7 cm (Garg et al, 2002)
sedangkan daya sebar gel pada formula optimum antara 3,51-4,61 cm yang
galling agent CMC Na dimasukkan ke dalam air, Na +lepas dan terganti dengan
ion H+dan membentuk CMCH yang akan meningkatkan viskositas (Bochek et al,
2002) , sehingga gel yang berbasis CMC Na memiliki diameter penyebaran yang
lebih kecil.
Pada tabel 12, menunjukkan bahwa diameter daya sebar formula gel
optimum kayu secang dari hari pertama pembuatan sampai hari ke 22, mengalami
karena adanya pengaruh polimer terhadap perubahan suhu dimana ketika suatu gel
viskositas gel semakin menurun, dan daya sebar gel sangat dipengaruhi oleh
66
viskositas sehingga semakin tinggi viskositas maka diameter daya sebar sediaan
11.5 Daya Lekat gel formula optimum. Uji daya lekat bertujuan untuk
mengetahui waktu yang dibutuhkan gel tersebut untuk menempel pada kulit dan
Hasil uji daya lekat selama 22 hari penyimpanan, sediaan gel mengalami
penurunan daya lekat. Secara umum. Kemampuan gel melekat pada kulit dapat
mempengaruhi efek terapi yang dihasilkan. Semakin lama sediaan melekat pada
kulit, maka efek terapi yang diberikan oleh sediaan akan lebih lama sebab sediaan
Pada tabel 12, menunjukkan bahwa waktu daya lekat formula gel optimum
kayu secang dari hari pertama pembuatan sampai hari ke 22, mengalami
bergerak menuju permukaan, oleh karena itu sediaan akan mengalami penurunan
semakin kental gel maka perlekatannya juga akan semakin lama (Banu et al,
2013).
Hasil pengujian daya lekat menunjukkan bahwa daya lekat gel optimum
kayu secang meliputi antara 27-41 detik selama waktu pemeriksaan. Syarat untuk
daya lekat sediaan topikal adalah tidak kurang dari 4 derik, (Ulaen et al, 2012).
dan untuk mengetahui apakah sediaan sudah memenuhi syarat pH yang sesuai
dengan kondisi pH kulit yaitu 4,5-6,5 (Aulton, 1988). Pada pengamatan pH yang
antara 4,4-5 yang mengalami perubahan selama penyimpanan dapat dilihat pada
tabel 12. Sediaan yang dihasilkan bersifat asam, pH yang bersifat terlalu asam
bersisik.
Pada tabel 12, menunjukkan bahwa uji pH formula gel optimum kayu
penurunan nilai pH tersebut dapat disebabkan faktor lingkungan seperti suhu dan
pengujian selama setiap minggu dalam rentan 22 hari memiliki perbedaan yang
11. Hasil pengujian iritasi gel optimum kayu secang pada kulit kelinci
Lampiran 9 menunjukkan bahwakelinci pertama pada kulit normal
maupun kulit lecet selama pemeriksaan terjadi eritema dan edema, sementara pada
kelinci kedua kulit normal maupun kulit lecet terjadi eritema dan edema yang
disebabkan oleh zat aktif yang mengandung polifenol yang bersifat asam (Oktaf,
2013). Sehingga dapat menyebabkan iritasi ringan pada kulit. Sementara pada
kontrol negatif (Basis gel tanpa zat aktif) tidak terjadi eritema maupun edema
pada kulit normal berbeda dengan kulit lecet pada pemeriksaan hari terakhir
terjadi eritema dan edema, hal ini disebabkan zat tambahan gel berupa
Dari hasil perhitungan indeks iritasi primer pada kelinci pertama yaitu 1
yang merupakan iritasi sangat sedikit atau hampir tidak ada, sedangkan pada
kelinci kedua yaitu 2 yang merupakan iritasi sedikit. Jadi dapat disimpulkan
ternyata zat uji yang digunakan yaitu sediaan gel kayu secang dapat
mengakibatkan iritasi (edema/eritema sedikit) pada kulit. Pada kulit lecet ketika
pencukuran, kemungkinan kulit kelinci ada yang tergores sehingga kulit yang
terluka ini berarti barier pertama dari kulit terganggu dan kulit yang lecet memang
Penyebab terjadinya iritasi pada kelinci setelah pngujian selama tiga hari
adalah sediaan gel yang bersifat asam yang tidak balance dengan standart pH kulit
antara 4,5-6,5 (Aulton, 1988). Apabila sediaan gel terlalu asam dari pH kulit maka
akan dikhawatirkan akan mengiritasi kulit tetapi jika terlalu basa maka
A. Kesimpulan
sebagai basis pada pembuatan gel ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.)
Kedua, Kombinasi antara carbopol, CMC dan Gliserin sebagai basis pada
pembuatan gel kayu secang (Caesalpinia sappan L.) dengan metode Simplex
Lattice Design yaitu carbopol 1,83 g, CMC 4,33 g dan Gliserin 10,34 g.
Ketiga, Formula gel optimum kayu secang tidak stabil dalam penyimpanan
B. Saran
Kedua, perlu dilakukan optimasi dengan metode lain seperti metode design
factorial.
70
DAFTAR PUSTAKA
Batubara, I., Siti, & Wulan, T. 2013. Effectiveness of Anti-Acne Cream of Sappan
Wood (Caesalpinia sappan) Against Propionibacterium acnes on Rabbit
Skin. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia ISSN 1693-1831 , 175-181.
Bolton, S., & Bon, C. 2004. Pharmaceutical Statistics. New york: Marcel Dekker,
Inc.
71
72
Ditjen, P. 2009. Naturakos, Volume IV. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Fessenden, R., & Fessenden, J. 1994. Kimia Organik. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Fu, L., Huang, X., Lai, Z., Hu, Y., & Liu, H. 2008. A New 3-Benzylchroman
Derivative from Sappan Lignum (Caesalpinia sappan). Molecules 2008 ,
13, 1923-1930 DO10.3390/molecules13081923,.
Garg, A., Aggar, Wal, D., Garg, S., & Singla, A. 2002. Spreading of semisolid
Formulatio: An Update. Pharmaceutical technology., P.84.102.
www.prarmtgech.com , 134.
Lachman, L., Lierberman, H., & Kanig, J. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. III ed. . Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, .UI Press.
73
Oktaf, R. 2013. Identifikasi Senyawa Aktif dalam Ekstrak Etanol Kayu Secang
(Caesalpinia sappan. L.). Prosiding Semirata FMIPA Universitas
Lampung , 215.
Saifullah, T., & Kurniawan, D. 2009. Teknologi Sediaan Farmasi. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Sufia, & Harlia. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan Dan Sitotoksisitas campuran
Metanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Dan Kulit Kayu Manis
(Cinnamomum burmannii B). Jurnal Kimia Khatulistiwa , 132.
LAMPIRAN
L
A
M
P
I
R
A
N
76
Formula gel
berat kering
rendemen = 100
berat basah
= 100 = 25,7%
7000
81
Viskositas (dPas)
Formula Mean SD
Rep 1 Rep 2 Rep 3 Rep 4 Rep 5
I 280 250 300 200 280 260 38,98
II 150 200 250 200 150 190 41,83
III 200 200 250 150 250 210 41,83
IV 250 380 250 350 350 310 61,48
V 100 150 200 180 200 160 42,19
VI 250 180 250 200 280 230 40,86
VII 350 400 380 300 250 290 61,07
VIII 150 200 250 200 150 190 41,83
IX 250 180 250 200 280 230 40,86
X 280 250 200 280 300 260 38,98
XI 250 200 250 300 200 240 41,83
XII 100 150 200 180 200 160 42,19
XIII 150 200 250 150 200 190 41,83
Daya sebar
Formula Mean SD
Rep 1 Rep 2 Rep3 Rep 4 Rep 5
I 3,45 3,53 3,23 3,21 3,26 3,33 0,14
II 4,17 4,23 4,25 4,35 4,15 3,02 0,07
III 3,15 3,1 3,05 3,2 3,17 3,13 0,05
IV 2,17 3,0 2,28 2,54 2,31 2,46 0,09
V 3,95 3,97 4 4,05 3,9 3,96 0,05
VI 2,85 2,71 2,53 2,48 2,53 2,62 0,15
VII 2,97 2,98 3,05 3,15 3,13 3,05 0,08
VIII 4,17 4,23 4,25 4,35 4,15 3,02 0,07
IX 2,85 2,71 2,53 2,48 2,53 2,62 0,15
X 3,05 3,18 3,19 3,21 3,22 3,17 0,06
XI 3,25 3,18 3,28 3,33 3,25 3,25 0,05
XII 3,95 3,97 4 4,05 3,9 3,96 0,05
XIII 3,95 3,81 3,73 3,84 3,95 3,85 0,09
82
Uji pH
Formula Mean SD
Rep 1 Rep 2 Rep 3 Rep 4 Rep 5
I 4,18 4,2 4,53 4,16 4,16 4,24 0,15
II 4,11 4,23 4,2 4,18 4,15 4,17 0,04
III 4,1 4,13 1,18 4,2 4,25 4,17 1,33
IV 4,71 5,05 4,53 4,78 4,18 4,65 0,32
V 4,18 4,18 4,13 4,15 4,17 4,16 0,02
VI 4,13 4,17 4,13 4,21 4,12 4,15 0,03
VII 4,31 4,25 4,18 4,21 4,38 4,26 0,08
VIII 4,11 4,23 4,2 4,18 4,15 4,17 0,04
IX 4,13 4,17 4,13 4,21 4,12 4,15 0,03
X 4,25 4,21 4,18 4,21 4,31 4,26 0,05
XI 4,17 4,18 4,21 4,23 4,17 4,19 0,02
XII 4,18 4,18 4,13 4,15 4,17 4,16 0,02
XIII 4,11 4,15 4,17 4,15 4,18 4,15 0,02
83
2,00 8
Kayu secang 2,00 7 7,46
2,00 7,4
84
berat ekstrak
rendemen = 100
berat serbuk
= 100 = 40,6%
600
85
Perhitungan Rf
1. Flavonoid
sampel
x 1,4
1. Rf= y = =0,28
5
Pembanding (rutin)
x
Rf= = =0,46
y 5
3. Tanin
sampel
x 4
2. Rf= y = =0,94
5
x
Rf= = =0,96
y 5
87
Formula (g)
Bahan F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 F12 F13
Ekstrak kayu
secang 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Carbopol 2,50 0,50 1,17 1,83 0,50 4,50 3,17 0,50 4,50 2,50 1,17 0,50 0,50
Na CMC 3.00 7,00 3,07 4,33 3,00 3,00 3,67 7,00 3,00 5,00 5,67 3,00 5,00
Gliserin 11,00 9,00 11,67 10,33 13,00 9,00 9,67 9,00 9,00 9,00 9,67 13,00 11,00
Trietanolamin 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15
Metil paraben 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
Aquadest ad 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Total 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
88
NPar Tests
T-Test
Group Statistics
Std. Error
Kelompok N Mean Std. Deviation Mean
Daya Sebar Prediksi 5 3,4240 ,02408 ,01077
Percobaan 5 3,4800 ,14832 ,06633
Daya Lekat Prediksi 5 19,4300 1,69862 ,75964
Percobaan 5 41,5520 2,69826 1,20670
Viskositas Prediksi 5 243,5400 14,26436 6,37921
Percobaan 5 376,0000 18,16590 8,12404
pH Prediksi 5 4,1760 ,10714 ,04792
Percobaan 5 5,0400 ,33615 ,15033
90
= = 1,5
2
= =2
2
= =3
2
= = 1,5
2
= = 2,25
2
= = 1,75
2
92
= =1
2
= =2
2
= = 1,5
2
= =1
2
= = 1,25
2
= = 1,5
2
93
Jumlah 8 6 6 8 7 5 8 6 6
Keterangan:
Suka :3
Kurang suka : 2
Tidak suka :1
94
Viskositas
NPar Tests
Descriptive Statistics
viskositas
N 20
a,,b
Normal Parameters Mean 320.00
Std. Deviation 41.802
Most Extreme Differences Absolute .164
Positive .134
Negative -.164
Kolmogorov-Smirnov Z .731
Asymp. Sig. (2-tailed) .659
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
Viskositas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.110 3 16 .953
ANOVA
Viskositas
Multiple Comparisons
Dependent Variable:viskositas
(I) (J) Mean 95% Confidence Interval
formula formula Difference Std.
1 1 (I-J) Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
Tukey HSD 1 2 42.000 14.457 .046 .64 83.36
*
3 60.000 14.457 .004 18.64 101.36
*
4 98.000 14.457 .000 56.64 139.36
*
2 1 -42.000 14.457 .046 -83.36 -.64
3 18.000 14.457 .609 -23.36 59.36
*
4 56.000 14.457 .007 14.64 97.36
*
3 1 -60.000 14.457 .004 -101.36 -18.64
2 -18.000 14.457 .609 -59.36 23.36
4 38.000 14.457 .078 -3.36 79.36
*
4 1 -98.000 14.457 .000 -139.36 -56.64
*
2 -56.000 14.457 .007 -97.36 -14.64
3 -38.000 14.457 .078 -79.36 3.36
*
LSD 1 2 42.000 14.457 .010 11.35 72.65
*
3 60.000 14.457 .001 29.35 90.65
*
4 98.000 14.457 .000 67.35 128.65
*
2 1 -42.000 14.457 .010 -72.65 -11.35
3 18.000 14.457 .231 -12.65 48.65
*
4 56.000 14.457 .001 25.35 86.65
*
3 1 -60.000 14.457 .001 -90.65 -29.35
2 -18.000 14.457 .231 -48.65 12.65
*
4 38.000 14.457 .018 7.35 68.65
*
4 1 -98.000 14.457 .000 -128.65 -67.35
*
2 -56.000 14.457 .001 -86.65 -25.35
*
3 -38.000 14.457 .018 -68.65 -7.35
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
Viskositas
formula 1 N 1 2 3
a
Tukey HSD 4 5 272.00
3 5 310.00 310.00
2 5 328.00
1 5 370.00
Daya Sebar
NPar Tests
Descriptive Statistics
daya Sebar
N 20
a,,b
Normal Parameters Mean 4.0095
Std. Deviation .46750
Most Extreme Differences Absolute .142
Positive .142
Negative -.102
Kolmogorov-Smirnov Z .637
Asymp. Sig. (2-tailed) .812
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives
daya Sebar
95% Confidence
Interval for Mean
Std.
Deviatio Lower Upper
N Mean n Std. Error Bound Bound Minimum Maximum
1 5 3.5160 .16727 .07481 3.3083 3.7237 3.31 3.77
2 5 3.6900 .17889 .08000 3.4679 3.9121 3.51 3.91
3 5 4.2140 .06986 .03124 4.1273 4.3007 4.13 4.31
4 5 4.6180 .16162 .07228 4.4173 4.8187 4.41 4.81
Total 20 4.0095 .46750 .10454 3.7907 4.2283 3.31 4.81
ANOVA
daya Sebar
Multiple Comparisons
Dependent Variable:daya Sebar
(I) (J) Mean 95% Confidence Interval
formula formula Difference Std.
1 1 (I-J) Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Tukey 1 2 -.17400 .09538 .298 -.4469 .0989
HSD *
3 -.69800 .09538 .000 -.9709 -.4251
*
4 -1.10200 .09538 .000 -1.3749 -.8291
2 1 .17400 .09538 .298 -.0989 .4469
*
3 -.52400 .09538 .000 -.7969 -.2511
*
4 -.92800 .09538 .000 -1.2009 -.6551
*
3 1 .69800 .09538 .000 .4251 .9709
*
2 .52400 .09538 .000 .2511 .7969
*
4 -.40400 .09538 .003 -.6769 -.1311
*
4 1 1.10200 .09538 .000 .8291 1.3749
*
2 .92800 .09538 .000 .6551 1.2009
*
3 .40400 .09538 .003 .1311 .6769
LSD 1 2 -.17400 .09538 .087 -.3762 .0282
*
3 -.69800 .09538 .000 -.9002 -.4958
*
4 -1.10200 .09538 .000 -1.3042 -.8998
2 1 .17400 .09538 .087 -.0282 .3762
*
3 -.52400 .09538 .000 -.7262 -.3218
*
4 -.92800 .09538 .000 -1.1302 -.7258
*
3 1 .69800 .09538 .000 .4958 .9002
*
2 .52400 .09538 .000 .3218 .7262
*
4 -.40400 .09538 .001 -.6062 -.2018
*
4 1 1.10200 .09538 .000 .8998 1.3042
*
2 .92800 .09538 .000 .7258 1.1302
*
3 .40400 .09538 .001 .2018 .6062
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
daya Sebar
2 5 3.6900
3 5 4.2140
4 5 4.6180
Daya Lekat
NPar Tests
Descriptive Statistics
daya lekat
N 20
a,,b
Normal Parameters Mean 33.8805
Std. Deviation 6.20020
Most Extreme Differences Absolute .163
Positive .163
Negative -.103
Kolmogorov-Smirnov Z .727
Asymp. Sig. (2-tailed) .666
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives
daya lekat
95% Confidence Interval for
Mean
Std.
N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Min Max
hari ke 1 5 41.5520 2.69826 1.20670 38.2017 44.9023 38.12 45.15
hari ke 8 5 36.5940 3.06394 1.37024 32.7896 40.3984 32.14 40.25
hari ke 15 5 29.8820 1.17513 .52553 28.4229 31.3411 28.17 31.21
hari ke 22 5 27.4940 3.28851 1.47067 23.4108 31.5772 23.18 31.28
Total 20 33.8805 6.20020 1.38641 30.9787 36.7823 23.18 45.15
ANOVA
daya lekat
Multiple Comparisons
Dependent Variable:daya lekat
Mean 95% Confidence Interval
(J) Difference
(I) formula1 formula1 (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
Tukey hari ke 1 hari ke 8 4.95800 1.69893 .045 .0973 9.8187
HSD *
hari ke 15 11.67000 1.69893 .000 6.8093 16.5307
*
hari ke 22 14.05800 1.69893 .000 9.1973 18.9187
*
hari ke 8 hari ke 1 -4.95800 1.69893 .045 -9.8187 -.0973
*
hari ke 15 6.71200 1.69893 .006 1.8513 11.5727
*
hari ke 22 9.10000 1.69893 .000 4.2393 13.9607
*
hari ke 15 hari ke 1 -11.67000 1.69893 .000 -16.5307 -6.8093
*
hari ke 8 -6.71200 1.69893 .006 -11.5727 -1.8513
hari ke 22 2.38800 1.69893 .514 -2.4727 7.2487
*
hari ke 22 hari ke 1 -14.05800 1.69893 .000 -18.9187 -9.1973
*
hari ke 8 -9.10000 1.69893 .000 -13.9607 -4.2393
hari ke 15 -2.38800 1.69893 .514 -7.2487 2.4727
*
LSD hari ke 1 hari ke 8 4.95800 1.69893 .010 1.3564 8.5596
*
hari ke 15 11.67000 1.69893 .000 8.0684 15.2716
*
hari ke 22 14.05800 1.69893 .000 10.4564 17.6596
*
hari ke 8 hari ke 1 -4.95800 1.69893 .010 -8.5596 -1.3564
*
hari ke 15 6.71200 1.69893 .001 3.1104 10.3136
*
hari ke 22 9.10000 1.69893 .000 5.4984 12.7016
*
hari ke 15 hari ke 1 -11.67000 1.69893 .000 -15.2716 -8.0684
*
hari ke 8 -6.71200 1.69893 .001 -10.3136 -3.1104
hari ke 22 2.38800 1.69893 .179 -1.2136 5.9896
*
hari ke 22 hari ke 1 -14.05800 1.69893 .000 -17.6596 -10.4564
*
hari ke 8 -9.10000 1.69893 .000 -12.7016 -5.4984
hari ke 15 -2.38800 1.69893 .179 -5.9896 1.2136
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
daya lekat
formula1 N 1 2 3
a
Tukey HSD hari ke 22 5 27.4940
hari ke 15 5 29.8820
hari ke 8 5 36.5940
hari ke 1 5 41.5520
pH
NPar Tests
Descriptive Statistics
pH
N 20
a,,b
Normal Parameters Mean 4.6200
Std. Deviation .45026
Most Extreme Differences Absolute .195
Positive .129
Negative -.195
Kolmogorov-Smirnov Z .872
Asymp. Sig. (2-tailed) .433
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
ANOVA
pH
Multiple Comparisons
Dependent Variable:pH
Mean 95% Confidence Interval
Difference Std.
(I) formula 1 (J) formula 1 (I-J) Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Tukey hari ke 1 hari ke 8 .40000 .23917 .369 -.2843 1.0843
HSD
hari ke 15 .50000 .23917 .198 -.1843 1.1843
*
hari ke 22 .78000 .23917 .023 .0957 1.4643
hari ke 8 hari ke 1 -.40000 .23917 .369 -1.0843 .2843
hari ke 15 .10000 .23917 .975 -.5843 .7843
hari ke 22 .38000 .23917 .412 -.3043 1.0643
hari ke 15 hari ke 1 -.50000 .23917 .198 -1.1843 .1843
hari ke 8 -.10000 .23917 .975 -.7843 .5843
hari ke 22 .28000 .23917 .653 -.4043 .9643
*
hari ke 22 hari ke 1 -.78000 .23917 .023 -1.4643 -.0957
hari ke 8 -.38000 .23917 .412 -1.0643 .3043
hari ke 15 -.28000 .23917 .653 -.9643 .4043
LSD hari ke 1 hari ke 8 .40000 .23917 .114 -.1070 .9070
hari ke 15 .50000 .23917 .053 -.0070 1.0070
*
hari ke 22 .78000 .23917 .005 .2730 1.2870
hari ke 8 hari ke 1 -.40000 .23917 .114 -.9070 .1070
hari ke 15 .10000 .23917 .681 -.4070 .6070
hari ke 22 .38000 .23917 .132 -.1270 .8870
hari ke 15 hari ke 1 -.50000 .23917 .053 -1.0070 .0070
hari ke 8 -.10000 .23917 .681 -.6070 .4070
hari ke 22 .28000 .23917 .259 -.2270 .7870
*
hari ke 22 hari ke 1 -.78000 .23917 .005 -1.2870 -.2730
hari ke 8 -.38000 .23917 .132 -.8870 .1270
hari ke 15 -.28000 .23917 .259 -.7870 .2270
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
pH
formula 1 N 1 2
a
Tukey HSD hari ke 22 5 4.2600
Oneway
Descriptives
pH
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Min Max
hari ke 1 5 5.0400 .33615 .15033 4.6226 5.4574 4.50 5.40
hari ke 8 5 4.6400 .24083 .10770 4.3410 4.9390 4.30 4.90
hari ke 15 5 4.5400 .16733 .07483 4.3322 4.7478 4.30 4.70
hari ke 22 5 4.2600 .61074 .27313 3.5017 5.0183 3.20 4.70
Total 20 4.6200 .45026 .10068 4.4093 4.8307 3.20 5.40
ANOVA
pH
Multiple Comparisons
Dependent Variable:pH
Mean 95% Confidence Interval
(I) (J) formula Difference Std.
formula 1 1 (I-J) Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Tukey hari ke 1 hari ke 8 .40000 .23917 .369 -.2843 1.0843
HSD
hari ke 15 .50000 .23917 .198 -.1843 1.1843
*
hari ke 22 .78000 .23917 .023 .0957 1.4643
hari ke 8 hari ke 1 -.40000 .23917 .369 -1.0843 .2843
hari ke 15 .10000 .23917 .975 -.5843 .7843
hari ke 22 .38000 .23917 .412 -.3043 1.0643
hari ke hari ke 1 -.50000 .23917 .198 -1.1843 .1843
15
hari ke 8 -.10000 .23917 .975 -.7843 .5843
hari ke 22 .28000 .23917 .653 -.4043 .9643
*
hari ke hari ke 1 -.78000 .23917 .023 -1.4643 -.0957
22
hari ke 8 -.38000 .23917 .412 -1.0643 .3043
hari ke 15 -.28000 .23917 .653 -.9643 .4043
LSD hari ke 1 hari ke 8 .40000 .23917 .114 -.1070 .9070
hari ke 15 .50000 .23917 .053 -.0070 1.0070
*
hari ke 22 .78000 .23917 .005 .2730 1.2870
hari ke 8 hari ke 1 -.40000 .23917 .114 -.9070 .1070
hari ke 15 .10000 .23917 .681 -.4070 .6070
hari ke 22 .38000 .23917 .132 -.1270 .8870
hari ke hari ke 1 -.50000 .23917 .053 -1.0070 .0070
15 hari ke 8 -.10000 .23917 .681 -.6070 .4070
hari ke 22 .28000 .23917 .259 -.2270 .7870
*
hari ke hari ke 1 -.78000 .23917 .005 -1.2870 -.2730
22 hari ke 8 -.38000 .23917 .132 -.8870 .1270
hari ke 15 -.28000 .23917 .259 -.7870 .2270
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
pH
formula 1 N 1 2
a
Tukey HSD hari ke 22 5 4.2600 34e
hari ke 15 5 4.5400 4.5400
hari ke 8 5 4.6400 4.6400
hari ke 1 5 5.0400
Uji Hedonik
Tekstur
Chi-Square Test
Frequencies
Tekstur
Total 20
Test Statistics
Tekstur
a
Chi-Square .400
df 2
Warna
Chi-Square Test
Frequencies
Warna
Total 20
Test Statistics
Warna
a
Chi-Square .700
df 2
Aroma
Chi-Square Test
Frequencies
Aroma
Total 20
Test Statistics
Aroma
a
Chi-Square 1.300
df 2
ABSTRACT
Lemongrass (Cymbopogon citratus) is a plant known to produce essential oil. The essential oil
produced from the leaves of the Lemongrass has many benefits and one of them is as antiseptic
properties. The objective of this study is to compose a formula and then examine the effectiveness of hand
antiseptic properties in gel produced from the leaves of Lemongrass essential oils (Cymbopogon citratus)
in three different concentration formula, which are: 5%, 10% and 15% with CMC-Na as the gel base.
Tests performed on three gel formulations include physical properties among others organoleptic test,
pH, homogeneity, spreading test, consistency and effectiveness of antiseptic. Antiseptic effectiveness
testing was conducted using a modified replica using handsanitizer Carex® (positive control), base gel
(negative control) and gel formulation of 5%, 10% and 15%. The resulting data of antiseptic test was
analyzed using One Way Anova method with 95% of trustworthy level. The resulting gel shows that the
essential oil of the Lemongrass leaves is able to be formulated to a gel form which meets the test
parameter, among others organoleptic test (semisolid, clear and typical scent of Lemongrass), scale of
pH 6 is still in the interval scale which is safe for skin, homogeneity with no visible coarse upon such gel
formula, spreading test level around 5,1-5,5 shows semisolid consistency which is very convenient to use
and consistency test in which the separation phase did not occur. Gel which contains 15% of essential oil
of the Lemongrass leaves showed the decrease of best average number of colony which is 8.
ABSTRAK
Sereh (Cymbopogon citratus) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri. Minyak atsiri yang
terkandung dalam Sereh memiliki khasiat salah satunya sebagai antiseptik. Penelitian ini bertujuan untuk
membuat formulasi serta menguji efektivitas antiseptik tangan dari sediaan gel minyak atsiri daun Sereh
(Cymbopogon citratus) dengan tiga variasi konsentrasi, yakni 5%, 10% dan 15% dengan CMC-Na
sebagai basis gel. Pengujian yang dilakukan terhadap ketiga formulasi meliputi sifat fisik gel yaitu,
pengujian organoleptik, pH, homogenitas, daya sebar, konsistensi serta efektivitas antiseptik. Pengujian
efektivitas antiseptik dilakukan dengan metode replika yang dimodifikasi menggunakan handsanitizer
Carex® (kontrol positif), basis gel (kontrol negatif) dan sediaan gel 5%, 10%, 15%. Data pengujian
antiseptik yang diperoleh dianalisis dengan One Way Anova dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa gel yang dihasilkan memenuhi parameter uji, diantaranya uji organoleptik
(semipadat, jernih dan bau khas Sereh), pH 6 yang masih dalam interval aman pH kulit, homogenitas
dengan tidak terlihat adanya butiran kasar terhadap semua formulasi gel, uji daya sebar yang berkisar 5,1-
5,5 menunjukkan konsistensi semisolid yang sangat nyaman dalam penggunaan dan uji konsistensi
dengan tidak terjadi pemisahan fase. Gel minyak atsiri daun Sereh memiliki efektivitas antiseptik pada
konsentrasi 15% yang memperlihatkan adanya penurunan rata-rata jumLah koloni yang paling baik yakni
8.
Kata kunci : daun Sereh, minyak atsiri, gel antiseptik, uji replika
85
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493
86
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493
dianalisis secara statistik dengan uji One konsentrasi, yaitu 5%, 10% dan 15% yang
Way Anova. dapat dilihat pada Tabel 1.
Minyak Atsiri
- 0,5 mL 1 mL 1,5 mL
Sereh
CMC-Na 0,25 g 0,25 g 0,25 g 0,25 g
Gliserin 1 mL 1 mL 1 mL 1 mL
Propilenglikol 0,5 mL 0,5 mL 0,5 mL 0,5 mL
Aquadest ad 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL
87
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493
15 Psi selama 15 menit. Kemudian dituang dibuat apakah terjadi pemisahan antara
ke dalam cawan petri. bahan pembentuk gel dengan pembawanya
yaitu air. Pengujian konsistensi
Evaluasi Sediaan menggunakan pengujian centrifugal test
1. Pengujian Organoleptik dimana sampel gel disentrifugasi pada
Pengamatan dilihat secara langsung kecepatan 3800 rpm selama 5 jam kemudian
bentuk, warna dan bau dari gel yang dibuat. diamati perubahan fisiknya (Djajadisastra,
Gel biasanya jernih dengan konsistensi 2009).
setengah padat (Ansel, 1989).
2. Pengujian pH Pengujian Antiseptik
Penentuan pH sediaan dilakukan Uji efektivitas antiseptik dilakukan
dengan menggunakan stik pH Universal dengan metode Replika yang dimodifikasi
yang dicelupkan ke dalam sampel gel yang dengan cara sebagai berikut:
telah diencerkan. Setelah tercelup dengan
sempurna, pH Universal tersebut dilihat 1. Kontrol Positif dan Negatif
perubahan warnanya dan dicocokkan dengan Telapak tangan dicuci bersih
standar pH Universal. pH sediaan gel harus dengan air yang mengalir, kemudian
sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 dikeringkan. Dipipet sebanyak 1 mL
(Tranggono et al., 2007). handsanitizer Carex® (kontrol positif)
3. Pengujian Homogenitas yang diteteskan pada jari telunjuk,
Pengujian homogenitas dilakukan kemudian diratakan secara zig-zag di atas
dengan cara sampel gel dioleskan pada media padat Nutrient Agar (NA) dan
sekeping kaca atau bahan transparan lain didiamkan selama 1 menit. Selanjutnya
yang cocok, sediaan harus menunjukkan media diinkubasi pada suhu 37°C selama
susunan yang homogen dan tidak terlihat 24 jam. Setelah diinkubasi, jumLah
adanya butiran kasar (Anonim, 1985). koloni bakteri dihitung menggunakan
4. Pengujian Daya Sebar colony counter. Replikasi dilakukan
Sebanyak 0,5 g sampel gel diletakkan sebanyak 3 kali ulangan. Untuk kontrol
di atas kaca bulat berskala, kaca lainnya negatif dilakukan dengan cara yang sama
diletakkan di atasnya dan dibiarkan selama 1 menggunakan basis gel.
menit. Diameter sebar gel diukur. 2. Sediaan Uji
Setelahnya ditambahkan 150 g beban Telapak tangan dicuci bersih
tambahan dan didiamkan selama 1 menit dengan air yang mengalir, kemudian
lalu diukur diameter yang konstan. Menurut dikeringkan. Dipipet sebanyak 1 mL gel
Garg et al. (2002), daya sebar 5-7 cm dengan konsentrasi 5% yang diteteskan
menunjukkan konsistensi semisolid yang pada jari telunjuk, kemudian diratakan
sangat nyaman dalam penggunaan. secara zig-zag di atas media padat
5. Pengujian Konsistensi Nutrient Agar (NA) dan didiamkan
Dilakukan dengan mengamati selama 1 menit. Selanjutnya media
perubahan konsistensi dari sediaan gel yang diinkubasi pada suhu 37°C selama 24
88
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493
Jenis Gel pH
Basis Gel 6
Gel minyak atsiri 5% 6
Gel minyak atsiri 10% 6
Gel minyak atsiri 15% 6
Tabel 5. Hasil Pengujian Daya Sebar Gel Minyak Atsiri Daun Sereh
89
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493
masih sesuai dengan interval pH kulit yakni sebanyak 200. JumLah rata-rata penurunan
4,5-6,5 (Tranggono et al., 2007). koloni terjadi dengan semakin tinggi
Pengujian konsistensi dari ketiga konsentrasi minyak atsiri daun Sereh yang
formulasi sediaan menunjukkan susunan terdapat dalam formulasi gel antiseptik
yang homogen (tidak adanya butiran kasar). tangan. Pada konsentrasi gel 10%
Hal ini sesuai dengan persyaratan sediaan menghasilkan rata-rata penurunan jumLah
harus menunjukkan susunan yang homogen koloni yang signifikan dibandingkan dengan
dan tidak terlihat adanya butiran kasar gel konsentrasi 5%. Sehingga, dapat dilihat
(Anonim, 1985). bahwa pada konsentrasi gel minyak atsiri
Pengujian daya sebar memiliki tujuan 10% telah memiliki efektivitas antiseptik
untuk melihat kemampuan menyebarnya gel dan diikuti dengan semakin tingginya
pada permukaan kulit dimana diharapkan konsentrasi gel 15% yang mampu menekan
gel mampu menyebar dengan mudah pada dan menurunkan jumLah koloni. Sehingga,
saat diaplikasikan pada telapak tangan. Daya konsentrasi gel 15% merupakan gel dengan
sebar yang dihasilkan pada formulasi gel efektivitas antiseptik yang paling baik. Hal
dengan konsentrasi 5% yaitu 5,5 cm, ini dikarenakan adanya sitral sebagai
konsentrasi 10% 5,5 cm dan pada komponen utama minyak atsiri daun Sereh
konsentrasi 15% 5,4 cm. Menurut Garg et yang memiliki aktivitas antibakteri sehingga
al. (2002), daya sebar 5-7 cm menunjukkan berpotensi juga sebagai antiseptik.
konsistensi semisolid yang sangat nyaman Analisis data dari hasil pengujian
dalam penggunaan. Sehingga, dapat antiseptik dilakukan dengan pengujian
dikatakan ketiga formulasi sediaan gel yang statistik One Way Anova digunakan sebagai
dihasilkan memenuhi persyaratan daya dasar pengambilan keputusan dari suatu
sebar. hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini
Pengujian konsistensi menunjukkan berupa H0 yakni gel minyak atsiri daun
bahwa semua sediaan gel tidak terlihat Sereh dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15%
adanya pemisahan fase. Hal ini berarti tidak memiliki efektivitas sebagai antiseptik
sediaan gel yang dihasilkan tetap stabil dan tangan dan H1 yakni gel minyak atsiri daun
tidak terpengaruh gaya gravitasi untuk Sereh dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15%
penyimpanan selama setahun (Djajadisastra, memiliki efektivitas sebagai antiseptik
2009). tangan. Pengambilan keputusan untuk
Hasil pengujian antiseptik sediaan gel memilih hipotesis yang diterima dan
minyak atsiri daun Sereh 5% memiliki rata- hipotesis yang ditolak didasarkan pada
rata koloni sebanyak 80, sediaan gel minyak perbandingan F hitung dan F tabel, dengan
atsiri 10% sebanyak 18 koloni dan sediaan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka
gel minyak atsiri 15% sebanyak 8 koloni. H0 diterima, H1 ditolak. Apabila F hitung
Pengujian pada handsanitizer Carex® lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak, H1
(kontrol positif), rata-rata sebanyak 3 koloni diterima. Dari hasil uji One Way Anova
dan pada basis gel (kontrol negatif) berdasarkan data konsentrasi, kontrol dan
menghasilkan rata-rata jumLah koloni jumLah koloni diperoleh nilai F hitung
91
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493
92
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493
93
Artikel Riset Jurnal Kefarmasian Indonesia
Vol.5 No.2-Agustus. 2015:74-82
p-ISSN: 2085-675X
e-ISSN: 2354-8770
Abstrak
Daun ketepeng cina (Cassia alata L.) mengandung flavonoid yang memiliki efek antiinflamasi, antialergi,
antioksidan dan antifungi. Penggunaannya secara tradisional memerlukan waktu penyiapan yang lama sehingga
perlu formulasi sediaan yang lebih praktis dan awet dalam penyimpanan. Sediaan gel dipilih dalam formulasi
karena mudah mengering, membentuk lapisan film yang mudah dicuci dan memberikan rasa dingin di kulit.
Komponen gel berpengaruh pada stabilitas gel. Uji stabilitas fisik perlu dilakukan untuk memastikan kualitas,
keamanan dan manfaat gel memenuhi spesifikasi yang diharapkan serta stabil selama penyimpanan. Penelitian
ini bertujuan untuk membuat formula gel dan mengetahui stabilitas fisik gel ekstrak daun ketepeng cina. Desain
penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Formula optimum gel ditentukan berdasarkan variasi
konsentrasi natrium karboksimetil selulosa (CMC-Na). Gel yang memenuhi kriteria homogenitas, konsistensi,
pH dan daya sebar ditetapkan sebagai formula optimum. Stabilitas fisik formula optimum diuji dengan
organoleptik, homogenitas, uji pH, uji daya sebar dan uji viskositas. Gel yang memenuhi kriteria penerimaan
adalah gel ektrak etanol ketepeng cina dengan konsentrasi CMC-Na 3% sehingga ditetapkan sebagai formula
optimum. Hasil uji stabilitas gel formula optimum tidak menunjukkan adanya perubahan pH, warna, bau dan
rasa, namun gel mengalami perubahan bentuk, viskositas dan daya sebar. Formula optimum dengan konsentrasi
CMC-Na 3%. yang dihasilkan kurang stabil selama 8 minggu penyimpanan pada suhu 40 °C
Kata kunci: Formula gel; Ekstrak daun ketepeng cina; Stabilitas fisik
Abstract
Cassia alata L. leaf contains flavonoids which have anti-inflammatory, anti-allergy, antioxidants and antifungal
effects. The traditional application of it requires long preparation time so we need a formulation with more
practical and durable storage is needed. Gel formulation was chosen because it is easy to dry, forming an easy
to wash film layer and give a sense of cold on the skin. Gel components affect the stability of the gel. Physical
stability is analyzed to ensure that the formulated gel’s quality, safety and benefits meet the specifications and
survive during storage. This study aimed to create a gel formula and analysed its physical stability test of
Cassia alata L. leaf extract gel. Research design adopted in this study was an experimental laboratory.
Optimum gel formula determined by variations in the concentration of sodium carboxymethyl celulose (CMC-
Na). Gel that meet the criteria of homogeneity, consistency, pH and spreadibility was set as the optimum
formula. Physical stability of optimum formula was analyzed by organoleptic, homogeneity test, pH test,
viscosity test and spredability test. Gel that meets the acceptance criteria are Cassia alata L. leaf extract gel
with CMC-Na concentration of 3% those determined as the optimum formula. Stability analysis of optimum
formula didn’t show any changes in pH, color, smell and taste, although it changes of the shape, viscosity and
spreadibility were found. The optimum formula gel obtained by the concentration of CMC-Na 3%. results were
less stable during the 8 weeks of storage at a temperature of 40°C.
Keywords: Gel formulation; Cassia alata L. extract; Physical stability
74
Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Gel (Nutrisia A.S)
PENDAHULUAN
Penyakit kulit merupakan suatu tumbukan daun pada kulit yang sakit.
penyakit yang menyerang pada permu- Proses penyiapan membutuhkan waktu
kaan tubuh dan disebabkan oleh berbagai yang lama sehingga perlu dibuat formulasi
macam penyebab seperti bakteri, virus dan yang lebih praktis dalam bentuk sediaan
jamur. Salah satu penyakit kulit adalah gel. Gel adalah sediaan semipadat yang
panu (Pityriasis versicolor) yaitu penyakit terdiri dari suspensi yang dibuat dari
kulit yang disebabkan oleh jamur partikel anorganik yang kecil atau molekul
Malassezia furfur. Penyakit yang disebab- organik yang besar terpenetrasi oleh suatu
kan oleh jamur seperti panu lebih sering cairan.7 Sediaan gel dipilih karena mudah
ditemukan di daerah yang beriklim panas.1 mengering, membentuk lapisan film yang
Secara umum infeksi jamur dibeda- mudah dicuci dan memberikan rasa dingin
kan menjadi infeksi jamur sistemik dan di kulit.8
infeksi jamur topikal. Jenis obat yang Formulasi gel dilakukan secara trial-
digunakan untuk mengatasi panu adalah error dengan modifikasi konsentrasi bahan
obat topikal misalnya suspensi selenium pembentuk massa gel (gelling agent)
sulfida 2,5% dalam bentuk lotio 2-3 kali sehingga didapatkan formula optimal gel
sehari selama seminggu. Penggunaan obat ekstrak daun ketepeng cina. Penambahan
digunakan dengan cara digosokkan pada bahan pembentuk masa gel dilakukan
lesi dan didiamkan 15-30 menit sebelum untuk mendapatkan karakteristik sediaan
mandi.2 Beberapa tanaman obat telah sesuai dengan spesifikasi/ parameter
dikembangkan untuk mengatasi infeksi kriteria yang diharapkan. Penggunaan jenis
jamur topikal. Hal ini juga didukung oleh dan konsentrasi bahan tambahan maupun
tren back to nature yang semakin ekstrak yang berbeda akan mempengaruhi
berkembang di masyarakat. Efek samping kestabilan fisik suatu sediaan sehingga uji
yang ditimbulkan oleh pengobatan stabilitas fisik terhadap formula optimum
tradisional hampir tidak ada. Pengobatan perlu dilakukan terhadap gel ketepeng
dengan cara herbal lebih mudah dilakukan cina. Uji stabilitas fisik dilakukan untuk
dan biasanya bahan-bahannya sangat menjamin sediaan memiliki sifat yang
mudah diperoleh di sekitar kita.3 sama setelah sediaan dibuat dan masih
Salah satu tanaman untuk mengatasi memenuhi parameter kriteria selama
panu yaitu ketepeng cina (Cassia alata L.). penyimpanan. Ketidakstabilan fisika dari
Uji aktivitas antijamur ekstrak etanol daun sediaan gel ditandai dengan adanya
ketepeng cina menunjukkan bahwa pada pemucatan warna atau munculnya warna,
dosis 100 mg dan 200 mg, ekstrak tersebut timbul bau, perubahan, atau pemisahan
efektif menghambat pertumbuhan Candida fase, sineresis, perubahan konsistensi,
albicans, Microsporum canis dan terbentuknya gas dan perubahan fisik
Trichopyton mentagrophyte dibandingkan lainnya. Untuk memperoleh nilai
Ketokonazole 200 mg sebagai kontrol kestabilan suatu sediaan farmasetika
positif.4 atau kosmetik dalam waktu yang
Efek farmakologis yang dimiliki oleh singkat, maka dapat dilakukan dengan
ketepeng cina diantaranya sebagai uji stabilitas dipercepat. Pengujian ini
pencahar, obat cacing, penghilang gatal – bertujuan untuk mendapatkan formulasi
gatal dan obat kelainan kulit yang optimum gel ketepeng cina dan stabilitas
disebabkan oleh parasit.5 Daun ketepeng fisiknya pada waktu sesingkat mungkin
cina memiliki kandungan penting seperti dengan cara menyimpan sampel pada
alkaloid, saponin, tanin, flavonoid dan kondisi yang dirancang untuk
antrakuinon.6 Cara pemakaian daun mempercepat terjadinya perubahan yang
ketepeng cina secara tradisional dengan biasanya terjadi pada kondisi normal. Jika
menggosokan atau menempelkan hasil hasil pengujian suatu sediaan pada uji
75
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2015;5(2):74-82
dipercepat selama 3 bulan diperoleh hasil glikol, gliserin, metiparaben, air suling
yang stabil, maka sediaan tersebut stabil (grade farmasi).
pada penyimpanan suhu kamar selama
setahun. Uji stabilitas pada suhu tinggi Pembuatan ekstrak etanol daun
dilakukan pada suhu 40±2°C selama 8 ketepeng cina
minggu, kemudian dilakukan pengamatan Daun ketepeng cina dikeringkan
organoleptis dan pengukuran pH setiap 2 menggunakan oven selama 2 jam dengan
minggu.9 suhu 50o-60oC. Daun kering disortasi,
Berdasarkan latar belakang di atas kemudian dijadikan serbuk dan diayak
maka peneliti melakukan penelitian dengan mesh no. 40, ditimbang sebanyak
tentang formulasi dan uji fisik sediaan gel 300 gram. Serbuk dibagi menjadi 6 bagian,
dari ekstrak daun ketepeng cina.Tujuan masing-masing bagian dilarutkan dalam
penelitian ini adalah membuat formula gel etanol 95% sebanyak 350 ml kemudian
ekstrak daun ketepeng cina dan menguji ditutup, dibiarkan selama 5 hari dan
stabilitas fisiknya dalam penyimpanan dilakukan pengadukan setiap harinya.
pada suhu 40°C selama 8 minggu. Selanjutnya disaring, ampas diremaserasi
selama 1 hari supaya penarikan ekstraksi
METODE lebih sempurna. Ekstrak yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan pada
Desain penelitian ini adalah
evaporator dan diuapkan di waterbath
eksperimental laboratorium. Kegiatan yang
dilakukan adalah pembuatan ekstrak etanol hingga memperoleh ekstrak kental. 10
daun ketepeng cina secara maserasi,
pembuatan sediaan gel dan penentuan
formula optimum gel dengan konsentrasi
ekstrak etanol Ketepeng cina 5% b/b,
Hasil ektrak dilakukan tes bebas alkohol
menyimpan sediaan gel hasil formula
dengan reaksi esterifikasi yaitu memanas-
optimum pada climatic chamber dengan
kan 0,1 gram ekstrak dengan asam asetat
suhu 400C, kemudian uji fisik sediaan gel
dan asam sulfat pekat.
formula optimum setiap 2 minggu sekali
selama 8 minggu. Uji fisik yang dilakukan
meliputi uji organoleptik, uji homogenitas, Pembuatan sediaan dan penentuan
uji pH, uji daya sebar, dan uji viskositas. formula optimumgel ekstrak daun
. ketepeng cina
Gel ekstrak etanol daun Ketepeng
Alat dan bahan
cinadibuat dari ekstrak daun ketepeng
Alat yang digunakan dalam penelitian
cinadan zat tambahan. Komposisi
ini adalah oven, mesin penyerbuk, ayakan
formulasi gel disusun berdasarkan metode
mesh 40, rotary evaporator (Ika),
trial-error pada tahap praformulasi.
timbangan analitik (Ohaus), magnetic
Menurut Hamzah, formula standar gel
stirrer (Corning PC 420-D), beaker glass
dengan basis CMC-Na mempunyai
(Pyrex), object glass (Sail brand), pH-
susunan sebagai berikut :11
meter (Hanna), kaca bulat berdiameter,
jangka sorong, viskometer (Rion VT-03F), R/ CMC-Na 5%
climatic chamber (Memert). Gliserin 10%
Bahan yang digunakan adalah daun Propilenglikol 5%
ketepeng cina yang dibudidayakan di Aquades ad 100
kebun tanaman obat Jurusan Jamu,
Poltekkes Kemenkes Surakarta, Jawa Formula tersebut digunakan dalam uji
Tengah. Bahan kimia yang digunakan praformulasi I gel ekstrak daun ketepeng
adalah etanol 95%, CMC-Na, propilen- cina dengan ditambahkan ekstrak
konsentrasi 5% kemudian dilakukan
76
Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Gel (Nutrisia A.S)
evaluasi berupa uji homogenitas, 70°C ditambah metil paraben sampai larut.
konsistensi, pH dan daya sebar. Hasil Propilenglikol dan gliserin dicampur
evaluasi praformula I ditunjukkan oleh kemudian ditambahkan ke campuran
Tabel 1 dibawah ini: CMC-Na dan metilparaben kemudian
Tabel 1. Hasil evaluasi praformula gel ditambahkan ekstrak yang sudah dicairkan,
ekstrak daun C.alata L diaduk secara kontinu hingga terbentuk
Evaluasi Parameter Hasil gel.
Kriteria
Tabel 2.Komposisi praformula gel ekstrak
Homogenitas Homogen Tidak
daun ketepeng cina II
Homogen
Bahan Konsentrasi(%) Manfaat
Konsistensi Kental Lunak Kaku
pH 4,5 - 6,5 6,00 ± 0,40 I II III
Ekstrak daun 5 5 5 Zat Aktif
Daya Sebar 5 – 7 cm 3,07 ± 0,15 cm
Ketepeng cina
CMC-Na 3 4 5 Gelling agent
Konsistensi dan daya sebar belum Propilenglikol 15 15 15 Humektan
memenuhi parameter daya sebar gel yang Gliserin 10 10 10 Humektan
baik. Studi literatur dilakukan terhadap Metil paraben 0,25 0,25 0,25 Pengawet
Aquadest ad 100 100 100 Pembawa
beberapa jurnal formulasi gel dengan
Keterangan :
CMC-Na sebagai gelling agent. Penelitian I : Formula dengan konsentrasi CMC-Na 3%
formulasi gel dengan CMC-Na menurut II: Formula dengan konsentrasi CMC-Na 4%
Shukr and Metwally (menunjukkan bahwa III: Formula dengan konsentrasi CMC-Na 5%
daya sebar yang dihasilkan gel konsentrasi
CMC-Na 2% dan 3% adalah 12 – 15 cm. 12 Uji Stabilitas
Zat aktif dalam penelitian tersebut berbeda Formula optimum gel ekstrak etanol
dengan penelitian ini maka perlu dilakukan daun ketepeng cinadiuji stabilitasnya
penyesuaian formula. Konsentrasi CMC- dengan memperhatikan warna, bentuk,
Na sebagai suspending agent berkisar 3- bau, rasa, homogenitas, pH, daya sebar dan
6%.13 Dalam kondisi biasa, propilenglikol viskositas selama penyimpanan pada suhu
stabil dalam wadah yang tertutup baik dan 400C, diamati perubahannya setiap 2
bila dicampur dengan gliserin, air, atau minggu selama 8 minggu.14
alkohol. Data klinis telah menunjukkan Uji homogenitas dilakukan dengan
reaksi iritasi kulit pada pemakaian propilen cara mengoleskan 3 bagian atas, tengah
glikol dibawah 10% dan dermatitis dan bawah dari gel pada kaca transparan.
dibawah 2%. Konsentrasi propilenglikol Homogenitas ditunjukkan dengan tidak
sebagai humektan dalam sediaan topikal adanya butiran kasar pada sediaan.Uji pH
setara dengan 15%. Daya simpan dilakukan untuk melihat tingkat keasaman
propilenglikol meningkat dengan sediaan gel untuk menjamin sediaan gel
penambahan metilparaben.13 Berdasarkan tidak menyebabkan iritasi pada kulit.15 pH
studi literatur disusunlah 3 formula dengan sediaan yang memenuhi kriteria pH kulit
konsentrasi CMC-Na yang berbeda yaitu dalam interval 4,5-6,5.16,17
kemudian dilakukan evaluasi berupa uji Uji daya sebar dilakukan untuk
homogenitas, pH dan daya sebar. Formula menjamin pemerataan gel saat
yang memenuhi parameter kriteria dipilih diaplikasikan pada kulit.15 Gel ditimbang
sebagai formula optimum. Formula sebanyak 0,5 gram kemudian diletakkan
tersebut dilihat pada Tabel 2. Gel dibuat ditengah kaca bulat berskala. Di atas gel
dengan cara melarutkan ekstrak daun diletakkan kaca bulat lain atau bahan
ketepeng cina dalam sebagian Aquadest transparan lain dan pemberat sehingga
kemudian dipanaskan pada suhu 50°C. berat kaca bulat dan pemberat 150 gram,
CMC-Na dipanaskan dengan sisa didiamkan selama 1 menit, kemudian
Aquadest diatas magnetic stirrer dengan dicatat diameter penyebarannya. Daya
kecepatan pengadukan 400 rpm dan suhu sebar gel yang baik antara 5-7 cm.17,18,19
77
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2015;5(2):74-82
78
Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Gel (Nutrisia A.S)
Keterangan :
I : Formula dengan konsentrasi CMC-Na 3%
II: Formula dengan konsentrasi CMC-Na 4%
III: Formula dengan konsentrasi CMC-Na 5%
*: sesuai dengan parameter kriteria
dalam daun ketepeng cina yaitu tanin, ketetapan parameter sehingga dipilih
saponin, alkaloid, steroid, terpenoid, menjadi formula optimum.Gel formula I
flavonoid, karbohidrat, dan antrakuinon dibuat kembali dengan jumlah yang
yang berpotensi sebagai antibakteri dan mencukupi untuk dilakukan uji stabilitas
antijamur.4 Hasil evaluasi praformula II fisik.
dapat dilihat pada Tabel 3. Uji stabilitas yang dilakukan pada
Susunan gel dikatakan homogen bila penelitian ini adalah uji stabilitas pada
terdapat persamaan warna yang merata dan suhu tinggi yaitu pada suhu 40°C selama
tidak ditemukan partikel-partikel yang 8 minggu. Pengamatan dilakukan setiap 2
berbeda.26 Konsistensi, derajat keasaman minggu mulai minggu ke-0, ke-2, ke-4, ke-
dan daya sebar gel berkaitan dengan 6 dan ke-8.Gel dinyatakan stabil jika tidak
kenyamanan pemakaian. Sediaan gel terdapat perbedaan signifikan terhadap
diharapkan memiliki konsistensi, derajat hasil parameter yang diamati setiap 2
keasaman dan daya sebar sesuai dengan minggu dilihat dari nilai p-value> 0,05.
parameter kriteria. Konsistensi gel yang Pengamatan pada minggu ke-0 adalah
lunak menyebabkan gel lebih mudah pengamatan sesaat setelah formula
merata, mudah terserap di kulit dan optimum dibuat. Pengamatan terdiri dari
berkesan lembut di kulit daripada gel yang organoleptik, homogenitas, pH, viskositas,
kaku. Konsistensi gel berhubungan dengan daya sebar. Hasil uji stabilitas dapat
viskositas dan daya sebarnya. pH gel yang dilihat pada Tabel 4.
baik adalah pH yang hampir sama atau Viskositas gel dipengaruhi oleh
mendekati pH kulit yang berkisar antara konsentrasi CMC-Na. Dalam sistem gel,
4,5– 6,5.15 Apabila sediaan gel terlalu asam CMC-Na bertanggungjawab terhadap
dari pH kulit dikhawatirkan akan terbentuknya matriks gel. Selama
mengiritasi kulit tetapi apabila terlalu basa penyimpanan, CMC-Na dapat mengalami
maka kulit dikhawatirkan akan kering.16 kerusakan yang menyebabkan perubahan
Hasil daya sebar sediaan gel termasuk viskositas gel.26 Hal ini dapat disebabkan
dalam standar SNI yaitu antara 5,54-6,08 oleh suhu dan kemasan yang kurang
cm. Daya sebar gel yang baik antara 5-7 kedap sehingga gel menyerap uap air dari
cm. Semakin besar daya sebar yang luar dan menambah volume air dalam gel.
diberikan, maka kemampuan zat aktif Penambahan bahan-bahan lain seperti
untuk menyebar dan kontak dengan kulit propilenglikol dan gliserin yang
semakin luas.14 Hasil evaluasi formula I konsistensinya cair, dapat menurunkan
telah menunjukkan kesesuaian dengan viskositas sediaan gel.27
79
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2015;5(2):74-82
Tabel 4. Hasil uji stabilitas fisik sediaan gel ekstrak daun ketepeng cina
Hasil p-
Pengujian
Minggu ke-0 Minggu ke-2 Minggu ke-4 Minggu ke-6 Minggu ke-8 value
Organoleptik
a. Warna Hijau Kehitaman Hijau Kehitaman Hijau Kehitaman Hijau Kehitaman Hijau Kehitaman
b. Bau Khas aromatis Khas aromatis Khas aromatis Khas aromatis Khas aromatis
c. Rasa Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit
d. Bentuk Kental Cair Cair Cair Cair
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
pH 5,07±0,21 5,00±0,17 5,00±0,20 5,03±0,15 4,97±0,12 0,931
Viskositas 189,67±0,58 m.Pas 169,20±0,72 m.Pas 163,63±0,90 m.Pas 110,03±0,42 m.Pas 94,30±0,61 m.Pas 0,009*
Daya sebar 5,56±0,06 cm 5,70±0,03 cm 5,94±0,06 cm 6,09±0,11 cm 6,34±0,08 cm 0,000*
Keterangan :
Data pH, viskositas dan daya sebar yang tercantum adalah nilai mean ± SD
*Terdapat perbedaan hasil pengujian yang signifikan setiap 2 minggu
Data pengujian daya sebar gel formula pengaruh perbedaan konsentrasi ketiga
optimum menunjukkan bahwa semakin bahan tambahan gel tersebut terhadap
lama penyimpanan daya sebar gel semakin stabilitas fisiknya.
meningkat. Uji normalitas data daya sebar
menggunakan Shapiro-wilk menunjukkan
bahwa data berdistribusi normal (p-value
0,577 > 0,05) sehingga untuk mengetahui
kestabilan daya sebar gel dilakukan analisa
One way anova dan didapatkan p-value
0,000 yang artinya terdapat perbedaan
daya sebar dalam pengamatan setiap 2
minggu sehingga dapat disimpulkan daya
sebar sediaan tidak stabil selama
penyimpanan 8 minggu pada suhu 400C.
Respon viskositas gel berbanding
terbalik dengan daya sebar, semakin
rendah nilai viskositas maka semakin
tinggi nilai daya sebar. Hubungan antara Gambar 1. Grafik hubungan viskositas dan
viskositas dan daya sebar dapat dilihat daya sebar
pada Gambar 1.
Dalam penelitian Mappa15, menun- KESIMPULAN
jukkan bahwa daya sebar gel yang kurang Formula optimum gel ekstrak daun
baik disebabkan karena viskositas CMC-
ketepeng cina diperoleh pada formula yang
Na yang terlalu tinggi. Saat CMC-Na mengandung 3% CMC-Na sebagai gelling
dimasukkan ke dalam air, Na+ lepas dan agent. Gel ekstrak daun ketepeng cina
diganti dengan ion H+ dan membentuk formula optium tidak stabil dalam
HCMC yang akan meningkatkan penyimpanan pada suhu 40°C selama 8
viskositas. Perbandingan konsentrasi minggu.
antara gliserin, propilenglikol dan CMC-
Na juga menentukan kestabilan viskositas
dan daya sebar sediaan gel sehingga perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
80
Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Gel (Nutrisia A.S)
81
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2015;5(2):74-82
gnemon Linn.). Jurnal Universitas 24. Sari GWP, Supartono. Ekstraksi minyak
Padjadjaran. 2011;1(1):4-24. kenanga (Cananga odorata) untuk
21. Estiasih T, Ahmadi. Teknologi pembuatan skin lotion penolak serangga.
pengolahan pangan, edisi 1 cetakan 2. Jurnal MIPA. 2014;37(1);62-70.
Jakarta: Bumi Aksara; 2011. 25. Kurniawan D, Wahyuningrum R, Dhiani
22. Dwiastuti. Pengaruh penambahan CMC BA. Pengawet alami ekstrak etanol daun
(carboxymethyl cellulose) sebagai gelling ketepeng cina (Cassia alata Linn) pada
agent dan propilen glikol sebagai sediaan sirup herbal tomat. Acta
humektan dalam sediaan gel sunscreen Pharmaciae Indonesia. 2012;1(1);16-21.
ekstrak kering polifenol teh hijau 26. Titaley S, Fatimawali, Lolo WA.
(Camellia sinensis L.). Jurnal Penelitian. Formulasi dan uji efektivitas sediaan gel
2010;13(2):227-40. ekstra etanol daun mangrove api-api
23. Arikumalasari, Dewantari, Wijayanti. (Avicennia marina) sebagai antiseptik
Optimasi hpmc sebagai gelling agent tangan. Pharmacon. 2014;3(2):99-106.
dalam formula gel ekstrak kulit buah 27. Ida N, Noer SF. Uji stabilitas fisik gel
manggis (Garcinia mangostana L.). ekstrak lidah buaya (Aloe vera L.).
Jurnal Farmasi Udayana. 2013;2(3);145- Majalah Farmasi dan Farmakologi,
51. 2012;6(2):79-84.
82