KELOMPOK E1
FORMULASI SEDIAAN
GEL DAGING DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera)
Nama Anggota:
Septi Orbita Sari (152210101006)
Farda Hakimah (152210101026)
Yesi Dwi Astuti (152210101059)
Intan Alvi Ayu Novita Sari (152210101067)
Ingga Dias Astri (152210101071)
Diva Rochayati (152210101078)
Ikhar Ridho Dayli (152210101091)
Muhammad Egi Supaedi (152210101138)
Khairinna Prihandini (162210101001)
Milka Bella Savira Priyono (162210101011)
Kintan Gemi Nastiti (162210101043)
Desak Ayu Lestarini Dewi (162210101044)
Dayu Lantika (162210101049)
HALAMAN SAMPUL….…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................3
BAB 3. METODE.......................................................................................................15
3.2 Prosedur.............................................................................................................16
BAB 4. PEMBAHASAN............................................................................................24
4.1 Ekstraksi.............................................................................................................24
ii
BAB 5. PENUTUP......................................................................................................29
5.1 Kesimpulan........................................................................................................29
5.2 Saran..................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................30
LAMPIRAN................................................................................................................32
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
tubuh. Lidah buaya dalam sediaan gel ini memiliki banyak khasiat yaitu laksatif,
biogenic stimulator yang mempercepat proses repitelisasi jaringan, penyubur rambut,
antibakteri, antifungi, dan juga bisa sebagai antiviral.
Tanaman ini mendapat julukan medical plant/master healing plant (tanaman
penyembuh utama) karena memiliki banyak manfaat dari kehidupan manusia. Salah
satunya adalam membantu penyembuhan luka. Khasiat ini didukung oleh berbagai
penelitian yang dilakukan pada tahun 1990-an yang menunjukkan bahwa luka bakar
yang sederhana hingga parah dapat disembuhkan selama enam hari dengan selalu
mengoleskan lendir lidah buaya, berbeda dengan luka yang hanya dibalut dengan
pembalut kasa (Ida dan Noer, 2012). Pada penelian (Atik dan Iwan, 2009) disebutkan
pemberian topikal gel lidah buaya terhadap luka sayat kulit mencit memiliki efek
yang lebih menguntungkan dibanding dengan pemberian povidone iodine dalam hal
menstimulai reepitelialisasi dan fibroblasia.
Publikasi American Pediatric Medical Association menunjukkan bahwa
pengolesan krim yang mengandung 25% lendir lidah buaya pada permukaan luka
selama 6 hari dapat mengurangi ukuran luka sebesar 51%. Sedangkan berdasarkan
hasil penelitian Junaid, konsentrasi ekstrak lidah buaya dalam bentuk serbuk yang
digunakan untuk luka bakar adalah 0,2%. Berdasarkan hal tersebut lidah buaya sangat
potensial untuk diformulasikan menjadi sediaan topikal. Salah satu bentuk sediaan
yang efektif untuk terapi topikal adalah gel.
2
2. Bagaimanakan penetapan kadar berberin dalam ekstrak dan sediaan gel Aloe
vera?
3. Bagaimana evaluasi dari sediaan gel ekstrak lidah buaya yang telah dibuat?
1.3 Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah yang sudah disebutkan diatas, maka dapat
diketahui beberapa tujuan dari praktikum pembuatan gel ekstrak lidah buaya yaitu
sebagai berikut:
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Lidah buaya memiliki ciri-ciri morfologi pelepah daun yang runcing dan
permukaan yang lebar, berdaging tebal, tidak bertulang, mengandung getah,
permukaan pelepah daun dilapisi lilin, bersifat sekulen, berat rata-rata per pelepah
adalah sekitar 0,5-1 kg dan tinggi 45-50 cm. Masa panen lidah buaya sekitar 10-12
bulan setelah tanam, sehingga dalam satu tahun tanaman ini dapat dipanen sebanyak
4 kali (3 bulan sekali). Tanaman lidah buaya ini akan terus menghasilkan pelepah
daun hingga 7-8 tahun dan (Furnawanthi, 2002).
Gel lidah buaya ini tidak berwarna dan berbau, tidak mempengaruhi rasa atau
rupa dari buah, aman digunakan, alami serta aman bagi lingkungan. Gel lidah buaya
yang terdiri dari polisakarida, berperan menghalangi kelembaban dan oksigen yang
dapat mempercepat pembusukan makanan. Gel ini juga mengandung antibiotik dan
anti cendawan yang berpotensi memperlambat atau menghalangi mikroorganisme
yang mengakibatkan keracunan makanan pada manusia (Reynolds dan Dweck, 1999).
4
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Lidah Buaya
Lidah buaya merupakan sejenis tumbuhan yang merupakan salah satu spesies
dari tanaman Liliaceae. Klasifikasi tanaman lidah buaya sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Famili : Asphodelaceae
Genus : Aloe
Komponen Kadar
Energi (Kal) 1,73 – 2,30
Protein (gr) 0,10 – 0,06
Lemak (gr) 0,05 – 0,09
Karbohidrat (gr) 0,30
Kalsium (mg) 9,92 – 19,920
Besi (mg) 0,060 – 0,320
Vitamin A (IU) 2,00 – 4,60
Vitamin C (mg) 0,50 – 4,20
Thiamin (mg) 0,003 – 0,004
Riboflavin (mg) 0,001 – 0002
Niasin (mg) 0,038 – 0,040
Serat (gr) 0,30
Abu (gr) 0,10
Kadar Air (gr) 99,20
5
2.1.2 Komponen Bioaktif Gel Lidah Buaya
Zat yang terkandung dalam gel lidah buaya tersebut memiliki aktivitas antara
lain sebagai antimikroba, penurun kolesterol darah, antidiabetes, antikanker,
antivirus, antijamur, antioksidan, mencegah chilling injury, serta dapat
menyembuhkan luka dan mencegah peradangan (anti-inflammatory). Lidah buaya
merupakan tanaman yang bermanfaat bagi kesehatan serta memiliki kemampuan lain
yang dapat dimanfaatkan untuk memperpanjang umur simpan buah dan sayuran
(Reynolds dan Dweck, 1999). Lidah buaya mengandung beberapa senyawa bioaktif,
diantaranya adalah: gliko-protein (Yagi et al.,1997), senyawa-senyawa fenolik seperti
aloe-emodin (AE), aloin, barbaloin, suatu hydroxy-antrakinon (Susana et al., 2004),
derivat-sakarida (acetylated mannose atau acemannan) yang berfungsi sebagai
antiviral, prostaglandin dan asam-asam lemak (misalnya asam γ-linoleat) yang
bersifat sebagai antiinflamasi, antialergi, anti pembentukan gumpalan platelet dan
penyembuh luka serta enzim, asam amino,vitamin dan mineral. Senyawa bioaktif
seperti fenolik dan emodin biasanya bersifat sebagai antioksidan dan labil sehingga
mudah terurai atau kehilangan aktifitasnya. Komponen bioaktif yang terkandung
dalam lidah buaya (Aloe vera L.).
6
Gelombang ultrasonik terbentuk dari pembangkitan ultrason secara lokal dari
kavitasi mikro pada sekeliling bahan yang akan diekstraksi sehingga pada ekstraksi
ini terdapat efek ganda yaitu pengacauan dinding sel sehingga melepaskan kandungan
senyawa yang ada didalamnya dan pemanasan lokal pada cairan serta meningkatkan
difusi ekstrak. Energi kinetik dilewatkan keseluruh bagian cairan, diikuti dengan
munculnya gelembung kavitasi pada dinding atau permukaan sehingga meningkatkan
transfer massa antara permukaan padat-cair. Efek mekanik yang ditimbulkan adalah
meningkatkan penetrasi dari cairan menuju dinding membran sel, mendukung
pelepasan komponen sel, dan meningkatkan transfer massa (Keil, 2007). Liu et al.
(2010) menyatakan bahwa kavitasi ultrasonik menghasilkan daya patah yang akan
memecah dinding sel secara mekanis dan meningkatkan transfer material.
a. Keuntungan :
Mempercepat waktu ekstraksi
Lebih efisien dalam penggunaan pelarut dan tidak membutuhkan
bahan tambahan lain
Tidak ada kemungkinan pelarut yang menguap atau kering
Aman digunakan karena prosesnya tidak mengakibatkan perubahan
yang signifikan dalam senyawa-senyawa bahan
Dapat digunakan untuk esktraksi skala besar (skala industri)
Dapat meningkatkan esktraksi lipid dan protein jika digunakan untuk
ekstraksi biji tanaman
Dapat meningkatkan senyawa fenolik dan alkaloid dengan adanya
peningkatan proses ekstraksi
b. Kerugian :
Biaya yang relatif mahal (alatnya)
7
Membutuhkan teknisi yang kompeten dalam penggunaannya
Membutuhkan curing pada prosesnya.
Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak
bergeraknya senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat
membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama,
8
nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan
adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis.
Penetapan kadar berberin pada ekstrak Aloe vera menggunakan metode KLT
densitometri menurut buku petunjuk praktikum fitofarmasi. Kondisi analisisnya
adalah sebagai berikut:
9
g. Replikasi: ulangi proses penetapan kadar sebanyak 3 kali. Tentukan
nilai koefisien variasi (KV) kadar berberin dari 3 replikasi
Senyawa marker adalah suatu senyawa kimia tunggal atau suatu kelompok
konstituen senyawa kimia yang terdapat pada produk obat herbal dan digunakan
untuk tujuan kontrol kualitas yang biasanya memiliki aktivitas terapetik. Identifikasi
khusus bahan kimia sebagai senyawa marker yang digunakan sebagai penanda untuk
memproduksi produk obat herbal yang konsisten.
10
dibuat gel dengan kandungan ekstrak lidah buaya (Aloe vera) dengan penggunaan
topikal pada kulit.
Karbopol 0,5 g
Gliserin 2g
Metilparaben 0,04 g
TEA 0,2 g
Propilenglikol 2g
Aquades ad 20 g
Formulasi 2:
Gliserin 6g
Alkohol 2g
Metilparaben 0,01 g
Aquades ad 20 g
Formulasi 3:
11
Ekstrak etanol lidah buaya 1%
CMC Na 4%
Nipagin 0,2 %
TEA 2%
Gliserin 25 %
12
Ketidakstabilan formulasi dapat dilihat dari perubahan penampilan fisik, warna, rasa,
dan tekstur dari formulasi tersebut (Syahputri, 2005).
Berikut ini adalah beberapa macam uji stabilitas fisik gel, antara lain adalah:
1. Uji Organoleptik.
Analisis organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahan tekstur, warna,
dan bau dari sediaan gel ekstrak. Gel biasanya jernih dengan konsistensi setengah
padat (Ansel, 1989)
2. Uji Viskositas.
Pengujian viskositas ini dilakukan untuk mengetahui besarnya suatu
viskositas dari sediaan, dimana viskositas tersebut menyatakan besarnya tahanan
suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya.
Pengujian viskositas bertujuan untuk menentukan nilai kekentalan suatu zat. Semakin
tinggi nilai viskositasnya maka semakin tinggi tingkat kekentalan zat tersebut
(Voight, 1995).
13
3. Pengukuran pH
Pengukuran pH sediaan dilakukan untuk mengetahui pH sediaan yang
dihasilkan dan untuk menghindari reaksi-reaksi yang merugikan seperti iritasi kulit
karena pH sediaan tidak sesuai dengan pH fisiologis kulit. Persyaratan pH sediaan
adalah 4,5 – 6,5 dimana dalam hal ini harus sesuai dalam rentang pH fisiologis kulit
(Voight, 1995).
5. Uji Homogenitas.
Pemeriksaan homogenitas dilakukan untuk mengetahui homogenitas dari
sediaan yang ditunjukkan dengan tidak terdapat butiran-butiran kasar atau
pembentukan agregat dalam sediaan. Metode pemeriksaan homogenitas yang diamati
adalah keseragaman warna dan adanya partikel kasar atau agregat yang terbentuk.
(Aswal dkk., 2013).
14
BAB 3. METODE
3.1 Alat dan Bahan
• Alat: • Bahan:
- Pisau - Daging daun lidah buaya
- Sendok - Standar Berberin
- Blender - Etanol 96%
- Ultrasonicator - Toluen
- Rotavapor - Amoniak
- Batang pengaduk - Karbopol
- Spatula - TEA (trietanolamin)
- Mortar dan stamper - Propilen glikol
- Sudip - Nipagin
- Beaker glass 50 ml - Nipasol
- Labu ukur 25 ml - Aquadest
- Tabung reaksi
- Kertas saring
- Corong
- Vortex mixer
- Chamber
- Erlenmeyer 25 ml
- Pipet ukur 10 ml, 5 ml, 2 ml
- Ball filler
- Lempeng KLT Silika 60 F254
- Pinset
- Mikropipet
15
- Viscometer Brookfield
- Kertas indikator universal
- Alat uji daya sebar
3.2 Prosedur
a. Ekstraksi
Ekstrak lidah buaya dibuat menggunakan metode ultrasonikasi. Dipilih
metode ultrasonikasi karena lebih efisien dari segi waktu daripada metode
maserasi serta adanya gelombang ultrasonik yang dihasilkan akan membantu
mempercepat pemecah dinding sel supaya senyawa target dapat keluar
tertarik dan larut dalam pelarut yang sesuai sehingga proses ekstraksi
berjalan lebih cepat.
Daun lidah buaya dikupas dan dipisahkan dagingnya daunnya
↓
Ditimbang daging daun lidah buaya (simplisia) sebanyak 600mg
↓
Daging daun lidah buaya diblender sambil ditambahkan 600ml pelarut
etanol sedikit demi sedikit sampai halus
↓
Hasil blender dipindahkan ke beaker glass 1 L, mulut beaker ditutup
alumunium foil kemudian diultrasonikasi selama 2 jam pada suhu 40
45oC
↓
Setelah proses ultrasonikasi, kemudian ekstrak cair dipekatkan
menggunakan rotavapor hingga terbentuk ekstrak kental
↓
Ekstrak kental yang dihasilkan kemudian dipanaskan di atas water bath
menggunakan cawan atau dipanaskan dalam oven untuk mendapatkan
16
ekstrak pekat. Selama proses ini ekstrak harus dijaga supaya tidak habis
dan gosong
↓
Ditimbang bobot ekstrak akhir yang diperoleh dan dihitung %
rendemen yang dihasilkan yakni prosentase bobot (b/b) ekstrak dengan
bobot simplisia yang digunakan
17
↓
Ditambahkan ± 7 ml etanol, diaduk rata dengan bantuan vortex mixer
↓
Perhitungan :
(250 mg / 10 ml) x 1000 ml/Liter = 25000 ppm
c. Formulasi
Formulasi yang dibuat untuk sediaan gel aloe vera yang mengandung
berberin 1% (1 gram berberin dalam 100 gram gel). Kadar berberin dalam
18
eskrak dianggap 25,8% (nilai ini diambil dari penelitian yang dilakukan oleh
Utami dkk. tahun 2017 karena pada penetapan kadar senyawa berberin pada
ekstrak yang kelompok kami lakukan tidak memberikan hasil sehinggan tidak
dapat dihitung kadar berberin dalam ekstrak)
Perhitungan :
Kandungan berberin dalam ekstrak : 25,8%
Dalam formulasi dikehendaki 1% berberin untuk 20 gram gel
(1 gram / 100 gram) x 20 gram = 0,2 gram berberin untuk gel 20 gram
Ekstrak yang harus ditimbang : 25,8 g / 100 g = 0,2 g / x
x = 0,776 gram
Formula :
Jumlah untuk 20 Jumlah untuk
Bahan Fungsi
g 200 g
Ekstrak Aloe
0,776 gram 7,76 gram Bahan aktif
vera
Karbopol 0,3 gram 3 gram Geliing agent
TEA 0,4 gram 4 gram Alkalizing agent
Kosolven,
Propilen glikol 3 gram 30 gram
humektan
Nipagin 0,04 gram 0,4 gram Pengawet
Nipasol 0,004 gram 0,04 gram Pengawet
Aquadest ad 20 gram ad 200 gram Pelarut
19
Setelah mengembang, karbopol diaduk dan ditambahkan TEA tetes
demi tetes hingga membentuk massa gel yang baik (massa 1)
↓
Ekstrak dilarutkan dengan propilen glikol dalam beaker glass, di aduk
ad homogen, ditambahkan nipagin dan nipasol, aduk lagi ad homogen
(massa 2)
↓
Massa 2 dimasukkan ke dalam massa 1 di mortir, diaduk dengan
stamper, dimasukkan sisa akuades aduk ad homogeny
↓
Sediaan gel yang sudah jadi dimasukkan ke dalam wadah, diberi etiket
dan dimasukkan ke dalam kemasan sekunder.
d. Evaluasi
1) Pengukuran viskositas sediaan gel
Ditimbang 100 g gel ke dalam gelas piala 250 ml
↓
Diukur viskositas gel dengan kecepatan 50 putaran per menit (rpm)
menggunakan Viscometer Brookfield.
↓
Digunakan spindle No. 64 untuk mengukur viskositas gel.
20
Selanjutnya ditutup kembali permukaan gel dengan lempengan kaca
yang diberi beban tertentu (10, 20, hingga 100 g) dan dibiarkan selama
60 detik
↓
Dihitung lagi luas daerah yang dihasilkan oleh gel yang diberi beban
tersebut
3) Pengukuran pH gel
Ditimbang 2 gram gel dalam beaker glass
↓
Ditambahkan 10 ml akuades, diaduk ad homogen
↓
Dicelupkan kertas indikator universal pada larutan tersebut,
dibandingkan warna kertas indikator pada bagian depan wadah untuk
mengetahui nilai Ph
21
Pengenceran :
5. (0,5 ml/5 ml) x 1000 ppm = 100 ppm
6. (1 ml/5 ml) x 1000 ppm = 200 ppm
7. (2 ml/5 ml) x 1000 ppm = 400 ppm
8. (4 ml/5 ml) x 1000 ppm = 800 ppm
Perhitungan :
Konsentrasi sampel = (1000 mg / 25 ml) x 1000 ml/Liter = 40000 ppm
22
Warna noda : gelap (meredam sinar UV). Rf berberin ± 0,30.
Perhitungan : kadar berberin dalam ekstrak kering dihitung dari
kurva baku larutan pembanding dan dinyatakan dalam mg
berberin /g ekstrak
Replikasi : ulangi proses penetapan kadar sebanyak tiga kali.
Tentukan nilai koefisien variasi (KV) kadar berberin
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Ekstraksi
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan gel dari daging daun
lidah buaya (Aloea Verae Folium). Lidah buaya diekstraksi terlebih dahulu sebelum
dibuat dalam sediaan gel. Ekstraksi merupakan penyarian zat-zat aktif dari bagian
tanaman dengan tujuan agar dapat menarik semua komponen kimia yang terkandung
23
dalam lidah buaya. Ekstrak daun lidah buaya (Aloea Verae Folium) dibuat sediaan
dalam bentuk gel karena Aloe vera sangat potensial untuk diformulasi menjadi
sediaan topikal. Salah satu bentuk sediaan yang efektif untuk terapi topikal adalah
gel. Gel lebih disukai karena pada pemakaian meninggalkan lapisan tembus pandang,
elastis, pelepasan obatnya baik dan penampilan sediaan yang menarik (Nur Ida,
2012).
24
selanjutnya discan dengan densitometri untuk melihat pola kromatogram. Scanning
dilakukan dari awal penotolan sampai akhir eluasi pada panjang gelombang 254 nm
karena pada panjang gelombang tersebut pola kromatogram dari berberin dapat
diamati secara maksimal. Karena kadar berberin pada ekstrak Aloe vera hanya sedikit
dan tidak masuk rentang, kami sedikit kesulitan menentukan kadarnya, sehingga
membuat kami melakukan penetapan kadar berberin dalam ekstrak tersebut dengan
metode KLT Densitometri sebanyak 3 kali, dengan melakukan beberapa cara seperti,
memekatkan konsentrasi ekstrak, maupun mengganti fase gerak dengan membuat
fase gerak baru yakni : Toluen : Etanol : Ammonia (3:4:1), tetapi tetap tidak dapat
terdeteksi.
1. Uji pH
Uji ini dilakukan dengan menimbang 2 gram gel kemudian dilarutkan dengan
10 aquades. Laritan kemudian diaduk hingga homogen. Kemudian pH gel
ditentukan dengan menggunakan indikator universal. pH gel yang didapat
yaitu sebesar 5,5 dengan spesifikasi rentang yang diharapkan yaitu sebesar
4,5-6,5.
25
gram gel kemudian diletakkan diatas kaca transparan kemudian ditutup
dengan kaca lain yang berukuran sama. Dihitung seberapa besar peyebaran,
dimulai dari 0 gram (tanpa beban), 10, 20, 50 dan 100 gram dengan tiap
penambahan beban diberi waktu 1 menit dengan repikasi sebanyak 3 kali.
Kemudian mengukur luas daerah yang dihasilkan. Untuk hasil uji daya sebar
yang baik yaitu 3 – 5 cm..
Hasil penelitian :
26
Tahap kedua yaitu dilakukan penotolan standar pada kertas lempeng KLT
sebanyak 2 µl standar sampel. Kemudian kertas lempeng di eluasi dalam chambers
yang sebelumnya sudah dijenuhkan dengan eluen dan ketika sudah mencapai batas
atas maka diambil kertas lempeng.. Tahap selanjutnya yaitu dilakukan penetapan
kadar dengan KLT densitometri. Dimasukkan kertas lempeng yang telah di eluasi
dengan scanner kromatografi lapis tipis densitometri.
Hasil Pengamatan Penetapan Kadar Berberin Dalam Sediaan Gel Aloe vera
Pembuatan larutan uji
Penimbangan gel
Replikasi 1 : 0,25 g
Replikasi 2 : 0,25 g
Replikasi 3 : 0,25 g
Larutan pembanding
Larutan pembanding yang digunakan adalah larutan pembanding yang sama
ketika dilakukan penetapan kadar berberin dalam ekstrak.
Penetapan kadar berberin menggunakan KLT-Densitometer
Eluen : Toluena : Etil asetat : amonia (3 : 4 : 1)
Fase diam : Silika Gel F254
Deteksi : UV 254 nm
Hasilnya adalah tidak didapatkan nilai kadar berberin pada sediaan gel Aloe
vera yang kami buat, karena tidak terdeteksi di KLT densitometri , tidak memenuhi
rentang standar dan noda sampel yang besar menutupi noda standar yang diduga
merupakan senyawa pengotor. Ketika dilihat secara langsung, noda berberin
seharusnya berwarna kuning, tetapi noda sampel kami di lempeng KLT berwarna
abu-abu.
27
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum pembuatan sediaan gel ekstrak Aloe vera, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
28
dPas.
3. Hasil uji daya sebar pada gel Aloe vera memiliki daya sebar yang baik, yaitu
2,8-3,3 cm.
4. pH sediaan gel Aloe vera adalah 5,5. pH sediaan ini memenuhi persyaratan pH
sediaan gel ideal, yakni berada pada rentang 4,5-6,5.
5. Tidak di dapatkan nilai kadar berberin dalam sediaan Aloe vera yang kami
buat.
5.2 Saran
1. Supaya hasil analisis yang didapat optimal mungkin sebaiknya dilakukan
validasi metode terlebih dahulu.
2. Dilakukan pengendalian faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
analisis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Britis Pharmacopeia Volume II Book 2. London : The Stationery
Office.
Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Aswal, A., M. Kalra, dan A. and Rout. 2013. Preparation and Evaluation of
Polyherbal Cosmetic Cream, Der Pharmacia Lettre,
29
Atik, Nur dan Januarsih Iwan. 2009. Perbedaan Efek Pemberian Topikal Gel Lidah
Buaya (Aloe Vera L.) dengan Solusio Povidone Iodine Terhadap
Penyembuhan Luka Sayat Pada Kulit Mencit (Mus Musculus). Bandung:
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung
Galeri, T., D. Astuti, dan A. Barlian. 2016. Pengaruh jenis basis cmc na terhadap
kualitas fisik gel ekstrak lidah buaya ( aloe vera l .). 25–29.
Garg, A., D. Aggarwal, S. Garg, dan dan A. K. Sigla. 2002. Spreading of Semisolid
Formulation. USA. Pharmaceutical Technology.
Nur Ida et.,all. Uji Staabilitas Fisik Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera L.).Program
Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Islam Makassar.Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16,
No.2 – Juli 2012, hlm. 79 – 84.
30
Rahman MuktiAji. 2015. Uji Aktivitas Antioksidan pada Ekstrak Daging Daun Lidah
Buaya (aloe vera) Menggunakan Metode DPPH (1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Reynolds, T and A.C. Dweck. 1999. Aloe vera leaf gel: a review update. Journal of
Ethnopharmacology. Vol 68, pp 3-37.
Soekarto dan T. Soewarno. 1981. Penilaian organoleptik, untuk industri pangan dan
hasil pertanian. Institut Pertanian Bogor: PUSBANGTEPA / Food
Technology Development Center
Suslick, K. S. 1988. Ultrasound: its chemical, physical, and biological effects. New
York:VCH.
Utami, R., Fernando, A., Sari, I. P., & Furi, M. (2017). Penetapan Kadar Berberin
dari Ekstrak Etanol Akar dan Batang Sekunyit (Fibraurea Tinctoria Lour)
dengan Metode KCKT. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(2), 115-119.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
LAMPIRAN
Evaluasi Sediaan
31
uji viskositas uji daya sebar uji pH
32