Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II

IDENFIKASI DAN ISOLASI EUGENOL


DALAM MINYAK SEREH

Disusun untuk memenuhi Ujian Praktikum Fitokimia II


Dosen pengampuh
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II
IDENFIKASI DAN ISOLASI EUGENOL
DALAM MINYAK SEREH

A. TUJUAN
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan isolasi dan identifikasi eugenol
minyak sereh.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Serai atau Cymbopogon citratus atau sering disebut Cymbopogon
nardus (Lenabatu) merupakan tumbuhan famili rumput-rumputan atau
Poaceae. Senyawa utama dalam minyak sereh adalah sitronelal, sitronelol, dan
geraniol. Penelitian lain menyebutkan bahwa pada daun serai ditemukan
minyak atsiri 1% dengan komponen utama yaitu sitronelol, geranial (lebih
kurang 35% dan 20%), disamping itu terdapat pula geranil butirat, sitral,
limonen, eugenol, dan metileugenol. Sitronelol hasil isolasi dari minyak atsiri
sereh terdiri dari sepasang enansiomer (R)-sitronelal dan (S)-sitronelal (Trevor
2000).
Serai juga mengandung eugenol-metil eter, sitral, dipenten, eugenol,
kadinen, kadinol, dan limonen (Dalimartha 2002). Manfaat daun serai yang
mengandung 0,4% minyak atsiri teridiri dari tiga komponen penting seperti
sitronela, geraniol (20%), dan sitronelol (66-85%). Ketiga komponen tersebut
bersifat antiseptik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan desinfektan
(Dalimartha 2002).
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut
antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut
tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Prinsip ekstrasi sering
menggunakan hukum distribusi Nerst dalam analisisnya. Hukum distribusi
Nerst ini menyatakan bahwa solut akan mendistribusikan diri di antara dua
pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga setelah kesetimbangan distribusi
tercapai, perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua fasa pelarut pada suhu
konstan akan merupakan suatu tetapan atau koefisien distribusi, jika didalam
kedua fasa pelarut tidak terjadi reaksi-reaksi apapun, aplikasi ekstraksi dalam
industri seperti ekstraksi fenol dari larutan coal tar. Ekstraksi dapat digunakan
sebagai operasi komplementer (Fessenden, 1982).
Ekstraksi pelarut adalah metode pemisahan yang didasarkan pada
kelarutan dua jenis pelarut yang tidak saling campur, misalnya benzena,
karbon teta klorida atau kloroform. Batasan dari ekstraksi pelarut adalah dapat
di transforkannya zat terlarut pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase
terklorat. Bila dalam suatu sistem terdapat dua lapisan cairan yang tidak dapat
bercampur dan kemudian dimasukkan senyawa yang lain, maka senyawa
tersebut akan terdistribusi dalam dua lapisan cairan tersebut. (Kardinan, 2005).
Untuk mengisolasi eugenol,digunakan KOH 1N Karena eugenol dan
KOH akan membentuk kalium eugenolat yang dapat larut dalam air. Bagian
non eugenol diekstrak dengan eter dan penambahan asam anorganik dan
menghasilkan natrium eugenol bebas. Eugenol kemudian dimurnikan dengan
penguapan dan penyulingan (Guenther, 1990).
Pemurnian eugenol dari minyak daun serai digunakan cara ekstraksi.
Penggunaan ekstraksi cair-cair kontinyu dapat meminimalisir masalah yang
timbul seperti pengocokan berulang-ulang, terjadi kenaikan tekanan internal,
dan emulsi dalam corong pemisah serta kehilangan pelarut yang lebih besar.
Masalah tersebut muncul sebagai akibat penggunaan ekstraksi cair-cair tak
kontinyu (Vogel, 1988).

C. ALAT DAN BAHAN


ALAT : 1. Gelas Ukur BAHAN : 1. Minyak Sereh
2. Corong Pisah 2. KOH 1N
3. Erlenmeyer 3. P. Eter
4. Cawan Porselin 4. H2SO4
5. Seperangkat alat KLT 5. Heksana
6. Penangas air 6. Etil Asetat
D. CARA KERJA
1. Ekstraksi dan Isolasi

24 mL Minyak Sereh

- Dimasukkan erlenmeyer
- Ditambah 30 mL KOH 1N ditutup
- Dikocok 5 menit
- Dipanaskan 10 menit, dikocok kembali 5
menit
- Ditambah KOH sampai bereaksi basa
- Dikocok selama 5 menit
- Dipisahkan fase airnya, di netralkan dengan
H2SO4 1N
- Dipindah ke corong pisah
- Ditambah p. Eter 3 x 5 mL, ambil fase eter
- Diuapkan sampai larutan pekat
- Diproses identifikasi dengan KLT

HASIL

2. Identifikasi dengan KLT


Fase diam : Silika Gel GF 254
Fase gerak : Heksana-Etil Asetat (96:4)
Penampak bercak : Anisaldehid-Asam Sulfat
E. HASIL
NO. CARA KERJA PENGAMATAN KET.
1. Ekstraksi dan isolasi
- 24 mL minyak sereh Larutan kuning bening
- + 15 mL KOH 1N Larutan putih kekuningan
- dikocok 5 menit
- penangas air 10 menit Larutan krem
- di cek pH pH larutan = 13
- dinetralkan dg H2SO4 pH larutan = 7
- dimasukkan dalam corong
pisah
- + P. Eter 15 mL 2 fase : fase air dan fase eter
- di ambil fase eter
- diuapkan
+
2. Identifikasi dengan KLT
Dihitung nilai Rf, HRf dan
HRx

Nilai Rx = 0,82
+
PERHITUNGAN
HASIL KLT EUGENOL
SAMPEL STANDAR
Rf1 = 2,6 : 8 = 0,325 Rf = 4,5 : 8 = 0,56
HRf1 = 0,325 x 100 = 32,5 HRf = 0,56 x 100 = 56
Rf2 = 3,7 : 8 = 0,46
HRf2 = 0,46 x 100 = 46
Dari hasil diatas bisa dihitung nilai HRx, dengan bercak sampel yang hampit
mendekati nilai standarnya adalah pada HRf = 46
46
HRx = 56 = 0,82

F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini adalah tentang isolasi dan identifikasi eugenol
dalam minyak sereh. Prinsip kerja dari praktikum kali ini adalah pemisahan
suatu zat berdasarkan kelarutan zat terhadap suatu pelarut senyawa polar akan
larut dengan senyawa polar dan begitu juga dengan senyawa nonpolar akan
larut dengan senyawa nonpolar juga. Eugenol merupakan salah satu komponen
kimia dalam minyak cengkeh yang memberikan bau dan aroma khas pada
minyak cengkeh. Eugenol merupakan cairan tak berwarna, berbau, keras dan
mempunyai rasa pedas. Eugenol, mudah berubah menjadi kecoklatan apabila
dibiarkan di udara terbuka.
Praktikum kali ini adalah tentang isolasi eugenol dengan menggunakan
metode ekstraksi cair-cair. Pada percobaan kali ini sampel yang digunakan
adalah minyak serai diambil sebanyak 24 mL, kemudian dimasukkan
erlenmeyer. Selanjutnya sampel ditambah dengan KOH 1N agar terjadi reaksi
sehingga eugenol akan terpisah dari komponen-komponen lain yang
terkandung dalam minyak serai. Reaksi minyak serai dengan KOH 1N ini
bersifat eksoterm karena pada saat terjadi reaksi penggantian gugus H+ dengan
K+ ada panas yang dilepaskan dari sistem ke lingkungan. Hal ini ditunjukkan
dengan beaker glass terasa hangat. Warna dari larutannya adalah putih
kekuningan. Pemilihan KOH sebagai reaktan dikarenakan sifatnya yang lebih
cepat larut dalam air dan pengikatan asam lebih cepat dibanding NaOH, hal ini
dapat mempersingkat proses pemurnian. Penambahan KOH bertujuan agar
komponen eugenol dari minyak serai dapat diisolasi. Eugenol dan KOH akan
membentuk kalium eugenolat yang larut dalam air. Sehingga, bagian non
eugenol diekstrak dengan penambahan p.eter yang merupakan asam anorganik
sehingga menghasilkan garam kalium eugenol bebas.
Kemudian larutan yang sudah diuapkan dimasukkan dalam corong
pisah, tutup corong pisah dengan rapat, lalu kocok dengan kuat dengan sesekali
membuka kran corong pisah untuk mengeluarkan gas yang dihasilkan oleh
senyawa volatile yang terdapat pada campuran minyak serai. Pengkocokan
dengan corong berfungsi agar terjadi difusi antara pelarut dengan ekstrak
sehingga terbentuk garam eugenolat agar senyawa yang berbeda kepolarannya
dapat terpisah dan mempercepat terjadinya reaksi (pada hidrolisis dengan HCl).
Setelah terjadi adanya difusi, dilakukan proses pendiaman berfungsi
memberikan waktu sehingga terbentuk dua fase larutan dengan kepolaran yang
berbeda. Fase bawah merupakan fase polar yang telah diekstrak dengan dietil
eter, lapisan ini merupakan fase anorganik dan fase atas merupakan fase
nonpolar yang telah terisolasi dengan NaOH, lapisan ini merupakan lapisan
organik. Lapisan bawah yang mengandung senyawa anorganik dikeluarkan
dari corong pisah untuk memisahkan dengan fase organic, sehingga larutan
diambil pada lapisan atas yang terdapat fase eter.
Tahapan selanjutnya ialah identifikasi senyawa yang didapatkan
menggunakan KLT atau kromatografi lapis tipis. KLT merupakan teknik
pemisahan secara adsorbsi dimana terjadi pemisahan karena adanya perbedaan
distribusi dan migrasi senyawa pada dua fase yang berbeda. Prinsip dari KLT
ialah pemisahan berdasarkan perbedaan kekuatan interaksi intermolekul
senyawa dengan fase gerak dan fase diam dimana senyawa yang berikatan kuat
dengan fase diam akan terelusi lebih lama dibandingkan dengan senyawa yang
berikatan secara lemah dan akan lebih mudah terelusi bersama dengan eluen.
Pada percobaan, digunakan fase diam berupa silika gel dan fase gerak
berupa heksana : Etil Asetat dengan perbandingan 96:4 dalam 15 mL.
Berdasarkan kepolarannya maka dapat dipastikan bahwa metode yang
digunakan merupakan KLT fase normal dimana fase diamnya lebih polar
dibandingkan fase geraknya. Digunakan fase gerak non polar karena sampel
yang di isolasi merupakan senyawa non polar sehingga sampel akan terelusi
jauh bersama dengan eluen sedangkan fase diamnya akan menahan pengotor
maupun senyawa lain yang bersifat polar. Pada proses identifikasi dengan
KLT, digunakan standar berupa eugenol standar yang dielusi bersama-sama
dengan sampel. Pada proses elusi, chamber mula-mula harus dijenuhkan
terlebih dahulu dengan fase gerak untuk tujuan meningkatkan nilai
reprodusibilitas dari proses KLT, selain itu penjenuhan perlu dilakukan untuk
menstabilkan proses eluen dimana kerika fase gerak mulai naik ke fase diam
sedapat mungkin tidak ada penghalang atau gangguan. Bila chamber tidak
jenuh maka di dalam chamber masih terdapat udara dengan tekanan
yang berbeda dengan uap eluen, maka aliran eluen akan tertahan dan dapat
menyebabkan pemisahan tidak berjalan dengan baik. Proses elusi dilakukan
sampai eluen telah mencapai batas atas dari plat KLT.
Berdasarkan hasil elusi dengan KLT, pada standar eugenol didapatkan
satu spot pada jarak 4,5cm dengan nilai Rf 0,56. Sedangkan pada hasil eusi
sampel, didaptkan dua spot hasil elusi yaitu pada 2,6cm dan 3,7cm sehingga
didapatkan nilai Rf sebesar 0,325 dan 0,46. Harga Rf untuk senyawa murni
dapat dibandingkan dengan harga standar. Pengukuran yang sering dipakai
lainnya menggunakan pengertian Rx atau HRx atau Rstd yang didefinisikan
sebagai perbandingan antara jarak yang digerakkan oleh senyawa yang tidak
diketahui dengan jarak yang digerakkan oleh senyawa standar yang diketahui
(Hardjono, 1983). Nilai Rx dapat dihitung :
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑙𝑢𝑖 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Rx= 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑙𝑢𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

(Dean,1995).
Sehingga berdasarkan perhitungan diatas nilai Rx dari percobaan ini sebesar
0,82 yang berarti mendekati angka 1, semakin nilai Rx mendekati ataupun
bernilai 1 maka nilai kemurnian suatu sampel ini sangat baik.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulan bahwa :
1. Teknik pemisahan dilakukan untuk memperoleh ekstrak dari minyak
cengkeh yang mengandung eugenol. Pemisahan eugenol dari minyak
cengkeh dapat dilakukan dengan penambahan pelarut organik untuk
mengikat senyawa yang terlarut dalam minyak cengkeh, sehingga diperoleh
hasil berupa eugenol yang bebas dari pelarutnya.
2. Identifikasi dengan metode KLT dengan membandingkan sampel dengan
standar eugenol didapatkan nilai Rx= 0,82

DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Volume ke-2. Jakarta:


Trubus Agriwidya.

Dean, J. 1995. Analytical Chemistry Handbook. Mc Graw-Hill Inc. USA. Pp.4.98,


4.113.

Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.

Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri. Jakarta : UI Press.

Hardjono. 1983. Kromatografi. Laboratorium Analisa Kimia Fisika Pusat. UGM.


Yogyakarta. Pp.32-34.

Kardinan, Agus. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta : Agro Media
Pustaka.

Trevor Robinson. 2000. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung:


Penerbit ITB.

Vogel, A E. 1988. Text Book of Practical Organic Chemestry Longman Book Co,
London. Pp 161-162.
LAMPIRAN

Lampiran 1. proses dan hasil saat dilakukan percobaan

gambar 1. gambar 2.
proses pemisahan fase eter dan air Hasil pemisahan

gambar 3. gambar 4.
Penampakan Bercak Hasil KLT Hasil Eugenol dari minyak serai
Eugenol

Anda mungkin juga menyukai