Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN secara oral dan Selain itu obat yang

Acetaminofen di Indonesia lebih diabsorpsikan melalui rektum dapat

dikenal dengan nama Paracetamol, dan melalui hati sebelum masuk kedalam

tersedia sebagai obat bebas. Acetaminofen sirkulasi sistemik sehingga mengalami

(paracetamol) merupakan metabolit perombakan efek lintas pertama ( Anief,

fenasetin dengan efek antipiretik yang 1997:158 ).

sama dan telah digunakan sejak tahun Pelepasan obat merupakan parameter
1983. Efek antipiretik ditimbulkan oleh penting proses absorbsi. Pada sediaan
gugus amino benzen. Parasetamol rektal, komposisi dari basis suppositoria
tergolong obat analgesik antipiretik dengan atau pembawa dari zat obat yang
efek anti inflamasi minimal, yang dikandungnya dapat berpengaruh banyak
umumnya digunakan untuk meredakan terhadap pelepasan obat. Basis
sakit kepala, demam dan nyeri ringan suppositoria adalah basis yang selalu padat
hingga sedang. Walaupun paracetamol dalam suhu ruangan tetapi akan melunak
sebagai obat bebas di pasaran, laporan atau melebur dengan mudah pada suhu
kerusakan fatal hepar akibat over dosis tubuh sehingga obat yang dikandungnya
akut perlu diperhatikan. Efek analgesik dapat sepenuhnya lepas dari basisnya,
parasetamol serupa dengan salisilat yaitu setelah dimasukkan dan memberikan efek.
menghilangkan atau mengurangi nyeri Efek ini dapat berupa efek local maupun
ringan sampai sedang (Ganiswarna, 1995). sistemik (Ansel,1989:557 ).

Terapi rektal lebih dipilih Basis suppositoria yang digunakan


dibandingkan bentuk pemakaian lainnya adalah oleum cacao yang memiliki
dengan alasan, dalam hal ini dapat keunggulanyaitu meleleh pada suhu tubuh
disebutkan antara lain cocok untuk pasien dan tidak tercampur oleh cairan tubuh
yang tidak memungkinkan penggunaaan (syamsuni, 2005). Suppositoria basis
obat secara oral yang dikarenakan pasien oleum cacao rentan terhadap suhu yang
memiliki masalah pada sistem cukup tinggi sehingga mempengaruhi
gastrointestinal, pasien yang muntah, stabilitas fisik dari suppositoria, oleh
mual, pasien yang tidak memungkinkan karena itu diperlukan suatu bahan untuk
menelan obat secara oral serta dapat meningkatkan suhu leburnya (Milala dan
digunakan pada lansia maupun anak-anak avanti, 2006). Pada suhu 30oC oleum
dikarenakan pemakaiannya yang lebih cacao akan mulai mencair dan biasanya
mudah bila dibandingkan penggunaan meleleh sekitar suhu 34–35oC. Jika suhu
pemanasannya tinggi, oleum cacao akan
mencair sempurna seperti minyak dan
Metode kerja
akan kehilangan semua inti kristal stabil
1. Formulasi Suppositoria
yang berguna untuk memadat (Syamsuni,
Paracetamol 500 mg diformulasikan
2005). Salah satu senyawa yang berfungsi
dengan basis lemak coklat dan
sebagai pengeras atau stiffening agent
penambahan malam putih. Pada
adalah cera alba yang dapat digunakan
formulasi dibuat 10 suppositoria dengan
untuk menyesuaikan titik peleburan
formulasi yang sama.
suppositoria. Malam putih juga digunakan
dalam system pelepasan terkontrol. Tabel I. Formulasi Suppositoria
(Arthur H.Kibble : 2000:595 ). Paracetamol dengan basis lemak

METODE PENELITIAN Bahan Formulasi


Tempat dan Waktu Penelitian Paracetamol 500 mg
Tempat penelitian dilaksanakan di Cera alba 150 mg
Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi Oleum cacao Ad 3000
dan Laboratorium Kimia Program Studi S1 m.f. suppositoria
Farmasi STIKes Bhakti Mandala Husada No. X
Slawi. Penelitian ini dilaksanakan di bulan
Oktober 2018.
2. Cara Pembuatan Suppositoria

Alat dan Bahan Cera alba dilebur diatas penangas

Alat yang digunakan yaitu alat-alat pada suhu 65oC hingga melebur

gelas, mortir, dan stamper, pencetak diangkat dari penangas air dan

suppositoria, penangas air, lemari ditambahkan parasetamol sambil diaduk

pendingin, stopwatch, timbangan analitik, setelah homogeny ditambahkan sisa

timbangan gram, alat uji waktu lebur, alat lemak coklat, lalu dituang ke dalam

uji kekerasan. cetakan yang sebelumnya telah diolesi


paraffin cair lalu dimasukan ke dalam
Bahan yang digunakan dalam lemari pendingin setelah memadat
penelitian ini yaitu parasetamol, Oleum dikeluarkan dari cetakan lalu ditimbang.
cacao (lemak coklat), Cera alba (malam 3. Analisis Hasil
putih) dan aqua pro injeksi. Pengujian karakter fisik suppositoria
yang dilakukan meliputi pengamatan
organoleptis, keseragaman bobot, uji yang diperlukan suppositoria untuk
kekerasan, dan uji waktu lebur. meleleh atau terdispersi kedalam air
3.1 Organoleptik (Majri, M dan Baseir, M., 2016).
Pengujian organoleptik dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan menggunakan panca indera Pembuatan Suppositoria
untuk mengetahui bentuk, warna, rasa Malam putih dilebur di atas
dan bau suppositoria. penangas pada suhu 65oC hingga melebur,
3.2 Keseragaman bobot kemudian ditambahkan lemak coklat 2/3
Keseragaman bobot suppositoria bagian, setelah melebur ditambahkan
dilakukan dengan cara menimbang paracetamol sambil diaduk setelah
satu per satu bobot suppositoria homogen ditambahkan sisa lemak coklat
hingga sebanyak 10 buah. yang sudah dihaluskan, lalu dituang ke
Penyimpangan bobot suppositoria dalam cetakan yang sebelumnya telah
yang terbentuk tidak melebihi diolesi parafin cair lalu dimasukkan ke
persyaratan, dimana nilainya tidak dalam lemari pendingin setelah memadat
lebih dari 5% (Depkes RI, 1995). dikeluarkan dari cetakan lalu ditimbang.
3.3 Kekerasan
Pada pembuatan suppositoria
Pengujian kekerasan suppositoria
parasetamol dengan basis malam putih dan
diawali dengan pendiaman
lemak coklat. Peleburan lemak coklat 2/3
suppositoria pada suhu pengamatan.
bagian, lalu ditambah dengan 1/3 bagian
Suppositoria ditempatkan secara tegak
lemak coklat yang tidak dilebur atau
dengan bagian runcing menghadap
dipanaskan. Hal ini diharapkan agar tidak
keatas, lalu kaca ditimpakan ke
terjadi peristiwa polimorfi dari lemak
suppositoria. Kemudian penambahan
coklat yang dapat membentuk Kristal
beban dengan berat masing-masing
metastabil. Jika lemak coklat dilelehkan
200 gram dilakukan setiap 1 menit.
sebagian maka didapat titik leleh
Pencatatan waktu dihentikan saat
suppositoria yang dapat meleleh pada suhu
suppositoria hancur (Lachman, L., et
tubuh (tidak dapat meleleh pada suhu
al, 1994).
kamar). Jika keadaan ini terjadi maka
3.4 Waktu leleh
didapat suppositoria yang ideal.
Pengujian waktu leleh diawali
dengan membenamkan seluruh Selama proses penambahan
suppositoria dalam waterbath dengan parasetamol dan 1/3 lemak coklat suhu
suhu konstan (37oC). Diukur waktu tidak boleh kurang dari 31˚C, karena
apabila suhu pencampuran tersebut kurang Uji keseragaman bobot
dari 31˚C lemak coklat akan membentuk Uji keseragaman bobot ini dilakukan
masa yang padat sehingga akan untuk mengetahui apakah semua
mempersulit proses penuangan ke dalam suppositoria yang dihasilkan mempunyai
cetakan. bobot seragam yang artinya masing-
masing bobot suppositoria tidak
Sifat Fisik Suppositoria
menyimpang dari bobot rata-ratanya.
Paracetamol yang merupakan zak
Suppositoria ditimbang sebanyak 10 buah
aktif dalam pembuatan suppositoria
dengam mengambil secara acak setiap
kemudian dilakukan uji untuk memastikan
formula, lalu dihitung rata-ratanya, data
kualitas ekstrak yang digunakan bagus.
penimbangan dan perhitungan bobot rata-
Beberapa uji yang dilakukan meliputi uji
rata. Hasil uji keseragaman bobot pada
organoleptis, uji keseragaman bobot, uji
Tabel 3 menunjukkan bahwa keseragaman
kekerasan, dan uji waktu leleh.
bobot semua formula suppositoria dengan
basis oleum cacao memenuhi persyaratan
karena berdasarkan persyaratan
keseragaman bobot yang ditetapkan British
Pharmacopoeia yaitu tidak lebih dari 2
suppositoria yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih dari 5% dan tidak satu
Gambar I. Suppositoria paracetamol suppositoriapun yang bobotnya

Hasil organoleptis dari formulasi menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih

suppositoria dengan basis oleum cacao dari 10% (British Pharmacopoeia

menunjukkan setelah sediaan dibelah Commission, 2002).

secara vertikal dan horizontal, didapatkan


Tabel II. Uji Keseragaman Bobot
warna sediaan suppositoria yang merata
dan tidak terdapat penumpukan zat aktif No Bobot Tablet A(5%)
1 3,4 gram Tidak memenuhi
dibagian suppositoria. Suppositoria yang
2 3,0 gram Memenuhi
dihasilkan berbentuk torpedo dengan
3 3,0 gram Memenuhi
warna putih dan teksturnya semakin lunak 4 3,0 gram Memenuhi
dari FI sampai FV. 5 3,1 gram Memenuhi
6 3,4 gram Tidak memenuhi
7 3,2 gram Memenuhi Cera alba ini berfungsi sebagai zat
8 3,1 gram Memenuhi pengeras atau stiffering agent. Cera alba
9 3,1 gram Memenuhi
mengandung miristat dan palmitat dimana
10 3,3 gram Memenuhi
pada suhu ruang akan bersifat padat karena
Batas atas 5% = 3,318 gram
Batas bawah 5% = 3,002 gram mengandung asam lemak jenuh bertitik
lebur tinggi, sehingga sifat ini akan
Uji Kekerasan membuat penambahan cera alba akan
Dilakukannya uji kekerasan ini berpengaruh pada kekerasan sediaan
untuk menguji tingkat kekerasan suppositoria.
suppositoria sehingga dapat bertahan pada
Tabel III. Hasil Uji Kekerasan
proses produksi, distribusi dan
penyimpanan (Depkes RI, 1995). Waktu
Replikasi Kekerasan (g)
dan beban yang diperlukan dicatat
sehingga masing-masing suppositoria 1. 1860
hancur. Apabila suppositoria hancur pada
2. 1800
detik antara 0 – 20 detik maka beban
dianggap tidak ada, apabila suppositoria 3. 1975
hancur pada detik antara 21 – 40 detik
maka beban tambahan dihitung
setengahnya, dan apabila suppositoria Uji Waktu Leleh
hancur pada detik antara 41 – 60 detik Uji waktu leleh dilakukan bertujuan
maka beban tambahan dihitung penuh. untuk mengetahui berapa lamanya waktu
Hasil uji kekerasan masing-masing suppositoria untuk melarut di dalam tubuh.
formula pada Tabel 4 yaitu: Replika I Pengamatan pada uji ini dilakukan dengan
hancur sampai dengan penambahan beban mengamati suppositoria sampai benar-
rata-rata 1860 gram, Replika II 1800 benar melarut tanpa ada gumpalan fraksi
gram, Replika III 1975 gram. dari suppositoria.

Berdasarkan hasil uji kekerasan Hasil uji waktu leleh pada Tabel 5
suppositoria ini memenuhi syarat menunjukkan sediaan suppositoria dengan
kekerasan suppositoria dengan basis oleum basis oleum cacao pada suhu 37oC yaitu:
cacao yang berkisar antara 1800 – 2000 Replika 1 meleleh dengan rata-rata waktu
gram (Sriwidodo, 2009) (Lachman, 1994). 10 menit 23 detik, Replika II 12 menit 46
detik, Replika III 10 menit 14 detik.
Berdasarkan hasil uji waktu leleh ini DepKes RI. 1995. Farmakope Indonesia,
suppositoria telah memenuhi persyaratan edisi IV. Jakarta; Departemen
waktu leleh untuk basis lipofil yaitu tidak Kesehatan RI
lebih dari 30 menit (Voight, 1995). Ganiswara, S.G (ed). 1995. Farmakologi

Tabel IV. Hasil Uji Waktu Leleh dan Terapi, edisi IV. Jakarta ;

Bagian Farmakologi Fakultas


Replikasi Waktu Leleh (detik)
Kedokteran UI.

1. 10,23 Hapsari, I., dkk. 2009. Pengaruh konsentrasi


malam putih (cera alba) pada
suppositoria basis lemak coklat
2. 12,46 (oleum cacao) terhadap laju disolusi
parasetamol. PHARMACY, Vol.06
3. 10,14 No. 01 . ISSN 1693-3591

Lachman, L., Liebermann, H.A. dan J.I.


Kanig, 1994, Teori dan Praktek
Farmasi Industri, Edisi Ketiga. UI
Press, Jakarta
KESIMPULAN
Majri, M. & Baseir, M. Formulation and
Dari hasil penelitian yang dilakukan Evaluation of Ibuprorofen
Suppositories. International Research
dapat disimpulkan bahwa penambahan Journal of Pharmacy, 2016; 7(6),
pp.87-90.
malam putih pada formulasi dapat
meningkatkan waktu leleh dan kekerasan Milala, A.S., dan Avanti, C., 2006, Penentuan
Jumlah Spermaceti untuk
sediaan suppositoria Meningkatkan Titik Lebur
Suppositoria dengan Basis Oleum
DAFTAR PUSTAKA Cacao yang dibuat di Surabaya,
Artocarpus 6 (2) : 79
Anief., M. 1997. Ilmu Meracik Obat. Milala, A.S., dkk. 2013. Karakteristik fisik dan
Yogyakarta. Gadjah Mada displacement value supositoria
University Press., neomisin sulfat berbasis PEG.jurnal
farmasi indonesia. Vol.6 No.03.
Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi (Terjemahan) Farida Mulyani, E. 2016. PENGARUH
Ibrahim, Edisi IV. Jakarta: Ui Press. PENAMBAHAN AEROSIL
TERHADAP SIFAT FISIK
Arthur, H. Kibbe. 2000. Handbook of SUPPOSITORIA EKSTRAK
Pharmaceutical excipients, edisi DAUN BAYAM DURI (Amaranthus
III.,Wilkes Barre, Pennisilvania, Spinosus, Linn) DENGAN BASIS
American Pharmaceutical BERLEMAK (Oleum Cacao).
Association. Jurnal Surya Medika. Vol. 1 No.02
British Pharmacopoeia Commission, 2002, Nuryanti, dkk. 2016. Formulasi dan Evaluasi
British Pharmacopeia, Vol II, Suppositoria Ekstrak Terpurifikasi
Appendix XII H. A, British Daun Lidah Buaya (Aloe vera). Acta
Pharmacopoeia Commission
Pharmaciae Indonesia Maret 2016,
4(1) 7-14. ISSN 2337-8433

Sriwidodo, Soebagio, B., dan Maranata, R,


2009, Uji Pelepasan Flukonazole dari
Sediaan Suppositoria dengan Basis
Hidrofilik, Basis Lipofilik, dan Basis
Amfifilik secara In Vitro, Tesis,
Fakultas Farmasi Universitas
Padjajaran, Jatinagor.

Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan


Hitungan Farmasi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Voight, R, 1995, Buku Pelajaran Teknologi


Farmasi, Edisi kelima, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai