Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian / unit / divisi atau fasilitas di rumah sakit,
tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk
keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia, 2004)
Berdasarkan definisi tersebut maka Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat
diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah
pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi
persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan bertanggungjawab atas seluruh pekerjaan
serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri pelayanan paripurna yang mencakup perencanaan,
pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/ sediaan farmasi ; dispensing obat
berdasarkan resep bagi penderita saat tinggal dan rawat jalan; pengendalian mutu dan
pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan
kesehatan di rumah sakit.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pengertian
Kapsul adalah sediaaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut. Cangkang pada umumnya terbuat dari gelatin, bias juga dari pati atau bahan lain
yang sesuai. ( Farmakope Indonesia ed. IV ).
ü Keseragaman kandungan
1. Disolusi
Tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing-masing
monografi.
1. Berdasarkan Konsistensi
2.) topical
Kapsul gelatin keras harus disimpan ditempat dingin, dengan kelembaban sedang,
dalam wadah bermulut lebat dan tertutup rapat.
Menurut Farmakope edisi III, sediaan kapsul disimpan di tempat sejuk, bertutup
rapat, dan sebaiknya ditambahakan zat pengering.
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, sediaan kapsul disimpan dalam wadah
tertutup rapat, tidak tembus cahaya, dan pada suhu kamar terkendali.
1. tidak sesuai untuk bahan obat yang sangat mudah larut, seperti KCL, CaCL2, KBr,
NH4Br. Apabila kapsul tersebut pecah dan kontak langsung dengan dinding lambung
akan menyebabkan iritasi dan penegangan lambung.
2. Tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang sangat efloresen atau delikuesen.
BAB II
FORMULA
Paracetamol 500mg
Avicel 15%
Aerosil 1%
Talk 1%
Mg. Stearat 1%
Laktosa ad 650mg
m.f caps 50
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ü Paracetamol
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N, mudah larut dalam etanol
ü Avicel
Pemerian : Serbuk kristal berporos, serpihan putih, murni, tidak berbau, tidak berrasa
ü Aerosil
ü Talk
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran,
warna putih atau putih kelabu
Pemerian : Serbuk halus, putih dan volumnus, bau lemah khas, mudah melekat di kulit, bebas
dari butiran
ü Laktosa
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih krem, tidak berbau, rasa agak manis, keras, stabil
di udara, tetapi mudah meyerap bau.
BAB IV
1. Alat :
2. Timbangan neraca dan analitik
1. Perkamen
2. Spatel
3. Sendok
4. Baskom
5. Ayakan mesh
6. Corong
7. Statif
8. plastik
1. Bahan :
1. Paracetamol
2. Avicel
3. Aerosil
4. Talk
5. Mg. Stearat
6. Laktosa
7. cangkang kapsul no. 00
ü Paracetamol : 500 mg
= 650 mg – 617 mg
= 33 mg
1. Perhitungan untuk 50 kapsul
Nomor cangkang =
10. setelah diayak, masukkan ke dalam gelas ukur dan ketok sampai 500 kali, kemudian
hitung Bj mampatnya
1. Evaluasi granul
Setelah dilakukan pembuatan granul, tahap selanjutnya yang harus di uji adalah:
1. 1. Bj Nyata
ü Amati volumenya.
ü Alirkan dengan menggunakan corong dan dialirkan selama beberapa detik dengan
menggunakan stopwatch.
1. 2. Homogenitas
1. 3. Persen Kompressibilitas
Pengukuran lain dari sebuk yang bebas mengalir adalah kompresibilitas yang dihitung dari
kerapatan granul, yaitu dengan memasukkan sejumlah tertentu granul kedalam gelas ukur.
Volume awal dicatat, kemudian diketuk-ketuk sampai tidak terjadi pengurangan volume.
Selanjutnya dihitung persen kompressibilitasnya. (Lachman, 1994:682-683)
Kompresibilitas = x 100 %
12-16 Baik
23-35 buruk
Uji ini dilakukan dengan metode corong. Adapun caranya adalah sebagai perikut
yaitu :
ü ditimbang 100g granul yang sudah terbentuk, kemudian dimasukkan kedalam corong
dengan ukuran tertentu yang bagian bawahnya tertutup.
ü Kemudian buka penutup corong bagian bawah bersamaan dengan dimulainya stopwatch.
ü Catat waktu yang diperlukan seluruh granul untuk melalui corong tersebut dengan
menggunakan stopwatch. Waktu alir granul yang baik adalah jika waktu yang diperlukan
kurang lebih atau sama dengan 18 detik untuk 100 gram granul. Dengan demikian kecepatan
alir yang baik adalah lebih besar dari 100 gram/detik.
ü Setelah granul berhenti mengalir, ukur ketinggian dan diameter dari aliran granul yang
terbentuk untuk mengukur sudut diam pada granuk tersebut.
1. Evaluasi kapsul
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi menurut FI III adalah sebagai berikut :
1. Keragaman Bobot
Timbang 20 kapsul sekaligus, timbang lagi satu per satu, catat bobotnya.
Keluarkan semua isi kapsul, timbang seluruh bagian cangkang kapsul
ü Kelompok kapsul yang berisi bahan cair atau setengah padat / pasta / salep.
1. Waktu Hancur
Ditentukan dengan suatu alat yang disebut disintegrator tester yang terdiri atas:
ü Lima buah tabung transparan dengan ukuran (P.80-100mm, dd 28mm, d.l 30mm), ujung
bawah dilengkapi dengan kawat kasa tahan karat dengan lubang sesuai dengan pengayak no.4
ü Bak berisi air dengan suhu 36-38oC sebanyak 100ml. dengan kedalaman tidak kurang dari
15cm sehingga dapat dinaik-turunkan dengan teratur. Kedudukan kawat kasa pada posisi
tertinggi berada tepat di atas permukaan air dan kedudukan terendah mulut keranjang tepat di
bawah permukaan air.
Masukkan 5 butir kapsul dalam keranjang (setiap tabung untuk satu kapsul)
Naik-turunkan keranjang secara teratur 30x setiap menit
Kapsul dinyatakan hancur jika sudah tidak ada lagi bagian kapsul yang tertinggal di
atas kasa
Waktu yang telama hancur di antara kapsul itu yang dinyatakan sebgai waktu hancur
kapsul yang bersangkutan
Memenuhi persyaratan FI, jika waktu hancurnya tidak lebih dari 15 menit
1. Keseragaman Sediaan
Terdiri atas keragaman bobot untuk kapsul keras dan keseragaman kandungan untuk kapsul
lunak.
1. Uji Disolusi
BAB V
HASIL PRAKTIKUM
A. Evaluasi granul
1. Persen kompresibilitas
ü Bobot = 32,55 g
= 638,2 mg/ml
BJ Nyata = = 0,4520 g/ml
= 452,0 mg/ml
% Kompresibilitas = x 100%
= x 100%
= 29,176 %
B. Evaluasi kapsul
0,5330 0,5996
0,5129 0,5819
0,5455 0,5766
0,5803 0,5444
0,5465 0,5703
0,5561 0,5396
0,5344 0,5611
0,5489 0,5610
0,5159 0,5779
0,5667 0,651
Σ = 11,0912
v Parameter A 7,5 %
x 744 mg = 55,8 mg
v Parameter B 15 %
x 744 mg = 111,6 mg
BAB VI
PEMBAHASAN
Berdasakan hasil praktikum kami, sediaan kapsul yang kami buat tidak memenuhi
persyaratan keseragaman bobot karena ketidaktepatan pemilihan nomor cangkang yang
digunakan. Cangkang yang digunakan adalah cangkang nomor 0, sedangkan cangkang yang
seharusnya digunakan sesuai dengan perhitungan adalah cangkang nomor 00, sehingga
serbuk banyak yang tersisa dan mengakibatkan penyimpangan bobot yang signifikan.
BAB VII
KESIMPULAN
Kapsul yang dibuat oleh kelompok kami tidak memenuhi persyaratan dari Farmakope
Indonesia karena semua hasil praktikum kelompok kami menyimpang dari syarat-syarat yang
ditentukan.
Filed under Uncategorized | Leave a comment
Jun23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pengertian
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih
atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat
pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang
cocok.(MENURUT FI III)
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet
kempa.Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling banyak tantangannya didalam
mendesain dan membuatnya. Misalnya kesukaran untuk memperoleh bioavailabilitas penuh
dan dapat dipercaya dari obat yang sukar dibasahi dan melarutkannya lambat, begitu juga
kesukaran untuk mendapatkan kekompakan kahesi yang baik dari zat amorf atau
gumpalan.Namun demikian, walaupun obat tersebut baik kempanya, melarutnya, dan tidak
mempunyai masalah bioavailabilitas, mendesain dan memproduksi obat itu masih penuh
tantangan, sebab masih banyak tujuan bersaing dari bentuk sediaan ini.(MENURUT FI IV)
1. a. Zat pengikat(binder)
Dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak,dapat merekat.Biasanya yang digunakan
adalah mucilago Gummi Arabici 10 -20 %(panas solutio Mythylcellulosum 5%).
1. b. Zat penghancur(disinterogator)
Dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut.Biasanya yang digunakan adalah amilum
manihot kering,gelatinum,agar – agar, natrium alginat.
1. e. Zat penyalut
Untuk maksud dan tujuan tertentu tablet disalut dengan zat penyalut yang cocok, biasanya
berwarna atau tidak.
1. harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
2. harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3. keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik
4. keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
5. harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
6. bebas dari kerusakan fisik
7. stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
8. zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
9. tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku
1. cepat dapat dilayani di apotik, karena sudah tersedia dan tidak perlu diracik dahulu
2. mudah disimpan (stabil) dan dibawa
3. lebih mudah menelan tablet daripada puyer (sebagian besar orang)
1. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan pons atau cetakan baja.
1. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang
cetakan.
Penyebabnya adalah :
ü Massa tablet terlalu banyak fines, terlalu banyak mengandung udara sehingga setelah
dicetak udara akan keluar.
ü Tenaga yang diberikan pada pencetakan tablet terlalu besar sehingga udara yang berada di
atas massa yang akan dicetak sukar keluar dan ikut tercetak.
1. e. Mottling terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet.
2. f. Crumbling adalah tablet yang menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah
kerang tekanan pada pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.
BAB II
FORMULA
PVP 3%
Primogel 2%
Talk 1.5%
Mg.Stearat 1%
Nipagin 0.1%
Amylum 10%
Laktosa ad 150
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. a. Pemerian : Serbuk hablur, putih, atau praktis putih; tidak berbau; melebur pada
suhu lebih kurang 2250 disertai peruraian.
2. b. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam dioksan; agak sukar larut
dalam aseton; dalam methanol; sukar larut dalam eter.
3. c. Penetapan kadar : Lakukan penetapan dengan cara kromatografi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada kromatografi. Fase gerak buat campuran n-butil
klorida P-n- butyl klorida P jenuh air – tetrahidrofuran P – methanol P – asam asetat
glasial P { 475:475:70:35:30}. Larutan baku internal buat larutan prednison 6 mg/ml
dalam campuran kloroform P – asam asetat glasial P {97:3} dengan cara sebagai
berikut: tambahkan seluruh asam asetat glasial P kedalam labu ukur 100 ml yang
berisi prednisone dan sonikasi. Tambahkan perlahan kloroform P sambil lakukan
sonikasi dan pengocokan hingga larut. Encerkan dengan kloroform P sampai tanda.
Larutan baku timbang seksama lebih kurang 20 mg metilprednisolon, Asetat BPFI,
masukkan kedalam labu ukur 100 ml. tambahkan 5.0 ml larutan baku internal dan
encerkan dengan kloroform P sampai tanda.
4. d. Dosis : Dalam bentuk sediaan oral mengandung 4 mg dan dalam bentuk
sediaan parenteral mengandung 40 mg/ml.
5. e. Farmakologi : metil prednisolone merupakan obat kortikosteroid.
Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein.
Kortikosteroid mempengaruhi metabolism karbohidrat, protein, lemak, dan
mempengaruhi juga system kardiovaskuler ginjal, otot lurik, system saraf, dan organ
lain. Karena fungsi kortikosteroid pentinh untuk kelangsungan hidup organism, maka
dikatakan bahwa korteks adrenal berfungsi homeostatic. Suatu dosis kortikosteroid
dapat memberikan efek fisiologik dan farmakologik tergantung keadaan sekitar dan
aktivitas individu. Tetapi bila keadaan sekitar tidak optimal maka dibutuhkan dosis
obat yang lebih tinggi untuk mempertahankan hidupnya.
3.2 PVP
Sinonim : Povidon.
3.3 Primogel
Sinonim : -
Sinonim : Talcum.
Pemerian : serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat, pada kulit
3.5 Mg Stearat
3.6 Nipagin
Sinonim : -
tebal.
3.7 Amilum
Sinonim : -
3.8 Laktosa
Sinonim : Saccharum Lactis.
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih krem, tidak berbau, rasa
bau.
BAB IV
CARA KERJA DAN ALAT
1. a. Alat :
- Perkamen
- Spatel
- Sendok
- Baskom
- Corong
- Statif
- Gelas ukur
- Beaker glass
- Thermometer
- Hardness tester
- Friability tester
1. b. Bahan :
Methyl Prednisolon
PVP
Primojel
Talk
Mg. Stearat
Zat warna
Nipagin
Amylum
Laktosa
Thiamfenikol : 8 mg
PVP :
Primojel :
Talk :
Mg Stearat : g
Zat warna :
Nipagin :
Amilum :
= 115,3 mg
v Untuk pembuatan 1000 butir tablet.
1. Siapkan baskom, lalu masukkan metyl prednisolon, amilum dan laktosa. Lalu
dicampur homogen, jadikan sebagai (M1).
2. Siapkan beaker glass, masukkan 10 ml alkohol dan larutkan PVP hingga larut (seperti
gelembung kecil), setelah itu larutkan nipagin dan zat warna, jadikan sebagai (M2).
3. Setelah terbentuk, masukkan sediaan (M2) ke dalam (M1), perlahan – lahan dan ditutpi
dengan sediaan (M1). Lalu campurkan hingga larut, setelah itu bersihkan beaker glass
dengan sisa alkohol 5 ml dan campurkan ke (M2).
4. Lalu siapkan 3 tempat alumunium dan dilapisi dengan kertas. Setelah itu ayak sediaan
yang telah jadi dengan ayakan mesh 10.
5. Lalu keringkan granul yang ada di 3 tempat alumunium, setelah kering masukkan
dalam oven.
1. Timbanglah talk, Mg stearat dan primojel sesuai perhitungan, lalu campurkan dengan
granul yang telah dicampurkan dengan fase dalam. Setelah itu dicampurkan
homogeny
2. Lalu setelah itu, diayak kembali dengan ayakan mesh 20
1. b. Evaluasi granul
Setelah dilakukan pembuatan granul, tahap selanjutnya yang harus di uji adalah:
v Kadar Air
v Bj Nyata
v Persen Kompressibilitas
Pengukuran lain dari sebuk yang bebas mengalir adalah kompresibilitas yang dihitung dari
kerapatan granul, yaitu dengan memasukkan sejumlah tertentu granul kedalam gelas ukur.
Volume awal dicatat, kemudian diketuk-ketuk sampai tidak terjadi pengurangan volume.
Selanjutnya dihitung persen kompressibilitasnya. (Lachman, 1994:682-683)
Kompresibilitas = x 100 %
12-16 Baik
23-35 buruk
1. ditimbang 100g granul yang sudah terbentuk, kemudian dimasukkan kedalam corong
dengan ukuran tertentu yang bagian bawahnya tertutup.
2. Kemudian buka penutup corong bagian bawah bersamaan dengan dimulainya
stopwatch.
3. Catat waktu yang diperlukan seluruh granul untuk melalui corong tersebut dengan
menggunakan stopwatch. Waktu alir granul yang baik adalah jika waktu yang
diperlukan kurang lebih atau sama dengan 18 detik untuk 100 gram granul. Dengan
demikian kecepatan alir yang baik adalah lebih besar dari 100 gram/detik.
4. Setelah granul berhenti mengalir, ukur ketinggian dan diameter dari aliran granul
yang terbentuk untuk mengukur sudut diam pada granuk tersebut.
1. c. Pencetakan tablet
Pada tahap ini, Hopper akan kembali pada tempatnya dan punch atas akan turun mengempa
granul menjadi tablet. Selama tahapan ini ada beberapa tahapan yang terjadi sehingga granul
menjadi tablet. Penyusunan ulang dari struktur granul. Ketika punch atas mengempa granul,
maka distribusi granul akan tersusun ulang diantara punch atas dan punch bawah.
Pada tahap ini, akan terjadi perubahan bentuk granul karena penekanan. Pada awalnya, terjadi
deformasi elastis kemudian plastik.
Hasil dari penekanan, granul termampatkan dan terjadi ikatan antar granul sehingga menjadi
tablet.
1. Pengeluaran tablet.
Setelah tablet dikempa, punch atas akan kembali ketempat aslinya. Kemudian punch bawah
akan bergerak keatas membawa tablet sejajar dengan die. Setelah itu Hopper akan bergerak
untuk mengisi granul ke dalam die sehingga tablet akan tergeser oleh hopper dan keluarlah
tablet.
1. d. Evaluasi Tablet.
1. 2. Uji Kekerasan.
1. 1. Pengujian dilakukan terhadap 10 tablet yang diambil secara acak
2. 2. Pengujian dilakukan dengan cara, sebuah tablet diletakkan di antara
ruang penjepit. Kemudian di jepit dengan memutar alat penekan,
sehingga tablet kokoh ditempatnya dan petunjuk berada pada skala 0,
melalui putaran padasebuah sekrup.
3. 3. Tablet akan pecah dan dibaca penunjuk skala pada alat yang disebut
Hardness Tester.
v Uji Keregasan
HASIL PRAKTIKUM
1. 5.
1. 1. Uji Homogenitas
x 100%
= x 100%
= 3%
1. 3. Persen kompresibilitas
% = x 100%
= x 100%
= 28,938 %
Bobot = 100 g
Kecepatan alir =
Diameter = 13,9 cm
=Tan 0,258
Tan-1 =14,52
146,2 mg 146,1 mg
148,1 mg 148,8 mg
150,2 mg 148,4 mg
145,3 mg 150,8 mg
148,3 mg 149,2 mg
148,5 mg 149,8 mg
147,8 mg 147,6 mg
144,9 mg 150,8 mg
149,0 mg 150,5 mg
150,3 mg 149,8 mg
Σ = 2970,4 mg
10 % – 20 %
Minimum = mg
Maksimum =
Wo = 2,9480
Wt = 2,9372
%=
2 menit 45 detik
BAB VI
PEMBAHASAN
Sebelum tablet dicetak harus dilakukan terlebih dahulu uji granul. Uji grarnul yang dilakukan
yaitu :
1. Kadar air
Kadar air dari granul yang kami hasilkan adalah 3 % (granul ideal memiliki kadar air 1-4 %),
karena kadar air yang kecil maka granul yang dihasilkan menjadi sangat keras dan sulit untuk
di lewatkan pada mesh.
1. Sifat alir
Granul yang kami hasilkan memiliki laju alir 2 menit 45 detik, bila dilihat dari parameter
yang ada maka granul ini dapat digolongkan ke dalam kategori sangat baik .
1. Kompresibilitas
Kompresibilitas dari hasil granul adalah 28,398%. Bila dilihat dari parameter kompresibilitas
yang ada maka granul ini dapat digolongkan ke dalam kategori kurang, yaitu berada di antara
range 23 – 33%.Kompresibilitas berhubungan dengan proses pencetakan dari tablet. Apabila
kompresibilitas baik berarti granul akan mudah untuk dicetak.
Setelah mengalami proses pencetakan, tablet yang telah dicetak dilakukan evaluasi yang
meliputi : uji dari penampilan tablet (bentuk, warna, permukaan dan cetakan); ukuran dan
ketebalan; waktu hancur; keseragaman bobot dan friabilitas atau kerapuhannya dengan
masing-masing alat penguji. Hasil yang diperoleh sebagai berikut :
1. Penampilan
1. Bentuk : tablet
2. Warna : merah muda
3. Permukaan : Rata dan licin
4. Cetakan : halus
Diuji dengan menggunakan 10 kaplet dan hasilnya rata-rata sama memiliki ketebalan 0.444
mm.tablet yang dihasilkan memenuhi standard tablet yang ditetapkan oleh FI III yaitu
diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak boleh kurang dari 11/3 tebal
kaplet.Ketebalan dipengaruhi oleh tekanan.Semakin tinggi tekanan, maka ketebalan semakin
kecil.
1. Waktu hancur
Waktu hancur tablet yang dihasilkan yaitu 2 menit 45 detik. Pada uji ini tablet memenuhi
syarat uji waktu hancur pada FI III yang mensyaratkan waktu hancur tablet tidak bersalut
kurang dari 15 menit.
1. Keregasan (Friabilitas)
Diuji dengan menggunakan alat Friabilator menggunakan 20 tablet dengan kecepatan 25 kali
putaran permenit selama 4 menit. Alat ini menguji kerapuhan suatu tablet terhadap gesekan
dan bantingan selama waktu tertentu. Friabilitas tablet methyprednisolon yang dihasilkan
dalam praktikum adalah 0,3 %. tablet yang dihasilkan memenuhi standard friabilitas yang
seharusnya < 1%.
1. Keseragaman bobot
Diuji dengan menimbang satu per satu tablet sebanyak 20 tablet dan dicatat lalu dihitung
bobot rata-ratanya. Bobot rata-rata dihasilkan pada praktikum ini adalah 148,52 mg. Tablet
yang dihasilkan telah memenuhi standard keseragaman bobot yang ditetapkan FI III.
9 Kekerasan tablet
Diuji dengan alat uji kekerasan, menggunakan 10 tablet. Nilai kekerasan ditentukan oleh
pabrik dari pembuat tablet. Hasil : 13,325 kg/cm2
1. Saat pencampuran pengikat dengan bahan fase dalam, bahan pengikat lebih banyak
menempel ditangan sehingga pengikat dengan bahan lain kurang homogen.
2. Alat pencetak tablet yang kurang mendukung (sudah lama dan manual) sehingga
mempengaruhi hasil cetakan tablet dan pada saat evaluasi tablet seperti kekerasan,
waktu hancur, dan keregasan.
3. Penggunaan alat pencetak yang sama untuk sediaan tablet yang berbeda zat aktifnya
sehingga menyebabkan terkontaminasinya tablet yang dibuat dengan sediaan tablet
yang lain.
BAB VII
KESIMPULAN
Kualitas dari tablet yang dihasilkan oleh kelompok kami sudah cukup bagus dilihat dari
estetika penampilannya. Hal ini dapat dilihat dari terpenuhinya syarat pada uji penampilan,
uji keseragaman ukuran, uji disintegrasi, dan uji keseragaman bobot. Dari hasil praktikum
yang kami lakukan, tablet yang kami cetak sudah memenuhi persyaratan berdasarkan
Farmakope Indonesia.
In the mood to simply showcase your words or your work? The two newest themes in our
collection allow you to do just that!
First, let’s say hello to Blog Simple, an inventive premium theme for bloggers designed by
Mike Kus. Its vibrant, two-tone color scheme and bold typography will definitely set your
blog apart from the crowd. When you outfit your blog with this theme, your words will shine,
front and center.
Cream
Posted on October 26, 2011 by abethpandiangan
Cream
BAB I
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut
atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan
untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai
emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.
Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak
dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam
air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan
estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal. (Farmakope Indonesia
IV : 6)
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, emulsi
digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A (Minyak dalam Air), adalah emulsi yang terdiri
dari butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal
dan air sebagai fase eksternal.
Emulsi tipe W/O (Water in Oil) atau A/M (Air dalam Minyak), adalah emulsi yang terdiri
dari butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal dan
minyak sebagai fase eksternal.
Pemerian
Spermaceti / Cetaceum (Farmakope Indonesia III : 141)
Masa hablur, bening, licin, putih mutiara, memiliki bau dan rasa yang lemah.
Titik Lebur : 42○ – 50○ C
Fungsi : Zat Tambahan
White Wax / Cera Alba (Hand Book of Pharmaceutical Excipient : 187)
Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis, bau khas
lemah dan bebas bau tengik.
BAB II
BAHAN, PERHITUNGAN BAHAN DAN CARA KERJA
FORMULA V
Bahan
Cream Base W/O
Oleaginous Phase
Spermaceti 12,5 %
White Wax 12,0 %
Coconut Oil 55,58 %
Aqueous Phase
Sodium Borate 0,5 %
Stronger Rose Water 2,5 %
Purified Water 16,5 %
Aromatic
Rose Oil 0,02 %
m.f 50 g
Perhitungan Bahan
Spermaceti : 12,5/100 x 50 = 6,25 g
White Wax : 12,0/100 x 50 = 6 g
Coconut Oil : 55,58/100 x 50 = 27,79 g = 27,8 g
Sodium Borate : 0,5/100 x 50 = 0,25 g = 250 mg
Stronger Rose Water : 2,5/100 x 50 = 1,25 g
Purified Water : 16,5/100 x 50 = 8,25 g
BJ air = 1 g/ml
Volume= Massa/BJ =(8,25 g)/(1 g/ml)=8,25 ml
Rose Oil : 0,02/100 x 50 = 0,01 g = 10 mg ≈ 50 mg
Cara Kerja
Siapkan alat dan bahan, timbang sesuai kebutuhan
Lelehkan Spermaceti dan White Wax di penangas air
Tambahkan Coconut Oil dan teruskan pemanasan sampai 70○ C
Larutkan Sodium Borate dalam Purified Water dan Stronger Rose Water, dihangatkan
samapai 75○ C
Secara bertahap tambahkan fase air ke fase minyak dengan pengadukan
Dinginkan hingga 45○ C dengan pengadukan dan tambahkan Rose Oil
FORMULA VI
Bahan
Cream Base O/W
Oleagenous Phase
Stearyl Alcohol 15 %
White Wax 8 %
Sorbitan Monooleate 1,25 %
Aqueous Phase
Sorbitol Solution 70 % 7,5 %
Polysorbate 80 3,75 %
Methyl Paraben 0,025 %
Propyl Paraben 0,015 %
Purified Water qs ad 100 %
m.f 50 g
2.2.2 Perhitungan Bahan
- Stearyl Alcohol : 15/100 x 50 = 7,5 g
White Wax : 8/100 x 50 = 4 g
- Sorbitan Monooleate : 1,25/100 x 50 = 0,625 g = 625 mg
- Sorbitol Solution 70 % : 7,5/100 x 50 = 3,75 g
- Polysorbate 80 : 3,75/100 x 50 = 1,875 g
- Methyl Paraben : 0,025/100 x 50= 0,0125 g = 12,5 mg ≈ 50 mg
- Propyl Paraben : 0,015/100 x 50 = 0,0075 g = 7,5 mg ≈ 50 mg
- Purified Water : 50 – (7,5 + 4 + 0,625 + 3,75 + 1,875 +
0,0125 + 0,0075) = 32,23 g
BJ air = 1 g/ml
Volume= Massa/BJ =(32,23 g)/(1 g/ml)=32,23 ml
Cara Kerja
Siapkan alat dan bahan, timbang bahan sesuai kebutuhan
Panaskan fase minyak dan fase air hingga 70○ C
Tambahkan fase minyak dengan perlahan ke fase air dengan pengadukan untuk membentuk
emulsi minyak mentah
Dinginkan sekitar 55○ C dan homogenkan
Dinginkan dengan pengadukan hingga mengental
2.3 FORMULA VII
2.3.1 Bahan
Cream Base O/W
Oleagenous Phase
Stearic Acid 13 %
Stearyl Alcohol 1%
Cetyl Alcohol 1%
Aqueous Phase
Glycerine 10%
Methyl Paraben 0,1%
Propyl Paraben 0,05%
Potassium Hidroxide 0,9%
Purified Water qs ad 100%
m.f 50 g
2.3.2 Perhitungan Bahan
Stearic Acid : 13/100 x 50 = 6,5 g
Stearyl Alcohol : 1/100 x 50 = 0,5 g = 500 mg
Cetyl Alcohol : 1/100 x 50 = 0,5 g = 500 mg
Glycerine : 10/100 x 50 = 5 g
Methyl Paraben : 0,1/100 x 50 = 0,05 g = 50 mg
Propyl Paraben : 0,05/100 x 50 = 0,025 g = 25 mg
Potassium Hidroxide : 0,9/100 x 50 = 0,45 g = 450 mg
Purified Water : 50 – (6,5 + 0,5 + 0,5 + 5 + 0,05 + 0,025
+ 0,45) = 36,975 g
BJ air = 1 g/ml
Volume= Massa/BJ=(36,975 g)/(1 g/ml)=36,975 ml
2.3.3 Cara Kerja
Siapkan alat dan bahan, timbang bahan sesuai kebutuhan
Panaskan fase minyak dan fase air sekitar 65○ C
Tambahkan fase minyak dengan perlahan ke fase air dengan pengadukan untuk membentuk
emulsi minyak mentah
Dinginkan sekitar 50○ C dan homogenkan
Dinginkan dengan pengadukan hingga mengental
BAB III
PEMBAHASAN DAN HASIL KERJA
3.1 PEMBAHASAN
Rose Oil / Minyak Mawar dimasukkan pada saat temperatur rendah sekitar 45○ C, ini
dilakukan untuk memungkinkan terjadinya kehilangan aroma karena penguapan saat
pembuatan. (Modern Pharmaceutical : 309)
Surfaktan atau Emulsi Agent yang terdapat pada Formula V dan Formula VI yaitu Sodium
Borate, Stearyl Alcohol, Sorbitan Monooleate, dan Polysorbate 80.
Bobot Jenis (BJ) minyak mawar adalah 0,848 sampai 0,863, penetapan dilakukan pada suhu
30○ C dan air akan ditetapkan pada suhu 15○ C. (Farmakope Indonesia III : 459)
3.2 HASIL KERJA
3.2.1 FORMULA V
Bobot pot kosong : 7,5 g
Bobot pot + isi : 51 g
Bobot isi : 51 – 7,5 = 43,5 g
Bobot penyusutan : 50 – 43,5 = 6,5 g
Persentase bobot penyusutan : 6,5/50 x 100 % = 13 %
3.2.2 FORMULA VI
Bobot pot kosong : 10,5 g
Bobot pot + isi : 53 g
Bobot isi : 53 – 10,5 = 42,5 g
Bobot penyusutan : 50 – 42,5 = 7,5 g
Persentase bobot penyusutan : 7,5/50 x 100 % = 15 %
3.2.3 FORMULA VII
Bobot pot kosong : 9,3 g
Bobot pot + isi : 54,5 g
Bobot isi : 54,5 – 9,3 = 45,2 g
Bobot penyusutan : 50 – 45,2 = 4,8 g
Persentase bobot penyusutan : 4,8/50 x 100 % = 9,6 %
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
Dari hasil praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi bobot penyusutan pada saat
pengerjaan, hal itu terjadi karena pada saat proses peleburan terjadi penguapan yang
berlebihan, bahan yang masih melekat pada cawan uap pada saat proses peleburan serta
cream yang masih melekat pada lumpang pada saat proses pengadukan hingga mengental.
UJI DISOLUSI
Posted on October 23, 2011 by abethpandiangan
UJI DISOLUSI
BAB I
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
1.1.1 PASTA
Pasta adalah sediaan berupa massa lunak yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya
dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan
vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol,
mucilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik atau pelindung kulit (Farmakope
Indonesia edisi III).
Di samping itu, Pasta yang akan dibahas disini adalah tipe Pasta Berlemak. Dimana Sebagai
bahan dasar salep digunakan Vaseli, Paraffin cair. Bahan tidak berlemak seperti Glycerinum,
Mucilago atau sabun dan digunakan sebagai antiseptic atau pelindung kulit.
Karena itu, merupakan salep yang tebal, kaku, keras, dan tidak meleleh pada suhu badan.
Komposisi salep ini memungkinkan penyerapan pelepasan cairan berair yang tidak normal
dari kulit.
Karena jumlah lemak lebih sedikit dibanding serbuk padatnya supaya homogeny lemak –
lemak ini harus dilelehkan dulu (Ilmu Meracik Obat, Moh.Anief, Gajah Mada University
Press, Hal 68).
Adapun bahan yang diformulasikan dalam pembuatan Pasta (Zinc Oxide Paste, USP)
menurut Modern Pharmaceutical Hal, 310 yaitu meliputi Zinc Oxide , Starch , Calamine ,
White Petrolatum,qs,ad.
1.1.2 GEL
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang
tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar atau saling
diserapi cairan. Gel satu fase merupakan gel dalam amna makro molekulnya disebarkan
keseluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya. Dalamm hal dimana massa gel
terdiri dari kelompok-kelompok partikel kicil yang berbeda, maka gel dikelompokkan
sebagai sistim dua fase dan sering disebut magma atau susu. Gel dan magma dianggap
sebagai dispersi koloidal oleh karena masing-masing mengandung partikel-partikel dengan
ukuran koloidal. ( Ansel,C. H. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press).
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang –
kadang disebut jeli. (Farmakope Indonesia edisi IV, hal 7)
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan
organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap
oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315)
Adapun bahan – bahan yang diformulasikan untuk membuat Gel (Lubicating Jelly) menurut
Modern Pharmaceutical, Hal 308 yaitu meliputi Methocel 90 H.C. 4000 , Carbopol 934 ,
Propylene Glycol , Methyl Paraben , Sodium Hydroxide,qs ad , dan Purified Water.
1.1.3 PEMERIAN
Zinc Oxide : Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak berbau, lambat
laun akan menyerap karbondioksida dari udara (Farmakope Indonesia edisi III, Hal 536).
Starch/Pati : Serbuk hablur putih, larut dalam air panas membentuk larutan agak keruh
(Farmakope Indonesia edisi III, Hal 720).
Calamine : Serbuk halus, merah jambu, tidak berbau praktis, tidak berasa. Praktis tidak larut
dalam air, larut dalam asam mineral (Farmakope Indonesia edisi III, Hal 119).
White Petrolatum : Putih/Kekuningan pucat, massa berminyak transparan dalam lapisan tipis
pada cahaya setelah didinginkan pada suhu 0oC. Titik Lebur antara 380-600C. Fungsi
sebagai Zat tambahan, Emollient (Farmakope Indonesia edisi III, Hal 822).
Methocel 90 H.C. 4000: Putih, granul, bau khas, larut dalam air. Fungsi sebagai penyalut.
Titik Lebur : 1900 – 2000C (Handbook of Pharmaceutical Excipients, Hal 462).
Carbopol 934 (Carbomer): Putih, lembut, higroskopis, bau khas. TL nya meliputi 260oC, 30
menit. Fungsinya sebagai Emulgator dan Suspending Agent (Handbook of Pharmaceutical
Excipient, Hal 111).
Propylene Glycol (Methyl Glycol): Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis
tidak berbau, menyerap air pada udara lembab (Farmakope Indonesia edisi IV, hal 712).
Methyl Paraben (Nipagin): Hablur kecil, tidak berwarna/serbuk hablur, putih, tidak
berbau/bau khas lemah, memiliki rasa terbakar, mudah larut dalam etanol dan eter. Jarak
lebur 125o – 128o. Khasiat sebagai Pengawet (Farmakope Indonesia edisi IV hal, 551).
Sodium Hydroxide: Bentu batang, butiran, massa hablur atau keeping, kering, keras, rapuh,
dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah meleleh basah, sangat mudah larut dalam air
dan dalam ethanol (95%). Khasiat sebagai Zat tambahan (Farmakope Indonesia edisi III, Hal
412).
Purified Water: Cairan Jernih , tidak berwarna , tidak berbau. (Farmakope Indonesia ed IV,
Hal 112). Fungsi : Sebagai Pelarut
LATAR BELAKANG
Pada umunya Pasta memiliki Karateristik yang berbeda dengan sediaan padat yang lain, yaitu
daya absorbsinya lebih besar, digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada
tempat pemakaian, tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu, mengandung satu atau
lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topical, konsistensi lebih kenyal dari
unguentum, tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum, memiliki persentase bahan
padat lebih besar dari pada salep yaitu mengandung bahan serbuk (padat) antara 40 %- 50 %.
Disamping itu, Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut
dengan tendensi mengeluarkan cairan, bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit
sehingga meningkatkan daya kerja local, konsentrasi lebih kental dari salep, daya adsorpsi
sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan salep. Dan pasta
pun memiliki kekurangan, yaitu karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta
pada umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu, Dapat
mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis, dapat mengeringkan kulit dan
merusak lapisan kulit epidermis, dapat menyebabkan iritasi kulit.
Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan tidak
bereaksi dengan komponen lain Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan
penggunaan sediaan yang diharapkan. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya
sangat tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau
digunakan).
BAB II
BAHAN, PERHITUNGAN BAHAN DAN CARA KERJA
FORMULA VIII
Bahan
Zinc Oxide 25 %
Starch 25 %
Calamine 5 %
White petrolatum qs ad 100 %
m.f 50 g
Perhitungan Bahan
Zinc Oxide : 25/100 x 50=12,5 g
Starch : 25/100 x 50=12,5 g
Calamine : 5/100 x 50=2,5 g
White Petrolatum : 50 – (12,5 + 12,5 + 2,5) = 22,5 g
Cara Kerja
Siapkan alat dan bahan, timbang sesuai kebutuhan
Ayak Zinc Oxide dengan ayakan No.100 sebelum ditimbang
Campur Zinc Oxide, Starch, dan Calamine, aduk ad homogen
Lebur sebagian Vaselin Putih , tambahkan dalam campuran serbuk, aduk ad homogen
Tambahkan sisa Vaselin Putih yang tidak di lebur, aduk ad homogen
Masukkan ke dalam wadah
2.2 FORMULA IX
2.2.1 Bahan
Methocel 60 H.C.4000 0,8 %
Carbopol 0,24 %
Propylene Glycol 16,7 %
Methyl Paraben 0,015 %
Sodium Hidroxide qs ad pH 7, 1 %
Purified Water qs ad 100 %
m.f 50 g
BAB III
PEMBAHASAN dan HASIL KERJA
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil yang di praktekkan banyak yang dijadikan perubahan. Umumnya Starch
terdiri dari 5 golongan , yaitu :
Amylum Manihot (Pati Singkong)
Amylum Maydis (Pati Jagung)
Amylum Oryzae (Pati Beras)
Amylum Solani (Pati Kentang)
Amylum Tritici (Pati Gandum)
(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipients, Hal 483)
Tetapi dari kelima Starch tersebut yang digunakan sebagai formulasi untuk sediaan Pasta
adalah Pati Jagung (Corn Starch).
Dan cara kerja pada pasta pun harus sangat teliti agar pasta homogeny yaitu dengan cara
menyisihkan sebagian sediaan Starch, Zinc Oxyde, dan Calamine yang telah dicampur ad
homogeny dan tambahkan White Petrolatum sedikit demi sedikit lalu gerus perlahan-lahan
sampai sediaan menyatu dan terbentuk homogeny.
BAB IV
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang dipraktekkan bahwa terjadinya penyusutan drastis yang
disebabkan oleh efek peleburan yang terlalu lama sehingga terjadi penguapan yang banyak
dan melekatnya bahan pada cawan atau beaker glass serta penimbangan bahan yang tidak
sesuai dengan yang diperintahkan. Dan homogenitas yang kurang akibat dari cara
pengadukan yang tidak sesuai pada saat pengerjaan.