Anda di halaman 1dari 14

Nama : Shelfianti

NIM : 1948311010
Prodi : D3 Farmasi (Semester 5)
Dosen Pengampu : apt. Yenny, S.Farm., M.Farm
Mata Kuliah : Teknologi Solid
Tugas : Evaluasi sediaan solid

TUGAS FORMULASI : Suppositoria


PENDAHULUAN
a. Definisi Bentuk sediaan suppositoria adlah sediaan padat yang digunakan melalui
dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat mmelarut, melunak atau melelhh pada
suhu tubuh. Bahan dasar harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh.
Sebagai bahan dasar digunakan lemak cokalt polietilenglikola berbobot molekul
tinggi, lemak atau bahan lain yang cocok. Kecuali dinyatakan lain, digunakan lemak
coklat ( Farmakope Indonesia III 1979, hal 32 )

b. Keuntungan Bentuk Sediaan Suppositoria adalah


1. menghindari dari terjadinya iritasi pada lambung.
2. menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan.
3. Cepat masuk ke saluran darah dan berakibat memberi efek lebih daripada
pennggunaan obat melalui oral.
4. Bagi pasien yang mudah muntah dan tidak sadar.

Formulasi :
R/ Hydrocortisone acetate 5 mg
Bismuth Subgallat 64,98 mg
Bismuth Resorcin 52,16 mg
Zinc Oxide 319,2 mg
Rancangan penentuan formula dan proses pembuatan
Zat aktif dalam formula ini adalah hydrocortisone acetate untuk zat tambahan adalah
bismuth subgallate, bismuth resorcin, dan zinc oxide. Sedangkan basis yang digunakan dalam
sediaan suppositoria ini adalah oleum cacao. Sediaan suppositoria ini akan dibuat sejumlah 3
suppositoria @ 2gr.
Perhitungan Formula :
1. Hidrokortison Acetas = 5 mg x 3 = 15 mg
2. Bismuth Subgallat = 64,98 mg x 3 = 194,94 mg
3. Bismuth Resorcin = 52,16 mg x 3 = 156,48 mg
4. Zinc Oxide = 319,2 mg x 3 = 957,6 mg
Oleum Cacao = 2 gr – ( 3,5mg + 194,94 mg + 156,48 mg + 957,6 mg )
= 200 mg – ( 3,5mg + 194,94 mg + 156,48 mg + 957,6 mg )
= 687,48 mg
687,48 mg x = 2062,44 mg

Untuk basis : nilai tukar


Hidrokortison : Oleum cacao
1 : 0,7
5 : 3,5
Alat dan Bahan:
a. Alat
N
Nama Gambar
o

Timbangan
1
Analitik

Kertas
2
Perkamen

4 Sudip

Cetakan
6
suppos
Cawan
7
Porselin

8 Kaca Arloji

9 serbet

10 Pipet tetes

Lumpang dan
11
Alu

Lemari
12
Pendingin

Aluminium
13
Foil

14 Waterbath

15 Pengayak
16 pH

b. Bahan
N
Nama Gambar
o

Hydrocortisone
1
acetate

Bismuth
2
Subgallat

Bismuth
3
Resorcin

4 Zinc Oxide

5 paraffine

6 Oleum Cacao

Cara Pembuatan :
1. Timbang semua bahan
2. Zinc oxide diayak dengan pengayak yang sesuai
3. Lelehkan oleum cacao dalam cawan penguap diatas penangas air
4. Gerus bahan-bahan berikut : Bismuth Subgallat, Bismuth Resorcin, dan Zinc Oxide
5. Bahan-bahan yang telah di gerus dicampurkan ke dalam oleum cacao yang telah
dilelehkan
6. Tambahkan Hydrocortison acetate, sisihkan
7. Olesi cetakan suppositoria dengan paraffin
8. Tuangkan zat ke dalam cetakan
9. Masukkan ke dalam freezer, tunggu hingga mengeras
10. Masukkan ke dalam kemasan yang telah dilapisi aluminium foil
11. Berikan label dan etiket

Evaluasi Sediaan
1. Uji Organoleptis
Uji organoleptis meliputi bau, warna, dan bentuk dari sediaan.

2. Uji Keseragaman Bobot


Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap sediaan sudah
sama atau belum. Keseragaman bobot akan mempengaruhi terhadap kemurnian suatu
sediaan karena dikhawatirkan zat lain yang ikut tercampur. Caranya dengan
ditimbang seksama sediaan suppositoria, satu persatu kemudian dihitung berat rata-
ratanya. Hitung jumlah zat aktif dari masing-masing sejumlah suppositoria dengan
anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Jika terdapat sediaan yang beratnya
melebihi rata-rata maka suppositoria tersebut tidak memenuhi syarat dalam
keseragaman bobot. Karena keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui
kandungan yang terdapat dalam masing-masing suppositoria tersebut sama dan dapat
memberikan efek terapi yang sama pula.

3. Uji Titik Lebur


Uji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sediaan
supositoria yang dibuat melebur dalam tubuh. Dilakukan dengan cara menyiapkan air
dengan suhu ±37°C. Kemudian dimasukkan supositoria ke dalam air dan diamati
waktu leburnya.

4. Uji Keseragaman Bentuk


Bentuk suppositoria juga perlu diperhatikan karena jika dari bentuknya tidak seperti
sediaan suppositoria pada umunya, maka seseorang yang tidak tahu akan mengira
bahwa sediaan tersebut bukanlah obat. Untuk itu, bentuk juga sangat mendukung
karena akan memberikan keyakinan pada pasien bahwa sediaa tersebut adalah
suppositoria. Selain itu, suppositoria merupakan sediaan padat yang mempunyai
bentuk torpedo.

5. Uji Waktu lebur


Uji waktu lebur ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama sediaan tersebut dapat
hancur dalam tubuh. Cara uji waktu lebur dengan dimasukkan dalam air yang di set
sama dengan suhu tubuh manusia, kemudian pada sediaan yang berbahan dasar
gelatin waktu leburnya ±10 menit.

TUGAS FORMULASI : Kapsul


PENDAHULUAN

A. Dasar Teori
Istilah kapsul berasal dari bahasa latin “capsula” yang berarti kotak kecil.
kapsul telah digunakan sejak abad ke 19. Salah satu masalh farmasi yangmuncul pada saat
itu, yaitu rasa dan bau yang tidak enak dari obat herbal,sehingga diperkenalkan dan
dipatenkan sediaan kapsul.Kapsul memiliki bentuk yang menarik dan praktis, disamping itu
jugakapsul memiliki keuntungan dari pemberian sediaan kapsul, yaitu dapatmenutupi bau
obat yang tajam dan rasa pahit dihindari ketika dikonsumsi.Selain itu, cangkang kapsul
mudah hancur hingga ketika di telan perut akancepat mengabsorbsi, serta dokter juga dapat
mengkombinasikan beberapamacam obat dan dosis yang berbeda ke dalam 1 cangkang
kapsul sesuaikebutuhan pasien. Dengan keadaan kapsul yang mudah hancur, maka
untuk penyimpanannya harus ditempat yang terlindung dari cahaya dan dalamwadah tertutup
baik. Peracikan sediaan obat berupa kapsul yang memenuhi persyaratan farmasetik.

Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satumacam obat
atau lebih dan atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalamcangkang atau wadah kecil
yang umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai. Tergantung pada formulasinya kapsul dari
gelatin bisa lunak dan bisa jugakeras. Kapsul gelatin yang keras merupakan jenis yang
digunakan oleh ahli farmasimasyarakat dalam menggabungkan obat-obat secara mendadak
dan di lingkungan para pembuat sediaan farmasi dalam memproduksi kapsul umumnya.
Sedangkan kapsul gelatin lunak dibuat dari gelatin di mana gliserin atau alkohol polivalen
dansorbitol ditambahkan supaya gelatin bersifat elastis seperti plastik (Pengantar Bentuk
Sediaan Farmasi).

B. Keuntungan dan Kerugian Kapsul


Keuntungan pemberian bentuk sediaan kapsul adalah sebagai berikut: (IlmuResep )
1. Bentuknya menarik dan praktis.
2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa dan berbau
tidak enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga obat cepat
diabsorpsi
4. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda-beda
sesuai kebutuhan pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan zat tambahan atau penolong
seperti pada pembuatan pil maupun tablet.
Sedangkan kerugian pemberian bentuk sediaan kapsul adalah sebagai berikut:
1. Tidak bisa untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul tidakdapat
menahan penguapan.
2. Tidak bisa untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
3. Tidak bisa untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
4. Tidak bisa untuk balita.
5. Tidak bisa dibagi-bagi (Ilmu Resep;Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi
sebenarnya masih mengandung air dengan kadar 10-15%. Jika disimpan di tempat
yang lembab, kapsul akan menjadi lunak dan melengket satu sama lain serta sukar
dibuka karena kapsul itudapat menyerap air dari udara yang lembab. Sebaliknya, jika
disimpan di tempatyang terlalu kering, kapsul itu akan kehilangan airnya sehingga
menjadi rapuh danmudah pecah.
Oleh karena itu, penyimpanan kapsul sebaiknya dalam tempat atau ruangan yang:
1. Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering.
2. Terbuat dari botol gelas, tertutup rapat dan diberi bahan pengering.
3. Terbuat dari wadah botol plastik, tertutup rapat yang juga diberi bahan pengering.
4. Terbuat dari aluminium foil dalam blister atau strip (Ilmu Resep).

C. Uji Evaluasi Sediaan Kapsul

a. Uji Organoleptis
Cara pengujian dengan menggunakan indra manusi sebagai alat utama untuk
pengukuran daya penerimaan terhadap produk.

b. Keseragaman Bobot
Uji yang digunakan menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 661/MENKES/SKVII/1994 yaitu tidak lebih dari 2 kapsul yang masing-
masing bobot isinya menyimpang dari bobot isi rataratanya lebih besar dari harga
yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak satu kapsulpun yang bobot isinya
menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam
kolom B, yang tertera pada daftar berikut :
Bobot rata-rata isi Penyimpangan terhadap bobot isi rata-rata
Kapsul A B
< 120 mg 10 20
>120 mg 7,5 15

c. Uji Waktu Hancur


Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera
dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet atau
kapsul digunakan sebagai tablet isap atau dikunyah atau dirancang untuk pelepasan
kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat
dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas di antara periode
pelepasan tersebut. Tetapkan jenis sediaan yang akan diuji dari etiket serta dari
pengamatan dan gunakan prosedur yang tepat untuk 6 unit sediaan atau lebih.
Menurut FI IV, untuk melakukan uji waktu hancur digunakan alat yang dikenal
dengan nama Desintegration Tester.

Formulasi :
R/ Vit c ( Asam askorbat ) 350 mg
Vit B6 ( Piridoksina hidrokloridum ) 25 mg
Vit B1 ( Tiamina Hidroklorida ) 25 mg
m.f.pulv.da in cap.dtd No.X

Perhitungan Formula :
1. Vit C = 10 mg x 350 mg = 3500mg ~ 3,5 gr
2. Vit B1 = 10 mg x 25 mg = 250 mg ~ 0,25 gr
3. Vit B6 = 10 mg x 25 mg = 250 mg ~ 0,25 gr
Perhitungan bobot cangkang kapsul = 3,5 gr + 0,25 gr + 0,25 gr / 10
= 4 gr / 10
= 0,4 gr < 0,5 gr
Jadi cangkang kapsul yang digunakan adalah cangkang kapsul no.0
Alat dan Bahan:
a. Alat
No Nama Gambar

1 Kertas Perkamen
2 Kertas Hvs

3 Timbangan Analitik

4 disintegration tester

5 Lumpang dan Alu

6 Sudip

7 Sendok Tanduk

8 Serbet

b. Bahan :
No Nama Gambar
1 Asam askorbat

Piridoksina
2
hidrokloridum

3 Tiamina Hidroklorida

 Evaluasi Sediaan Padat (Tablet)


1. Uji Keseragaman Ukuran :
- Cara Pengujian : Ukur diameter dan tebal tablet yang dihasilkan digunakan 20
tablet.

Jangka Sorong
- Persyaratan yang harus dipenuhi : diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali
tebal tabletdan tidak boleh kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet.
2. Uji Keseragaman Bobot :
- Cara Pengujian : Timbang 20 tablet lalu hitung rata-rata tablet. Timbang
kembali tiaptablet satu per satu. Hitung penyimpangan tiap tablet terhadap
bobot rata-rata tablet dengan menggunakan rumus:
Penyimpangan = (bobot tiap tablet – bobot rata-rata tablet) x 100 %
Bobot rata-rata tablet
Timbangan Analitik Digital
- Persyaratan yang harus dipenuhi : tidak boleh ada 2 tablet yang menyimpang
lebih besardari yang ditetapkan kolom A dan tidak boleh ada 1 tablet
yangmenyimpang lebih besar dari yang ditetapkan oleh kolom B.
Penyimpangan bobot rata-rata
Bobot rata-rata A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg – 150 mg 10% 20%
151 mg – 300 mg 7.5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%

3. Uji Waktu Hancur :


- Cara Pengujian : Panaskan media uji waktu hancur (aquadest) hingga
mencapai suhutubuh (37–39oC). Masukkan 5 tablet kedalam keranjang alat uji
waktu hancur. Naik turunkan alat dengan kecepatan 30 kali per menit dalam
media. Hitung waktu yang dibutuhkan hingga semua tabletdalam keranjang
hancur.
- Persyaratan yang harus dipenuhi : Waktu yang dibutuhkan oleh tablet tidak
bersalut adalah 15 menit.
4. Uji Disolusi :
- Cara Pengujian : Panaskan media pada alat uji disolusi hingga mencapai suhu
tubuh(37–39oC). Masukkan 1 tablet kedalam keranjang alat uji disolusi.
Masukkan keranjang kedalam media disolusi dan putar alat sesuaidengan yang
ditetapkan pada Farmakope. Pada waktu yang telahditetapkan oleh
Farmakope, hitung kadar dari zat aktif dalam media disolusi dan keranjang.
Kadar harus memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Farmakope.
Dissolution Tester (RC-8DS)
5. Uji Kekerasan Tablet :
- Cara Pengujian : Letakan tablet pada alat uji kekerasan. Putar sekrup hingga
tablet pecah. Lihat skala yang ditunjukkan oleh alat. Ulangi untuk 5 tablet.

Hardness tablet
- Persyaratan yang harus dipenuhi : Kekerasan yang disyaratkan antara 4 -8 kg.

 Evaluasi Sediaan Padat (Serbuk)


1. Uji Organoleptis :
- Cara Pengujian : : Uji yang dilakukan dengan memeriksa bentuk, bau dan
warna
yang menggunakan panca indera.
- Persyaratan yang harus dipenuhi : bentuk, bau dan warna sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan.
2. Uji Sifat Alir :
- Cara Pengujian :
a. Timbang sejumlah serbuk.
b. Masukkan serbuk ke dalam flow meter.
c. Buka bagian bawah sambil nyalakan stopwatch.
d. Catat waktu yang diperlukan sampai serbuk turun semua.
e. Hitung laju alirnya menggunakan rumus = g/detik.
Flow Meter
- Persyaratan yang harus dipenuhi : Serbuk harus sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan, termasuk ukuran partikel, kelembaban, dan identifikasi bahan
aktif.
3. Uji sudut istirahat :
- Cara Pengujian :
a. Timbang serbuk sebanyak 100 gram.
b. Siapkan kertas milimeter blok dan corong.
c. Ukur jarak ketinggian kertas milimeter blok dengan corong setinggi 10 cm
dengan penggaris.
d. Tutup lubang bagian bawah corong, masukkan serbuk ke dalam corong.
e. Buka lubang bawah corong biarkan seluruh serbuk mengalir membentuk
tumpukan.
f. Ukur, panjang, lebar, tinggi dan diameter tumpukan serbuk.
g. Sudut ini dapat diukur dengan rumus : Tg α = h/r

Kertas milimeter blok

Corong
Penggaris

- Persyaratan yang harus dipenuhi : Serbuk harus sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan, termasuk ukuran partikel, kelembaban, dan identifikasi bahan
aktif.

Anda mungkin juga menyukai