Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASETIKA

TENTANG
KAPSUL

Nama : Rachel Marsha Sumampouw


NIM : 20101105046
Kelas : A

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan obat racikan kapsul.

II. DASAR TEORI


Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut . Kapsul dengan cangkang keras dari gelatin pertama kali dibuat di
prancis pada tahun 1834 oleh Mothes dan Dublanc. Istilah kapsul berasal dari bahasa
latin ‘capsula’ yang berarti kotak kecil. Cangkang (shell) adalah yang dikenal sehari-hari
dengan sebutan kapsul kosong tanpa isi bahan obat. Cangkang ini dapat diisi dengan
bermacam-macam bahan obat, bahan obat cair maupun bahan obat padat menjadi kapsul
yang dapat langsung dipergunakan oleh penderita. Cangkang kapsul dapat berupa kapsul
keras dan kapsul lunak , dibuat dari bahan baku gelatin, gula dan air. Cangkang kapsul
dapat jernih dan buram (ditambah titanium oksida), berwarna atau polos, tidak berasa,
mudah larut dalam air panas dan bersifat higroskopis.
Berdasarkan bentuknya, kapsul dalam farmasi dibedakan menjadi dua yaitu kapsul
keras (capsulae durae, hard capsul) dan kapsul lunak (capsulae molles, soft capsul).
Perbedaannya :

Kapsul Keras Kapsul Lunak


- Terdiri atas tubuh dan tutup - Satu kesatuan
- Tersedia dalam bentuk kosong - Selalu sudah terisi
- Isi biasanya padat, dapat juga cair - Isi biasanya cair, dapat juga padat
- Cara pakai per oral - Bisa oral, vaginal, rectal, topical
- Bentuk hanya satu macam - Bentuknya bermacam-macam

Ukuran kapsul manunjukkan ukuran volume dari kapsul dan dikenal 8 macam
ukuran yang dinyatakan dalam nomor kode. 000 ialah ukuran terbesar, 00; 0; 1; 2; 3; 4
dan 5 ialah ukuran terkecil

No. Ukuran Berat Serbuk (gr)


000 1
00 0,6
0 0,5
1 0,3
2 0,25
3 0,2
4 0,15
5 0,1

Sebelum massa serbuk dimasukan kedalam capsul prinsip pencampuran bahan


sama seperti pencampuran serbuk untuk puyer.
Menurut Farmakope Indonesia III, serbuk diracik dengan cara :
1. Bahan obat dalam jumlah kecil digerus bersama bahan tambahan.
2. Bahan obat dengan berat jenis (BJ) besar digerus terlebih dahulu, kemudian
bahan obat dengan BJ nya kecil.
3. Bahan obat berbentuk kristal atau bongkahan digerus hingga halus.
4. Bahan obat yang berwarna digerus di antara 2 bahan tambahan.
5. Bahan obat yang bobotnya di bawah 50 mg, dilakukan pengenceran.

Keuntungan dan kerugian sediaan kapsul (Farmasetika Komprehensif


Kementerian Kesehatan Indonesia)
Keuntungan Sediaan Kapsul yaitu sebagai berikut :
a. Bentuk menarik dan praktis
b. Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang enak
c. Mudah ditelan dan cepat hancur di dalam perut sehingga bahan segera
diabsorbsi usus
d. Dokter dapat memberikan resep kombinasi dari bermacam-macam bahan obat
dan dengan dosis yang berbeda-beda menurut kebutuhan seorang pasien
e. Kapsul dapat diisi dengan cepat, tidak memerlukan bahan penolong seperti
pada pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi absorbsi bahan
obatnya
Kerugian Sediaan Kapsul yaitu sebagai berikut :
a. Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori cangkang tidak
menahan penguapan
b. Tidak untuk zat-zat yang higroskopis (mudah mencair)
c. Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul
d. Tidak untuk balita
e. Tidak bisa dibagi (misal ¼ kapsul)
Penyimpanan kapsul sebaiknya dalam tempat atau ruangan yang:
1. Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering
2. Terbuat dari botol gelas, tertutup rapat dan diberi bahan pengering
3. Terbuat dari wadah botol plastik, tertutup rapat yang juga diberi bahan pengering
4. Terbuat dari aluminium foil dalam blister atau strip
Ada tiga macam cara pengisian kapsul keras, yaitu dengan tangan, dengan alat
bukan mesin, dan dengan alat mesin.
a. Dengan Tangan merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan
tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk melayani
resep dokter
b. Dengan Alat Bukan Mesin, Alat yang dimaksud di sini adalah alat yang
menggunakan tangan manusia. Dengan menggunakan alat ini akan didapatkan
kapsul yang lebih seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali
cetak dapat dihasilkan berpuluhpuluh kapsul.
c. Dengan Alat Mesin, dengan cara ini dapat diproduksi kapsul dengan jumlah
besar dan memerlukan tenaga sedikit serta keseragaman yang lebih terjamin
Kapsul yang terisi oleh bahan obat kemudian dilakukan evaluasi/pengujian untuk
mengetahui sediaan kapsul tersebut memenuhi syarat atau tidak. Jenis Evaluasi/pengujian
yang dilakukan diantaranya adalah: Keseragaman Bobot , Waktu Hancur, Keseragaman
Sediaan, dan Uji Disolusi.
III. ALAT & BAHAN
 Alat :
- Lumpang
- Alu
- Plastik Obat
- Sudip / sendok
- Korek api
- Kertas perkamen
- Tusuk gigi / kertas

 Bahan :
- Paracetamol 500mg (3 tablet)
- CTM 4mg (13 tablet)
- Ambroxol 30mg (4 tablet)
- Saccharum Lactis
- Alkohol 70%
- Cangkang Kapsul

IV. PROSEDUR PEMBUATAN


1. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan pada saat melaksanakan praktikum.
2. Lakukan screening administrasi pada resep yang akan dibuat.
3. Sterilkan lumpang dan alu dengan cara beri sedikit alkohol kemudian dibakar dengan
menggunakan kertas atau tusuk gigi yang sudah dibakar, setelah api padam, bersihkan
lumpang dan alu dengan tisu basah kemudian keringkan dengan tisu kering.
4. Ambilah 3 tablet Paracetamol, 13 tablet CTM, 4 tablet Ambroxol lalu letakkan di atas
kertas perkamen yang sudah disediakan.
5. Ambillah obat Ctm sebanyak 13 tablet, lalu dimasukkan ke dalam lumpang dan
digerus secara perlahan
6. Tambahkan saccharum lactis dan gerus secara bersama sampai halus.
7. Jika sudah halus, letakkan di atas kertas perkamen.
8. Setelah itu geruslah 4 tablet obat Ambroxol lalu campurkan dengan saccharum lactis
9. Jika sudah halus, letakkan di atas kertas perkamen yang belum diisi.
10. Letakkan 3 tablet obat Paracetamol ke dalam lumpang kemudian geruslah
11. Kemudian tambahkan Ambroxol yang sudah digerus dan CTM yang sudah digerus
sesuai dengan beratnya kedalam lumpang
12. Sediakan kertas perkamen sebanyak 1
13. Tuangkan gerusan obat ke atas kertas perkamen dengan menggunakan sendok
14. Siapkan 1 buah kapsul dan isi kapsul dengan serbuk obat yang telah dibuat
15. Tutup kapsul dan masukkan ke dalam plastik obat yang sudah disiapkan dan beri
dengan etiketnya di dalam plastik
V. HASIL
a. Resep

b. Kapsul

c. Gambar Etiket
d. Screening Administrasi
Resep dikatakan sah dan lengkap jika memenuhi semua unsur resep, yaitu :
1. Inscriptio = Nama dokter, alamat dokter, nomor ijin praktek dokter/SIP,
No.Telp/Hp, tempat dan tanggal penulisan.
2. Praescriptio = nama dan jumlah obat
3. Invocatio = Tanda R/ pada bagian kiri resep, dan nama obat atau komposisi obat .
4. Signatura = Aturan pakai yang tertulis.
5. Subscriptio = Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
6. Nama pasien, bagi resep yang mengandung obat golongan narkotika harus
disertakan juga alamatnya

Inscriptio

Invocatio

Praescriptio

Signatura
Subscriptio

e. Perhitungan Dosis
Cara
Nama Obat Umur Dosis Sekali Dosis Sehari
Pemakaian
Paracetamol Oral 5-10 tahun 100-200 mg 400-800mg
(FI III)
CTM Oral Dewasa 2-4 mg 6-16 mg
(FI III)
Ambroxol Tablet oral Anak 6-12 tahun - tablet 2-3
(PIONAS kali sehari
BPOM)

f. Perhitungan Penimbangan
Ketentuan dalam menimbang obat:
1. Berat bahan obat yang boleh ditimbang minimal 50 mg, bila beratnya kurang dari
50 mg maka harus dibuat pengenceran (Di dalam resep dibutuhkan
Chlorpheniramini maleat 2, karena kadarnya kurang dari 50 mg maka harus
dibuat pengenceran.)
2. Berat satu bungkus puyer yang ideal = 500 mg, bila berat puyer < 500 mg, dapat
ditambahkan Sacchrum lactis/ gula susu
Berdasarkan ketentuan penimbangan di atas maka:
1. Analisis
- PCT = 200 x 6 = 1200 (Tidak perlu pengenceran)
- CTM = 2 x 6 = 12 (Perlu pengenceran)
- Ambroxol = 15 x 6 = 90 (Tidak perlu, tapi berat per puyer tidak ideal)

2. Timbangan obat per puyer


Pengenceran Untuk mencapai berat ideal
PCT 200 mg 200 + 180(SL) = 380 mg
CTM 2/52 x 800 mg = 20 mg 20 mg
Ambroxol 15/120 x 800 mg = 100 mg 100 mg
Jumlah 320 mg (berat per puyer 500 mg (berat per puyer
tidak ideal) ideal)

 CTM = dibutuhkan 2 mg
52 mg CTM (13 tablet) = CTM isinya 4 mg per tablet maka 4 x berapa tablet > 50
mg. Kemudian 52 mg CTM ditambahkan S.L sampai 520 mg.
Jadi SL yang harus ditambahkan adalah 468 mg.
Maka didapatkan serbuk CTM + SL jumlahnya 520 mg.
Dari 520 mg ini, diambil berapa untuk dosis = 2 mg
2
Maka dibuatlah perhitungan pengenceran, x 520 mg = 20 mg
52
Jadi yang diambil adalah 20 mg dari 520 mg.

 Ambroxol, dibutuhkan 15 mg → 120 mg Ambroxol (4 tab).


Kemudian 120mg Ambroxol ditambahkan SL sampai 800 mg
Dari 800 mg ini, dibutuhkan berapa untuk dosis = 15 mg
15
Maka dibuatlah pengenceran x 800 mg = 100 mg
120
Jadi diambil 100 mg dari 800 mg

g. Untuk digerus
200 x 6 = 1200 mg 80 x 6 bungkus = 2.280 mg
Paracetamol
(3 tablet) ( 5 tablet dikurangi)
20 x 6 = 120 mg
CTM 20 x 6 bungkus = 120 mg
(13 tablet)
100 x 6 = 600 mg
Ambroxol 100 x 6 bungkus = 600 mg
( 4 tablet)
VI. PEMBAHASAN
 Mengapa lumpang harus dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan?
Lumpang harus dibersihkan karena lumpang terbuat dari keramik dan
memiliki permukaan dalam yang kasar, sehingga akan ada sisa-sisa serbuk yang
tertinggal dalam wadah lumpang setelah kita mengunakannya. Jadi, jika kita tidak
membersihkan lumpang setelah menggunakannya, maka pada saat kita akan
menggunakan lumpang tersebut lagi, masih terdapat sisa-sisa serbuk yang
tertinggal dan kemungkinan serbuk sisa itu akan tercampur dengan serbuk baru
yang akan kita gerus. Maka dari itu, setiap kita selesai memakai lumpang alu,
baiknya kita membersihkannya agar obat yang akan kita campur terjamin mutu
dan kualitasnya. Kita juga bisa mensterilkan lumpang dan alu sebelum proses
pembuatan/pencampuran obat dilaksanakan.

 Bagaimana cara mensterilkan/membersihkan lumpang?


1. Beri sedikit alkohol dengan kadar 70% atau 95% ke dalam lumpang
2. Bakar lah alkohol dengan mengunakan kertas atau tusuk gigi yang sudah
berapi
3. Tunggulah sampai api padam, kemudian diamkan sebentar agar tidak panas
4. Setelah dingin, gosoklah bagian dalam lumpang dengan tisu basah lalu
keringkan dengan tisu kering

 Bagaimana urutan obat yang akan digerus?


Urutan penggerusan oabat yang benar adalah kita menggerus obat mulai dari obat
yang memiliki bobot yang paling berat. Jadi obat yang harus digerus terlebih
dahulu adalah Paracetamol, setelah itu CTM dan yang terakhir adalah Ambroxol.
Paracetamol yang pertama digerus karena obat ini sudah sesuai dan tidak perlu
pengenceran, sedangkan CTM dan Ambroxol beratnya belum sesuai sehingga
perlu pengenceran dengan menambahkan Saccharum Lactis.

 Apa hal yang harus diperhatikan saat mengisi kapsul menggunakan tangan?
Hal yang harus diperhatikan saat mengisi kapsul dengan tangan adalah pastikan
tangan yang digunakan untuk mengisi kapsul sudah bersih atau steril, disarankan
untuk menggunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul
karena petugas tidak tahan terhadap obat tersebut. Kita juga harus memastikan
bahwa badan kapsul sudah terisi penuh sesuai dengan dosis obat yang diberikan.
Jika sudah sesuai kapsul sudah bisa ditutup.
VII. KESIMPULAN & SARAN
a. Kesimpulan
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut . Berdasarkan bentuknya, kapsul dalam farmasi dibedakan
menjadi dua yaitu kapsul keras dan kapsul lunak. Kapsul juga terbagi ke dalam
beberapa ukuran yang berbeda. Keuntungan menggunakan obat sediaan kapsul
adalah bentuk menarik dan praktis, tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau
dari obat yang kurang enak serta mudah ditelan dan cepat hancur di dalam perut
sehingga bahan segera diabsorbsi usus. Sedangkan kerugiaan menggunakan obat
sediaan kapsul adalah tidak bisa untuk zat-zat yang mudah menguap , tidak bisa
untuk zat-zat yang higroskopis, tidak bisa untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan
cangkang kapsul, dan tidak bisa dibagi-bagi.
Pada praktikum ini, obat yang digunakan adalah Paracetamol, CTM dan
Ambroxol. Obat yang pertama digerus adalah CTM dan dicampurkan dengan
Saccharum lactis, obat yang kedua adalah Ambroxol yang juga dicampurkan dengan
Saccharum lactis. Tujuan dicampur Saccharum lactis adalah agar obat mencapai
berat dosis ideal puyer. Obat yang terakhir digerus adalah Paracetamol.

b. Saran
Saran saya untuk melakukan praktikum ini adalah perhatikan kebersihan dan
kesterilan dari lumpang dan alu yang akan digunakan sehingga obat yang dihasilkan
bisa terjamin mutu, kualitas serta kebersihannya. Gunakanlah timbangan agar berat
dari obat bisa diketahui secara pasti dan tidak kurang atau lebih dari dosis yang
diminta. Perhatikan juga tempat penyimpanan dari kapsul dan pemberian etiket obat.
Disarankan untuk teliti dan hati-hati saat mengisi obat ke dalam badan kapsul
sehingga obat yang terisi di dalam kapsul sesuai dengan dosis yang diminta.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen,POM.1967. Farmakope Indonesia Edisi III. Kementrian Kesehatan RI: Jakarta

Ditjen,POM.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Kementrian Kesehatan RI: Jakarta

http://repositori.kemdikbud.go.id/10431/1/DASAR-
DASAR%20KEFARMASIAN%202.pdf (diakses pada 9 April 2021)

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Praktikum-
Farmestika-Dasar-Farmasi-Komprehensif.pdf (diakses pada 9 April 2021)

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Farmestika-
Komprehensif.pdf (diakses pada 9 April 2021)

Anda mungkin juga menyukai