Anda di halaman 1dari 19

1

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR

PULV DAN KAPSUL

NAMA : MAULIDA HASANAH

NIM : 1811102415066

KELAS :A

KELOMPOK :1

DOSEN PENGAMPU : SINTA RATNA DEWI, S.Farm, M.Si, Apt

FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2018
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. JUDUL
Resep Pulv dan Kapsul
B. TUJUAN
Tujuan pembuatan resep ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara pembuatan, penggolongan, perhituan hingga
cara pembuatan obat sesuai resep
2. Agar mahasiswa mampu dan mengerti membuat sediaan obat dengan
baik dan benar
3. Agar mahasiswa mengetahui cara pemakaian obat sesuai dengan resep
dokter
3

BAB II

DASAR TEORI

DEFINISI KAPSUL

Dalam ilmu farmasi, sediaan kapsul dapat diartikan sebagai campuran


homogen dua atau lebih bahan obat yang telah dihaluskan Kapsul adalah sediaan
padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut yang
mempunyai ukuran 0,1- 10.000 μ. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi
dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Anief, M., 1996).

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, Kapsul adalah sediaan padat yang
terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang
umumnya terbuat dari gelatin, bisa juga dari pati atau bahan lain yang sesuai
(Anonim,1995).

Macam-macam jenis Kapsul (Anief, M., 1996):

Berdasarkan bentuknya kapsul dalam farmasi dibedakan menjadi dua yaitu


kapsul keras (capsulae durae, hard capsul ) dan kapsul lunak (capsulae molles, soft
capsul).

Perbedaan kapsul keras dan kapsul lunak :

KAPSUL KERAS KAPSUL LUNAK

terdiri atas tubuh dan tutup satu kesatuan

tersedia dalam bentuk kosong selalu sudah terisi

isi biasanya padat, dapat juga cair isi biasanya cair, dapat juga padat

cara pakai per oral bisa oral, vaginal, rectal, topikal

bentuk hanya satu macam bentuknya bermacam - macam


4

a. Kapsul cangkang keras (capsulae durae, hard capsul)


contoh : kapsul tetrasiklin, kapsul kloramfenikol dan kapsul
Sianokobalamin
b. Kapsul cangkang lunak (capsulae molles, soft capsule)
contoh : kapsul minyak ikan dan kapsul vitamin

Berdasarkan ukuran, Ketepatan dan kecepatan memilih ukuran kapsul


tergantung dari pengalaman. Biasanya dikerjakan secara eksperimental dan
sebagai gambaran hubungan jumlah obat dengan ukuran kapsul dapat dilihat dalam
tabel dibawah ini (Anief, M., 1996).

No. Ukuran Asetosal Natrium Bikarbonat NBB


(dalam gram)
(alam gram) (dalam gram)

000 1 1,4 1,7

00 0,6 0,9 1,2

0 0,5 0,7 0,9

1 0,3 0,5 0,6

2 0,25 0,4 0,5

3 0,2 0,3 0,4

4 0,15 0,25 0,25

5 0,1 0,12 0,12


5

Komponen kapsul (Anief, M., 1996):

a. Zat aktif obat


b. Cangkang kapsul
c. Zat tambahan

Keuntungan bentuk sediaan kapsul (Anief, M., 1996):

a. Bentuk menarik dan praktis


b. Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang
enak.
c. Mudah ditelan dan cepat hancur /larut didalam perut, sehingga bahan cepat
segera diabsorbsi (diserap) usus.
d. Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dari bermacam-macam
bahan obat dan dengan dosis yang berbeda-beda menurut kebutuhan
seorang pasien.
e. Kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan bahan penolong seperti
pada pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi absorbsi
bahan obatnya.

Kerugian bentuk sediaan kapsul (Anief, M., 1996):

a. Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori cangkang tidak
menahan penguapan
b. Tidak untuk zat-zat yang higroskopis
c. Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul
d. Tidak untuk Balita
e. Tidak bisa dibagi ( misal ½ kapsul)
6

Cara Pengisian Kapsul (Anief, M., 1996):

Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat bukan mesin,
dan dengan alat mesin :

a. Dengan tangan
Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa
bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotik untuk melayani resep
dokter. Pada pengisian dengan cara ini sebaiknya digunakan sarung tangan
untuk mencegah alergi yang mungkin timbul karena petugas tidak tahan
terhadap obat tersebut. Untuk memasukkan obat dapat dilakukan dengan
cara serbuk dibagi sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap
bagian serbuk dimasukkan kedalam badan kapsul dan ditutup.
b. Dengan alat bukan mesin
Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan
manusia. Dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih
seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat
dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu
bagian yang tetap dan bagian yang bergerak.

Caranya :

1) Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang dari bagian
alat yang tidak bergerak.
2) Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan /ditaburkan
pada permukaan kemudian diratakan dengan kertas film.
3) Kapsul ditutup dengan cara merapatkan/menggerakkan bagian yang
bergerak. Dengan cara demikian semua kapsul akan tertutup.
c. Dengan alat mesin
Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi kapsul secara
besar-besaran dan untuk menjaga keseragaman dari kapsul tersebut , perlu
dipergunakan alat yang serba otomatis mulai dari membuka, mengisi
sampai dengan menutup kapsul. Dengan cara ini dapat diproduksi kapsul
7

dengan jumlah besar dan memerlukan tenaga sedikit serta keseragamannya


lebih terjamin.

Cara penutupan kapsul (Anief, M., 1996):

Penutupan kapsul yang berisi serbuk dapat dilakukan dengan cara yang
biasa yakni menutupkan bagian tutup kedalam badan kapsul tanpa penambahan
bahan perekat. Penutupan cangkang kapsul dapat juga dilakukan dengan
pemanasan langsung, menggunakan energi ultrasonik atau pelekatan menggunakan
cairan campuran air – alkohol.

Cara Membersihkan Kapsul (Anief, M., 1996):

Caranya letakkan kapsul diatas sepotong kain (linnen,wol ) kemudian


digosok-gosokkan sampai bersih.

Pengisian Cairan ke Dalam Kapsul Keras (Anief, M., 1996):

a. Zat-zat setengah cair/cairan kental


Misalnya ekstrak-ekstrak kental dalam jumlah kecil dapat dikapsul
sebagai serbuk sesudah dikeringkan dengan bahan-bahan inert, tetapi kalau
jumlahnya banyak yang jika dikeringkan membutuhkan terlalu banyak
bahan inert, maka dapat dibuat seperti masa pil dan dipotong-potong
sebanyak yang diperlukan, baru dimasukkan kedalam cangkang kapsul
keras dan direkat.
b. Cairan-cairan
Untuk cairan-cairan seperti minyak-minyak lemak dan cairan lain
yang tidak melarutkan gelatinnya (bahan pembuat cangkang kapsul) dapat
langsung dimasukkan dengan pipet yang telah ditara.Sesudah itu tutup
kapsul harus ditutup (di seal) supaya cairan yang ada didalamnya tidak
bocor atau keluar.
Untuk cairan-cairan seperti minyak menguap , kreosot atau alkohol
yang akan bereaksi dengan gelatinnya hingga rusak/meleleh , harus
8

diencerkan terlebih dahulu dengan minyak lemak sampai kadarnya dibawah


40 %.Sebelum dimasukkan kedalam kapsul. Kapsul diletakkan dalam posisi
berdiri pada sebuah kotak, kemudian cairan kita teteskan dengan pipet yang
sudah ditara dengan tegak lurus, setetah itu tutup.

Faktor – Faktor yang Merusak Cangkang Kapsul

Cangkang kapsul dapat rusak jika kapsul tersebut (Anief, M., 1996):

a. Mengandung zat-zat yang mudah mencair ( higroskopis)


Zat ini tidak hanya menghisap lembab udara tetapi juga akan
menyerap air dari kapsulnya sendiri hingga menjadi rapuh dan mudah
pecah. Penambahan lactosa atau amylum (bahan inert netral) akan
menghambat proses ini. Contohnya kapsul yang mengandung KI, NaI,
NaNO2 dan sebagainya.
b. Mengandung campuran eutecticum
Zat yang dicampur akan memiliki titik lebur lebih rendah daripada
titik lebur semula, sehingga menyebabkan kapsul rusak/lembek. Contohnya
kapsul yang mengandung Asetosal dengan Hexamin atau Camphor dengan
menthol. Hal ini dapat dihambat dengan mencampur masing-masing dengan
bahan inert baru keduanya dicampur.
c. Mengandung minyak menguap, kreosot dan alkohol.
d. Penyimpanan yang salah
Di tempat lembab, cangkang menjadi lunak dan lengket serta sukar
dibuka karena kapsul tersebut menghisap air dari udara yang lembab
tersebut. Di tempat terlalu kering, kapsul akan kehilangan air sehingga
menjadi rapuh dan mudah pecah.

Mengingat sifat kapsul tersebut maka sebaiknya kapsul disimpan (Anief, M.,
1996):

a. dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin kering


b. dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi silika (pengering)
9

c. dalam wadah plastik yang diberi pengering


d. dalam blitser / strip alufoil

Syarat – Syarat Kapsul (Anief, M., 1996):

a. Keseragaman Bobot
Menurut FI. III, dibagi menjadi dua kelompok , yaitu :
1) Kapsul berisi obat kering
2) Kapsul berisi obat cair atau pasta
b. Waktu Hancur
c. Keseragaman Sediaan
d. Uji Disolusi
10

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. RESEP
dr. Candy lou
Dum : 720/DKK/III/2016
JL.Sambutan 20 Samarinda

Samarinda, 13 feb 2015


R/ Codein HCL 0,015
Bisolvon 0,001
PCT 0,25
Pehaclor 0,002
m.f.caps.dtd.No.X
s.1-0-1.pulv I
Pro : Angga (10 tahun)
Alamat : JL.Biawan 10 Samarinda

B. RESEP STANDAR : -
C. KELENGKAPAN RESEP :
a. Tidak ada paraf Dokter (subscriptio)
Usulan : diminta paraf Dokter
b. Tidak ada alamat pasien
Usulan : diminta alamat pasien
D. TERJEMAHAN LATIN
R/ : recipe : Ambillah
m : misce : Campur
f : fac : dibuat
cap : capsulae : kapsul
S : signa : tandai
1-0-1: mane et verspere : pagi dan malam
11

Pulv : pulveres : serbuk terbagi


No : nomero : sebanyak
X : desem : sepuluh
E. PENGGOLONGAN OBAT
a. Codein HCL : Narkotika
b. Bisolvon : obat bebas terbatas
c. Pct : obat bebas
d. Pehaclor : obat keras
F. URAIAN BAHAN
a. Codein HCL (Anonim,1979)
1) Sinonim : Chlotrimeton, chlorpheniramini amleas, CTM
2) Khasiat : antihistamine
3) Pemerian : putih, tidak berbau, rasa agak pahit
4) Kelarutan : larut dalam 4 bagian dan 10 bagian etanol
b. Bisolvon (Anonim,1979)
1) Sinonim : prednison
2) Khasiat : antihistamine
3) Pemerian : putih, tidak berbau, rasa agak pahit
4) Kelarutan : larut dalam 4 bagian air dan 10 bagian etanol (95%)
c. Paracetamol (Anonim,1979)
1) Sinonim : acetaminophen
2) Khasiat : analgetik, antipiretik
3) Pemerian : serbuk hablur, putih atau hampir putih, berbau, rasa agak
pahit
4) Kelarutan : larut dalam 7 bagian air dan 10 bagian etanol
d. Pehaclor (Anonim,1979)
1) Sinonim : perednison
2) Khasiat : antihiplamasi
3) Pemerian : serbuk hablur, putih
4) Kelarutan : sangat sukar larut dalam air
12

G. PERHITUNGAN DOSIS :
Codein (60 mg/300 mg)
10
DM 1 kali = 20 × 60 𝑚𝑔 = 70 𝑚𝑔
10
1 hari = 20 × 300 𝑚𝑔 = 150 mg

DP 1 kali = 0,015 g = 15 mg
1 hari = 15 mg × 2 = 30 mg
15 𝑚𝑔
% 1 kali = 30 𝑚𝑔 × 100% = 50%
30 𝑚𝑔
1 hari = 150 𝑚𝑔 × 100% = 20%

Pehaclor (-/40)
10
DM × 40 𝑚𝑔 = 20 𝑚𝑔
20

1 kali = 0,002 g = 2 mg
= 2 × 2 = 4 mg
H. PENIMBANGAN BAHAN
150 𝑚𝑔
a. Codein : 15 mg × 10 = = 5 𝑡𝑎𝑏
30 𝑚𝑔

b. Bisolvon : 1 × 10 = 10 mg
2500 𝑚𝑔
c. PCT : 250 × 10 = = 5 𝑡𝑎𝑏
500 𝑚𝑔
20 𝑚𝑔
d. Pehaclor : 2 mg × 10 = 4 𝑚𝑔
= 5 𝑡𝑎𝑏

I. CARA KERJA
a. Disetarakan timbangan
b. Disiapkan alat dan bahan
c. Diambil Bisolvon 2 tablet, 1 tablet dilakukan pengenceran,dimasukkan
ke dalam mortir, gerus ad halus kemudian sisihkan
d. Ambil codein HCL 8 tablet, 1 tablet dibuat pengenceran, dimasukkan
kedalam mortir gerus ad halus
e. Dimasukkan Bisolvon yang sudah diencerkan dan digerus kedalam
mortir gerus ad homogen dan halus
f. Ambil pehaclor 5 tablet dimasukkan kedalam mortir gerus ad homogen
dan halus
13

g. Keluarkan serbuk dari dalam mortir


h. Siapkan 10 kertas perkamen dan 10 kapsul
i. Dibagi secara visual sama rata,dimasukkan serbuk kedalam kapsul
j. Dimasukkan kapsul kedalam plastik klip
k. Beri etiket putih
l. Serahkan kepada pasien dan diberi informasi obat
J. PENANDAAN

APOTEK AR-RAHMAN
JL.IR.Juanda,Samarinda
APA : Maulida Hasanah S.Farm.,Apt
SIPA :14/DKK/V/2018
No. 2 Tgl. 11 Desember 2018

Angga

2 X Sehari 1 Kapsul

Sesudah makan

Semoga lekas sembuh


Indikasi : Batuk

TIDAK BOLEH DIULANG


TANPA RESEP DOKTER

Codein HCL : Narkotika

Bisolvon : obat bebas terbatas

Pct : obat bebas

Pehaclor : obat keras

K. KIE
Nama Pasien : Angga
Indikasi : Batuk
Aturan Pakai : 2× sehari 1 bungkus kapsul, pagi dan malam sesudah makan
Efek Samping : Mengantuk
Penyimpanan : simpan ditempat yang bersih dan tidak lembab
14

BAB IV
PEMBAHASAN

Saya tidak mengikuti Praktikum

R/ Acetaminophen 600 mg
Luminal 0,30
SL 200 mg
m.f.pulv No.VI
Azka (5 tahun)

DM Luminal (300 mg/600 mg)

5
1 kali = 5+12 × 300 𝑚𝑔 = 88,2 𝑚𝑔

5
1 hari = 5+12 × 600 𝑚𝑔 = 176,4 𝑚𝑔

300 𝑚𝑔
DP 1 kali = = 50 𝑚𝑔
6

1 hari = 50 mg × 2 = 100 mg

50 𝑚𝑔
% dosis 1 kali = 88,2 𝑚𝑔 × 100% = 56,6%

100 𝑚𝑔
1 hari = 176,4 𝑚𝑔 × 100% = 56,8%

Diusulkan Penurunan Dosis 0,30 g menjadi 0,25 g

DM Luminal (300 mg/600 mg)

5
DM 1 kali = 5+12 × 300 𝑚𝑔 = 88,2 𝑚𝑔

5
1 hari = 5+12 × 600 𝑚𝑔 = 176,4 𝑚𝑔

250 𝑚𝑔
DP 1 kali = = 41,6 𝑚𝑔
6
15

1 hari = 41,6 mg × 2 = 83,2 mg

41,2 𝑚𝑔
% dosis 1 kali = 88,2 𝑚𝑔 × 100% = 46,7%

83,2 𝑚𝑔
1 hari = 176,4 𝑚𝑔 × 100% = 47,1%

R/ Codein 0,050
Bisolvon 0,002
Pehaclor 0,003
m.f.cap.dtd.No.X
S.2.dd.I

DM CODEIN (60 mg/300 mg)

8
1 kali = 20 × 60 𝑚𝑔 = 24 𝑚𝑔

8
1 hari = 20 × 300 𝑚𝑔 = 120 𝑚𝑔

DP 1 kali = 0,010 g = 10 mg

1 hari = 10 mg × 2 = 20 mg

10 𝑚𝑔
% dosis 1 kali = 24 𝑚𝑔 × 100% = 41,6%

20 𝑚𝑔
1 hari = 120 𝑚𝑔 × 100% = 16,6%

DM PEHACLOR (-/40 mg)

1 kali = -

8
1 hari = 20 × 40 𝑚𝑔 = 16 𝑚𝑔

DP 1 kali = 0,003 g = 3 mg

1 hari = 3 mg × 2 = 6 mg
16

% dosis 1 kali = -

6 𝑚𝑔
1 hari = 16 𝑚𝑔 × 100% = 37,5%

pada resep ini akan dibuat sediaan berbentuk kapsul yang berisi Codein
HCL berkhasiat sebagai antitusif dan termasuk kedalam obat narkotika sehingga
pembuatannya tidak boleh diulang tanpa resep dokter an bila ingin menebus
obatnya harus kembali berobat kepada dokter yang bersangkutan, Bisolvon sebagai
batuk berdahak (ekspektoran), PCT berkhasiat antipiretik, analgetik dan pehaclor
yang berisi CTM yang berkhasiat sebagai anti histamin tapi ketika dikombinasikan
dengan obat batuk akan berkhasiat sebagai obat pilek.

Codein yang diambil adalah sebanyak 7,5 tablet atau dibulatkan menjadi 8
tablet karena sediaan yang ada dilaboratorium adalah 20 mg jadi dilakukanlah
pengenceran, lalu dilakukan pengenceran tablet dengan menggunakan 1 tablet
pertama-tama timbang tablet terlebih dahulu setelah itu SL dipakai untuk
pengenceran adalah sampai 200 mg. Setelah itu tablet dimasukkan ke dalam mortir
dan gerus hingga halus, masukkan SL kedalam mortir gerus sampai homogen lalu
dikeluarkan dari mortir dan timbang sebanyak 100 mg, sisa dari pengenceran
dibungkus dan diberi kepada pengawas praktikum. Lalu untuk bisolvon yang kita
ambil sebanyak 1,25 tablet dibulatkan menjadi 2 tablet,dilakukan kembali
pengenceran tablet dengan menggunakan 1 tablet, ditimbang tablet lalu
ditambahkan SL sampai 200 mg, setelah itu dimasukkan 1 tablet tadi kedalam
mortir gerus hingga halus masukkan SL kedalam mortir gerus hingga sampai
homogen, dikeluarkan dari mortir dan timbang sebanyak 100 mg sisa dari
pengenceran dibungkus dan diberikan kepada pengawas praktikum.

Dimasukkan codein 7 tablet kedalam mortir gerus sampai halus, lalu


ditambahkan pengenceran dari codein tadi digerus sampai halus dan
homogen.kemudian masukkan pehaclor sebanyak 5 tablet kedalam mortir gerus
hingga halus dan homogen dengan bahan-bahan yang lain. Terakhir masukkan PCT
5 tablet kedalam mortir gerus sampai homogen dan halus, dikeluarkan semua bahan
17

dari mortir dan diletakkan diatas perkamen. Kemudian siapkan 10 kertas perkamen
serta kapsul, dibagi sama rata dan dimasukkan serbuk kedalam kapsul
menggunakan tangan, setelah semua kapsul terisi bersihkan kapsul menggunakan
kasa lalu masukkan kedalam plastik klip dan beri etiket putih dan beri aturan pakai.
Serahkan kepada pasien dan beri KIE obat tentang cara penyimpanan obat, efek
samping, indikasi, serta aturan pakai obat tersebut.
18

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat kita simpulkan dalam resep ini merupakan sediaan serbuk
yang berkhasiat sebagai pereda demam, batuk, dan pilek.
Penggunaannya 3 kali sehari satu kapsul sesudah makan pada pagi dan
malam hari, dalam penggunaannya diharapkan agar pasien tidak sedang
melakukan aktifitas yang berat seperti mengendarai motor atau aktifitas
yang dilakukan sendiri dikarenakan dalam kandungan obat ini
yang menyebabkan Kantuk. Simpanlah ditempat yang sejuk dan kering.
B. SARAN
Praktikan diharapkan lebih cepat melakukan proses pembuatan
resep , mengetahui dan memahami dasar-dasar pembuatan kapsul serta
melakukan pengerjaan dengan lebih baik dan teliti.
19

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 1996, Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek, Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai