Anda di halaman 1dari 18

JURNAL PRAKTIKUM

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN


SEMI PADAT STERIL DAN NONSTERIL
SUPPOSITORIA PARACETAMOL

Koordinator Praktikum :
Desy SiskaAnastasia,M.Si.,Apt

NIP. 198912102019032014

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK / KELAS : 6 / A1
ANGGOTA : Siti Nurhayati (I1021211004)
Rizky Rasiqah (I1021211028)
Tiara Dhalia (I1021211079)
Shinta Nopalia (I1021211091)
Rizki Fadri (I1021211103)

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

PROGRAM STUDI FARMASI


BADAN PENGELOLA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
BAB 1

LATAR BELAKANG

Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut
pada suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat,
sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar
supositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak
nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul dan ester
asam lemak polietilen glikol. Bahan dasar supositoria yang digunakan sangat
berpengaruh pada pelepasan zat terapetik. Lemak coklat cepat meleleh pada suhu
tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan tubuh, oleh karena itu menghambat difusi
obat yang larut dalam lemak pada tempat yang diobati (Farmakope VI).

Parasetamol merupakan obat analgesik non narkotik dengan cara kerja


menghambat sintesis prostaglandin terutama di sistem syaraf pusat (SSP). Analgesik
adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan atau menekan rasa nyeri,
tanpa memiliki kerja anestesi umum. Parasetamol merupakan derifat asetanilida yang
digunakan sebagai analgetik antipiretik. Parasetamol sebagai obat golongan analgetik-
antipiretik yang pada saat ini banyak digunakan oleh masyarakat. Parasetamol dianggap
sebagai zat antinyeri yang paling aman.

Berdasarkan uraian diatas,maka dibuat formulasi sediaan suppositoria


paracetamol menggunakan bahan aktif paracetamol dengan basis oleum cacao 95%
dan cera alba 5%, Setelah melaksanakan praktikum ini,diharapkan praktikan dapat
memahami dan memformulasikan suppositoria paracetamol.
BAB II
PREFORMULASI ZAT AKTIF

● Parasetamol
Struktur kimia

(Kemenkes, 2020)

Rumus molekul C8H9NO2 (Kemenkes, 2020)

Nama kimia N-(4-hydroxyphenyl)acetamide (Pubchem, 2020)

Sinonim (4-Acetamidophenol (Pubchem, 2020)

Berat molekul 151.16 (Kemenkes, 2020)

Pemerian Serbuk halus, putih, tidak berbau,rasa pahit (Kemenkes, 2020)

Kelarutan Agak larut dalam air dingin, lebih mudah larut dalam air panas, larut
dalam alkohol, metanol, etanol aseton, pentane, benzene (Pubchem,
2021).

pH larutan 5,5-6.5 (Pubchem, 2021)

PKa -4.4 (Pubchem, 2021)


Titik lebur 169-170.5 (Pubchem, 2021)
Bobot jenis 1.293 at 70 °F
KD pK = 9,05-9.5

Stabilitas Stabil pada suhu 45C, kontaminasi dengan par-amonophenol dan


kondisi lembab menyebakan hidrolisis pada pH 5-7 menjadi para
● Panas amonophenol dengan hasil degradasi dan diskolorsi. Agak sensitif
● Hidrolisis terhadap cahaya dan degradasi dikatalis dengan asam atau bas,
/oksidasi stabil terhadap oksidasi
● Cahaya
Kegunaan Analgesik dan antipiretik (Kemenkes, 1979)

Inkompatibilitas Inkompatibilitas teradap permukaan nilai dan rayon

Wadah dan Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat yang
penyimpanan sejuk dan kering
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : asam

Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : suspensi


(krim/salep) : supositoria

Kemasan : botol wadah tertutup rapat, berwarna coklat, tahan terhadap cahaya
BAB III

PENDEKATAN FORMULA

No Bahan Jumlah Fungsi/ alat penambahan


bahan

1 Parasetamol 125 mg Zat aktif, alasan penambahan


sebagai analgesik- antipiretik

2 Oleum cacao 95% Sebagai basis


3 Cera alba 5% Sebagai basis
BAB IV

PREFORMULASI EKSIPIENT

● Oleum Cacao (Hope 6th edition page 725)


Fungsi Basis lemak

Pemerian Padat kekuningan atau putih, rapuh dengan sedikit bau coklat.

Kelarutan Larut bebas dalam kloroform, eter, dan semangat minyak bumi;
larut etanol ,mendidih; sedikit larut dalam etanol.

Persentase yang 95%


digunakan
Stabilitas Pemanas minyak theobroma hingga lebih dari 36 C selama
pembuatan yang cukup berarti dari titik pemadatan karena
● Panas pembentukan keadaan menstabil; ini dapat menyebabkan kesulitan
● Hidrolisis dalam pengaturan suppositoria.
/oksidasi
● Cahaya
Inkompatibilitas Terjadi reaksi kimia antara basis lemak suppositoria dan jarang
pada obat yang sama tetapi beberapa potensial, untuk beberapa
indikasi. Reaksi besarnya pada mulai basis hidrofil.

Alasan pemilihan eksipien : merupakan basis suppositoria yang paling banyak digunakan
karena memenuhi persyaratan sebagai basis ideal, diantaranya
tidak berbahaya, lunak, tidak relatif, serta meleleh pada
temperatur tubuh.

Cara Sterilisasi : -

Kemasan : Harus disimpan wadah tertutup rapat.


● Cera Alba (Hope 6th edition page 779)
Fungsi Basis

Pemerian Padatan yang terdiri dari lembaran berwarna putih atau agak
kuning; tidak berasa; butiran halus dengan sedikit tembus cahaya,
baunya mirip dengan care falava, tetapi kurang kuat

Kelarutan Larut dalam kloroform, eter, minyak tetap, minyak atsiri, dan
karbon disulfida hangat; sedikit larut dalam etanol (95%); praktis
tidak larut dalam air.

Persentase yang 5%
digunakan
Stabilitas Ketika care alba dipanaskan diatas 150ºC, esterifikasi terjadi
dengan konsekuensi penurunan nilai asam dan peningkatan titik
● Panas leleh
● Hidrolisis
/oksidasi
● Cahaya
Inkompatibilitas Tidak sesuai dengan oksidator

Alasan pemilihan eksipien : karena dapat meningkatkan suhu lebur suppositoria dalam
basis oleum cacao. Serta memperbaiki sifat polimorf oleum
cacao agar sediaan suppositoria stabil secara fisik dan tidak
terlalu lunak

Cara Sterilisasi : -

Kemasan : Dalam wadah tertutup rapat dan baik


BAB V

PERHITUNGAN

1. Total suppositoria yang dibuat = 7 buah


2. Bobot suppositoria = 2 gram x 7 = 14 garm
3. Total paracetamol = 0,125 g x 7 = 0,875
4. Nilai tukar paracetamol = 0,875 garm x 1,5 = 1,3125 gram
5. Total basis = 14 gram- 1,3125 = 12,6875 gram
6. Oleum Cacao = 12,6875 gram x 95%
= 12 gram

7. Care Alba = 12,6875 gram x 5%


= 0,63 gram
BAB VI

PROSEDUR PEMBUATAN

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Dileburkan cera alba diatas penangas pada suhu 65⁰C hingga melebur

Ditambahkan 2/3 bagian dar oleum cacao

Setelah melebur diangkat dari penangas dan ditambahkan paracetamol

Ditambahkan sisa oleum cacao yang sudah dihaluskan , lalu tuang ke dalam cetakan

Dimasukka ke dalam lemari pendingin

Setelah memadat, dikeluarkan dari cetakan lalu ditimbang

Bungkus sediaan ke dalam aluminium foil serta dikemas dalam kotak

Dilakukan evaluasi sediaan


BAB VII
EVALUASI SEDIAAN
1. Uji Organoleptis a.Organoleptis
Tiga dari setiap formula suppositoria disebelah secara vertical dan
horizontal kemudian diamati secara visual pada bagian internal dan eksternal
untuk melihat tekstur, bentuk, dan warnanya.

2. Uji Keseragaman Bobot

Suppositoria ditimbang sebanyak 5 buah lalu ditentukan bobot rata-


ratanya. Persyaratan uji keseragaman bobot ini mengacu pada persyaratan uji
keseragaman tablet yitu jika ditimbang satu persatu tidak boleh lebih dari 2
suppositoria yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya
lebih dari harga yang ditetapkan kolom A (5%) dan tidak satu suppositoria yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan di
kolom B (10%).

3. Uji Titik Lebur

Uji menggunakan alat uji titik lebur “STUART”.

4. Uji Waktu Leleh

Suppositoria dimasukkan dalam sangkar berebntuk spiral gelas, sangkar


spiral tersebut dimasukkan pada pipa penguji lalu ditempatkan dalam sebuah
mantel gelas yang dialiri air bersuhu tetap 37ºC, air masuk ke dalam pipa
penguji. Proses dihitung dari suppositoria mulai dimasukkan ke dalam gelas
mantel gelas yang dialiri air bersuhu tetap 37ºC sampai meleleh tanpa sisa.

5. Uji Kekerasan

Suppositoria diuji menggunakan alat uji kekerasan suppositoria yang


dberikan beban 600 g pada alat uji sebagai masa dan pada saat yang sama
stopwatch dijalankan. Setiap interval 1 menit beban ditabahkan 200 g selama
suppositoria belum hancur. Stopwatch dihentikan bla suppositoria sudah hancur
(beban telah sampai pada batas yang ditentukan). Beban maksimal yang ada
dalam alat adalah 1600.
BAB VIII

HASIL DAN PEMBAHASAN

VIII.1. Hasil

No Perlakuaan Pengamatan
1. Disiapkan alat dan bahan Alat dan bahan telah disiapkan seperti :
Alat
 Timbangan analitik
 kertas perkamen
 cetakan suppositoria
 cawan porselin
 kaca arloji
 beaker glass
 sendok taduk
 sudip
 gelas ukur
 batang pengaduk
 kotak obat dan botol obat kaca
Bahan
 Paracetamol
 Oleum cacao
 Cera alba
2. Dileburkan cera alba dan oleum ccao Cera alba dan oleum cacao melebur hingga
diatas penangas air pada suhu 65⁰ menjadi cairan dan dilakukan pengadukan
hingga melebur dengan hati-hati
3. Diangkat dari penangas air dan Paracetamol homogen dengan basisnya,
ditambahkan paracetamol, homogenkan perlu dilakukan dengan waktu sesingkat
mingkin agar basis tidak memadat
4. Dimasukkan dalam cetakan Cetakan hanya terisi penuh 4 cetak
suppositoria
5. Dimasukkan dalam lemari pendingin. Hasil penimbanga n
Kemudian ditimbang 1. 2,3354 g
2. 3,3081 g
3. 3,2862 g
4. 3,3299 g
Rata rata = 3,0649 g
6. Dibungkus sediaan dalam aluminium sediaan suppo telah siap
foil serta dikemas dalam kotak
VIII.2. Pembahasan

Suppositoria merupakan sediaan padat yang digunakan melalui dubur.


Umunya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak, atau meleleh pada suhu
tubuh. Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau meleleh
pada suhu tubuh. Sediaan suppositoria pada praktikum kai ini menggunakan
zat aktif paracetamol yang memiliki efek antipiretik. Suppositoria memiliki
beberapa kauntungan yaitu dapat meghindari terjadinya iritasi lambung, dapat
menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung dan
serta baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar (Syamsuri, 2007).

Suppositoria paracetamol memungkinkan absorpsi yang tepat


dibandingkan dengan pemberian oral karena sediaan suppositoria akan
langsung diabsorpsi oleh membran mukosa rektal manuju sistem sistemik
tanpa mengalami metabolisme oleh sistem hepatik sehingga memberikan efek
terapi yang tepat.

Pada pembuatan suppositoria menggunakan 2 macam basis umum yang


digunakan yaitu basis berlemak/berminyak dengan bahan oleum cacao dan
cera alba sebagai basis larut dalam air. Basis suppositoria adalah basis yang
selalu padat pada suhu ruangan tetapi akan melunak atau melebur dengan
mudah pada suhu tubuh sehingga obat yang dikandungnya dapat sepenuhnya
lepas dari basisnya setelah dimasukkan dan memberikan efek. Efek ini dapat
berupa efek local maupun sistemik. Secara teori titik lebur cokelat 30⁰C -
36⁰C dan cera alba 62⁰C-64⁰C gabungan dari kedua bahan tersebut ini akan
menaikkan titik lebur dari lemak cokelat sehingga dengan perbandingan
tertentu dapat melebur pada suhu tubuh 37⁰C. Dengan demikian konsentrasi
cera alba berpengaruh terhadap kenaikan titik lebur dari suppositoria basis
lemak cokelat.

Lemak cokelat pada suhu kamar kekuning-kuningan putih sedikit


redup. Berbau seperti cokelat. Secara kimia adalah trigliserida, lemak cokelat
meleleh antara 30-36⁰C merupakan basis suppositoria ideal yang dapat
melumer pada suhu tubuh dan tetap padat pada suhu kamar. Cera alba
digunakan untuk menyesuaikan titik peleburan suppositoria, digunakan dalam
sistem pelepasan terkontrol. Pada suhu leleh kurag dari 30⁰C larut sempurna
dalam benzene dan karbon disulfide.

Pada praktikum kali ini metode yang digunakan untuk membuat


suppositoria adalah metode catak tuang. Metode ini sering digunakan pada
pembuatan suppositoria baik skala kecil maupun skala industri. Cetakan yang
digunakan biasanya dipisahkan dalam sekat-sekat umumnya dapat dibukan
secara membujur. Pada waktu leburan dituangkan cetakan ditutup dan dapat
dibukan lagi saat mengeluarkan suppositria yang tekah dingin.

Langkah kerja yang dilakukan yaitu penimbangan bahan, suppositoria


yang akan dibuat sebanyak 5 suppositoria, tetapi penimbangan bahan dibuat
untuk 7 suppo dengan pertimbangan bahan akan hilang selama proses
pembuatan. Penimbangan basis menggunakan nilai tukar paracetamol yaitu
1,5 dengan perhitungan 10 g - 0,875 g paracetamol x 1,5, sehingga basis yang
diambil 9,0625 g. Nilai tukar adalah bilangan yang menyatakan jumlah basis
yang digantikan oleh zat aktif, dikarenakan perbedaan berat jenis antara basis
danzat aktif. Nilai tukar ini berfungsi dalam mengatasi masalah apabila
oleum cacao yang akan menyusut pada saat dicetak.

Cera alba dileburkan di atas penangas air pada suhu 65⁰C hingga
melebur, kemudian ditambahkan lemak cokelat 2/3 bagian, setelah melebur
ditambahka paracetamol sambil diaduk hingga setelah homogen ditambahkan
sisa lemak cokelat yang sudah dihaluskan, lalu dituang ke dalam cetakan
yang sebelumnya telah diolesi parafin cair dengan tujuan untuk
mempermudahan pelepasan suppositoria dan tidak melekat pada cetakan,
penuangan leburan suppositoria ke dalam cetakan dilakukan dengan hati-hati
dan tidak terputus untuk mencegahte rbentuknya lubang-lubang akibat adanya
udara pada cetakan yang dapat mempengaruhi bobot suppositoria maupun
homogenitas dari suppositoria. leburan suppositoria yang dituang juga
diusahakan melebihi volume cetakan untuk mencegah penyusutan volume
suppositora dalam keadaan dinginlalu dimasukkan ke dalam lemari pendingin
setelah memadat dikeluarkan dari cetakan lalu ditimbang.

Peleburan lemak 2/3 bagian, lalu ditambahkan 1/3 bagian lemak cokelat
yang tidak dilebur atau dipanaskan. Hal ini, diharapkan agar tidak terjadi
peristiwa polimorfi dari lemak cokelat yang dapat membentuk kristal
metastabil. Jika lemak cokelat dilelehkan sebagian maka didapat titik leleh
suppositoria yang dapat meleleh pada suhu tubuh (tidak dapat meleleh pada
suhu kamar). Jika keadaan ini terjadi maka didapat suppositoria yang ideal.

Selama proses penambahan parasetamol dan 1/3 lemak cokelat suhu


tidak boleh kurang dari 31⁰C, karena apabila suhu pencampuran tersebut
kurang dari 31⁰C lemak cokelat akan membentuk masa yang padat sehingga
akan mempersulit proses penuangan ke dalam cetakan. Tetapi saat praktikum
berlangsung oleum cacao yang kami gunakan sulit untuk dihaluskan dan
penambahan sisa oleum cacao akan cepat memadatkan suppositoria, sehingga
dilakukan peleburan semua oleum cacao dan cera alba.

Dari formulasi 7 suppositoria yang terbentuk hanya 4 suppositoria. Hal


ini mungkin disebabkan karena tidak dilakukannya kalibrasi cetakan
sebelum pembuatan suppositoria dan kesalahan dalam perhitungan bahan.
Diamana kalibrasi ditujukan untuk mengetahui bobot dari suppositoria yang
terbentuk dari cetakan. hal tersebut dilakukan untuk menyesuaikan jumlah
bahan- bahan dengan cetakan yang tidak diketahui volumenya. Selanjutnya
suppositoria yang telah membeku dikeluarkan dari cetakan dan dibungkus
dengan aluminium foil. Pengemasan dengan aluminium foil diusahakan sesuai
dengan bentuk suppositoria karena bila selama penyimpanan suppositoria
sedikit meleleh maka bentuknya akan menyesuaikan dengan
bentuk wadahnya. Suppositoria disimpan dalam tempat dingin, kering dan
terlindung dari cahaya (Lachman et al, 2008)

.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. Farmakope Indonesia Edisi. 2020.
Lachman, L., H.A. Liberman, J.L. Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Jakarta: UI Press.
Rowe RC, Sheskey PJ, Quinn ME. Handbook of pharmaceutical excipients 6th ed.
2009; 1, 283, 441, 766.
Syamsuni. 2007. Ilmu Resep: :Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran : EGC
LAMPIRAN KEMASAN
LAMPIRAN FOTO

Anda mungkin juga menyukai