Anda di halaman 1dari 25

Suppositoria

KELOMPOK 1
Anggota kelompok :
JANATUL ANNISA K1A021007

VARELIA ANGELINA K1A021015

BAIQ NONA RUSDIANTI P. K1A021023

BUCHARY RAHMAN ASH SHIDDIQI K1A021025

JASMINE MAULIDA AZZAHRA K1A021033

LAILI FITRI K1A021035

NI LUH EKA SUDIAWATI PUTRI K1A021049

ACYUTA PRAMESTHI K1A021061

NORINA SHAUM PUTRI K1A021087

PUTRI ADINDA K1A021091

RAINA JULIA AMANDA K1A021093


OUTLINE

1. PREFORMULA 3. PROSEDUR
SI / PEMERIAN

2. RANCANGAN
FORMULA 4. EVALUASI
DAN
PERHITUNGA
N
1 2
1. PREFORMUL
ASI /
3 4
PEMERIAN
1. Paracetamol
● Nama resmi : Paracetamol
● Nama lain/sinonim : Acetaminophen
● Struktur : C8H9NO2
● BM : 151,16 g/mol
● Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit
● Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol 95% P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40
bagian gliserol P, dan dalam 9 bagian propilenglikol P, larut dalam larutan alkali hidroksida
● Titik leleh : 169°C - 172°C
● Stabilitas :
1. Terhidrolisis pada ph minimal 5-7
2. Stabil pada temperatur 450°C (dalam bentuk serbuk)
4
3. Dapat terdegradasi oleh quinominim dan terbentuk warna pink,coklat dan hitam
4. Relatif stabil terhadap oksidasi
5. Menyerap uap air dalam jumlah tidak signifikan pada suhu 250°C dan kelembaban 90%
● Inkompabilitas : Inkompatibilitas terhadap permukaan nilon dan rayon
● Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan terhindar dari cahaya
● Fungsi : Zat aktif
2. Oleum cacao
● Nama resmi : Oleum cacao
● Nama lain/sinonim : Lemak coka, cacao oleum, cacao butter, beurre de cacao
● BM : 950-1050 g/mol
● Pemerian : Lemak padat, bau khas aromatik, putih kekuningan, rasa khas lemak,
agak rapuh.
● Kelarutan : Sukar larut dalam etanol 95% P, mudah larut dalam kloroform P, dan
dalam eter minyak tanah P.
● Titik leleh : 30 – 360C (860F - 970F)
● Stabilitas : Melebur pada suhu
● Inkompabilitas : Inkompatible dengan zat oksidatif kuat. Inkompabilitas
4
suppositoria dipengaruhi oleh sifat bahan obat dan basisnya.
● Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
● Fungsi : Sebagai basis lemak
3. Cera Alba

● Pemerian: zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan, bau khas lemah, bebas bau tengik
● Kelarutan: praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%)p dingin, larut dalam kloroform p, dalam
eter hangat, dalam minyak lemak dan minyak atsiri
● Titik lebur: 62-64oC
● Stabilitas: pada suhu >150oC terjadi ester. akibat penurunan harga asam dan melting point
● Konsentrasi: 1-20%
● Kegunaan: zat pengeras (stiffening agent), basis minyak,stabilisator emulsi,peningkat konsentrasi krim
● OTT: oxidizing agent
● Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya
1 2
2.
RANCANGAN
3 4
FORMULA
DAN
PERHITUNGAN
Rancangan Formula

FORMULA SUPPOSITORIA 1 batch : 100 suppositoria

250 mg Tiap 3 gram suppositoria mengandung


Paracetamol
Paracetamol 250 mg
Cera alba 4%
Cera alba 4%
Oleum cacao ad to 3 gram
Oleum cacao ad to 3 gram
Perhitungan

Basis yang dibutuhkan Bobot suppo


= 2,83 g + 0,25 g
= 3,08 gram

Basis yang perlu ditimbang


= 3 gram – 0,166 gram
= 2,83 gram
Perhitungan

- Jumlah bahan yang dibutuhkan


1. Suppositoria
Berat suppositoria 1 bets = 2,83 gram x 100 = 283 gram
Dilebihkan 20% = 283 gram x 20% = 56,6 gram
Total = 283 gram + 56,6 gram = 339,6 gram
2. Paracetamol
Berat paracetamol 1 bets = 250 mg x 100 = 25000 = 25 g
Dilebihkan 20% = 25 g x 20% = 5 g
Total = 25 g + 5 g
= 30 g
Pharmacy Infographics

1. Cera alba
Berat cera alba per suppositoria = 4% x 2,83 gram
= 0,11 gram
Berat cera alba 1 bets = 0,11 g x 100 = 11 g
Dilebihkan 20% = 11 g x 20% = 2,2 g
Total berat cera alba = 2,2 g + 11 g = 13, 2 g
2. Oleum cacao
Total oleum cacao ` = 339,6 g – 13,2 g
= 326,4 g
1 2

3. PROSEDUR
3 4
Pembuatan Suppositoria
Pembuatan Suppositoria
1 2

4. EVALUASI
3 4
4. EVALUASI

UJI WAKTU
ORGANOLEPTIS
LELEH

UJI
KESERAGAMAN UJI KEKERASAN
BOBOT

UJI TITIK
LEBUR
4. EVALUASI
ORGANOLEPTIS

● Uji organoleptis dilakukan untuk mengetahui penampilan fisik suppositoria yang


dilakukan dengan mengamati bentuk, bau dan warna dari suppositoria. Hal ini bertujuan
untuk melihat apakah bahan pada sediaan terdistribusi merata keseluruh bagian
suppositoria (Nuryanti, dkk., 2016).
● Pengujian dilakukan dengan cara mengambil 3 suppositoria untuk selanjutnya dibelah
secara vertikal dan horizontal kemudian diamati secara visual pada bagian internal dan
eksternal untuk melihat tekstur, bentuk, dan warnanya (Nuryanti, dkk., 2016).
● Dimana suppositoria yang baik yaitu sediaan suppositoria memiliki warna yang merata
dan tidak terdapat penumpukkan zat aktif setelah suppositoria dibelah secara vertikal
maupun horizontal (ditandai dengan tidak adanya bintik - bintik putih), berbentuk runcing
seperti torpedo, dan kondisi permukaannya tidak terdapat retak dan lubang
(Permatasari, dkk., 2017).
4. EVALUASI
UJI KESERAGAMAN BOBOT
● Uji keseragaman bobot ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua suppositoria yang
dihasilkan mempunyai bobot seragam yang artinya masing-masing bobot suppositoria
tidak menyimpang dari bobot rata-ratanya (Nuryanti, dkk., 2016). Bobot suppositoria
yang seragam menunjukkan keseragaman zat aktif sehingga obat yang masuk kedalam
tubuh diharapkan memiliki dosis yang sesuai dengan keamanan terapi (Ulfa, dkk.,
2018).
● Pengujian ini dilakukan dengan menimbang sebanyak 20 buah suppositoria lalu dihitung
bobot rata-ratanya.
Pharmacy Infographics
● Persyaratan uji keseragaman bobot ini mengacu pada persyaratan uji
keseragaman bobot tablet yaitu jika ditimbang satu persatu tidak boleh lebih
dari 2 suppositoria yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom A (5%) dan tidak satu
suppositoria yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari
harga yang ditetapkan di kolom B (10%) (Depkes RI, 1979).
4. EVALUASI
UJI TITIK LEBUR

● Uji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sediaan
supositoria yang dibuat melebur dalam tubuh (Rusmin, 2020).
● Uji titik lebur menggunakan alat uji titik lebur "STUART" dan direplikasi sebanyak 3 kali.
Pembacaan suhu titik lebur yaitu ketika suppositoria dalam pipa kapiler berubah dari
padat menjadi cair pada pipa kapiler (Nuryanti, dkk., 2016).
● Menurut Breman (2009), kisaran nilai normal suhu tubuh pada rektal adalah 36,6°C -
37,9°C.
4. EVALUASI
UJI WAKTU LELEH

● Uji waktu leleh dilakukan untuk mengetahui berapa lamanya waktu suppositoria untuk
melarut di dalam tubuh (Nuryanti dkk, 2016).
● Persyaratan waktu leleh untuk basis lipofil yaitu tidak lebih dari 30 menit (Voight, 1995).
● Uji waktu leleh dilakukan dengan memasukkan suppositoria ke dalam sangkar
berbentuk spiral gelas, sangkar spiral tersebut dimasukkan pada pipa penguji lalu
ditempatkan dalam sebuah mantel gelas yang dialiri air bersuhu tetap 37°C, air masuk
kedalam pipa penguji (Nuryanti dkk, 2016).
● Proses dihitung dari suppositoria mulai dimasukkan ke dalam gelas mantel gelas yang
dialiri air bersuhu tetap 37°C sampai meleleh tanpa sisa (Nuryanti dkk, 2016).
4. EVALUASI
UJI KEKERASAN

● Uji kekerasan ini dilakukan untuk menguji seberapa keras suppositoria sehingga dapat bertahan
pada proses produksi, distribusi dan penyimpanan (Depkes RI, 1995).
● Suppositoria diuji menggunakan alat uji kekerasan suppositoria yang diberikan beban 600 g pada
alat uji sebagai masa dan pada saat yang sama stopwatch dijalankan. Setiap interval 1 menit
beban ditambahkan 200 g selama suppositoria belum hancur. Stopwatch dihentikan bila
suppositoria sudah hancur (Nuryanti dkk, 2016).
● Apabila suppositoria hancur pada detik antara 0-20 detik maka beban dianggap tidak ada, apabila
suppositoria hancur pada detik antara 21-40 detik maka beban tambahan dihitung setengahnya,
dan apabila suppositoria hancur pada detik antara 41 - 60 detik maka beban tambahan dihitung
penuh (Nuryanti dkk, 2016).
● Syarat kekerasan suppositoria dengan basis oleum cacao yang berkisar antara 1800 - 2000 gram
(Lachman, 1994).
DAFTAR PUSTAKA
1. Berman A. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb, Alih Bahasa Meiliya dkk. EGC : Jakarta.
2. Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta.
3. Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta.
4. Lachman, L., Liebermann, H.A. dan J.I. Kanig, (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Ketiga. UI Press,
Jakarta.
5. Nuryanti, dkk. 2016. Formulasi dan Evaluasi Suppositoria Ekstrak Terpurifikasi Daun Lidah Buaya (Aloe vera).
Jurnal Acta Pharmaciae Indonesia. 4(1) : 37-44.
6. Permatasari, dkk. 2017. Formulasi dan Evaluasi Dispersi Padat Ibuprofen dengan Dekstrosa sebagai Pembawa
dalam Sediaan Suppositoria. Jurnal Pharmaceutical Journal Of Indonesia. 2(2): 51–56.
7. Rusmin. 2020. Formulasi Dan Uji Stabilitas Sediaan Suppositoria Dengan Bahan Dasar Gelatin Tulang Ikan
Bandeng (Chanos Chanos). Jurnal Kesehatan Yamasi Makassar. 4(2) : 1-9.
8. Ulfa, A., M. Novita., Azzahra, D. (2018). Analisa Uji Kekerasan, Kerapuhan Dan Waktu Hancur Asam Mefenamat
Kaplet Salut Generik Dan Merek Dagang. Jurnal Farmasi Malahayati. 1(2) : 60-62.
9. Voight, R, 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi kelima, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
THANKYOU!

Anda mungkin juga menyukai