Anda di halaman 1dari 12

SEDIAAN SOLIDA

FORMULASI SEDIAAN TABLET MEGAMOL

Disusun oleh :

Fatimatun Nurul Ilma (2061B0011)

R. Moch. Tegar Sugardo (2061B0021)

Poppy Martha Lowra (2061B0034)

Dosen Pengampu :

Apt. Arif Wijayanto, S. Farm., M. Farm

Apt. Fidi Setyawan, M. Kes

PRODI S1 FARMASI

FAKULTAS FAKKAR

INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA


1. LATAR BELAKANG
Pada salah satu dari ketiga metode pembuatan tablet adalah dengan cara granulasi
basah. Pada pembuatan paracetamol tablet dibuat dengan granulasi basah. Cara
granulasi basah, yaitu dengan mencampurkan zat aktif dengan eksipien menjadi
partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dengan jumlah yang
tepat sehingga diperoleh massa lemah yang dapat digranul.
Keuntungan dari metode granulasi basah ini untuk memperoleh aliran yang baik,
meningkatkan kompresibilitas, mengontrol pelepasan dan peningkatan kecepatan
disolusi.
Paracetamol dipilih sebagai zat aktif karena memiliki fungsi sebagai analgetik dan
antipiretik, karena berasal dari derivat paraaminofenol.
2. Hipotesa
a. Memiliki keseragaman bobot 550 mg
b. Memiliki bentuk yang kompabilitas
c. Memiliki kadar air 5%
d. Memiliki waktu hancur ideal 10 menit
e. Memiliki waktu alir tidak lebih dari 10 detik
3. Tinjauan Pustaka
Menurut FI ed VI. Tablet merupakan sediaan tablet, kompak dibuat secara
dikempa cetak dalam bentuk tabung pipih/sirkuler kedua permukaannya
rata/cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan/tanpa zat tambahan.
Berdasarkan sifat fisika – kimia dari bahan obat, maka cara pembuatan dibagi
menjadi 3 yaitu :
a. Cetak Langsung
Proses pembuatan tablet yang dilakukan dengan mencetak langsung bahan obat
dengan / tanpa bahan pembantu.
b. Granulasi Kering
Proses pembuatan granul tanpa melibatkan air sama sekali. Dimana campuran
serbuk dicetak menjadi tablet besar dan diayak menjadi granul yang diinginkan.
c. Granulasi basah
Disebut granulasi basah karena didalam proses pembuatannya granul memerlukan
larutan bahan pengikat, dimana campuran serbuk ditambah dengan larutan bahan
pengikat dalam bentuk mucilago sampai terbentuk masa yang konsisten dapat
ditempa.
4. Tinjauan Bahan

1. Paracetamol
Pemerian : serbuk halus, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Khasiat : analgetik, antipiretik
Inkompabilitas : terhadap permukaan nilon dan rayon akan berwarna merah muda
jika direaksikan dengan serbuk besi.
2. Laktosa
Pemerian : serbuk / masa hablur, keras, putih/putih cream tidak berbau dan rasa
sedikit manis, stabil di udara tetapi mudah menyerap bau.
Khasiat : zat tambahan

3. Talkum
Pemerian : serbuk hablur sangat halus, putih dan putih kelabu, berkilat, mudah
melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
Kadar : 1-5 %
Khasiat : zat tambahan

4. Amylum
Pemerian : serbuk sangat halus, putih
Khasiat : disentegran, binder

5. Mg stearat
Pemerian : serbuk halus, putih, licin dan mudah melekat pada kulit, bau lemah
khas.
Khasiat : zat tambahan (lubrikan).
5. Formula Tablet
Paracetamol 250 mg
Talkum 2%
Amylum 10 %
Mg stearat 3%
Laktosa ad 500 mg
6. Penimbangan
Bobot yang dikehendaki seluruhnya 50 g
Paracetamol = 250 mg × 200 = 50 g
2
Talkum = × 500 = 10 × 200 = 2 g
100
10
Amylum = × 500 = 50 × 200 = 5 g
100
3
Mg stearat = × 500 = 15 × 200 = 3 g
100
Laktosa = 500 mg – (250 + 10 + 50 + 15)
= 500 mg – 325
= 175 mg × 200 = 35 g
7. Prosedur pembuatan

Amylum + aquadest ad Paracetamol +


mucilago laktosa

Ditambahkan sedikit demi


sedikit ad homogen

Diayak mesh 14

Ditambahkan talkum dan


mg stearat

Di oven 50°C selama 45


menit – 1 jam

Diayak mesh 16

Granul siap dikempa


8. Evaluasi granul

a. Uji organoleptik
Pengujian ini dilakukan dengan cara mengamati bentuk, warna, bau dan rasa
dari tablet yang dihasilkan. Pengujian ini dilakukan dengan penglihatan secara
langsung menggunakan panca indra.
b. Uji waktu alir
Untuk uji waktu alir, aliran granul yang baik adalah jika waktu yang
diperlukan untuk mengalirkan 50 gram tidak lebih dari 10 detik dan granul yang kami
buat memiliki waktu alir sebesar 5 detik, sehingga granul kami memiliki waktu alir
yang sesuai dengan ketentuan FI VI.
c. Uji sudut diam
Untuk uji sudut diam, memiliki tinggi rata-rata 3,00 cm dan diameter 10,43
cm dan jari-jari 5,21 cm dan menghasilkan sudut diam 30⸰
d. Uji Kadar air
Uji kadar air menggunakan alat moisture meter dan menghasilkan kadar air
5,05 %, namum pada granul yang dihasilkan masih sedikit basah.
e. Uji Keseragaman Bobot
Ditimbang 20 tablet dari masing-masing formula dan dihitung bobot rata-
ratanya. Jika ditimbang satu per satu tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-
masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak
satupun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom
B sesuai syarat yang tercantum pada Farmakope Indonesia V.
f. Uji Kekerasan Tablet
Alat yang digunakan ialah hardness tester. Cara kerjanya yaitu sebuah tablet
diletakkan tegak lurus diantara anvil dan punch, tablet dijepit dengan cara memutar
sekrup pengatur sampai tanda lampu stop menyala. Lalu knop ditekan sampai tablet
pecah. Angka yang ditunjukkan jarum penunjuk skala dibaca. Percobaan ini dilakukan
sampai 3 kali. Persyaratan kekerasan tablet: 4-8 kg.
g. Uji Keseragaman
Ukuran Dipilih 20 tablet dari masing-masing formula, diukur tebal dan
diameter masing-masing tablet menggunakan alat ukur. Menurut Farmakope
Indonesia V, syarat keseragaman ukuran kecuali dinyatakan lain, diameter tablet
tidak lebih dari 1 1/3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet.
h. Uji Friabilitas atau Kerapuhan
Alat yang digunakan ialah friability tester. Caranya ditimbang 20 tablet,
dicatat beratnya (A gram), lalu dimasukkan ke dalam alat dan alat dijalankan
selama 4 menit (100 kali putaran). Setelah batas waktu yang ditentukan, tablet
dikeluarkan dan dibersihkan dari serbuk-serbuk halus lalu ditimbang lagi (B gram).
Syarat: kehilangan bobot ≤ 1%.
i. Uji Waktu Hancur
Alat yang digunakan ialah disintegration tester. Caranya yaitu satu tablet
dimasukkan pada masing-masing tabung dari keranjang lalu dimasukkan cakram
pada tiap tabung dan alat dijalankan. Sebagai medium digunakan air dengan suhu
dengan suhu 37⁰C, kecuali dinyatakan lain menggunakan cairan yang tercantum
pada masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu, angkat keranjang dan
amati semua tablet. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak
hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 tablet
dari 18 tablet harus hancur sempurna.
9. Hasil Data dan Pembahasan
a. Uji Organoleptis
Bentuk dan warna tablet yang dihasilkan bulat cembung, terkadang masih
belum sempurna membentuk tablet, putih, mudah rapuh sedikit basah, bau has
paracetamol dan rasa sedikit pahit.
b. Uji waktu alir
Untuk uji waktu alir, aliran granul yang baik adalah jika waktu yang
diperlukan untuk mengalirkan 50 gram tidak lebih dari 10 detik dan granul yang
kami buat memiliki waktu alir sebesar 5 detik, sehingga granul kami memiliki
waktu alir yang sesuai dengan ketentuan FI VI. Pengujan sifat alir granul ini
berkaitan dengan keseragaman bobot yang akan dibuat. Granul dengan sifat
sangat sukar mengalir akan menghambat proses pengisian ruang cetak.
c. Uji sudut diam
Untuk uji sudut diam, memiliki tinggi rata-rata 3,00 cm dan diameter 10,43
cm dan jari-jari 5,21 cm dan menghasilkan sudut diam 30⸰ Besar kecilnya sudut
istirahat dipengaruhi oleh kelembaban granul. Semakin kecil sudut istirahat yang
terbentuk maka semakin baik sudut istirahatnya. Sifat alir yang baik akan membuat
pengisian die terpenuhi secara merata sehingga keseragaman bobot tablet tidak
menyimpang. Sudut istirahat yang baik akan menghasilkan sifat alir yang baik dan sifat
alir yang baik akan menghasilkan keseragaman bobot yang baik. Semakin kecil sudut
istirahat dapat menggambarkan granul yang baik karena mempunyai kohesifitas
kecil, sehingga kemampuan alir granul menjadi baik. Suatu granul dengan sifat
alir yang baik akan lebih mudah dicetak dan menghasilkan kompresibilitas tablet
yang baik (Mindawarnis & Hasanah, 2017).
d. Uji Kadar air
Uji kadar air menggunakan alat moisture meter dan menghasilkan kadar air
5,05 %, namum pada granul yang dihasilkan masih sedikit basah. Pengujian kadar
air pada granul ini bertujuan untuk mengetahui kandungan air pada granul karena
air dapat mempengaruhi lamanya penyimpanan granul, semakin tinggi nilai kadar
air semakin mudah pula sediaan ditumbuhi mikroba selama penyimpanan
(Alifiawati dkk., 2018).
e. Uji Keseragaman bobot
Bobot
Tablet Ke Penyimpangan
Tablet
1 0.561 5.40
2 0.555 6.41
3 0.497 16.19
4 0.613 3.37
5 0.559 5.73
6 0.48 19.06
7 0.56 5.56
8 0.575 3.04
9 0.585 1.35
10 0.565 4.72
11 0.495 16.53
12 0.55 7.25
13 0.61 2.87
14 0.595 0.34
15 0.565 4.72
16 0.565 4.72
17 0.495 16.53
18 0.625 5.40
19 0.56 5.56
20 0.625 5.40

Bobot Rata – rata 20 tablet adalah 0,593

Pada 20 tablet yang kami uji keseragaman bobot, hanya 8 tablet saja yang
memiliki penyimpangan bobot kurang dari 5 %, dan terdapat 16 tablet yang
memiliki penyimpangan kurang dari 10%, sehingga dapat dikatakan bahwa tablet
kami tidak memenuhi persyaratan dalam keseragaman bobot setiap tabletnya.
Sebuah tablet dirancang dengan sejumlah tertentu zat aktif yang terdapat pada
tiap formula tablet. Pada evaluasi ini bertujuan untuk menguji bahwa tablet
mengandung jumlah zat aktif yang tepat. Keragaman bobot dapat dianggap
sebagai indikasi keseragaman dosis zat aktif yang diberikan dan keseragaman
distribusi zat aktif pada saat granulasi (Syukri dkk., 2018).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseragaman bobot adalah ketelitian
penimbangan granul dan keseragaman pengisian ke die tablet yang berkaitan
dengan jumlah bahan yang dimasukkan ke dalam cetakan (Ansel, 2008). Proses
pengisian ini membutuhkan granul dengan sifat alir yang baik untuk memastikan
pencampuran yang efisien dan keseragaman bobot yang dapat diterima.
f. Uji Kekerasan tablet
Tablet kami saat dilakukan pengujian kekerasan tablet tidak menunjukan hasil
yang baik, karena alat uji tidak dapat menunjukan hasil yang tepat, hal ini dapat
disebabkan karena tablet kami langsung hancur dan rapuh perlahan, sehingga alat
yang kami gunakan tidak dapat mendeteksi berapa kekuatan tablet kami untuk uji
kekerasan tablet. Maka tablet kami tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan FI
VI yaitu Kekerasan tablet antara 4-8 kg. Hal ini kemungkinan disebabkan
pengikat dan bahan-bahan lain yang tidak tercampur rata ataupun kurangnya
konsentrasi pengikat dalam formulasi. Kekerasan tablet menunjukkan ikatan yang
terjadi antar partikel secara keseluruhan dalam tablet, serta menggambarkan
tingkat ketahanan tablet terhadap kekuatan mekanik. Kekerasan tablet dapat
memberikan pengaruh terhadap waktu hancur tablet, dimana tablet dengan
kekerasan tinggi akan memiliki ikatan yang lebih kuat dan kepadatan yang lebih
tinggi.
g. Uji Porositas
Pada granul ke dua kami, uji porositas menunjukan hasil 11,72 %, dimana
Nilai ini memenuhi range porositas granul pada umumnya yaitu berkisar 10 -
70%. Porositas adalah nilai prosentase yang menyatakan rongga kosong antar
partikel. Peningkatan nilai porositas akan meningkatkan laju disolusi dan
menurunkan waktu disintegras. Porositas atau keadaan yang berongga-rongga ini
dapat digunakan untuk menjelaskan tingkat kekuatan suatu serbuk. Peningkatan
nilai porositas akan meningkatkan laju disolusi dan menurunkan waktu
disintegrasi (Ennis, 2005). Porositas yang tinggi menunjukkan banyaknya ruang
kosong yang dapat terisi oleh serbuk halus dalam tablet (Voight, 1995). Jika
granul memiliki prorositas yang cukup besar maka kemungkinan tablet yang akan
dihasilkan akan terlihat rapuh dan mudah pecah (Fransina, 2010). Rendahnya
porositas menyebabkan tingginya kekerasan tablet yang akan dihasilkan.

Kesimpulan
Pada tahap granulasi formula kami memenuhi syarat uji organoleptik, uji waktu
alir, uji sudut diam namun tidak memenuhi syarat uji kandungan lembab, namun saat
di kempa menjadi tablet, formula kami tidak memenuhi persyaratan uji keseragaram
bobot, uji kekerasan tablet.
Daftar Pustaka

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi 3. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi 4. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.

Anonim. 2014. Farmakope Indonesia Edisi 4. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.

Anonim. 2020. Farmakope Indonesia Edisi 6. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.

Anggraini, N., et al. 2016. Farmagazine. Formulasi dan Evaluasi Fisik Sediaan Tablet
Allopurinol Menggunakan Pati Singkong (Manihot esculenta Crantz) sebagai bahan
Pengikat. Vol 3, No. 2 : 21-28

Rusdiah, dkk. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Tablet Dari Esktrak Etanol Daun Katuk
(Sauropus Androgynus Merr.) Dengan Menggunakan Metode Granulasi Basah.
Universitas Mathla’ul Anwar Banten. J-MedSains, 2021, 1(1): 45-65

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani, N. S.


Yogyakarta: UGM Press
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai