Anda di halaman 1dari 4

BAB

VI

Pembahasan

Pada praktikum teknologi dan formulasi sediaan solida mahasiswa


ditugaskan untuk membuat sediaan tablet dengan menggunakan metode
granulasi basah yang dimulai dari pembuatan preformulasi, pembuatan
bahan yang akan digunakan, evaluasi granul dan sampai ke evaluasi tablet
jika tablet sudah di cetak dengan menggunakan mesin cetak tablet.

Tujuan dari pembuatan tablet dengan menggunakan granulasi basah


disertai dengan uji disolusi yaitu agar mahasiswa dapat belajar atau
mencoba membuat dan mengetahui bagaimana cara membuat sediaan dari
awal sampai akhir menjadi tablet yang baik dan benar sesuai dengan SOP
yang berlaku, tablet yang ditugaskan yaitu Ibuprofen dengan zat aktif
sebesar 200 mg.

Granulasi basah adalah proses pembuatan tablet dengan menambahkan


cairan pengikat pada campuran serbuk dalam wadah yang dilengkapi
dengan pengaduk yang menghasilkan granul. Granul adalah proses
peningkatan ukuran dimana partikel-partikel kecil digabungkan menjadi
lebih besar yang membentuk algomerat yang lebih stabil sehingga lebih
mudah mengalir.

Tujuan dari granulasi basah :

- Meningkatkan sifat aliran serbuk atau campuran serbuk.


- Meningkatkan karakteristik kempa (kompresibilitas) dari serbuk
atau campuran serbuk.

Ibuprofen mempunyai rumus molekul C13H18O2 dengan pemerian serbuk


hablur putih hingga hamper putih, berbau khas lemah. Ibuprofen
merupakan zat aktif yang memiliki sifat alir dan daya kompresibilitas yang
kurang baik (buruk) sehingga diperlukan binder dan metode pembuatan
granulasi basah agar meningkatkan fluiditas dan kompresibilitas yang baik.
Hal pertama yang dilakukan yaitu menimbang dengan menggunakan
timbangan analitik, mencampur bahan-bahan yang sudah di timbang untuk
pembuatan tablet ibuprofen pembuatan granulasi basah, pengayakan
adonan lembab menjadi granul dengan menggunakan tangan yang bersih
dan granul nya sampai bisa di kepal tetapi dapat dipatahkan, pengeringan
dengan menggunakan alat oven selama seharian, pengayakan kering
menggunakan mesh 10, pencampuran bahan pelicin, pembuatan tablet
dengan kompresi.

Dalam metode granulasi ada 2 tahapan dalam pembuatannya yaitu dengan


menggunakan fasa dalam yaitu mencampurkan fasa dalam dengan fasa luar
zat aktif, setelah melakukan pencampuran serbuk dapat digranulasi,
dicetak dan dapat dievaluasi granul dan tablet. Fasa dalam yaitu saat
pembuatan granul seperti ibuprofen, amprotab sebagai penghancur,
mucillago amili sebagai pengikat dan laktosa sebagai pengisi agar
membentuk massa yang kompak dan sesuai ukurannya saat dicetak
menggunakan mesin cetak tablet. Sedangkan, untuk fasa luar merupakan
zat-zat yang dimasukan setelah serbuk menjadi granul dan di kempa
menjadi tablet dengan terdiri dari Mg Strearat, talk sebagai pilincir dan
amprotab.

Mg stearat digunakan sebagai lubrikan digunakan dalam jumlah kecil


karena zat tambahan mempunyai sifat lubrikan dengan tujuan untuk
mempercepat aliran bahan dalam corong ke dalam rongga cetakan
sehingga mengurangi gesekan selama proses pengempaan. Talk digunakan
untuk formulasi sebagia glid dan adsorben, disintegran dan zat untuk
viskositas. Amprotab berfungsi sebagai bahan penghancur.

Pengukuran laju daya air menggunakan alat powder flow tester dengan
mengitung sudut istirahat dari diameter lingkaran gunung, tinggi dan
lajunya. Jika granul yang digunakan tidak baik maka pada saat pencetakan
tablet hasilnya akan berbeda dari keseragam bobotnya , makin cepat alir
maka sifat sebuk semakin baik. Kecepatan granul dalam uji ini 9,09 g/detik
dikatakan baik karena lebih dari 4 detik dan sudut istrahatnya yaitu 31
yang dimana karakteristiknya baik karena dalam rentang 31-35

Evaluasi selanjutnya yaitu penilaian uji mampat dengan menggunakan


Tapped Density. Dilakukan dengan cara menimbang bobot serbuk sebanyak
100 g granul kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur tapped density
kemudian diketuk sebanyak 10 kali dan dilihat volumenya apakah ada
perbedaan ukuran, jika iya catat dan lanjutkan ketukan sampai dengan
1250 atau sampai volume tidak berubah. Pada penilian ini dihasilkan Bj
ruah 0,52, Bj mampat 0,595 dan Bj nyatanya 0,543 untuk rasio hausner
1,095%. Dilanjutkan dengan %kompresibilitas sebanyak 8,69% pada kadar
mampat 0,595 g/ml. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
ibuprofen memiliki karakteristik dengan daya alir yang baik dan
kompresibilitas sangat baik.

Setelah melakukan evaluasi dilanjutkan dengan cetak tablet menggunakan


alat single punch tablet press, selama pencetakan beberapa tablet diambil
dan dilakukan pengontrolaan dan kekerasan tablet jika diluar rentang alat
pencetak dapat diatur kembali. Lanjutkan dengan evaluasi tablet.

Evaluasi tablet dengan menggunakan organoleptis yaitu dengan melihat


rupa hasilnya tablet berbentuk bulat dan berwarna putih, bau dengan hasil
tidak berbau dan rasa sedikit pahit. Kemudian dilanjutkan dengan
keseragaman ukuran dengan menguji 10 tablet secara acak tetapi harus
masuk ke dalam rentang dengan di dapatkan hasil tebal 0,248 dan
diameternya 0,242 mm dan 10,1 mm yaitu memenuhi persyaratan yaitu
diameter tidak lebih dari 3x dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
Selanjutnya masuk ke dalam kekerasan tablet dengan tujuan agar tablet
cukup tahan dalam kekerasan terhadap goncangan pada saat pengemasan
dan distribusi, uji kekerasan tablet diperoleh hasil rata-rata 2,285 kg/cm2.
Sehingga dapat disimpulkan tidak emmenuhi persyaratan karena tidak
berada di rentang 4-6 kg/cm3

Selanjutnya ke friabilitas dengan menggunakan 14 tablet yang sebelum


diujji 6,46 gr dan setelah diuji 6,41 g setelah dihitung menjadi 0,77% dapat
disimpulkan nilai friabilitasnya memenuji persyaratan dengan literatur
maksimal rata-rata sampel tidak lebih dar 1,00%. Uji keseragaman bobot
dengan mengugunakan 20 tablet dalam rentang 37 – 45 dengan nilai rata
rata bobot tablet nya 394,5 mg dan %penyimpangan yaitu 2,24% sehingga
dapat disimpulkan bahwa keseragaman bobot memenuhi tidak
persyaratan karena tidak berada pada rentang penyimpangan bobot rata
rata berdasarkan farmakope indonesia iii yaitu tablet yang memiliki lebih
dari 300 mg dan diperbolehkan antara 5% - 10% penyimpangan untuk
penyimpangan rata-rata.

Pengujian waktu hancur menggunakan prinsip menentukan waktu yang


diperlukan ssuatu tablet untuk hancur dengan cara menempatkan tablet ke
dalam alat penentu waktu hancur yang sesuai dengan in vivo diperoleh rata
rata nya yaitu ………………………………………… Selanjutnya dilakukan uji
disolusi dengan memasukkan tablet ke dalam bejana alat disolusi lalu di
hitung per …………………………..dengan suhu 37 derajat celcius.

Uji yang dilakukan terhadap tablet berguna untuk pengawasan mutu


selama proses produksi atau pembuatan. Dari beberapa hasil pengujian ada
yang memenuhi persyaratan dan ada yang tidak memenuhi persyaratan.

Anda mungkin juga menyukai