NIM: 201040400062
Kelas : 04 FARP001
RESUME
METODE PEMBUATAN TABLET
Tablet merupakan sediaan padat yang dibuat dengan mengempa atau mencetak obat
atau campuran obat dengan atau tanpa zat tambahan. Biasanya jarang sekali kita temui bahan
aktif obat yang dapat dicetak langsung menjadi tablet. Hal ini dikarenakan bahan-bahan
tersebut kurang memiliki daya ikat untuk membentuk suatu tablet, sehingga dalam
pembuatannya diperlukan bahan-bahan tambahan untuk mendapatkan hasil yang memenuhi
persyaratan. Hal inilah yang menyebabkan suatu tablet memiliki berat yang lebih besar
dibandingkan berat zat aktifnya sendiri.
A. Prinsip Metode Pembuatan Tablet
Menurut Charles (2010), terdapat hal-hal yang dapat mempengaruhi prinsip metode
pembuatan tablet, yaitu terkait dengan:
1. Ukuran Tablet
Ukuran dan bentuk tablet sedikit banyak ditentukan oleh bahan aktif yang
dikandungnya. Bahan aktif dengan dosis kecil, misalnya: asam folat, digitoksin,
reserpin, deksametason, dan lain sebagainya memerlukan penambahan eksipien
pengisi untuk menghasilkan suatu massa atau volume bahan yang dapat dibuat
menjadi tablet dengan ukuran yang nyaman bagi pasien. Ukuran yang lazim untuk
tablet dengan bahan aktif dosis rendah adalah bulat dengan diameter 6,25 mm,
umumnya bobot tablet seperti ini 150 mg. Jika dosis bahan aktif lebih besar, maka
bobot tablet juga lebih berat, dosis bahan aktif 100 sampai 200 mg membutuhkan
bobot tablet 150 sampai 300 mg dengan diameter 6,25 sampai 10,94 mm. Bentuk
tablet umumnya berbentuk bulat. Seorang formulator harus menggunakan keahlian
dan pengetahuan eksipiennya untuk mempertahankan ukuran tablet sekecil mungkin
tanpa menghilangkan hal-hal yang penting. Oleh karena itu, formulasi tablet
mensyaratkan pertimbangan berikut yaitu:
a. Ukuran dosis atau kuantitas, stabilitas, kelarutan, bobot jenis, kemampatan dari
zat aktif.
b. Pemilihan zat tambahan (eksipien).
c. Tipe, ukuran, dan kapasitas mesin tablet.
d. Pengaturan lingkungan dan kelembaban.
e. Stabilitas produk jadi.
f. Ketersediaan hayati kandungan zat aktif tablet.
2. Stabilitas Bahan Aktif
Seleksi eksipien merupakan hal yang penting dalam formulasi tablet. Setelah
formulator mengetahui informasi tentang sifat-sifat fisik dan kimia bahan aktif, maka
pemilihan eksipien sudah dapat dilakukan. Stabilitas bahan aktif harus ditentukan
dengan setiap eksipien yang diusulkan. Caranya dengan membuat suatu campuran
homogen bahan aktif dan eksipien berlebih, kemudian dipanaskan pada suhu 60ᴼ C
selama 72 jam di dalam wadah kaca. Selanjutnya, pada akhir pemanasan bahan aktif
ini dianalisis menggunakan metode penetapan stabilitas.
3. Granulasi
Umumnya serbuk tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet. Hal ini
dikarenakan pada serbuk biasanya terdapat karakteristik dan sifat-sifat berikut yang
menyebabkan serbuk tersebut tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet, yaitu:
a. Serbuk kurang memiliki karakteristik ikatan atau lekatan (kohesif dan adhesif)
yang baik secara bersama-sama menjadi kesatuan padatan yang kompak.
b. Serbuk biasanya tidak memiliki sifat lubrikasi dan disintegrasi yang
dipersyaratkan untuk dicetak menjadi tablet.
c. Serbuk pada umumnya tidak atau kurang memiliki sifat mengalir bebas.
Granulasi serbuk adalah suatu proses membesarkan ukuran partikel kecil yang
dicampur bersama-sama menjadi gumpalan yang lebih besar, lebih kuat, dan partikel
masih teridentifikasi dan membuat gumpalan tersebut mengalir bebas. Tujuan
granulasi suatu serbuk adalah sebagai berikut:
a. Membuat bahan mengalir bebas.
b. Memadatkan bahan.
c. Membuat campuran menjadi lebih homogen.
d. Memperbaiki karakteristik pengempaan bahan aktif.
e. Mengendalikan laju pelepasan bahan aktif.
f. Memberi kemudahan pengukuran atau dispersing volume.
g. Mengurangi debu.
h. Memperbaiki penampilan tablet.
Bahan aktif berupa serbuk harus mengalami perlakuan terlebih dahulu, baik
tunggal ataupun dalam campuran dengan eksipien dibentuk menjadi granul yang dapat
memberi kemungkinan untuk dikempa. Selanjutnya, proses inilah yang dikenal
sebagai granulasi.
4. Massa kempa
Bahan aktif yang diserbukkan biasanya memerlukan tambahan dan perlakuan
untuk memberikan sifat ikatan dan sifat mengalir bebas pada bahan aktif atau massa
kempa. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengempaan oleh mesin tablet.
Oleh sebab itu, massa kempa harus digranulasi terlebih dahulu karena proses
granulasi terhadap massa kempa ini dilakukan agar:
a. Dapat mengalir bebas dari corong mesin (hopper) tablet ke dalam lubang kempa.
b. Sifat ketermampatannya meningkat.
c. Sifat ikatannya meningkat.
d. Peningkatan bobot jenis.
e. Tercapai granulometri yang sesuai.
f. Keseragaman ukuran partikel lebih homogen.
g. Pengurangan perlekatan dalam permukaan pons dan lubang kempa.
h. Pengurangan kecenderungan capping.
i. Mengurangi debu.
j. Memperbaiki penampilan tablet.
Massa kempa itu sendiri terdiri dari campuran fase dalam dan fase luar yang
telah diproses terlebih dahulu untuk siap dikempa langsung menjadi tablet. Fase
dalam adalah massa utama tablet yang terdiri atas campuran zat aktif dan eksipien
setelah
dicampur dengan baik, lalu digranulasi dengan cara basah atau cara kering.
Sedangkan fase luar adalah campuran beberapa eksipien, yaitu: desintegran, glidan,
dan lubrikan yang berfungsi untuk memudahkan pengempaan, meniadakan pelekatan
pada dinding lubang kempa dan pons, serta memperlancar aliran massa kempa dari
corong (hopper) mesin tablet ke dalam lubang kempa.
B. Pembuatan Tablet
Proses pembuatan tablet itu sendiri menggunakan metode granulasi. Terkait dengan
metode granulasi ini, terdapat 3 (tiga) metode yang dapat dilakukan untuk pembuatan tablet.
Ketiga metode yang dimaksud adalah:
1. Metode granulasi basah
2. Metode granulasi kering
3. Metode cetak (kempa) langsung
Tiap-tiap metode tersebut mempunyai keuntungan dan keterbatasan. Namun demikian,
terdapat cara yang sama pada ketiga metode tersebut yaitu pada dua tahap pertama ketika
melakukan penghalusan dan pencampuran komponen formulasi bersifat identik. Selanjutnya,
proses pembuatan tablet pada tahap-tahap berikutnya akan berbeda.
1. Pembuatan Tablet dengan Metode Granulasi Basah
Secara prinsip pembuatan tablet dengan metode granulasi basah ini adalah
membuat granul terlebih dahulu. Granul yang dimaksud di sini termasuk sebagai
komponen dalam. Jadi, di awal pembuatannya mula-mula hitung terlebih dahulu
jumlah masing-masing komponen dalam. Kemudian timbang masing-masing
komponen tersebut dan setelah itu campur komponen dalam tersebut dalam suatu
wadah. Buat larutan pengikat, bila terdapat zat warna dapat dicampur ke dalam
larutan pengikat. Aduk komponen dalam dengan larutan pengikat, dan campur
homogen sampai didapat granulat yang homogen dapat dilihat dengan pewarnaan
yang merata. Kemudian ayak granulat menjadi butiran-butiran. Keringkan granul di
oven pada suhu 40 – 60oC. Setelah granul kering, kemudian timbang seluruh granulat
untuk menghitung jumlah komponen luar. Timbang komponen luar lalu campur
dengan granul hingga homogen. Lakukan uji granul. Jika pada saat melakukan
pengujian ternyata semua granul memenuhi syarat, maka dapat dilanjutkan dengan
melakukan pencetakan tablet. Hasil tablet yang dicetak kemudian dilakukan uji
sediaan tablet.
Yang dimaksud dengan granulasi basah, yaitu proses pencampuran partikel
bahan aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar (agregat) dengan
menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa
lembab yang dapat digranulasi.
Metode ini biasanya digunakan apabila bahan aktif tahan terhadap lembab dan
panas. Umumnya untuk bahan aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi
massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan
tertentu kemudian massa yang basah tersebut digranulasi. Teknik ini membutuhkan
larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan
ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam
campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah.
Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting di mana
jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan
meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan
permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila
cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang
merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja. Jika sudah diperoleh massa basah
atau lembab, maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat
penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul. Dengan
terbentuknya granul ini, maka luas permukaannya meningkat dan dengan demikian
proses pengeringan menjadi lebih cepat. Setelah langkah tersebut dilakukan, maka
pengeringan granul diayak kembali dengan ukuran ayakan tergantung pada alat
penghancur yang digunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.
Menurut Voight (1994), granulat sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan
sebagai berikut:
Dalam bentuk dan warna yang sedapat mungkin teratur (homogen).
Sedapat mungkin memiliki distribusi butir yang kecil dan mengandung bagian
berbentuk serbuk tidak lebih dari 10%.
Memiliki daya hancur yang baik.
Menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan.
Tidak terlampau kering.
Hancur baik di dalam air.
Pembuatan tablet dengan metode granulasi basah memiliki beberapa
keuntungan. Keuntungan-keuntungan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan metode granulasi basah dapat meningkatkan kompresibilitas.
b. Untuk zat aktif yang dosis besar yang mempunyai aliran atau kemampatan yang
buruk, harus digranulasi dengan metode basah, untuk memperolah aliran dan
kohesi yang cocok umtuk pengempaan.
c. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai.
d. Mengontrol pelepasan.
e. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses.
f. Distribusi keseragaman kandungan.
g. Meningkatkan kecepatan disolusi.
h. Bentuk sediaan lepas terkendali dapat dibuat dengan pemilihan pengikat dan
pelarut yang sesuai.
Namun demikian, pembuatan tablet dengan metode granulasi basah inipun
memiliki kekurangan-kekurangan. Beberapa kekurangan penggunaan metode
granulasi basah ini adalah sebagai berikut:
a. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi.
b. Waktu, ruangan, dan peralatan (mesin) yang digunakan butuh biaya cukup tinggi.
c. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan
cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air.
d. Kehilangan bahan selama berbagai tahapan proses.