Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sariawan atau stomatitis aftosa (stomatitis aphtosa)

adalah
suatu kelainan pada selaput lendir mulut berupa luka pada mulut yang berbentuk
bercak berwarna putih kekuningan dengan permukaan agak cekung. Munculnya
Sariawan ini disertai rasa sakit yang tinggi. Sariawan merupakan penyakit
kelainan mulut yang paling sering ditemukan. Sekitar 10% dari populasi
menderita dari penyakit ini, dan wanita lebih mudah terserang daripada pria.
Ada beberapa faktor penyebab yang diduga menjadi penyebab
munculnya seriawan, seperti luka tergigit, mengonsumsi makanan atau minuman
panas, alergi, kekurangan vitamin C dan zat besi, kelainan pencernaan,
kebersihan mulut tidak terjaga, faktor psikologi, dan kondisi tubuh yang tidak fit.
Salah satu untuk mengobati sariawan yaitu dengan mengkonsumsi tablet hisap
vitamin c.
Tablet hisap (troches dan lozenges) merupakan bentuk dari tablet
yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam rongga mulut. Lozenges
biasanya dibuat untuk menggabungkan obat atau bahan aktif seperti
antibiotik, antiseptik, analgesik, atau bahkan vitamin. Lozenges adalah
bentuk sediaan obat atau bahan aktif yang mempunyai cita rasa serta
ditujukan untuk diisap dan bertahan dalam rongga mulut atau tenggorokan
(Banker dan Anderson 1994).
Tablet hisap merupakan salah satu pilihan bentuk formulasi yang praktis.
Dilihat dari manfaat nya, maka vitamin c di harapkan dapat ditujukan untuk
pengobatan infeksi mulut seperti sariawan. Bentuk tablet hisap lebih disukai
karena lebih mudah dalam penggunaan, memiliki rasa yang enak dan dapat
bekerja di rongga mulut lebih lama dalam jangka waktu 30 menit atau kurang.
Untuk daya terapi atau efikasi maksimum dan waktu huni yang diperlama dalam
mulut, tablet hisap hendaknya berukuran cukup besar (1,5-4,0 g) dan memiliki
kekerasan 30-20kg.


1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara membuat sediaan tablet hisap?
2. Bagaimana pembuatan sediaan tablet hisap dalam skala pabrik?
3. Apa perbedaan tablet hisap dengan tablet konvensional?






2

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui cara membuat sediaan tablet hisap
2. Mengetahui proses pembuatan sediaan tablet hisap dalam skala pabrik
3. Mengetahui perbedaan tablet hisap dengan tablet konvensional

1.4 Manfaat
Adapun Manfaat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mampu membuat sediaan tablet hisap
2. Memahami cara pembuatan sediaan tablet hisap dalam skala pabrik
3. Memahami perbedaan tablet hisap dengan tablet konvensional





















3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai
tablet cetak dan tablet kempa. (Depkes RI)

2.1 Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
7. Bebas dari kerusakan fisik
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

2.2 Keuntungan Sediaan Tablet
Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan,
yaitu:
1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih
2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis
3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil
sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan,
dan penyimpanan
4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat
dicegah/diperkecil.

2.3 Kerugian Sediaan Tablet
Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunya beberapa
kerugian, antara lain :
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan)
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena
sifat amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya
cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui
saluran cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk
diformulasi (harus diformulasi sedemikian rupa).
Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak
disenangi, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer,
dan kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi sebelum
4

dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik daripada
tablet.

Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan tablet
jauh lebih sedikit sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling
banyak dijumpai di perdagangan.

2.4 Jenis Sediaan Tablet
Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :
a. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi
pada serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.

b. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan
rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada
pembentukan kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak
tergantung pada kekuatan yang diberikan

2.5 Metode Pembuatan Tablet
Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi
basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan
sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan
dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab,
kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya.
Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :
A. Granulasi Basah,
yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel
yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang
tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini
biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.
Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah
membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat
tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu
perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan,
suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke
campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam
campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan
memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di
antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang
ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling
penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan
pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua
bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab
5

maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling
atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas
permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah
pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat
penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.

B. Granulasi Kering disebut juga slugging,
yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa
campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi
untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula
(granul).
Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa
bantuanbahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini
yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang
terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap
pemanasan dan kelembaban.
Pada proses ini komponenkomponen tablet dikompakan dengan mesin
cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga
diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses
selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang
daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum
memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi
kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor
yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor
memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang
lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini
mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara
penggiling. Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
Zat aktif susah mengalir
Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab

C. Metode Kempa Langsung,
Yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan
eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini
merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya,
namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta
zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat
berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa,
tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu
zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit
untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). Secara umum sifat zat aktif yang
cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya
baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas
dalam massa tablet.

6

2.6 Bahan Tambahan Tablet
A. Pengisi
Adalah zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang ditujukan
untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan. Biasanya tablet
yang mengandung zat aktif dengan dosis kecil memerlukan zat pengisi yang
banyak. Jika dosis besar maka pengisi sedikit atau tidak sama sekali.
Contoh : Avicel (mikrokristalin selulosa), Kalsium sulfat trihidrat, Kalsium
fosfat dibasic, Laktosa dan Starch 1500.
B. Pengikat
Pengikat bisa berupa gula dan polimer.
Pengikat yang berupa polimer alam: starch, gum (acacia, tragacanth,
gelatin)
Pengikat yang berupa polimer sintetik: PVP, metilselulosa, etilselulosa,
hidroksipropilselulosa
Bisa dengan cara kering/basah. Cara basah lebih sedikit membutuhkan
bahan.
Contoh : Starch (amylum), Starch 1500, Amilum pragelatinasi, Gelatin,
Larutan sukrosa, Larutan akasia, PVP, Selulosa (Metil selulosa , CMC
Na, Etil selulosa), Polivinil alkohol, PEG 6000
C. Disintegran
Fungsinya untuk memecah tablet. Cara pakai : saat granulasi dan paling baik
saat sebelum dicetak.
Contoh : Starch (amylum), Starch 1500, Sodium starch glycolate (primogel,
explotab), Selulosa (selulosa, metilselulosa, CMC, CMC-Na, Avicel, Acdisol),
Gums (agar, pectin, tragacant, guar gum), Clays, Alginat (asam alginat dan Na-
alginat).
D. Lubrikan
Konsentrasi optimum: 1%
Fungsi: sebagai eksipien untuk menghilangkan gesekan/friksi saat
pengempaan dan penarikan tablet ke luar cetakan.
E. Glidan
Secara umum, fine silica > Mg stearat > talk murni
Talk mengandung sejumlah kecil Al silikat dan Fe. Harus hati-hati untuk
zat aktif yang penguraiannya dikatalisis oleh Fe
F. Antiadheran
Yang paling baik adalah yang larut air, dan yang paling efisien adalah DL-
Leusine
Biasa digunakan pada produk yang mengandung vitamin E dosis tinggi
karena cenderung terjadi picking
G. Adsorben
Adsorben harus memiliki titik leleh yang tinggi. Dengan titik leleh tinggi
setelah terjadi lelehan pertama akan terbentuk massa yang bertitik leleh lebih
tinggi. Manfaat adsorben: mencegah tablet basah oleh lelehan zat aktif, jika
tablet basah maka tablet akan lengket dalam cetakan. Bekerja menyerap lelehan
zat aktif.
7

Contoh : Avicel, Bolus alba, Kaolin, bentonit, Mg silikat, MgO, trikalsium fosfat
dan Aerosil

2.7 Tablet Hisap
Tablet hisap (lozenges atau troches) merupakan bentuk dari tablet yang
dimaksudkan untuk pemakaian dalam rongga mulut. Lozenges biasanya
dibuat untuk menggabungkan obat atau bahan aktif seperti antibiotik,
antiseptik, analgesik, atau bahkan vitamin. Lozenges adalah bentuk sediaan
obat atau bahan aktif yang mempunyai cita rasa serta ditujukan untuk
diisap dan bertahan dalam rongga mulut atau tenggorokan (Banker dan
Anderson 1994).
Pada umumnya tablet hisap dibuat dengan cara menggabungkan obat
dalam suatu bahan dasar kembang gula yang keras dan beraroma yang
menarik. Lozenges biasanya dapat dibuat dengan mengempa tapi biasanya
dibuat dengan cara peleburan atau dengan proses penuangan kembang gula,
sedangkan troces dibuat dengan cara mengempa seperti membuat tablet pada
umumnya. Karakteristik dari kedua tablet ini adalah tidak hancur di dalam mulut,
melainkan larut atau terkikis secara perlahanlahan dalam jangka waktu 30 menit
atau kurang (Banker and Anderson, 1986).
Macam-macam bentuk lozenges :
Ada dua tipe lozenges yang telah banyak digunakan menurut
metode pembuatan tablet hisap, yaitu :
1. Compressed Tablet Lozenges
Compressed tablet lozanges adalah tablet hisap yang pembuatannya
seperti tablet pada umumnya, perbedaan dengan tablet kempa biasa yaitu pada
bahan dasar, waktu hancur penyimpanan tablet, dan granulasi yang
berhubungan dengan diameter dan ukuran tabletnya. Compressed lozanges
yang mempunyai aktivitas pada membran mukosa mulut dan kerongkongan,
berdiameter 0,625-3,4 inci dan kisaran berat tablet 1,5-4 gram, diformulasi untuk
hancur secara lambat, seragam dan lembut dalam rentang waktu 5-10 menit.
Bahan utama tablet adalah gula, bahan pengikat, pengaroma, pewarna, pelicin
dan bahan obat (Peters, 1980).
2. Molded lozenges
Molded lozenges dibuat dengan cara meleburkan basisnya.
Molded lozenges memiliki tekstur lebih lembut karena mengandung gula
dengan konsentrasi tinggi atau karena adanya kombinasi antara gelatin dengan
gula. Contohnya adalah soft lozenges yang biasa disebut dengan pastilles dan
chewable lozenges yaitu lozenges dengan basis gelatin yang biasa disebut
dengan gummy. Soft lozenges biasanya dibuat dengan menggunakan basis
polyethylene glycol (PEG) sedangkan chewable lozenges menggunakan basis
gliserin gelatin (Allen, 2002).

Menurut komposisi bahannya, lozenges terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu hard lozenges, soft lozenges dan lozenges basis gelatin yang biasa
disebut chewable lozenges atau gummy.

8

1. Hard lozenges
Hard candy lozenges adalah campuran gula dan karbohidrat dalam
bentuk amorf dan kristal. Bentuk ini dapat berupa sirup gula padat yang secara
umum mempunyai kandungan air 0,5%-1,5%. Bahan dasar hard candy lozenges
adalah gula (sakarosa), sirup jagung, gula invert, gula pereduksi, acidulents
(pembuat asam), pengaroma, bahan-bahan cair dan padat, serta bahan obat
(Peters, 1989).

2. Soft lozenges
Soft lozenges merupakan salah satu jenis lozenges dengan basis
PEG, acacia, dan beberapa bahan lainnya. Soft lozenges yang sudah banyak
dikenal masyarakat adalah pastiles (Allen, 2002), tetapi lebih umum disebut
cough drops (Gunsel and Kanig, 1976). Soft lozenges biasa dibuat berwarna dan
memiliki rasa dan dapat secara perlahan dapat melarut atau dikunyah pada
mulut dan tergantung pada efek obat yang diinginkan (Allen, 2002).
3. Chewable lozenges
Chewable lozenges biasanya memiliki rasa yang mencolok dan sedikit
rasa asam. Lozenges jenis ini cocok diperuntukkan bagi pasien pediatri dan
efektif untuk penggunaan pengobatan pada absorbsi gastrointestinal dan
sistemik (Allen, 2002)

3.7.1. Bahan Tambahan Pada Tablet Hisap
1. Bahan pengisi
Bahan pengisi ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi serta daya
alir, sehingga dapat dikempa langsung untuk memacu aliran. Bahan pengisi
pada tablet hisap berupa gula-gula yang dapat pula berfungsi sebagai
pemanis. Bahan pengisi yang digunakan biasanya adalah laktosa,
dekstrosa, manitol, sorbitol, avicel, kalsium karbonat, kalsium fosfat, dan
dikalsium fosfat (Lachman et al. 1994).
2. Bahan pengikat
Bahan pengikat adalah bahan padat yang digunakan untuk mengatur
sifat adhesi dan kohesi. Tujuannya untuk membentuk granul dengan
menjamin penyatuan partikel serbuk. Bahan pengikat akan membentuk sifat
kohesi terhadap serbuk sehingga dapat membentuk struktur tablet yang
kompak setelah pengempaan. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam
bentuk kering, tetapi lebih efektif bila ditambahkan dalam bentuk larutan.
Bahan pengikat yang umum digunakan antara lain gom akasia, gelatin,
sukrosa, povidon, metal solulose, karboksimetil selulose, dan pasta kanji
terhidrolisis. Bahan pengikat kering yang paling efektif adalah selulose
mikrokristalin, yang umum digunakan dalam pembuatan tablet kempa
langsung (Lachman et al. 1994).


3. Bahan pemanis dan pemberi rasa
Pemanis ditambahkan terutama untuk memberi rasa yang enak pada mulut
9

dengan menutupi atau memperbaiki rasa obat, bila bahan obat yang
digunakan kurang enak. Pemanis yang biasa digunakan adalah manitol, laktosa,
sukrosa, dan dekstrosa. Manitol merupakan gula yang paling banyak
digunakan dalam tablet kunyah dan tablet hisap karena dapat memberi
rasa dingin dan enak di mulut.
4. Bahan pelincir dan anti lekat
Bahan pelincir adalah zat yang bertujuan untuk mengurangi gesekan
selama proses pencetakan dan mencegah masa tablet melekat pada
cetakan. Zat pelincir yang banyak dijumpai adalah talk, asam stearat, garam-
garam stearat dan derivatnya. Bentuk garam yang paling banyak dipakai
adalah kalsium dan magnesium stearat (Lachman 1994).



































10

BAB III
PREFORMULASI
3.1 Zat Aktif
1. Vitamin C

Sinonim 2,3-didehydro-L-threo-hexono-1,4-lactone; Acidum
ascorbicum
Pemerian Kristal atau serbuk putih atau agak kuning. Bila terpapar
udara, warnanya perlahan-lahan menjadi lebih gelap.
Dalam keadaaan kering, stabil di udara, tetapi dalam
larutan akan teroksidasi dengan cepat.
Kelarutan Larut 1 bagian dalam 3 bagian air dan 1 bagian dalam 40
bagian alkohol, tidak larut dalam kloroform, eter, dan
benzena.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya
matahari.
Stabilitas Secara bertahap menjadi gelap lewat paparan terhadap
cahaya, namun sedikit perubahan warna tidak
berpengaruh pada efek terapinya. Asam askorbat
teroksidasi dengan cepat pada udara atau suasana
basa.Pada konsentrasi > 100 mg/ml, vitamin C mengalami
dekomposisi melalui produksi kabon dioksida.
Inkompatibilitas Meningkatkan absorpsi besi dari saluran cerna. Bila asam
askorbat diberikan bersama kontrasepsi oral maka akan
meningkatkan efek kontrasepsi, selain itu dapat pula
menurunkan level fluphenazine. Bila diberikan dengan
warfarin maka akan menurunkan efek antikoagulan.

Indikasi Sariawan, Dietary and replacement requirements, Tes
saturasi status nutrisi, Degenerasi makular, Bahan
pengasam urin (efektivitas masih dipertanyakan),
Mengkoreksi tyrosinemia pada bayi prematur dengan diet
tinggi protein, Terapi idopathic methemoglobinemia,
Mencegah dan mengobati flu, Untuk meningkatkan
ekskresi besi selama pemberian deferoxamine (bukti
terbatas). Beberapa indikasi lain namun belum terbukti
dengan studi klinis yang terkontrol baik antara lain
hematuria, perdarahan retina, status perdarahan, dental
11

caries, pyorrhea, infeksi gusi, anemia, jerawat, infertilitas,
atherosclerosis, depresi mental, peptic ulcer, TBC, disentri,
kelainan kolagen, kanker, fraktur, ulcer kaki, toksisitas
levodopa, toksisitas succinylcholine, toksisitas arsenik,
bahan mukolitik.
Farmakologi Absorpsi asam askorbat diabsorpsi dengan cepat setelah
pemberian per oral. Dengan asupan vitamin C yang normal
(30-180 mg perhari), 70-90% vitamin diabsorpsi. Pada
dosis > 1 g perhari, absorpsi menurun menjadi 50% atau
kurang. Asam askorbat terdistribusi luas dalam jaringan
tubuh. Sejumlah besar vitamin ditemukan dalam hepar,
leukosit, platelet, jaringan glandular dan lensa mata. 25%
terikat dengan protein. Metabolisme di hepar via oksidasi
dan sulfation dan dieliminasi lewat urin

3.2 Zat Tambahan
1. Koliidon
Rumus struktur

Sinonim E1201;Povidone ; Plasdone; poly[1-(2 - oxo - 1
pyrrolidinyl) ethylene]; polyydidone; polyvinyl pyrrolidone;
povidonum; povipharm; PVP; 1-vinyl-2-
pyrrolidinone; polymer
Fungsi Konsentrasi untuk kollidon 25-30 sebagai pengikat tablet
biasanya 0,2-0,5%
Pemerian Bahan Berwarna putih sampai cream, tidak berbau atau hampir ti
dak berbau, serbuk yang higroskopis
Kelarutan Bebas larut dalam asam, ethanol 95%, kloroform, keton,
methanol dan air; praktis tidak larut dalam eter,
hidrokarbon dan minyak mineral
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Ph 3-7
Stabilitas terhadap
suhu
Menggelap pada suhu tertentu 1508C dengan penurunan
daya larut air. Masih stabil pada suhu 110-1308C
Stabilitas terhadap
cahaya
Povidone dapat disimpan dalam kondisi biasa tanpa meng
alami dekomposisi atau degradasi. Namun bila merupaka
n higroskopis, harus disimpan dalam wadah kedap udara,
tempat sejuk dan kering.
12

Stabilitas terhadap
air
Larutan rentan terhadap pertumbuhan jamur dan akibatny
a membutuhkan penambahan pengawet yang tepat.
Inkompatibilitas cocok dalam larutan yang meliputi garam inorganik,
natural dan sintetik resin dan senyawa kimia lainnya.
Thimerosal dapat menyebabkan efek samping jika
membentuk kompleks dengan povidon
Berat Jenis (bulk) 0,29- 0,39 g/cm
3
; (tapped) 0,39-0,54 g/cm
3
; (true)
1,180 g/cm
3


2. Sorbitol
RM C66H14O6
BM 182,17
Fungsi Pengisi dan pengikat tablet dengan konsentrasi 25%-90%
Pemerian Serbuk, granul atau lempengan; higroskopis; warna putih
rasa manis.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol,
metanol dan asam asetat.
Penyimpanan Wadah tertutup rapat
Stabilitas Dapat bercampur dengan kebanyakan bahan tambahan,
stabil di udara, keadaan dingin dan asam basa encer.
Inkompatibilitas Ion logam divalent dan trivalent dalam asam kuat dan
suasana basa.

3. Macrogol 6000
Sinonim Polietilen glikol, PEG 6000
Fungsi Lubrikan pada tablet hisap dengan konsentrasi 1%-5%
Pemerian Serbuk yang mudah mengalir; putih; bau manis yang
samara /sedikit.
Kelarutan Semua PEG larut dalam air dan bercampur dalam
berbagai perbandingan polietilen glikol (setelah
dipanaskan, jika diperlukan). Larutan PEG dengan bobot
meolekul yang tinggi dapat memebentuk gel. Polietilen
glikol yang cair larut dalam aseton, alkohol, benzene,
gliserin dan glikol. Polietilen glikol yang wujudnya padat
larut dalam aseton, diklorometan, etanol (95%).
Stabilitas PEG secara kimia stabil di udara dan dalam larutan,
walaupun PEG>2000 higroskopis. PEG tidak rentan
terhadap pertumbuhan mikroba dan tidak mudah menjadi
tengik. PEG (padat atau cair) dapat disterilisasi dengan
autoklaf, filtrasi atau gama irasiasi. Sterilisasi PEG yang
padat dengan pemanasan pada suhu 150C selama 1 jam
dapat menyebabkan oksidasi, penggelapan warna dan
pembentukan degradasi asam. Idealnya sterilisasi
dilakukan pada lingkungan yang inert. Oksidasi PEG dapat
13

juga dihambat dengan penambahan antioksidan yang
tepat. Penyimpanan dalam bnitrogen dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya oksidasi. Harus disimpan dalam
wadah yang tertutup baik pada tempat yang sejuk dan
kering. Wadah yang terbuat dari stainless steel, aluminium,
kaca atau lined steel diutamkan untuk penyimpanan PEG
cair.
Inkompabilitas PEG dalam wujud padat dan cair inkompatibel dengan
beberapa zat pewarna.Aktivitas antibakteri dari beberapa
antibiotik, seperti penisilin dan basitrasin, berkurang dalam
basis PEG. Efektivitas pengawet seperti paraben juga
dapat berkurang karena membentuk ikatan dengan PEG.
Perubahan fisik yang terjadi pada basis PEG adalah
menjadi lebih lunak atau lebih cair dengan adanya
campuran fenol, asam tannat dan asam salisilat. Dapat
menyebabkan perubahan warna sulfonamid dan ditranol,
juga pengendapan sorbitol. Plastik, seperti polietilen,
fenolformaldehid, polivinilklorida dan membran selulosa
dapat mnejadi lebih lunak atau larut dengan PEG.
Perpindahan PEG dapat terjadi dari salut film tablet,
menyebabkan interaksi dengan komponen pada inti tablet.

4. Orange flavour
Sinonim Essence Orange
Pemerian Terbuat dari kulit jeruk yang masih segar diproses secara
mekanik
Fungsi Flavouring agent
Kelarutan Mudah larut dalam alkohol 90 %, asam asetat glasial
Penyimpanan Wadah tertutup dan tempat yang sejuk, kering, dan
terhindar dari cahaya matahari
Stabilitas Dapat disimpan dalam wadah gelas dan plastik.

5. Cyclamate Sodium
Sinonim Natrium Siklamat
Pemerian Berbentuk kristal putih, tidak berbau, tidak berwarna, serta
berasa manis
Fungsi Pemanis buatan, Dalam larutan encer, sampai sekitar
0,17%, yang daya pemanis adalah sekitar 30 kali dari
sukrosa. Namun, pada konsentrasi yang lebih tinggi atau
pada konsentrasi lebih dari 0,5% maka rasanya menjadi
pahit.
Kelarutan mudah larut dalam air dan etanol
Stabilitas Stabil terhadap panas, cahaya, air dan PH, serta tahan
selama 20tahun bila dikombinasikan dengan sakarin
Inkompabilitas -

14

BAB V
FORMULASI

Formula Acuan :
R/ Ascorbic acid powder (BASF) 500 mg (zat aktif)
Kollidon 30 30 mg (pengikat)
Macrogol 6000, powder 37 mg (pelincir)
Orange flavour 3 mg (perasa)
Cyclamate sodium
10 mg (pemanis)
Sorbitol, crystalline 50 mg (pengisi)
(Pharmaceutical Technology of BASF Excipients 3rd)

Formula Modifikasi :
R/ Ascorbic acid powder (BASF) 500 mg
Kollidon 30 5% mg
Macrogol 6000, powder 5%
Orange flavour 0,5%
Cyclamate sodium 0,5%
Sorbitol, crystalline q.s
5.1 Perhitungan Bahan
Bobot tablet 2000mg, akan dibuat tablet 10.000
Ascorbic acid powder (BASF) 500 mg x 10.000 = 5.000.000 mg
Kollidon 30

x 2000 x 10.000 = 1.000.000 mg


Macrogol 6000, powder

x 2000 x 10.000 = 1.0000.000 mg


Orange flavour

x 2000 x 10.000 = 100.000 mg


Cyclamate sodium

x 2000 x 10.000 = 100.000 mg


15

Sorbitol, crystalline 20kg - (5 + 1 + 1 + 0,1 + 0,1) kg
= 20kg 7,2 kg
= 12,8 kg
5.2 Penimbangan Bahan
Ascorbic acid powder (BASF) 5 kg
Kollidon 30 1 kg
Macrogol 6000, powder 1 kg
Orange flavour 0,1 kg
Cyclamate sodium 0,1 kg
Sorbitol, crystalline 12,8 kg

5.3 Pembuatan












Lalu kempa dengan tekanan rendah hingga sedang
Tambahkan PEG, Orange flavour, Cyclamate sodium, dan sorbitol
Campurkan Ascorbic acid powder dan Kollidon 30 dalam alat
roller compactor
Timbang Bahan
16

BAB VI
UJI SEDIAAN TABLET HISAP

7.1 Tujuan Uji Sediaan Tablet
Untuk memeriksa apakah tablet telah memenuhi persyaratan resmi
(Farmakope) atau non resmi (Non Farmakope) atau tidak.

7.2 Prosedur
i) Visual /Organoleptik,
meliputi bau, rasa dan rupa.

ii) Keseragaman ukuran
20 tablet diambil secara acak, Setiap tablet diukur diameter dan tebalnya
dengan jangka sorong. Diameter tablet tidak boleh lebih dari tiga kali dan tidak
kurang dari 1 1/3 tebal tablet.

iii) Keseragaman bobot
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan dengan menimbang 20 tablet satu persatu dan dihitung bobot rata-
rata tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari
harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari hanya yang ditetapkan kolom B.
( FI ed III hlm. 7).

iv) Kekerasan tablet
20 tablet diambil secara acak, kemudian diukur kekerasannya dengan
alat Stokes Mensato. Tekanan yang diperlukan untuk memecahkan tablet terukur
pada alat dengan satuan Kg/cm2. Kekerasan yang ideal 10 Kg/cm2. Suatu tablet
harus dikempa dengan kekerasan mendekati gula-gula isap dengan kekerasan
30-50 kg inci
2
agar dapat melarut dengan lambat.
v) Friabilitas
20 tablet diambil secara acak, bersihkan dari debu, kemudian ditimbang
(Wo), kemudian dimasukkan ke dalam friksibilator. Alat diputar 25 rpm selama 4
menit, kemudian tablet dibersihkan dari debu dan ditimbang (W1).
Friksibilitas = (Wo W1)/W1 X 100 %.

vi) Uji waktu hancur
Masukkan sejumlah volume media disolusi sesuai monografi, alat
dipasang dan biarkan media hingga mencapai suhu 370 + 0,50C. Masukkan 1
tablet kedalam alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan, dan
jalankan alat pada laju kecepatan seperti yang tercantum pada monografi.
Dalam interval waktu yang ditetapkan, ambil cuplikan pada daerah
pertengahan antara media disolusi dan bagian atas keranjang atau dayung, tidak
kurang dari 1 cm dari dinding wadah. Lakukan penetapan kadar sesuai
17

monografi. Tidak boleh lebih dari 15menit.
vii) Uji waktu larut
Waktu larut tablet adalah waktu yang dibutuhkan tablet hisap untuk
melarut atau terkikis secara perlahan di dalam rongga mulut, karena
sediaan tablet hisap ini diharapkan mampu memberikan efek lokal pada
mulut dan kerongkongan dapat juga dimaksudkan untuk diabsorpsi secara
sistemik setelah ditelan. Waktu melarut yang ideal bagi tablet hisap adalah
sekitar 5-10 menit atau kurang (Banker and Anderson, 1994).

viii) Uji tanggapan rasa
Uji tanggapan rasa dilakukan untuk mengetahui respon rasa, efek
melegakan tenggorokan, kelayakan untuk dipasarkan, formula yang lebih
disukai serta saran dari responden mengenai tablet hisap jahe merah
yang dihasilkan. Uji ini dilakukan dengan teknik sampling acak (random
sampling) dengan populasi heterogen sejumlah 20 responden. Apabila
tanggapan rasa mempunyai nilai yang tinggi berarti tablet hisap tersebut
dapat diterima oleh konsumen.

7.2 Hasil Uji Sediaan Tablet Hisap
Berat tablet 2000 mg
Diameter 20 mm
Kekerasan 40 kg
Waktu Larut 67 menit
Friability 0.1 %





















18

DARFTAR PUSTAKA

Allen, Loyd V. TROCHES AND LOZENGES .Current & Practical Compounding
Information for the Pharmacist volume 4.
Banker GS, R. Anderson. 1994. Tablet. Dalam: L. Lachman, H. A. Lieberman
dan J. L. Kanig (Editor). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi II.
Terjemahan: S. Suyatmi, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Bhler Volker.Pharmaceutical Technology of BASF Excipients 3rd revised edition
.2008.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope
Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departeman Kesehatan Republik
Indonesia
Peters D, Medicated Lozenges. 1989. Di dalam: Liberman HA, Lachman L.
Schwartz JB, editor. Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets. New
York: marcel Dekker. Hlm. 419-580
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri
II. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: The Teory and Practise of
Industrial Farmacy. 645-735
Rowe, Rayman C., et al , 2009 , Handbook of Pharmaceutical
Excipients 6th Edition , Pharmaceutical & American Pharmacist
Association, London ,UK
Siregar, Ch. J. P dan Wikarsa, Saleh.2008.Teknologi Farmasi Sediaan Tablet
Dasar-Dasar Praktis.Jakarta:EGC Penerbit Buku Kedokteran






















19

LAMPIRAN


Flow tester Friabilator


Jangka sorong Roll compactor


Hardness tester Produck Kami







20

Anda mungkin juga menyukai