Anda di halaman 1dari 22

I.

Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan tablet menggunakan metode
granulasi basah.
2. Mahasiswa dapat melakukan uji evaluasi pada tablet.

II. Prinsip Percobaan


1. Melewatkan massa lembab melalui pengayak yang sesuai lalu dikeringkan.
2. Metode granulasi basah yaitu proses pencampuran partikel zat aktif dan
eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga massa lembab yang dapat
digranulasi.

III. Teori Dasar


A. Pengertian Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang
biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang
sesuai, (Ansel,hal 244). Sedangkan menurut farmakope IV (1995), tablet
adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Kebanyakan tablet digunakan untuk pemberian obat-obat secara oral.
Tablet mempunyai beberapa keuntungan, salah satu diantaranya tablet
merupakan sediaan yang tahan terhadap pemasukan (temperproof).
Tablet dibuat terutama dengan cara mengempa massa kempa yang
mengalir dari corong ke sisi pengisi lalu ke lubang kempa kemudian dikempa
menjadi massa yang kompak atau secara singkat dapat dikatakan bahwa tablet
yang dibuat secara kempa (kompresi), menggunakan mesin yang mampu
menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan berbagai
bentuk atau ukuran punch dan die (Lachman, 1994).

B. Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
7. Bebas dari kerusakan fisik;
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

C. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Tablet


1. Keuntungan Sediaan Tablet
a. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk
sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan
pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan;
b. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat
aktif yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari
semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling rendah;
c. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang
kecil;
d. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;
e. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
f. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam
tablet;
g. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan
murah; tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila
menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan
timbul;
h. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal
di tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan
pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi;
i. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas
terkendali);
j. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau
yang tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik);
k. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya
produksinya lebih rendah;
l. Pemakaian oleh penderita lebih mudah;
m. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat
pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling
baik.
2. Kerugian Sediaan Tablet
a. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan
tidak sadar/pingsan);
b. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
1) Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena
sifat amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis;
2) Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya
cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui
saluran cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk
diformulasi (harus diformulasi sedemikian rupa);
3) Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak
disenangi, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer,
dan kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi sebelum
dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik
daripada tablet. (The Theory & Practice of Industrial Pharmacy,
Lachman Hal 294)

D. Metode Pembuatan Tablet


Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu
granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode
pembuatan sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat
aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau
lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya. Berikut
merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :
1. Granulasi Basah
Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan
eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang
dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan
terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak
langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari
metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan
pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula,
kemudian masa basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk
dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini
membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat
yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan
tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan
dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang
cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan
kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan
meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting
pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan
pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua
bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau
lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan
alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul
sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih
cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan
tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang
akan dibuat.
Keuntungan metode granulasi basah :
a. Memperoleh aliran yang baik
b. Meningkatkan kompresibilitas
c. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
d. Mengontrol pelepasan
e. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
f. Distribusi keseragaman kandungan
g. Meningkatkan kecepatan disolusi
Kekurangan metode granulasi basah:
a. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
b. Biaya cukup tinggi
c. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat
dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan
pelarut non air.

2. Granulasi Kering
Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses
partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering
menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan
partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip
dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan
bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini
yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif
yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif
terhadap pemanasan dan kelembaban.
Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan
dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan
dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya
disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan
diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari
campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses
diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga
dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki
kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua
penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya,
dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini
mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir
dintara penggiling.
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
a. Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
b. Zat aktif susah mengalir
c. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
Keuntungan cara granulasi kering adalah:
a. Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat,
mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu
b. Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
c. Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat
Kekurangan cara granulasi kering adalah:
a. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
b. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
c. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang.

3. Metode Kempa Langsung


Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan
mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui
perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling
mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan
pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak
tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal
seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi
sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu
zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet
kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum
sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya
baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan
adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet. Sedangkan keuntungan
metode kempa langsung yaitu :
a. Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
b. Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit,
maka waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih
singkat, tenaga dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.
c. Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak
tahan lembab
d. Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses
granul, tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi
partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel
halus terlebih dahulu.
Kerugian metode kempa langsung :
a. Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan
pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang
selanjutnya dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat
aktif di dalam tablet.
b. Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa
langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar
memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang
dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa kondisi
pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa amin dan
laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa
langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama
pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif
dalam granul terganggu.

E. Masalah Dalam Pembuatan Tablet


1. Capping
Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah, yang
disebabkan terlalu banyak tekanan saat pencetakan, adanya udara yang
terperangkap saat granulasi, granulasi terlalu kering, terlalu banyak fines,
pemasangan punch dan dies yang tidak pas.
2. Lamination
Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi
segera setelah kompressi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya
adalah udara yang terjerat dalam granul yang tidak dapat keluar selama
kompressi atau overlubrikasi dengan stearat.
3. Sticking
Keadaan dimana granul menempel pada dinding die sehingga
punch bawah tidak bebas bergerak. Penyebabnya adalah punch kurang
bersih, tablet dikompressi pada kelembapan tinggi.
4. Picking
Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada
permukaan punch. Penyebabnya adalah pengeringan granul belum cukup,
jumlah glidan kurang bahan yang dikompresi berminyak/lengket.
5. Filming
Adanya kelembapan yang tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan
bahan dengan titik lebur rendah seperti lemak/wax. Bisa juga karena punch
kehilangan pelicin. Hal ini dapat diatasi dengan mengencerkan bahan yang
bertitik leleh rendah dengan bahan yang titik lelehnya tinggi sehingga
mengurangi penempelan.
6. Chipping dan Cracking
Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian
atas karena tekanan yang berlebih.
7. Binding
Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.
8. Molting
Distribusi zat warna yang tidak homogen. Penyebabnya adalah
migrasi zat warna yang tidak seragam (atas kering duluan yang bawah
masih basah).

IV. Alat dan Bahan


A. Alat
No Nama No Nama
1 Gelas ukur 5 Wadah plastic
2 Timbangan analitik 6 Spatel
3 Loyang 7 Batang penganduk
4 Beaker glass 8 Pengayak

B. Alat Uji Evaluasi


No Nama
1 Alat uji friabilitas
2 Alat uji waktu hancur
3 Alat uji keseragaman
bobot
4 Alat uji waktu alir
5 Alat uji kekerasan

C. Bahan
No Nama No Nama
1 Paracetamol 5 Amylum
2 Amprotab 6 Mg stearat
3 Tapioca Starch 7 Aquadest
4 Pewarna makanan 8 Talkum

V. Prosedur
1. Siapkan semua alat dan bahan.
2. Timbang masing-masing bahan.
3. Membuat amylum pasta.
a. Timbang beaker glass kemudian kalibrasi ad 100 ml.
b. Tambahkan sedikit air.
c. Tambahkan pewarna dan sisa air ad kalibrasi (100ml).
4. Panaskan Amylum Pasa sampai terbentuk pasta.
5. Campurkan Paracetamol dan Amylum (Amprotab) ad homogen.
6. Masukkan kedalam wadah, tambahkan pasta sedikit demi sedikit
sampai kalis.
7. Ayak masa dengan ayakan mesh no. 40
8. Keringkan granul pada oven pada suhu 70oC selama 1 jam, keluarkan.
9. Lakukan uji kelembaban dengan menimbang 10 gram granul, masukkan
kembali ke dalam oven.
10. Lakukan uji waktu alir granul dengan menimbang 25 g granul, tutup
bagian corong, isikan granul pada corong, dengan posisi corong
berjarak 10 cm dari permukaan meja. Simpan kertas pada permukaan
meja. Buka penutup corong, catat alir granul menggunakan stop watch.
11. Lakukan uji sifat alir. Jangan ubah posisi granul pada kertas. Catat
tinggi (h), dan diameter (d) unggukan granul. Hitung sudut istirahatnya.
12. Lakukan uji kompresibilitas dengan menimbang 25 g granul, masukkan
ke dalam gelas ukur, catat volume nya. Ketuk gelas ukur sebanyak 25x
dengan 1 ketuk selama 2 detik. Catat volume pada gelas ukur. Bila
granul tidak mengalami penurunan volume setelah 5 x ketukan terakhir,
pengujian dinyatakan selesai.
13. Cetak tablet pada mesin pencetak tablet.
14. Lakukan uji organoleptis.
15. Lakukan uji keseragaman bobot dengan menimbang 20 tablet 1 per 1
pada timbangan. Catat hasilnya dan hitung rata-ratanya.
16. Lakukan uji keseragaman ukuran pada 20 tablet dengan menggunakan
jangka sorong.
17. Lakukan uji kekerasan pada 20 tablet dengan menggunakan hardnes
tester.
18. Lakukan uji kerapuhan dengan mengambil 20 tablet, timbang,
masukkan ke dalam alat uji (friabilator), putar sebanyak 100 putaran.
Keluarkan tablet dan bersihkan dari serbuk yang terlepas.
19. Lakukan uji waktu hancur dengan memasukkan 1 tablet pada tiap
tabung alat uji hancur menggunakan air sebagai medianya.

VI. Metode
A. Formulasi Lengkap
Paracetamol 500 mg
Amprotab 10%
Konsentrasi Pasta Amylum 7%
Pewarna Qs
Amylum 5%
Mg Stearate 1%
Talcum 2%

B. Perhitungan
1. Berat Amprotab yang digunakan dalam pasta
a. Berat beaker glass kosong = 98,794 g
b. Berat beaker glass kosong + pasta = 196,7 g
c. Berat beaker glass kosong + pasta sisa = 159,92 g
d. Berat pasta yang digunakan = 196,7 – 159,92
= 36,78 g
e. Amprotab pro pasta yang digunakan = 7
x 36,78
100
= 2,575 g

2. Fase Dalam Teoritis


a. Zat Aktif = 500 mg x 200 tab
= 100.000 mg = 100 g
b. Amprotab = 10
x 650 x 200
100
= 13.000 mg = 13 g
c. Amprotab pro pasta = 2,575 g
d. Total fase dalam teoritis = 115,575 g

3. Fase Luar Teoritis


a. Amylum = 5 100
x 115,575 x
100 92
= 6,281 g
b. Talkum = 2 100
x 115,575 x
100 92
= 2,513 g
c. Mg Stearate = 1 100
x 115,575 x
100 92
= 1,256 g
Total fase luas teoritis = 10,05 g

4. Massa Tablet Total Teritis


Fase dalam + Fase luar = 115,575 + 10,05 = 125,625 g
5. Berat Satuan Tablet Teoritis
125,625 g : 200 tablet = 0,628 g = 628 mg
6. Fase Dalam Nyata (Berat Granul Hasil Granulasi)
a. Berat granul hasil pengeringan yg ditimbang = 96,98 g
b. Berat granul untuk uji LOD = 10 g
c. Berat fase dalam nyata yang digunakan = 96,98 – 10
= 86,98 g
7. Fase Luar Nyata
a. Amylum = 5 100
x 86,98 x
100 92
= 4,727 g
b. Talkum = 2 100
x 86,98 x
100 92
= 1,891 g
c. Mg Stearate = 1 100
x 86,98 x
100 92
= 0,945
Total fase luas nyata = 7,563 g

8. Massa Tablet Total Nyata


Fase dalam + fase luar = 86,98 + 7,563 = 94,543 g
9. Jumlah Tablet yang akan di produksi
(massa tablet nyata:massa tablet teoritis) x 200 tablet
(94,543 : 125,625) x 200 tablet = 151 tablet
10. Berat Satuan Tablet Nyata
94,543 : 151 = 0,626 g = 626 mg
11. Rendem Jumlah Tablet
Jumlahtablet nyata
% Rendemen= x 100 %
Jumlah tablet yang akan diproduksi
143
¿ x 100 %=94,702 %
151

C. Evaluasi Masa Granul


1. Uji Kelembaban
Alat : Moisture Balance
Cara : Timbang seksama 10 g granul, panaskan dalam lemari
pengering sampai bobot (suhu 40 – 60 oC)
Wo−W 1
Hitung % lembab = x 100 %
Wo
Wo = bobot granul awal
W1 = bobot granul setelah pengeringan
Syarat; kadar air yang baik yaitu 2 – 4 %
2. Uji daya alir granul
a. Uji waktu alir
Timbang 25 g granul, tempatkan pada corong alat uji waktu alir
dalam keadaan tertutup. Simpan corong pada ketinggian 10 cm.
Buka penutupnya biarkan granul mengalir, catat waktunya,
gunakan stop watch.
Satuan waktu alirnya : gram / detik
Syarat : 100 g granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik (<10
g / detik)
b. Sifat alir
Granul ditampung pada kertas grafik mm, catat tinggi dan
diameter. Hitung sudut istimewa menggunakan persamaan
berikut:
2h
Sudut istirahat = tan
d
Kategori sifat alir:
A Sifat Alir
25 – 30 Sangat mudah mengalir
30 – 40 Mudah mengalir
40 – 45 Mengalir
< 45 Kurang mengalir

3. Uji Kompresibilitas
Timbang 25 g granul, masukkan ke dalam gelas ukur dari alat
Joulting Volumeter catat volumenya. Ketuk-ketuk gelas ukur berisi
granul dengan interval ketukan 2 detik 1 ketukan. Perhatikan tanda
batas di gelas ukur, bila granul tidak mengalami penurunan, volume
setelah 5 ketukan terakhir. Pengujian dinyatakan selesai dan catat
volume akhir.
Hitung % kompresibilitas:
Berat granul
Kerapatan longgar (App.density) =
Volume awal
Berat granul
Kerapatan mampat (Tapp.density) =
Volume akhir
% Kompresibilitas =

Kerapatan mampat −Kerapatan longgar


x 100 %
Kerapatan mampat

Kategori % kompresibilitas:
5 – 15 % aliran sangat baik
16 – 25 % aliran baik
≥ 26 % aliran buruk

D. Evaluasi Tablet
1. Uji Organoleptis
Amati tablet hasil cetak secara visual, dilihat dari bentuk tablet,
warna tablet dan bau. Selain itu juga dilihat apakah distribusi warna
merata, ada cacat fisik atau tidak.

2. Uji Keseragaman Bobot


Pengujian dilakukan dengan interval waktu yang sama dengan uji
penampilan. Tablet sebanyak 20 buah, ditimbang satu per satu di atas
alat timbangan. Kemudian hasil dicatat dan dihitung rata-ratanya.
Analisis keseragaman bobot tablet dengan membandingkan bobot
tablet dalam rentang penyimpangan bobot rata-rata tablet.
Persyaratan:
a. Jika ditimbang satu persatu , tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan pada kolom “A” dan tidak boleh ada satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga
dalam kolom “B”.
b. Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh satu
tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot
rata-rata yang ditetapkan dalam kolom “A” maupun kolom “B”.

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam


%
tablet
A B
< 25 mg 15 30
26 – 150 mg 10 20
151 – 7,5 15
300 mg
> 300 mg 5 10

3. Uji Keseragaman Ukuran


Sebanyak 20 tablet diukur tebal dan diameternya dengan
menggunakan jangka sorong. Diameter tablet yang baik adalah tidak
lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari satu sepertiga kali tebal tablet.

4. Uji Kekerasan
Ambil 20 tablet, ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan
(Hardness tester). Hitung rata-rata dan SD nya.
Persyaratan: 4 – 10 kg/cm2

5. Uji Friabilitas (Kerapuhan)


Ambil 20 tablet, bersihkan dari serbuk halus, timbang, masukkan
kedalam alat uji (Friabilator), putar sebanyak 100 putaran. Keluarkan
tablet, bersihkan dari serbuk yang terlepas dan timbang kembali.
Hitung % friabilitas (F) sebagai berikut:
W 0−W 1
F= x 100 %
W0
Wo = Bobot Awal
W1 = Bobot setelah pengujian
Persyaratan: Jika % Friabilitas < 1% memenuhi syarat.

6. Uji Waktu Hancur


Masukkan masing-masing 1 tablet ke dalam 6 tabung dari alat uji
waktu hancur, masukkan 1 cakram pada tiap tabung dan jalankan
alat. Gunakan air sebagai media dengan suhu 37 ± 2oC. Semua tablet
harus hancur sempurna.
Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan
12 tablet lainnya. Tidak kurang dari 16 dari 18 tablet yang diuji harus
hancur sempurna.
Persyaratan:
- Tablet tidak bersalut : < 15 menit
- Tablet salut gula dan salut non enteric : < 30 menit
- Tablet salut enteric : tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit
dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium
basa.

VII. Data Pengamatan


A. Evaluasi Masa Granul
1. Uji Kelembaban
Wo = 10 g
W1 = 8 g
W 0−W 1
% Kelembaban = x 100 %
W0
10−8
= x 100 %
10
= 20 % (Kadar air tidak memenuhi syarat)

2. Uji Daya Alir Granul


a. Uji waktu alir
Waktu alir = 100 g / 3,05 detik (Memenuhi syarat)
b. Sifat alir
Tinggi granul (h) = 2 cm
Diameter granul (d) = 8,5 cm
2h
tan  =
d
2 x 2 cm
tan =
8,5 cm
4 cm
tan =
8,5 cm
= tan-1 0,471 = 25,22o (Sangat mudah mengalir, karena
berada pada kisaran 25 - 30)
3. Uji Kompresibilitas
Berat granul = 25 g
Volume awal = 50 ml
Volume Akhir = 40 ml
a. Kerapatan Longgar (App.density)
Berat Granul
Kerapatan longgar =
Volume Awal
25 g
=
50 ml
= 0,5
b. Kerapatan Mampat (Tap.density)
Berat Granul
Kerapatan longgar =
Volume Awal
25 g
=
40 ml
= 0,625
c. Kompresibilitas
% Kompresibilitas =

Kerapatan mampat −Kerapatan longgar


x 100 %
Kerapatan mampat
0,625−0,5
= x 100 %
0,625
= 20 % (Aliran Baik, karena berada pada
rentan 16 – 25%)

B. Evaluasi Tablet
1. Uji Organoleptis
a. Bentuk : bulat pipih
b. Bau : tidak berbau
c. Warna : biru muda
d. Permukaan: rata, tidak ada cacat fisik
2. Uji Keseragaman Bobot
Hasil penimbangan 20 tablet:

No Tablet Bobot (gram) Kolom A Kolom B


1 0.645 √ √
2 0.650 √ √
3 0.626 √ √
4 0.621 √ √
5 0.610 √ √
6 0.647 √ √
7 0.642 √ √
8 0.634 √ √
9 0.627 √ √
10 0.640 √ √
11 0.618 √ √
12 0.625 √ √
13 0.637 √ √
14 0.647 √ √
15 0.644 √ √
16 0.626 √ √
17 0.645 √ √
18 0.634 √ √
19 0.645 √ √
20 0.634 √ √
Jumlah 12.697 Memenuhi Syarat Kolom A & B
12,6 97 gram
- Rata-rata bobot tablet = = 0,635 g = 635 mg / tab
20 tablet
- Kolom A : 0,635 g ± 5 %
SD = 5/100 x 0,635 g = 0,032 g
Batas atas = 0,635 g + 0,032 g = 0,667 g
Batas bawah = 0,635 g – 0,032 = 0,603 g
Range = 0,603 g – 0,667 g
- Kolom B : 0,635 g ± 10 %
SD = 10/100 x 0,635 g = 0,0635 g
Batas atas = 0,635 g + 0,0635 g = 0,6985 g
Batas bawah = 0,635 g – 0,0635 = 0,5715 g
Range = 0,5715 g – 0,6985 g
3. Uji Keseragaman Ukuran
Hasil pengukuran tebal dan diameter tablet:

No Tablet Tebal (mm) Diameter (mm) 4/3T<D<3T


1 1.2 0.6 √
2 1.2 0.6 √
3 1.2 0.6 √
4 1.2 0.6 √
5 1.2 0.6 √
6 1.2 0.6 √
7 1.2 0.6 √
8 1.2 0.6 √
9 1.2 0.6 √
10 1.2 0.6 √
11 1.2 0.6 √
12 1.2 0.6 √
13 1.2 0.6 √
14 1.2 0.6 √
15 1.2 0.6 √
16 1.2 0.6 √
17 1.2 0.6 √
18 1.2 0.6 √
19 1.2 0.6 √
20 1.2 0.6 √
Syarat : 4/3 t < d < 3 t
- 4/3 x 0,6 mm = 0,8 mm
- 3 x 0,6 mm = 1,8 mm
0,8 mm < 1,2 mm < 1,8 mm (Memenuhi Syarat)

4. Uji Kekerasan
Hasil pengukuran kekerasan tablet dengan Hardness Tester:
No Tablet Kekerasan (kg/cm3)
1 14.0
2 9.5
3 14.0
4 13.0
5 13,5
6 15.0
7 14.0
8 14.5
9 12.0
10 11.5
11 13.5
12 14.0
13 15.0
14 16.0
15 13.0
16 13.0
17 13.0
18 11.0
19 13.2
20 13.0
(Tidak Memenuhi Syarat)
Karena persyaratannya adalah 4 – 10 kg/cm3

5. Uji Friabilitas (Kerapuhan)


W0 = 13,119 g
W1 = 12,435 g
W 0−W 1
F= x 100 %
W0
13,119 gram−12,435 gram
= x 100 %
13,119 gram
= 0,052% (Memenuhi syarat, karena < 1%)

6. Uji Waktu Hancur


Semua tablet hancur sempurna dalam waktu 2 menit 27 detik. Artinya
waktu hancur tablet memenuhi syarat, karena kurang dari 15 menit.
VIII. Pembahasan
Aksi dari parasetamol yaitu menghambat prostaglandin di SSP, tetapi tidak
memiliki efek anti-inflamasi di perifer; mengurangi demam melalui
tidandakan langsung pada hipotalamus pengatur pusat panas. Paracetamol
diindikasikan untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang; pengobatan
demam. Penggunaan berlabel (S): Nyeri dan demam setelah vaksinasi
profilaksis (A to Z Drug Fact).

Pada praktikum kali ini membuat tablet menggunakan metode granulasi


basah. Untuk kelompok kami menggunakan formula Paracetamol 500 mg
sebagai bahan aktif, Amprotab (FD) 10% sebagai penghancur, Tapioka
Starch 7%, Pewarna 130 mg, Amprotab (FL) 5% sebagai penghancur, Mg
Stearat 1% sebagai pelican, dan Talcum 2% sebagai glindan.

Untuk metode granulasi basah itu sendiri hal yang pertama dilakukan adalah
membuat fase dalam dengan menimbang semua bahan, lalu mencampurkan
Tapioka Starch dan Aquadest lalu di adik hingga bercampur tambahkan
pewarna lalu aduk hingga sediaan membentuk fasta. Setelah itu campurkan
Paracetamol dan Amprotab (FD), lalu tambahkan sedikit demi sedikit
Amilum Pasta sehingga sediaan mudah untuk dikepal. Lalu sediaan diayak
menggunakan mesh no.40. Pengayakan ini bertujuan untuk menyeragamkan
ukuran granul, yang ditampung dikertas perkamen. Kemudian oven pada
suhu 70°C selama 1 jam. Setelah dioven granul diayak kembali
menggunakan mesh no.100 yang ditampung diatas perkamen. Lalu sediaan
dicampur fase luar yang telah ditimbang (Amylum, Amprotab, Mg Stearate
dan Talcum), sisahkan dan timbang sebanyak 25 gram untuk uji waktu alir,
sifat alir dan uji kompresibilitas.

Pada saat tablet dicetak, kepadatan tablet terlihat bagus dan tidak ada
kerapuhan. Setelah dicetak jumlah tablet seharusnya sebanyak 133 tablet.
Tetapi hasil nyatanya hanya sebanyak 143. Kemungkinan karena granul
yang banyak tertinggal di mesin pencetak dan hal yang lainnya.

Setelah selesai pencetakan, kami melakukan uji evaluasi tablet yaitu uji
keseragaman bobot. Uji ini dilakukan dengan cara menimbang satu persatu
tablet sebanyak 20 tablet lalu dicatat hasilnya. Lalu uji keseragaman ukuran,
yaitu tablet yang telah ditimbang tadi diukur diameter dan tebal tablet
masing-masingnya menggunakan jangka sorong,

Kemudian uji kekerasan tablet menggunakan 20 tablet tersebut satu persatu.


Tablet diuji kekerasannya menggunakan Hardness Tester. Lalu hitung rata-
rata SDnya, hasil yang didapat rata-ratanya adalah 13,285 Kg/cm, nilai ini
bukan nilai yang termasuk pada persyaratan uji kekerasan tablet (minimal 4-
10 kg/cm). Tablet yang kami buat terlalu keras, dikarenana dipengaruhi oleh
kadar formula tablet.
Selanjunya adalah uji friabilitas atau uji kerapuhan yaitu 20 tablet random
yang ditimbang terlebih dahulu (13,119 gram) dimasukkan kedalam
friabilitas dan putar sebanyak 100 kali, lalu timbang kembali
Dan hasilnya menjadi 12, 435 gram. Putaran ini memakan waktu selama 3
menit.
IX. Kesimpulan

X. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai