Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan tablet menggunakan metode
granulasi basah.
2. Mahasiswa dapat melakukan uji evaluasi pada tablet.
B. Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
7. Bebas dari kerusakan fisik;
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.
2. Granulasi Kering
Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses
partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering
menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan
partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip
dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan
bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini
yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif
yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif
terhadap pemanasan dan kelembaban.
Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan
dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan
dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya
disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan
diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari
campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses
diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga
dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki
kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua
penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya,
dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini
mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir
dintara penggiling.
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
a. Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
b. Zat aktif susah mengalir
c. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
Keuntungan cara granulasi kering adalah:
a. Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat,
mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu
b. Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
c. Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat
Kekurangan cara granulasi kering adalah:
a. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
b. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
c. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang.
C. Bahan
No Nama No Nama
1 Paracetamol 5 Amylum
2 Amprotab 6 Mg stearat
3 Tapioca Starch 7 Aquadest
4 Pewarna makanan 8 Talkum
V. Prosedur
1. Siapkan semua alat dan bahan.
2. Timbang masing-masing bahan.
3. Membuat amylum pasta.
a. Timbang beaker glass kemudian kalibrasi ad 100 ml.
b. Tambahkan sedikit air.
c. Tambahkan pewarna dan sisa air ad kalibrasi (100ml).
4. Panaskan Amylum Pasa sampai terbentuk pasta.
5. Campurkan Paracetamol dan Amylum (Amprotab) ad homogen.
6. Masukkan kedalam wadah, tambahkan pasta sedikit demi sedikit
sampai kalis.
7. Ayak masa dengan ayakan mesh no. 40
8. Keringkan granul pada oven pada suhu 70oC selama 1 jam, keluarkan.
9. Lakukan uji kelembaban dengan menimbang 10 gram granul, masukkan
kembali ke dalam oven.
10. Lakukan uji waktu alir granul dengan menimbang 25 g granul, tutup
bagian corong, isikan granul pada corong, dengan posisi corong
berjarak 10 cm dari permukaan meja. Simpan kertas pada permukaan
meja. Buka penutup corong, catat alir granul menggunakan stop watch.
11. Lakukan uji sifat alir. Jangan ubah posisi granul pada kertas. Catat
tinggi (h), dan diameter (d) unggukan granul. Hitung sudut istirahatnya.
12. Lakukan uji kompresibilitas dengan menimbang 25 g granul, masukkan
ke dalam gelas ukur, catat volume nya. Ketuk gelas ukur sebanyak 25x
dengan 1 ketuk selama 2 detik. Catat volume pada gelas ukur. Bila
granul tidak mengalami penurunan volume setelah 5 x ketukan terakhir,
pengujian dinyatakan selesai.
13. Cetak tablet pada mesin pencetak tablet.
14. Lakukan uji organoleptis.
15. Lakukan uji keseragaman bobot dengan menimbang 20 tablet 1 per 1
pada timbangan. Catat hasilnya dan hitung rata-ratanya.
16. Lakukan uji keseragaman ukuran pada 20 tablet dengan menggunakan
jangka sorong.
17. Lakukan uji kekerasan pada 20 tablet dengan menggunakan hardnes
tester.
18. Lakukan uji kerapuhan dengan mengambil 20 tablet, timbang,
masukkan ke dalam alat uji (friabilator), putar sebanyak 100 putaran.
Keluarkan tablet dan bersihkan dari serbuk yang terlepas.
19. Lakukan uji waktu hancur dengan memasukkan 1 tablet pada tiap
tabung alat uji hancur menggunakan air sebagai medianya.
VI. Metode
A. Formulasi Lengkap
Paracetamol 500 mg
Amprotab 10%
Konsentrasi Pasta Amylum 7%
Pewarna Qs
Amylum 5%
Mg Stearate 1%
Talcum 2%
B. Perhitungan
1. Berat Amprotab yang digunakan dalam pasta
a. Berat beaker glass kosong = 98,794 g
b. Berat beaker glass kosong + pasta = 196,7 g
c. Berat beaker glass kosong + pasta sisa = 159,92 g
d. Berat pasta yang digunakan = 196,7 – 159,92
= 36,78 g
e. Amprotab pro pasta yang digunakan = 7
x 36,78
100
= 2,575 g
3. Uji Kompresibilitas
Timbang 25 g granul, masukkan ke dalam gelas ukur dari alat
Joulting Volumeter catat volumenya. Ketuk-ketuk gelas ukur berisi
granul dengan interval ketukan 2 detik 1 ketukan. Perhatikan tanda
batas di gelas ukur, bila granul tidak mengalami penurunan, volume
setelah 5 ketukan terakhir. Pengujian dinyatakan selesai dan catat
volume akhir.
Hitung % kompresibilitas:
Berat granul
Kerapatan longgar (App.density) =
Volume awal
Berat granul
Kerapatan mampat (Tapp.density) =
Volume akhir
% Kompresibilitas =
Kategori % kompresibilitas:
5 – 15 % aliran sangat baik
16 – 25 % aliran baik
≥ 26 % aliran buruk
D. Evaluasi Tablet
1. Uji Organoleptis
Amati tablet hasil cetak secara visual, dilihat dari bentuk tablet,
warna tablet dan bau. Selain itu juga dilihat apakah distribusi warna
merata, ada cacat fisik atau tidak.
4. Uji Kekerasan
Ambil 20 tablet, ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan
(Hardness tester). Hitung rata-rata dan SD nya.
Persyaratan: 4 – 10 kg/cm2
B. Evaluasi Tablet
1. Uji Organoleptis
a. Bentuk : bulat pipih
b. Bau : tidak berbau
c. Warna : biru muda
d. Permukaan: rata, tidak ada cacat fisik
2. Uji Keseragaman Bobot
Hasil penimbangan 20 tablet:
4. Uji Kekerasan
Hasil pengukuran kekerasan tablet dengan Hardness Tester:
No Tablet Kekerasan (kg/cm3)
1 14.0
2 9.5
3 14.0
4 13.0
5 13,5
6 15.0
7 14.0
8 14.5
9 12.0
10 11.5
11 13.5
12 14.0
13 15.0
14 16.0
15 13.0
16 13.0
17 13.0
18 11.0
19 13.2
20 13.0
(Tidak Memenuhi Syarat)
Karena persyaratannya adalah 4 – 10 kg/cm3
Untuk metode granulasi basah itu sendiri hal yang pertama dilakukan adalah
membuat fase dalam dengan menimbang semua bahan, lalu mencampurkan
Tapioka Starch dan Aquadest lalu di adik hingga bercampur tambahkan
pewarna lalu aduk hingga sediaan membentuk fasta. Setelah itu campurkan
Paracetamol dan Amprotab (FD), lalu tambahkan sedikit demi sedikit
Amilum Pasta sehingga sediaan mudah untuk dikepal. Lalu sediaan diayak
menggunakan mesh no.40. Pengayakan ini bertujuan untuk menyeragamkan
ukuran granul, yang ditampung dikertas perkamen. Kemudian oven pada
suhu 70°C selama 1 jam. Setelah dioven granul diayak kembali
menggunakan mesh no.100 yang ditampung diatas perkamen. Lalu sediaan
dicampur fase luar yang telah ditimbang (Amylum, Amprotab, Mg Stearate
dan Talcum), sisahkan dan timbang sebanyak 25 gram untuk uji waktu alir,
sifat alir dan uji kompresibilitas.
Pada saat tablet dicetak, kepadatan tablet terlihat bagus dan tidak ada
kerapuhan. Setelah dicetak jumlah tablet seharusnya sebanyak 133 tablet.
Tetapi hasil nyatanya hanya sebanyak 143. Kemungkinan karena granul
yang banyak tertinggal di mesin pencetak dan hal yang lainnya.
Setelah selesai pencetakan, kami melakukan uji evaluasi tablet yaitu uji
keseragaman bobot. Uji ini dilakukan dengan cara menimbang satu persatu
tablet sebanyak 20 tablet lalu dicatat hasilnya. Lalu uji keseragaman ukuran,
yaitu tablet yang telah ditimbang tadi diukur diameter dan tebal tablet
masing-masingnya menggunakan jangka sorong,
X. Lampiran