Anda di halaman 1dari 30

I.

Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan tablet menggunakan metode
granulasi basah.
2. Mahasiswa dapat melakukan uji evaluasi pada tablet.

II. Prinsip Percobaan


1. Melewatkan massa lembab melalui pengayak yang sesuai lalu dikeringkan.
2. Metode granulasi basah yaitu proses pencampuran partikel zat aktif dan
eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga massa lembab yang dapat
digranulasi.

III. Teori Dasar


A. Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau
cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi,
zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang
cocok ( menurut FI III). Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat
digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (menurut FI IV).
Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari
tablet dibuat dengan mencetak. Tablet yang dibuat secara kompresi
menggunakan mesin yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul
dengan menggunakan berbagai bentuk punch dan die. Alat kompresi tablet
merupakan alat berat dari berbagai kapasitas dipilih sesuai dengan dasar dari
jenis tablet yang akan dibuat serta produksi rata-rata yang diinginkan. Tablet
yang dicetak dibuat dengan tangan atau dengan alat mesin tangan, dengan cara
menekan bahan tablet ke dalam cetakan, kemudian bahan tablet yang telah
terbentuk dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan sampai kering.
B. Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan.
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil.
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik.
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan.
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan.
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan.
7. Bebas dari kerusakan fisik.
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan.
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu.
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

C. Keuntungan dan Kerugian Tablet


1. Keuntungan
a. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih.
b. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis.
c. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil
sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan,
pengangkutan, dan penyimpanan.
d. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat
dicegah/diperkecil.

2. Kerugian
a. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan
tidak sadar/pingsan).
b. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
1) Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena
sifat amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
2) Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya
cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui
saluran cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk
diformulasi (harus diformulasi sedemikian rupa).
3) Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak
disenangi, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan
kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa.
Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294)

D. Komponen Tablet
Komponen atau formulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif, bahan
pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan, dapat juga mengandung
bahan pewarna dan lak (bahan warna yang diabsorpsi pada alumunium
hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan bahkan pengaroma dan bahan
pemanis.
1. Zat aktif : harus memenuhi syarat yang ditentukan farmakope.
2. Eksipien atau bahan tambahan.
a. Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume massa
agar mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat
aktifnya sedikit atau sulit dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium
fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal.
b. Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada
massa serbuk sewaktu granulasi seerta menambah daya kohesi pada
bahanpengisi, misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidone,
metilselulosa, CMC, pasta pati terhidrolisis, selulosa mikrokristal.
c. Bahan penghancur/pengembang (disintegrant) berfungsi membantu
hancurnya tablet setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa yang
dimodofokasi secara kimia, asam alginate, selulosa mikrokristal, dan
povidone sambung-silang.
d. Bahan pelican (lubrikan) berfungsi mengurangi gesekan selama proses
pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet
melekat pada cetakan. Misalnya senyawa asam stearate dengan logam,
asam stearate, minyak nabati terhidrogenasi, dan talk. Umumnya
lubrikan bersifat hidrofob, sehingga dapat menurunkan keceoatan
disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu, kadar lubrikan yang
berlebih harus dihindari. PEG dan garam lauril sulfat dapat digunakan,
tetapi kurang memberikan daya lubrikasi yang optimal dan diperlukan
dalam kadar yang lebih tinggi.
e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir
serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung yanpa proses
granulasi. Misalnya silika pirogenik koloidal.
f. Bahan penyalut (coating agent)
3. Ajuvan
a. Bahan pewarna (colouring agent) dan lak berfungsi meningkatkan
nilai estetika atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari
tumbuhan.
b. Bahan pengaroma (flavor) berfungsi menutupi rasa dan bau zat
berkhasiat yang tidak enak (misalnya tablet hisap penicillin), biasanya
digunakan untuk tablet yang penggunaannya lama di mulut. Misalnya
macam-macam minyak atsiri.

E. Metode Pembuatan Tablet


Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu
granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode
pembuatan sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat
aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau
lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya. Berikut
merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut:
1. Granulasi Basah
Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan
eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang
dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan
terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak
langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari
metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan
pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula,
kemudian masa basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk
dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini
membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat
yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan
tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan
dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang
cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan
kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan
meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting
pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan
pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua
bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau
lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan
alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul
sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih
cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan
tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang
akan dibuat.
a. Keuntungan Metode Granulasi Basah
1) Memperoleh aliran yang baik.
2) Meningkatkan kompresibilitas.
3) Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai.
4) Mengontrol pelepasan.
5) Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses.
6) Distribusi keseragaman kandungan.
7) Meningkatkan kecepatan disolusi.

b. Kerugian Metode Granulasi Basah


1) Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi.
2) Biaya cukup tinggi.
3) Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat
dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan
pelarut non air.

2. Granulasi Kering
Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel
zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi
massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel
yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari
metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan
pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang
cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang
terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap
pemanasan dan kelembaban.
Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan
mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan
punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut
slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk
mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal
bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat
diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada
mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan
memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling
yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan
bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu
menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara
penggiling. Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi seperti
kandungan zat aktif dalam tablet tinggi, zat aktif susah mengalir dan zat
aktif sensitif terhadap panas dan lembab.
a. Keuntungan Metode Granulasi Kering
1) Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan
pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan
waktu.
2) Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab.
3) Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat.

b. Kekurangan Metode Granulasi Kering


1) Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug.
2) Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam.
3) Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan
terjadinya kontaminasi silang.

3. Metode Kempa Langsung


Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan
mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui
perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling
mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan
pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak
tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal
seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi
sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu
zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet
kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum
sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya
baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan
adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet.
a. Keuntungan Metode Kempa Langsung
1) Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit .
2) Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih
sedikit, maka waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode
ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang dipergunakan juga lebih
sedikit.
3) Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak
tahan lembab.
4) Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati
proses granul, tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa
langsung berisi partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari
granul ke partikel halus terlebih dahulu.

b. Kekurangan Metode Kempa Langsung


1) Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif
dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul
yang selanjutnya dapat menyebabkan kurang seragamnya
kandungan zat aktif di dalam tablet.
2) Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa
langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar
memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang
dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa kondisi
pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa amin dan
laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa
langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama
pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat
aktif dalam granul terganggu.
Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan
harus bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik;
kohesifitas dan adhesifitas yang baik.

F. Masalah Dalam Pembuatan Tablet


1. Capping
Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah, yang
disebabkan terlalu banyak tekanan saat pencetakan, adanya udara yang
terperangkap saat granulasi, granulasi terlalu kering, terlalu banyak fines,
pemasangan punch dan dies yang tidak pas.
2. Lamination
Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi
segera setelah kompressi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya
adalah udara yang terjerat dalam granul yang tidak dapat keluar selama
kompressi atau overlubrikasi dengan stearat.
3. Sticking
Keadaan dimana granul menempel pada dinding die sehingga
punch bawah tidak bebas bergerak. Penyebabnya adalah punch kurang
bersih, tablet dikompressi pada kelembapan tinggi.
4. Picking
Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada
permukaan punch. Penyebabnya adalah pengeringan granul belum cukup,
jumlah glidan kurang bahan yang dikompresi berminyak/lengket.
5. Filming
Adanya kelembapan yang tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan
bahan dengan titik lebur rendah seperti lemak/wax. Bisa juga karena punch
kehilangan pelicin. Hal ini dapat diatasi dengan mengencerkan bahan yang
bertitik leleh rendah dengan bahan yang titik lelehnya tinggi sehingga
mengurangi penempelan.
6. Chipping dan Cracking
Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian
atas karena tekanan yang berlebih.
7. Binding
Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.
8. Molting
Distribusi zat warna yang tidak homogen. Penyebabnya adalah
migrasi zat warna yang tidak seragam (atas kering duluan yang bawah
masih basah).

G. Eveluasi Massa Granul


1. Uji Kelembaban
Alat : Moisture Balance
Cara : Timbang seksama 10 g granul, panaskan dalam lemari pengering
sampai bobot (suhu 40 – 60 oC)
Wo−W 1
Hitung % lembab = x 100 %
Wo
Wo = bobot granul awal
W1 = bobot granul setelah pengeringan
Syarat; kadar air yang baik yaitu 2 – 4 %

2. Uji daya alir granul


a. Uji waktu alir
Timbang 25 g granul, tempatkan pada corong alat uji waktu
alir dalam keadaan tertutup. Simpan corong pada ketinggian 10 cm.
Buka penutupnya biarkan granul mengalir, catat waktunya, gunakan
stop watch.
Satuan waktu alirnya : gram / detik
Syarat : 100 g granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik (<10 g /
detik)
b. Sifat alir
Granul ditampung pada kertas grafik mm, catat tinggi dan
diameter. Hitung sudut istimewa menggunakan persamaan berikut:
2h
Sudut istirahat = tan
d
Kategori sifat alir:
A Sifat Alir
25 – 30 Sangat mudah mengalir
30 – 40 Mudah mengalir
40 – 45 Mengalir
< 45 Kurang mengalir

c. Uji Kompresibilitas
Timbang 25 g granul, masukkan ke dalam gelas ukur dari alat
Joulting Volumeter catat volumenya. Ketuk-ketuk gelas ukur berisi
granul dengan interval ketukan 2 detik 1 ketukan. Perhatikan tanda
batas di gelas ukur, bila granul tidak mengalami penurunan, volume
setelah 5 ketukan terakhir. Pengujian dinyatakan selesai dan catat
volume akhir.
Hitung % kompresibilitas:
Berat granul
Kerapatan longgar (App.density) =
Volume awal

Berat granul
Kerapatan mampat (Tapp.density) =
Volume akhir

Kerapatan mampat −Kerapatan longgar


% Kompresibilitas = x 100 %
Kerapatan mampat

Kategori % kompresibilitas:
5 – 15 % aliran sangat baik
16 – 25 % aliran baik
≥ 26 % aliran buruk

H. Evaluasi Tablet
1. Uji Organoleptis
Amati tablet hasil cetak secara visual, dilihat dari bentuk tablet,
warna tablet dan bau. Selain itu juga dilihat apakah distribusi warna
merata, ada cacat fisik atau tidak.
2. Uji Keseragaman Bobot
Pengujian dilakukan dengan interval waktu yang sama dengan uji
penampilan. Tablet sebanyak 20 buah, ditimbang satu per satu di atas alat
timbangan. Kemudian hasil dicatat dan dihitung rata-ratanya. Analisis
keseragaman bobot tablet dengan membandingkan bobot tablet dalam
rentang penyimpangan bobot rata-rata tablet.
Persyaratan:
a. Jika ditimbang satu persatu , tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan
pada kolom “A” dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom “B”.
b. Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh satu tablet
pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang
ditetapkan dalam kolom “A” maupun kolom “B”.

Penyimpangan bobot rata-rata


Bobot rata-rata
dalam %
tablet
A B
< 25 mg 15 30
26 – 150 mg 10 20
151 – 300 mg 7,5 15
> 300 mg 5 10
3. Uji Keseragaman Ukuran
Sebanyak 20 tablet diukur tebal dan diameternya dengan
menggunakan jangka sorong. Diameter tablet yang baik adalah tidak lebih
dari 3 kali dan tidak kurang dari satu sepertiga kali tebal tablet.

4. Uji Kekerasan
Ambil 20 tablet, ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan
(Hardness tester). Hitung rata-rata dan SD nya.
Persyaratan: 4 – 10 kg/cm2

5. Uji Friabilitas (Kerapuhan)


Ambil 20 tablet, bersihkan dari serbuk halus, timbang, masukkan
kedalam alat uji (Friabilator), putar sebanyak 100 putaran. Keluarkan
tablet, bersihkan dari serbuk yang terlepas dan timbang kembali. Hitung %
friabilitas (F) sebagai berikut:
W 0−W 1
F= x 100 %
W0
Wo = Bobot Awal
W1 = Bobot setelah pengujian
Persyaratan: Jika % Friabilitas < 1% memenuhi syarat.

6. Uji Waktu Hancur


Masukkan masing-masing 1 tablet ke dalam 6 tabung dari alat uji
waktu hancur, masukkan 1 cakram pada tiap tabung dan jalankan alat.
Gunakan air sebagai media dengan suhu 37 ± 2oC. Semua tablet harus
hancur sempurna.
Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian
dengan 12 tablet lainnya. Tidak kurang dari 16 dari 18 tablet yang diuji
harus hancur sempurna.
Persyaratan:
- Tablet tidak bersalut : < 15 menit
- Tablet salut gula dan salut non enteric : < 30 menit
- Tablet salut enteric : tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam
medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa.

I. Uraian Bahan
A. Zat Aktif
1. Paracetamol
Nama Lain : Acetaminophenum
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau,
rasa pahit
BM : 151,16
Kelarutan : Larut dalam 70 bagianr, dalam 7 bagian etanol
(95%)P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40
bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol p
Titik Lebur : 169° - 172°
Rumus Bangun : C8H9NO2
Stuktur :
Molekul

2. Chlorpheniramine Maleat
Nama Lain : Klorpheniramini Maleas
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau
BM : 390,87
Kelarutan : Larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian
etanol (95%) P dan dalam 10 bagian kloroform
P, sukar larut dalam eter P
Titik Lebur : 132° - 135°
Rumus Bangun : C16H19ClN2.C4H4O4
Stuktur Molekul :

B. Zat Tambahan
1. Asam Ascorbat
Nama Lain : Vitamin C
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, agak kuning,
tidak berbau, rasa asam
BM : 176,13
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol (95%( P, praktis tidak larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalma benzene P
Titik Lebur : Lebig kurang 190°
Rumus Bangun : C6H8O6
Stuktur Molekul :

2. Amylum (Amprotab)
Nama Lain : Amilum maihot, pati singkong
Pemerian : Serbuk atau masa, keras, putih atau putih krem
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dan lebih mudah larut
dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam
etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter
(Depkes, RI,1995)

3. Talcum
Nama Lain : Talk
Pemerian : Serbuk hablur sangat halus licin, mudah
melekat pada kulit, bebas dari butiran warna
putih atau putih kelabu
Kelarutan : Tidak larut dalam hamper semua pelarut

4. Mg Stearate
Nama Lain : Magnesium Stearat
Pemerian : Serbuk hablur sangat halus licin, mudah
melekat pada kulit, bebas dari butiran warna
putih atau putih kelabu
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol
(95%) P

IV. Alat dan Bahan


A. Alat
No Nama No Nama
1 Gelas ukur 5 Wadah plastic
2 Timbangan analitik 6 Spatel
3 Loyang 7 Batang penganduk
4 Beaker glass 8 Pengayak

B. Alat Uji Evaluasi


No Nama
1 Alat uji friabilitas
2 Alat uji waktu hancur
3 Alat uji keseragaman
bobot
4 Alat uji waktu alir
5 Alat uji kekerasan

C. Bahan
No Nama No Nama
1 Paracetamol 5 Chlorpheniramine Maleat
2 Amprotab 6 Mg stearat
3 Tapioca Starch 7 Aquadest
4 Pewarna makanan 8 Talkum

V. Prosedur Praktikum
1. Siapkan semua alat dan bahan.
2. Timbang masing-masing bahan.
3. Membuat amylum pasta.
a. Timbang beaker glass kemudian kalibrasi ad 100 ml.
b. Tambahkan sedikit air.
c. Tambahkan pewarna dan sisa air ad kalibrasi (100ml).
4. Panaskan Amylum Pasta sampai terbentuk pasta.
5. Campurkan Paracetamol, CTM dan Amylum (Amprotab) ad homogen.
6. Masukkan kedalam wadah, tambahkan pasta sedikit demi sedikit
sampai kalis.
7. Ayak masa dengan ayakan mesh no. 40
8. Keringkan granul pada oven pada suhu 70oC selama 1 jam, keluarkan.
9. Ayak kembali menggunakan ayakan no 60 mesh.
10. Lakukan uji kelembaban dengan menimbang 10 gram granul, masukkan
kembali ke dalam oven.
11. Timbang fase luar (Talkum, amylum, magnesium stearate, vitaminc)
12. Campurkan fase luar yang telah ditimbang dengan fase dalam yang
sudah dikeringkan dengan oven dalam 1 wadah.
13. Lakukan evaluasi massa granul, yaitu uji waktu alir, sifat alir, dan uji
kompresibilitas,
14. Lakukan uji waktu alir granul dengan menimbang 25 g granul, tutup
bagian corong, isikan granul pada corong, dengan posisi corong
berjarak 10 cm dari permukaan meja. Simpan kertas pada permukaan
meja. Buka penutup corong, catat alir granul menggunakan stop watch.
15. Lakukan uji sifat alir. Jangan ubah posisi granul pada kertas. Catat
tinggi (h), dan diameter (d) unggukan granul. Hitung sudut istirahatnya.
16. Lakukan uji kompresibilitas dengan menimbang 25 g granul, masukkan
ke dalam gelas ukur, catat volume nya. Ketuk gelas ukur sebanyak 25x
dengan 1 ketuk selama 2 detik. Catat volume pada gelas ukur. Bila
granul tidak mengalami penurunan volume setelah 5 x ketukan terakhir,
pengujian dinyatakan selesai.
17. Cetak tablet pada mesin pencetak tablet.
18. Lakukan uji organoleptis.
19. Lakukan uji keseragaman bobot dengan menimbang 20 tablet 1 per 1
pada timbangan. Catat hasilnya dan hitung rata-ratanya.
20. Lakukan uji keseragaman ukuran pada 20 tablet dengan menggunakan
jangka sorong.
21. Lakukan uji kekerasan pada 20 tablet dengan menggunakan hardnes
tester.
22. Lakukan uji kerapuhan dengan mengambil 20 tablet, timbang,
masukkan ke dalam alat uji (friabilator), putar sebanyak 100 putaran.
Keluarkan tablet dan bersihkan dari serbuk yang terlepas.
23. Lakukan uji waktu hancur dengan memasukkan 1 tablet pada tiap
tabung alat uji hancur menggunakan air sebagai medianya.

VI. Data Pengamatan


A. Formulasi Lengkap
Paracetamol 500 mg
CTM 2 mg
Vitamin C 50 mg
Amylum (FD) 4%
Konsentrasi Pasta Amylum 10%
Amylum (FL) 5%
Mg Stearate 1%
Talcum 2%

A. Perhitungan
1. Berat Amprotab yang digunakan dalam pasta
a. Berat beaker glass kosong = 109,015 g
b. Berat beaker glass kosong + pasta = 205,330 g
c. Berat beaker glass kosong + pasta sisa = 164,652 g
d. Berat pasta yang digunakan = 205,330 -

= 164,652 g

40,678 g
e. Amprotab pro pasta yang digunakan = 10
x 40,678 g
100
= 4,068 g

2. Fase Dalam Teoritis


a. Pracetamol = 0,5 g x 200 tab

= 100 g
b. CTM = 0,002 x 200 tab
= 0,4 g
c. Amylum = 4
x 0,7 x 200
100
= 5,6 g
d. Mucilago = 4,068 g
e. Total fase dalam teoritis = 110, 068 g

3. Fase Luar Teoritis


a. Vit C =

7 x = 50

x = 7,1 %
7,1 100
= x 110,068 x
100 84,9
=
6,482 g
5 100
b. Amylum = x 110.068 x
100 84,9
= 6,482 g
2 100
c. Talkum = x 110.068 x
100 84,9
= 2,592 g
1 100
d. Mg Stearate x=110.068 x
100 84,9
= 1,296 g
Total fase luas teoritis = 19,575 g

4. Massa Tablet Total Teoritis


Fase dalam + Fase luar = 110.068 + 19,575 = 129, 643 g

5. Berat Satuan Tablet Teoritis


129, 643 : 200 tab = 0,648 g = 648 mg

6. Fase Dalam Nyata (Berat Granul Hasil Granulasi)


a. Berat granul hasil pengeringan yg ditimbang = 105,052 g
b. Berat granul untuk uji LOD = 10 g
c. Berat fase dalam nyata yang digunakan = 105,052 – 10
= 95,052 g

7. Fase Luar Nyata


a. Amylum = 5 100
x 95,052 x
100 84,9
= 5,598 g
b. Talkum = 2 100
x 95,052 x
100 84,9
= 2,239 g
c. Mg Stearate = 1 100
x 95,052 x
100 84,9
= 1,120 g
d. Vit C = 7 100
x 95,052 x
100 84,9

7,95 g
=

Total fase luas nyata = 16,907 g

8. Massa Tablet Total Nyata


Fase dalam nyata + Fase luar nyata = 95,052 g + 16,907 g = 111,959 g

9. Jumlah Tablet yang akan diproduksi


(massa tablet nyata:massa tablet teoritis) x 200 tablet
(111,959 : 129,643) x 200 tablet = 173 tablet

10. Berat Satuan Tablet Nyata


111,959 : 173 tab = 0,65 g = 650 mg

11. Rendemen Jumlah Tablet


Jumlahtablet nyata
% Rendemen= x 100 %
Jumlah tablet yang akan diproduksi

171
¿ x 100 %=98,844 %
173

VII. Data Pengamatan


A. Evaluasi Masa Granul
1. Uji Kelembaban
W 0−W 1
% Kelembaban = x 100 %
W0

10−9,638
= x 100 %
10

= 3,62% (Kadar air memenuhi syarat)

2. Uji Daya Alir Granul


a. Uji Daya Alir
Percobaa Waktu Tinggi Unggukan Diameter
n ke Alir Granul (h) Unggukan Granul
(d)
1 07, 01 2 cm 7 cm
2 08,37 2 cm 7 cm
3 06,71 2,5 cm 8 cm
Rata-rata 07,36 2,17 cm 7,33 cm

b. Sifat Alir
2h
tan  =
d

2,17 x 2 cm
tan =
7,33 cm

4,34 cm
tan =
7,33 cm

= tan-1 0, 592 = 30,63o (Kurang mengalir)

3. Uji Komprebilitas
Diketahui : Berat granul 25 g

Percobaan ke Volume Awal Volume Akhir


1 42 38
2 43 39
3 44 38
Rata-rata 43 38,33
Perhitungan % komprebilitas :

a. Kerapatan Longgar (App.density)


Berat Granul
Kerapatan longgar =
Volume Awal

25 g
=
43 ml

= 0,581

b. Kerapatan Mampat (Tap.density)

Berat Granul
Kerapatan longgar =
Volume Akhir

25 g
=
38,33 ml
= 0,652

c. Kompresibilitas

Kerapatan mampat−Kerapatan longgar


% Kompresibilitas = x 100 %
Kerapatan mampat

0,652−0,581
= x 100 %
0,652

= 10,89 % (Aliran Sangat Baik, karena berada

pada rentan 5 – 15%)

B. Evaluasi Tablet
1. Uji Organoleptis
a. Bentuk : Bulat pipih
b. Warna : Hijau muda
c. Bau : Tidak berbau
d. Permukaan : Rata, tidak ada cacat

2. Uji Kekerasan Bobot


No Tablet Bobot (gram) Diameter (mm) kekerasan
1 0,608 1,2 4,0
2 0,586 1,2 4,0
3 0,611 1,2 4,0
4 0,577 1,2 3,0
5 0,612 1,2 3,0
6 0,599 1,2 3,0
7 0,586 1,2 3,0
8 0,597 1,2 4,0
9 0,599 1,2 4,0
10 0,604 1,2 4,0
11 0,607 1,2 3,0
12 0,605 1,2 3,0
13 0,588 1,2 3,0
14 0,594 1,2 3,0
15 0,604 1,2 4,0
16 0,546 1,2 4,0
17 0,613 1,2 3,0
18 0,615 1,2 3,0
19 0,588 1,2 4,0
20 0,549 1,2 4,0
Rata-rata 0,594 1,2 Memenuhi Syarat

11.888
Rata – rata bobot tablet = 0,594 gram = 0,594 mg/ tab
20
Kolom A
= 0,594 gram ± 5 %
5
= x 0,594 = 0,0297 gram
100
Batas atas = 0,594 + 0,0297 = 0,624 gram
Batas bawah = 0,594 – 0,0297 = 0,564 gram
Range = 0,564 – 0,624 gram
Kolom B
= 0,594 gram ± 10 %
10
= x 0,594 = 0,0594 gram
100
Batas atas = 0,594 + 0,0594= 0,653 gram
Batas bawah = 0,594 – 0,0594 = 0,535 gram
Range = 0,535 – 0,653 gram
Keseragaman bobot memenuhi syarat
3. Uji Keseragaman Ukuran
Hasil pengukuran tebal dan diameter tablet:

No Tablet Tebal (mm) Diameter (mm) 4/3T<D<3T


1 1.2 0.6 √
2 1.2 0.6 √
3 1.2 0.6 √
4 1.2 0.6 √
5 1.2 0.6 √
6 1.2 0.6 √
7 1.2 0.6 √
8 1.2 0.6 √
9 1.2 0.6 √
10 1.2 0.6 √
11 1.2 0.6 √
12 1.2 0.6 √
13 1.2 0.6 √
14 1.2 0.6 √
15 1.2 0.6 √
16 1.2 0.6 √
17 1.2 0.6 √
18 1.2 0.6 √
19 1.2 0.6 √
20 1.2 0.6 √
Syarat : 4/3 t < d < 3 t
- 4/3 x 0,6 mm = 0,8 mm
- 3 x 0,6 mm = 1,8 mm
0,8 mm < 1,2 mm < 1,8 mm (Memenuhi Syarat)
4. Uji Kekerasan
Hasil pengukuran kekerasan tablet dengan Hardness Tester:
No Tablet Kekerasan (kg/cm3)
1 4,0
2 4,0
3 4,0
4 3,0
5 3,0
6 3,0
7 3,0
8 4,0
9 4,0
10 4,0
11 3,0
12 3,0
13 3,0
14 4,0
15 4,0
16 4,0
17 3,0
18 3,0
19 4,0
20 4,0
( Memenuhi Syarat)
Karena persyaratannya adalah 4 – 10 kg/cm3
5. Uji Friabilitas (Kerapuhan)
W0 = 11,678 g

W1 = 9,968 g

W 0−W 1
F= x 100 %
W0

11,678 gram−9,968 gram


= x 100 %
11,678 gram

= 14,643% ( Tidak Memenuhi syarat, karena > 1%)

6. Uji Waktu Hancur


Semua tablet hancur sempurna dalam waktu 1 menit 38 detik. Artinya
waktu hancur tablet memenuhi syarat, karena kurang dari 15 menit.
VIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan membuat tablet menggunakan metode
granulasi basah, dengan menggunakkan granulasi basah akan dihasilkan tablet yang
lebih baik dan dapat sisimpan lebih lama dibanding dengan cara granulasi kering.
Pada metode granulasi basah, tiap bahan tambahan dibagi ke dalam 2 fase yaitu fase
dalam dan fase luar. Fase dalam 92% terdiri dari zat aktif,, pengikat, pengisi, dan
pewarna. Fase luar 8% terdiri dari penghancur, pelicin, dan glidan. Fase dalam
adalah campuran yang kemudian akan dibuat menjadi massa granul, sedangkan fase
luar adalah bahan yang membantu aliran granul fase dalam yang telah dibuat.
Untuk kelompok kami menggunakan formula Paracetamol 500 mg, dan
CTM sebagai bahan aktif, Vitamin C diperlakukan sebagai fase luar karena tidak
tahan panas selain itu fungsi dari vitamin C sebagai bahan tambahan antioksidan,
Amprotab (FD) 4% sebagai penghancur, Kosentrasi pasta Amilum 10%, Pewarna
1400 mg, Amprotab (FL) 5% sebagai penghancur, Mg Stearat 1% sebagai pelican,
Talcum 2% sebagai glindan.
Pembuatan sediaan tablet dengan menggunakan prinsip granulasi basah pada
prinsipnya partikel bahan aktif yang terlebih dahulu dicampur dengan pengencer
atau pengisi akan bersatu/lengket dengan adanya pengikat (adhesif) dengan
pembawa pada umumnya air. (Goeswin Agoes halaman : 306).
Metode granulasi dipilih karena dosis bahan aktif pada 1 tablet lebih besar
dari 5 % .Pemilihan aqua dalam metode granulasi basah ini tidak didasarkan pada
kelarutan parasetamol sebagai zat aktif karena dalam pembuatan tablet, zat aktif
tidak diharuskan untuk melarut, sehingga fungsi dari aqua dalam granulasi basah ini
adalah untuk melarutkan pengikat yaitu amylum yang merupakan zat yang larut
dalam air sehingga pengikat lebih mudah dicampur dengan bahan aktif dan bahan
tambahan lain. Selain itu penggunaan aqua dalam metode granulasi basah ini juga
didasarkan pada keamanan dan penerimaan konsumen, konsumen akan lebih
percaya dan memilih obat dengan komposisi bukan alkohol.
Untuk metode granulasi basah itu sendiri hal yang pertama dilakukan adalah
membuat fase dalam dengan menimbang semua bahan.
Tahapan dalam pembuatan Paracetamol dengan metode granulasi basah yaitu :
1. Membuat mucilago amylum, dengan mencampurkan amylum 10 gram
dan kemudian tambahkan aquadest ad 100ml, tambahkan sedikit demi
sedikit peawarna 1,4 gram panaskan di atas api langsung dengan api
kecil sambil diaduk-aduk. Sampai diperoleh mucilago yang berwarna
hijau muda.
2. Proses Mixing (Pencampuran)
Mixing dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan bertujuan untuk
menggabungkan dua atau lebih komponen, yang awalnya dalam keadaan
tidak dicampur atau sebagian campuran, sehingga masing-masing unit
(partikel, molekul dll) dari komponen terletak sedekat mungkin atau
bercampur dengan unit atau partikel masing-masing komponen lainnya.
Tujuan dari proses mixing adalah untuk mendapatkan/menjamin
homogenitas campuran serbuk sehingga tablet yang dihasilkan
merupakan campuran homogen. Pada tahap ini dilakukan mixing
terhadap fase dalam bahan aktif yaitu parasetamol sebanyak 100 gram,
CTM 400 mg dan amylum FD 5,6 gram ke dalam plastik, dimixing ad
homogen. Masukkan kewadah Kemudian masukkan mucilago amylum
yang telah terbentuk sedikit demi sedikit sambil massa campuran
tersebut diaduk sampai didapatkan massa yang mudah dikepal tetapi
tidak lengket, dan ketika dikepal dan dijatuhkan tidak berpencar. (Harus
seperti tanah yang gembur).
3. Pengayakan
Massa granul yang telah terbentuk pada saat proses granulasi kemudian
diayak dengan menggunakan ayakan mesh no. 40. Pengayakan ini
bertujuan untuk menyeragamkan ukuran granul.
4. Pengeringan
Sesudah dilakukan proses granulasi, hasil granulasi berada dalam bentuk
massa basah di mana cairan (liquid) harus dihilangkan karena
keberadaan air akan menimbulkan masalah pada sifat aliran dan
ketidakstabilan secara kimiawi. (Goeswin Agoes, hal: 310). Metode
pengeringan granul yang umum dilakukan untuk granul farmasetik
meliputi :
 Pengeringan dengan nampan (tray drying)
 Pengeringan dengan unggun terzalir (fluid bed drying)
 Pengeringan secara vakum
 Pengeringan gelombang mikro (microwave) dan berbagai
kombinasi dari a sampai z. (Goeswin Agoes, halaman 241)
Pada praktikum ini metode pengeringan yang digunakan yaitu metode
pengeringan dengan nampan (tray drying) dengan menggunakan loyang.
Pengeringan dilakukan pada oven bersuhu < 700C. Pemilihan suhu ini berdasarkan pada
stabilitas parasetamol yang dapat terurai pada suhu diatas 700C. karena prosesnya yang
dilakukan pada suhu tinggi maka proses pengeringan granul ini berlangsung cepat
yaitu sekitar 1 jam. Setelah kering, ayak kembali dengan mesh no.60. Setelah dioven
granul diayak kembali menggunakan mesh no.100 yang ditampung diatas perkamen.
Lalu sediaan dicampur fase luar yang telah ditimbang (Amylum, Amprotab, Mg
Stearate, Vitamin C dan Talcum), Fungsi dari penambahan fase luar utamanya adalah
untuk memperbaiki sifat alir granul dan mencegah friksi antara serbuk dengan die dari
mesin pencetak tablet. Pengadukan pada fase luar tidak lebih dari 5 menit yaitu sekitar
2-3 menit. Hal itu disebabkan karena salah satu zat yang merupakan fase luar yaitu
magnesium stearate sangat berpengaruh terhadap disolusi dari tablet di saluran cerna.
Jika proses mixing dilakukan terlalu lama, maka kehomogenitasan magnesium
stearate dengan bahan lain menjadi tinggi dan menyebabkan granul dilapisi oleh
magnesium stearate yang memiliki sifat hidrofob (suka minyak). Sifat hidrofob yang
dihasilkan oleh magnesium stearate ini akan menyulitkan tablet melarut di saluran cerna
yang banyak mengandung air, sehingga dapat menyebabkan disolusi tablet berkurang
dan menyebabkan waktu mula kerja obat lambat. Setelah Pengeringan selesai sisahkan
dan timbang sebanyak 25 gram untuk uji waktu alir, sifat alir dan uji kompresibilitas.
Pada saat tablet dicetak, kepadatan tablet terlihat bagus dan tidak ada kerapuhan.
Setelah selesai pencetakan, kami melakukan uji evaluasi tablet yaitu uji keseragaman
bobot. Uji ini dilakukan dengan cara menimbang satu persatu tablet sebanyak 20 tablet
lalu dicatat hasilnya. Lalu uji keseragaman ukuran, yaitu tablet yang telah ditimbang
tadi diukur diameter dan tebal tablet masing-masingnya menggunakan jangka sorong,
Untuk uji kekerasan tablet menggunakan 20 tablet tersebut satu persatu. Tablet
diuji kekerasannya menggunakan Hardness Tester. Lalu hitung rata-rata SDnya, hasil
yang didapat rata-ratanya adalah 3,55 Kg/cm). Tablet yang kami buat telah memenuhi
syarat karena persyaratan uji kekerasan tablet minimal 4-10 kg/cm.
Selanjunya adalah uji friabilitas atau uji kerapuhan yaitu 20 tablet random yang
ditimbang terlebih dahulu (11,678 gram) dimasukkan kedalam friabilitas dan putar
sebanyak 100 kali, lalu timbang kembali. Dan hasilnya menjadi 9,968 gram. Putaran ini
memakan waktu selama 3 menit. Hasil hitung % friabilitas (F) sediaan tablet yang kami
buat tidak memenuhi syarat dengan hasil % friabilatasnya ada di range 14,643 %
sedangkan persyaratan yang telah ditetapkan yaitu jika % Friabiltas < 1% baru bisa
memenuhi syarat . ini terjadi mungkin dipengaruhi oleh kadar formula tablet. Untuk uji
lainnya seperti uji keseragaman bobot dan uji keseragaman ukuran dan uji waktu hancur
pembuatan tablet kami telah memenuhi persyratan yang telah ditetapkan.

IX. KESIMPULAN
Setelah melakukan evaluasi baik pada granul maupun pada tablet diperoleh
kesimpulan bahwa dengan formula seperti ini belum bisa dinyatakan tablet memenuhi
persyaratan. Karena dibeberapa evaluasi terutama evaluasi tablet masih ada yang tidak
sesuai literature. Mungkin ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu, pada saat pengayakan
masih ada massa yang tertinggal maka mempengaruhi bobot granul dan bobot per satu
tablet, pada saat pencetakkan banyak tercmpur dengan zat-zat lain dari kelompok
sebelumnya sehingga ada tablet yang tercetak tidak sempura dan sangat keras. Tetapi
pada evaluasi lain seperti uji keseragaman bobot dan uji keseragaman ukuran dan uji
waktu hancur pembuatan tablet kami telah memenuhi persyratan yang telah ditetapkan.
X. LAMPIRAN
2

Anda mungkin juga menyukai