Anda di halaman 1dari 3

1.

Analisis Minimalisasi Biaya (AMiB)-Cost Minimization Analysis (CMA) adalah teknik analisis
ekonomi untuk membandingkan dua pilihan (opai,option) interversi atau lebih yang
memberikan hasil (outcomes) kesehatan setara untuk mengidentifikasi pilihan yang
menawarkan biaya lebih rendah. Metode ini merupakan kajian farmakoekomi yang paling
sederhana. Analisis minimalisasi-biaya (AMiB) hanya dapat digunakan untuk
membandingkan dua atau lebih intervensi kesehatan, termasuk obat, yang memberikan
hasil yang sama, serupa atau setara atau dapat diasumsikan setara.Karena hasil pengobatan
dari intervensi (diasumsikan) sama, yang perlu dibandingkan hanya satu sisi, yaitu biaya.
Dengan demikian, langkah terpenting yang harus dilakukan sebelum menggunakan AMib
adalah menentukan kesetaraan (equivalance) dari intervensi misalnya obat yang dikaji.
Tetapi karena jarang ditemukan dua terapi, termasuk obat yang setaraatau dapat dengan
mudah dibuktikan setara, penggunaan AMib agak terbatas misalnya untuk :
 Membandingkan obat generik berlogo (OGB) dengan obat generik bermerek dengan
bahan kimia obat sejenis dan telah dibuktikan kesetaraanya melalui uji
bioavailabilitas-lbioekuivalen (BA/BE) yang membuktikan kesetaraan hasil
pengobatan,AMiB tidak layak digunakkan.
 membandingkan obat standar dengan obat baru yang memiliki efek setara.

Contoh journal atau makalah yang terkait dengan metode AMiB yaitu :

 Analisis Minimalisai Biaya (Cost-Minimization Analysis) pasien gastritis Rawat Inap di


RSUD abdul wahab Sjahranie Samarinda
 Analisis Minimalisasi Biaya Penggunaan Psikotropika pada Pasien Remaja dengan
Disabilitas Intelektual di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat tahun 2015-2017
 Analisis Minimalisasi Biaya Penggunaan Intravena Ceftriaxone dan Cefotaxime pada
Pasien Pnemonia Geriatri Rawat Inap di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie

2. Analisis Efektifitas Biaya (AEB)-Cost Effectiveness Analysis (CEA) adalah teknik analisis
ekonomi untuk membandingkan biaya dan hasil (outcomes) relatif dari dua tau lebih
intervensi kesehatan. Pada AEB, hasil diukur dalam unit non-monometer, seperti jumlah
kematian yang dapat dicegah atau penurunan mm Hg tekanan darah diastolik. Analisis
Efektivitas Biaya cukup sederhana, dan banyak digunakan untuk kajian farmakoekonomi
untuk membandingkan dua atau lebih intervensi kesehatan yang memberikan besaran efek
berbeda. Dengan analisis yang mengukur biaya sekaligus hasilnya ini, pengguna dapat
menetapkan bentuk intervensi kesehatan yang paling efisien membutuhkan biaya termurah
untuk hasil pengobatan yang menjadi tujuan intervensi tersebut. Dengan kata lain, AEB
dapat digunakan untuk memilih intervensi kesehatan yang memberikan nilai tertinggi
dengan dana yang terbatas jumlahnya, misalnya :
 Membandingkan dua atau lebih jenis obat dari kelas terapi yang sama tetapi
memberikan besaran hasil pengobatan berbeda, misalnya dua obat antihipertensi
yang memiliki kemampuan penurunan tekanan darah diastolik yang berbeda.
 Membandingkan dua atau lebih terapi yang hasil pengobatannya dapat diukur
dengan unit alamiah yang sama, walau mekanisme kerjanya berbeda, misalnya obat
golongan proton pump inhibitor dengan H2 antagonist untuk reflux oesophagitis
parah.

Pada AEB, biaya interversi kesehatan diukur dalam unit moneter (rupiah) dan hasil dari
intervensi tersebut dalam alamiah/indikator kesehatan baik klinis maupun non klinis (non-
moneter). Sebab itu, AEB hanya dapat digunakan untuk membandingkan intervensi
kesehatan yang memiliki tujuan sama. Jika hasil intervensinya berbeda, misalnya penurunan
kadar gula darah (oleh obat antidiabetes) dan penurunan kadar kolestrol (oleh obat
kolestrol) maka metode AEB tidak dapat digunakkan. Pada penggunaan metode AEB perlu
dilakukan perhitungan rasio biaya rerata dan rasio inkremental efektifitas-biaya (RIEB=
incremental cost-effectiveness ratio/ICER) karena dapat diketahui besarnya biaya tambahan
untuk setiap perubahan satu unit efektivitas-biaya.

Contoh journal atau makalah yang terkait dengan metode AEB yaitu :

 Analisis Efektivitas Biaya Obat Alprazolam dan Diazepam pada Pasien Depresi di RS
Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara
 Analisis Efektivitas Biaya Antibiotik Cefotaxime dan Gentamicin Penderita Pnemonia
pada Balita di RSUD kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara
 Analisis Efektivitas Biaya Pengobatan Kombinasi Amlodipin Furosemid dibandingkan
dengan Kombinasi Amlodipin Bisoprolol pada Pasien Hpertensi Rawat jalan di RSUD
Undata Palu
3. Analisis Utilitas Biaya (AUB) – Cost Utility Analysis (CUA) adalah teknik analisis ekonomi
untuk menilai “utilitas (daya guna)” atau kepuasan atas kualitas hidup yang diperoleh dari
suatu interversi kesehatan. Kegunaan diukur dalam jumlah tahun dalam keadaan sehat
sempurna, bebas dari kecacatan, yang dapat dinikmati umumnya diekspresikan dalam
quality-adjusted lifeyears (QALY) atau ”jumlah tahun berkualitas yang disesuaikan”.
Metode analisis utilitas-biaya (AUB) mirip dengan AEB, tetapi hasil (outcome)-nya
dinyatakan dengan utilitas yang terkait dengan peningkatan qualitas akibat intervensi
kesehatan yang dilakukan.
Dalam praktek, AUB hampir selalu digunakan untuk membandingkan alternatif yang
memiliki tujuan (objective)sama, seperti :

 membandingkan operasi versus kemoterapi;


 membandingkan obat kanker baru versus pencegaham (melalui kampanye skrining)

Contoh journal atau makalah yang terkait dengan metode AUB yaitu:

 Analisa Kelayakan Rumah Sakit Ramah Lingkungan Berdasarkan Evaluasi


Keandalanya
 Analisis Sistem Antrian Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
Surabaya

4. Analisis Manfaat Biaya (AMB)- Cost Benefit Analysis (CBA) adalah teknik untuk menghitung
rasio antara biaya intervensi kesehatan dan manfaat (benefit) yang diperoleh, dimana
outcome (manfaat) diukur dengan unit moneter (rupiah). Suatu program kesehatan selalu
diperbandingkan dengan bebera alternatif, baik dengan program/intervensi kesehatan
lainya maupun dengan tidak memberikan program/intervensi.
Nilai manfaat dari suatu program/intervensi adalah meningkatnya hasil pengobatan
(outcome) bila dibandingkan dengan hasil serupa dari program/intervensi lainya. Outcome
dapat berupa nilai terkait pasien misal kesembuhan, pulihnya abilitas fisik dll, nilai
pilihan,dan nilai altruistik. Dasar dari AMB adalah surplus manfaat, yaitu manfaat manfaat
yang diperoleh dikurangi dengan surplus biaya. Bila surplus manfaat suatu
intervensi/program tersebut bernilai positif, maka umunya intervensi atau program tersebut
dapat diterima untuk dilaksanakkan. Dan untuk menghitung suplus biaya
program/intervensi, biaya dari program /intervensi dan hal-hal terkaitnya (misal
obat,dokter,rumah sakit, home care, biaya pasien dan keluarga, biaya kehilangan
produktivitas, biaya lain karena hilangnya waktu, dll)
AMB umumnya dilakukan berdasarkan model dan menggunakkan asumsi-asumsi yang
signifikan. Oleh karenanya, perlu dilakukan analisa sensitivitas untuk memvalidasi model dan
asumsi yang digunakan setara untuk menilai kekuatan dari hasil analisisnya. AMB
menggunakkan perspektif sosial (masyarakat) dan mencakup seluruh biaya dan maanfaat
yang relevan. Namun,perhitungan dari biaya (terutama biaya tidak langsung) yang terkait
biasanya diperdebatkan/kontroversial. AMB jarang digunakkan untuk membandingkan obat
atau alternatif terapi medis karena pertimbangan etika.

Contoh journal atau makalah yang terkait dengan metode AMB yaitu
 Cost Benefit Analysis Antara Pembelian Alat Ct-Scan dengan Alat Laser Dioda
Photocoagulator di RSD Balung Jember
 Cost Benefit Analysis dalam Pengembangan Fasilitas Pengolahan Sampah : Studi
Kasus Kota Pekan Baru

Anda mungkin juga menyukai