Anda di halaman 1dari 5

RESUME SEDIAAN TABLET

Tablet adalah sediaan bentuk padat mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat di klasifikasikan sebagai tablet kempa dan
sebagai tablet kompresi (FI V, hal 57).

A. Suatu tablet harus memenuhi criteria sebagai berikut :

➢ Harus mengandung zat akif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;

➢ Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil,

➢ Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik ;

➢ Keseragaman bobot;

➢ Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;

➢ Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;

➢ Bebas dari kerusakan fisik;

➢ Stabilitas kimiawi dan fisik tetap terjamin selama penyimpanan;

➢ Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;

➢ Tablet memenuhi persyaratan farmakope yang berlaku.

B. Macam-macam tablet antara lain (Kemenkes RI, 2014:57).


a) Tablet Kempa
Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau
granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran,
bentuk, dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan.
b) Tablet Cetak
Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan
tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada
ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak
tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.
c) Tablet Triturat
Merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya silindris,
digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat.
d) Tablet Hipodermik
Tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna
dalam air, umumnya dulu digunakan untuk membuat sediaan injeksi hipodermik.
e) Tablet Bukal
Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi.
f) Tablet Sublingual
Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah,
sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Tablet
nitrogliserin merupakan salah satu obat yang mudah diserap dengan cara ini.
g) Tablet Efervesen
Tablet efervesen yang larut, dibuat dengan cara dikempa. Selain zat aktif,
tablet efervesen juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan
natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon
dioksida. Tablet harus disimpan dalam wadah tertutup rapat atau dalam kemasan
tahan lembab, dan pada etiket tertera tablet tidak untuk langsung ditelan.
h) Tablet Kunyah
Tablet ini dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak
dalam rongga mulut. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk
anak, terutama multivitamin, antasida dan antabiotik tertentu. Tablet ini dibuat
dengan cara dikempa, pada umumnya menggunakan manitol, sorbitol atau
sukrosa sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi, serta mengandung bahan
pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa.
i) Tablet Lepas-Lambat
Tablet lepas-lambat atau tablet dengan efek diperpanjang. Tablet ini dibuat
sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu
setelah obat diberikan.
j) Tablet Hisap (Lozenges)
Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet
melarut atau hancur perlahan dalam mulut.
C. Metode pembuatan tablet

Metode pembuatan tablet dalam dunia farmasi umumnya terdapat tiga cara, yaitu
metode granulasi basah, metode granulasi kering, dan metode kempa/cetak langsung.
Ketiga metode ini masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Ketiga
metode ini memiliki kesamaan pada dua tahap pertama pembuatan tablet, yakni saat proses
penghalusan dampen campuran substansi formulasi identik. Setelahnya, ketiga metode
akan berlanjut ketahapan proses yang berbeda.

Sebelum memasuki pembahasan masing-masing metode, ada baiknya mengetahui


dua istilah yang akan sering disebut, yaitu zat aktif dan zat eksipien. Zat aktif adalah bahan-
bahan yang digunakan untuk membuat sediaan obat, sedangkan zat eksipien adalah zat
selain zat aktif yang dimasukkan sebagai tambahan untuk melakukan fungsi lain.

1. Granulasi Basah

Metode pembuatan tablet dengan cara granulasi basah dilakukan


ketika zat aktif yang terkandung memiliki sifat tahan lembab dan panas,
sifat alir dan kemampuan kempa (kompresibilitas) yang buruk. Jika suatu
zat ini memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang buruk, maka akan susah
untuk dicetak menjadi sediaan tablet.

Karena sifat alir dan kompresibilitas yang buruk ini lah, metode
granulasi basah dimanfaatkan metode ini dapat meningkatkan daya alir dan
kompresibilitas suatu zat aktif. Prinsip dasar metode ini adalah melakukan
pencampuran zat aktif dan zat eksipien dengan menambahkan zat cairan
pengikat sehingga menghasilkan massa cetak yang cukup lembab untuk
dicetak menjadi sediaan tablet yang tidak rapuh.

Metode granulasi basah ini sangat berguna untuk mengolah zat aktif
yang memiliki sifat-sifat yang sudah dijelaskan sebelumnya. Namun dari
segi biaya, metode ini cukup memakan biaya produksi karena dibutuhkan
waktu yang panjang dan alat-alat yang lebih. Selain itu, metode granulasi
basah tidak mampu digunakan untuk zat yang sensitive akan lembab dan
panas.

2. Granulasi Kering

Berbeda dengan metode granulasi basah, metode granulasi kering


digunakan ketika zat aktif memiliki sifat sensitive terhadap lembab dan
panas atau biasa disebut juga dengan sifat termolabil. Namun demikian, zat
aktif ini pada metode ini memiliki kesamaan sifat alir dan kemampuan
kempa yang buruk.

Proses pembuatan sediaan obat pada metode ini adalah dengan


mengkompres zat aktif dalam bentuk serbuk dengan menggunakan tekanan
tinggi untuk sehingga menghasilkan bentuk tablet besar (slug) yang belum
terbentuk dengan sempurna. Selanjutnya, tablet besar ini akan melalui
proses penggilingan dan diayak sehingga diperoleh ukuran granul yang
diinginkan. Jika hasil yang diperoleh belum sesuai keinginan, maka proses
bias diulang dari awal.

Metode granulasi kering ini tidak membutuhkan peralatan yang


banyak seperti metode granulasi basah. Terlebih karena sifat termolabil
pada zat aktif di metode ini, tidak memerlukan pemanasan atau pencairan
terlebih dahulu. Kekurangan pada metode ini adalah jumlah sediaan tablet
yang diproduksi rendah dan dapat terjadinya kontaminasi silang karena
banyak debu yang dihasilkan pada proses pembuatannya.

3. Metode Kempa/Cetak Langsung

Metode kempa/cetak langsung dapat memproduksi tablet dengan


cepat. Hal ini disebabkan oleh zat eksipien yang digunakan umumnya
memiliki sifa talir dan kompresibilitas yang dapat disesuaikan dengan
tujuan. Sehingga dapat memungkinkan untuk melakukan proses
pengempaan langsung tanpa melalui proses granulasi.

Metode kempa/cetak langsung adalah metode pembuatan tablet


yang murah karena peralatan yang digunakan cukup mudah ditemukan di
pasaran, zat eksipien yang konvensional, dan proses produksi yang singkat.
Namun demikian, metode pembuatan tablet dengan cara ini harus
memperhatikan dengan detail.

Meski proses pembuatannya cepat, zat aktif dan zat eksipien yang
digunakan harus memenuhi standar kompresibilitas yang baik. Zat aktif dan
zat eksipien dengan sifat alir dan kompresibilitas yang buruk akan sulit
untuk dibentuk menjadi tablet. Metode pembuatan tablet ini juga dapat
meminimalisasi terjadinya kontaminasi silang.

Anda mungkin juga menyukai