Anda di halaman 1dari 99

KLT

DENSITOMETER
IKA BUANA J, M.Sc., Apt.
PRODI FARMASI
UNISSULA
SASARAN BELAJAR
 Memahami prinsip kerja dan jenis-jenis
kromatografi
 Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
pemisahan yang baik dalam kromatografi
 Memahami penggunaan kromatografi untuk
analisis kualitatif dan kuantitatif
 Memahami prinsip, jenis fase diam dan fase
gerak yang digunakan dalam KLT
 Memahami prinsip kerja serta kelebihan dan
kekurangan KLT densitometri
 Memahami penggunaan KLT-Densitometri
untuk analisis
TL
C-
201
3 2
TLC

TLC
merupakan teknik kromatografi
paling kuno

tetap populer

Jumlah besar sampel dapat diidentifikasi


kualitatif
secara simultan
TLC-2012 4
TLC
Adalah teknik pemisahan campuran senyawa

dengan prinsip:

Analit bergerak ke atas melewati lapisan tipis


fase diam
(paling sering adalah silika gel)
di bawah pengarauh fase gerak
(biasanya campuran pelarut organik)
yang bergerak melalui
fase diam
oleh pengaruh gaya kapiler TL
C-
201
5 2
TL
C-
201
6 2
TLC-2012 7
TL
C-
201
8 2
TL
C-
201
9 2
TLC

TLC
merupakan teknik kromatografi
paling kuno

tetap populer

Jumlah besar sampel dapat diidentifikasi


kualitatif
secara simultan
TLC-2012 10
TLC Scanner

Plate TLC

TL
C-
201
11 2
Proses Scanning

Scan Kuantitatif

Scan Kualitatif

TL
C-
201
12 2
Bagaimana menotolkan sampel
secara manual ?
 Sampel ditotolkan dalam jumlah sekecil
mungkin, paling kecil 0,5 µL (masih bisa
reprodusibel) dari larutan yang pekat

 Penotolan sampel lebih dari 2-10 µL harus


menunggu hasil penotolan sebelumnya sudah
kering

 Jarak penotolan antar spot dengan spot yang


lain paling dekat 1 cm TL
C-
201
13 2
Penggunaan eluen

Berapa kali ulangan


eluen/
campuran pengembang
dapat digunakan

Bagaimana yang terbaik


??? TL
C-
201
14 2
TL
C-
201
15 2
Prewashing

TL
C-
201
16 2
Prewashing Old layer

TL
C-
201
17 2
TL
C-
201
18 2
Mana yg lebih baik ?

TL
C-
201
19 2
TL
C-
201
20 2
Pita atau Spot

TL
C-
201
21 2
Keuntungan penggunaan pita

TL
C-
201
22 2
Tailing

Apa penyebabnya
Bagaimana mengatasinya
???

TL
C-
201
23 2
Tips pengatasan

TL
C-
201
24 2
TL
C-
201
25 2
Thin-Layer
Chromatography
Apa yang dimaksud :

Silica gel 60 GF254 atau Silica gel 60 G UV254

Silica gel 60 F254 atau Silica gel 60 UV254

Silica gel 60 GF366 atau Silica gel 60 UV366


TL
C-
201
26 2
Silica Gel 60 GF254

 Adalah Silica Gel dengan :


 Ukuran pori : 60 Å
G = CaSO4.½ H2O sebagai binder
F = bahan fluorescen / fosforescen yg
ditambahkan
 254 = dituliskan sesudah F atau UV utk
menandakan λ eksitasi bahan
fluorescen atau fosforescen yang
ditambahkan
TL
(Adamovics, 1997; Jork dkk., 1990) C-
201
27 2
Fluorescen dan Fosforescen
indikator
 Fluorescen & fosforescen, keduanya merupakan
bentuk luminescen
 Fluorescen - terdiri dari senyawa organik
- radiasi emisi rusak dlm 10- 8 detik stlh
radiasi eksitasi dihentikan
- disertakan pd lap. penyerap dg jalan
menyemprotkan atau mencelupkan
 Fosforescen - terdiri dari senyawa anorganik
- radiasi emisi rusak lebih dari 10- 8 detik
sesudah radiasi eksitasi dihentikan
- disertakan pd lap. penyerap secara TL
homogen C-
201
28
(Jork dkk., 1990)
2
Luminescence

TL
C-
201
29 2
Organics Fluorescence Indicators
( F366 ; UV366 )
 Natrium 3 – hidroksipiren – 5,8,10 – trisulfonat
 Natrium 3,5 – dihidroksipiren – 8,10 – disulfonat
 Natrium fluorescein ; fluorescein atau 2’,7’ –
diklorofluorescein
 Rhodamin, Rhodamin 6 G
 Morin
 Zat warna Cyanin
 Derivat stilben (misal: diaminostilbentriazin)
 Pencegah optik (ultraphor WT BASF)
Calcofluor R – white, Leukophor
TL
C-
201
30
(Jork dkk., 1990)
2
Inorganic Phosphorescence Indicators [
Kode : UV254] ]

Warna Senyawa Yg ditambahkan


1. Biru - Senyawa strontium yg
diaktivasi dg Sn
2. Kuning - Uranil asetat
3. Hijau kuning - Seng silikat yg diaktivasi Mn
- Seng kadmium sulfat
4. Senyawa - senyawa pengemisi pada
λ 254 nm
(Jork dkk., 1990)TL
C-
201
31 2
FASE DIAM SILIKA GEL

 Laju migrasi senyawa pada plat silika gel


tergantung polaritasnya.
 Pd waktu tertentu, senyawa2 yg paling polar
bergerak naik dg jarak paling pendek pd plat
tsb, senyawa yg polaritas nya paling kecil
bergerak paling jauh.
Silica gel and polar surface-modified
silica gel

TL
C-
201
33 2
Lipophilic Silica gel

TL
C-
201
34 2
TL
C-
201
35 2
Sistem TLC

 Sistem fase normal:


- fase diam lebih polar dibanding fase gerak
Fase diam : silika
Fase gerak : non-polar organic solvents

 Sistem fase terbalik:


- fase diam lebih non-polar dibanding fase
gerak.
Fase diam : paraffin-impregnated plate
Fase gerak : water-based mobile phase TL
C-
201
36 2
FASE GERAK DAN SERI ELUTROPIK
 Semakin polar suatu pelarut atau campuran
pelarut  semakin jauh pelarut tsb akan
menggerakkan senyawa polar naik pada plat gel
silika
 Jika senyawa non polar  tidak ada peningkatan
jarak migrasi yg nyata dg peningkatan polaritas
pd fase gerak karena senyawa tsb bermigrasi
menuju muka pelarut hampir di semua kondisi
 Catatan : pemilihan fase gerak untuk
memisahkan senyawa dapat menggunakan
campuran yg kompleks terdiri atas 3 macam fase
gerak
SERI ELUTROPIK
Pelarut Indeks polaritas
Heksan 0
Toluen 2,4
Dietileter 2,8
Diklorometan 3,1
Butanol 3,9
Kloroform 4,1
Etil asetat 4,4
Aseton 5,1
Metanol 5,1
Etanol 5,2
Asetonitril 5,8
Asam asetat 6,2
air 9,0
Menghitung polaritas campuran
dalam kombinasi solvent
 P kloroform = 4,1  volume = 8 ml
 P metanol = 5,1  volume = 2 ml
 Indeks polaritas campuran =
(0,8 x 4,1) + (0,2x5,1) = 4,3
TLC

Bagaimana
Mekanisme Pemisahan

???
Mekanisme pemisahan

TL
C-
201
41 2
Pemisahan

 Dua dasar pemisahan paling penting saat


senyawa melewati fase diam dan fase gerak
adalah distribusi dan adsorpsi.

1. Distribusi:
dihubungkan dengan adanya fase diam
cair yg di amobilkan (immobilized).

2. Adsorpsi:
didasarkan pada interaksi analit langsung
dengan permukaan fase diam TL
C-
201
42 2
TL
C-
201
43 2
KLT DENSITOMETER
 Metoda analisis instrumental berdasarkan
interaksi radiasi elektro magnetik dengan
analit yang merupakan noda pada KLT
 Alat dilengkapi dengan spektrofotometer
yang mempunyai pancaran sinar dengan
panjang gelombang diatur dari 200 - 700 nm.
 Uji kualitatif dan kuantitatif dengan sistem
absorbsi sinar atau emisi sinar (flouresensi)
Teknik penggunaannya :
- Pengukuran sinar yang diserap dan diteruskan
(hanya untuk TLC dengan pendukung gelas),
- Sinar yang diserap dan dipantulkan
- Atau sinar yang dipendarkan.

Susunan optik densitometer ini tidak banyak


berbeda dengan spektrofotometer tetapi pada
densitometer digunakan alat khusus reflection
photomultiplier, sebagai
pengganti photomultiplier pada
spektrofotometer.
46
Pada era perkembangan teknik kromatografi saat
ini pemakaian "Thin Layer Chromatograph
Scanner" yang lebih populer dengan nama
densitometer makin banyak dipakai .

47
47
lnteraksi radiasi elektromagnetik dengan
noda pada KLT secara :
 Absorpsi
 Transmisi
 Pantulan (refleksi) pendar fluor
 Pemadaman pendar fluor

48
48
SUMBER RADIASI

• Pada umumnya spektrofotodensitometer memberikan


rentang gelombang penentuan 200-630 nm.

• Lampu D2 (Deuterium) dipakai untuk pengukuran pada


daerah ultra violet dan lampu tungstein pengukuran
pada daerah sinar tampak.

• Untuk penentuan pendar fluor dan pemadaman pendar


fluor dipakai lampu busur Hg bertekanan tinggi.

• Pada densitometri juga dilakukan penentuan transmisi


atau absorpsi dan refleksi pada panjang gelombang
maksimal.

49
• Pada penentuan pendar fluor dan
pemadaman pendar fluor diukur pada
panjang gelombang dimana terjadi emisi atau
intensitas relatif pendar fluor yang optimal.
• Monokromator dipakai monokromator kisi
difraksi
• Detektor PMI' (Photo Multiplier Tube =
Tabung Penggandaan Foton) merupakan
detektor umum yang dipakai pada
densitometer.
50
Penggunaan KLT Densitometri
 Analisis kuantitatif : analit-analit dengan kadar
sangat kecil yang merupakan hasil pemisahan
dengan KLT.

 S.Levi dan Reisfeld telah mengangkat metode


densitometrik ke tingkat analisis kuantitatif
ultramikro. Keduanya telah berhasil meneliti
testosteron dalam cairan biologis pada rentang
kadar (1 hingga 250) ng, LSD dengan kadar (2-
150) ng, dan kholesterol (4 -150) ng dengan
pengukuran pendaran pada noda (kromatogram)
KLT. 51 51
Kelebihan KLT Densitometri

 Penentuan kadar analit yang dikorelasikan dengan area


noda pada KLT akan lebih terjamin kesahihannya
dibanding metode KCKT (Kromatografi Cair kinerja
Tinggi) atau KGC (Kromatografi Gas Cair) sebab area
noda kromatogram diukur pada posisi lurus atau "Zig-
zag" menyeluruh.

 Korelasi kadar analit pada noda kromatogram yang


dirajah terhadap area tidak menunjukkan garis lurus,
akan tetapi merupakan garis lengkung mendekati
parabola
52
52
Pernyataan Kubelkan – Munk :
( I – R )2 C
= E x
2R S
E = absorbsi radiasi elektromagnetik oleh analit
pada pelat KLT
C = kadar analit
R = cahaya terpantul pada permukaan lempang

Korelasi area analit dengan kadar dinyatakan
sebagai kurva parabola :
A2 = f ( C )
log A = f ( log C )
Bagan Alat densitometer
 Gambar

Densitometer Densitometer
Double beam Single beam

54
54
S S

Mk Mk
PM

PS
PM PM
I
I Lempeng
I
I

PM T Lempeng
(a) (b)
Bagan konfigurasi densitometer cara sinar tunggal (a), ganda (b)
• Photomultiflier tersebut dapat memperbesar tenaga
beda potensial listrik sehingga mampu menggerakan
integrator.

• Integrator dengan sistem mikrokomputer secara


langsung dapat menghitung luas puncak atau
tinggi puncak secara otomatik. Selain itu mencatat
nomer urut, kedudukan puncak pada ordinal Y
atau waktu retensinya.

• Letak sumbu Y dan X dari lempeng akan


mempengaruhi hasil yang diperoleh.

• Kalau Y disesuaikan dengan arah gerak eluen dan


sumbuk X tegak lurus padanya atau merupakan
deretan penotolan sampel pada lempeng. Dengan
cara itu mereka akan mendekati kepastian.

57
Cara Kerja Pelacakan Bercak Densitometer

• Gambar
7

2 3 0,245 5b
5a 145

4
6
Gambar Densitometer Model CS-930 Shimadzu
1= pendukung Lempeng
2=Sistem optik (sinar)
3=Sumber sinar (UV/Visibel)
4= Tombol penggerak lempeng
5a= Angka kedudukan lempeng (mm)
5b= angka serapan
6= Key Board 58

7= kromatogram
CARA KERJA DENSITOMETER

Lempeng yang telah digunakan untuk pemisahan.


diuji dulu kedudukan setiap bercak pada
sumbu(X,Y). agar sinar dapat tepat mengenai pusat
bercak.

• Setelah tombol dihidupkan lempeng ditempat


kan pada satu garis deretan Y, bercak diatur,
dan gerakan lempeng diatur sesuai kedudukan
bercak, menggunakan mikrokomputer.

• Panjang gelombang diprogram agar terjadi serapan


secara maksimum, bila belum diketahui dilakukan
59

scanning lebih dulu.


 Scanning pengujian kuantitatif ada 2 cara :
 A. Cara memanjang
 Sinar dilewatkan pada tengah bercak, sehingga
bercak hanya dideteksi sepanjang garis
tengahnya sepanjang sumbu Y,(Y1 sampai Y2).
Hasilnya baik  bila bercak berbentuk bulat
simetris.

 B. Sistem zig-zag
 Sistem ini diprogram berjalan memanjang sumbu
Y tetapi berbelok -belok sampai garis tepi bercak
pada garis X, sehingga bergerak dari Y1-Y2, dan
X1-X2. 60
60
• Pelacakan bercak,

a b

• Gambar. Cara pelacakan bercak dengan TLC Scanner


• (a) Model zig-zag. ( b). model lurus

Kelebihan penggunaan metode zig-zag lebih merata


pengukurannya, apalagi delta Y menggunakan jarak
terkecil.
• Kelemahannya waktu lebih lama, tetapi ketelitian
pengukuran lebih terjamin dibanding penggunaan
metode pengamatan lurus.
61
61
• Keterangan tambahan
• Besarnya bercak, dari X1 sampai X2 lebih besar
dari garis tengah bercak agar semua bercak
teruji.
• Delta Y, selisih garis kesatu dan kedua makin
kecil makin rata pengukurannya, antara 0,001
sampai 0,1 mm, kode yang diberikan angka 1
sampai dengan 3.
• Simbol Y tergantung dalam meletakkan lempeng
terhadap arah scanning, (lihat panah) sesuai
garis Y, dan garis tegak lurus Y adalah garis X.

62
62
• Perhitungan luas atau tinggi puncak sudah
dilakukan secara otomatis oleh alat, satuan luas
area (mikro volt) yang tertera merupakan
besaran puncak. Kadang-kadang prosentase
yang tertulis hanya merupakan kadar relatif dari
puncak yang muncul (tergambar).
• Dalam pengamatan lurus bila bercak nya tidak
simetris akan kurang teliti sebab konsentrasi
terbesar tidak selalu dilewati sinar pelacak
bercak.
• Penotolan dengan bercak kecil kemungkinan
molekul senyawa untuk mengumpul ditengah
lebih banyak.
63
ANALISIS KUALITATIF

• Analisis kualitatif hanya dapat dibandingkan


waktu retensinya, atau dilakukan penyarian dari
bercak setelah dielusi, dan kemudian diuji
secara spektroskopi.
• Tetapi adanya densitometer, spektrogramnya
dapat diuji.
Sinar mono
Intensitas Serapan

kromatis
Propil spektrogram

`
Bercak

Panjang gelombang (nm) 64


64
Cara Menyari/ekstraksi

Bercak pada lempeng yang dilihat dibawah sinar


UV diberi tanda (lingkari) dengan ujung pensil,
kemudian diambil lapisan tipis bersama
bercaknya.
Lapisan yang diambil dimasukkan ke dalam gelas
piala, ditambah pelarut yang sesuai (etanol/
kloroform), diaduk, dan setelah larut, disaring.
Masukkan dalam labu takar, dan cairan dijadikan
volume sampai tepat tanda ( 10,0 ml). Larutan
siap diuji dengan alat spektrofotometer.
65
• Larutan yang didapat diuji dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang serapan maksimumnya.
• Karena pengenceran merupakan faktor penting
untuk perhitungan kadar senyawa yang diuji secara
kuantitatif
66
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (TLC)
Gambar Chamber yang banyak digunakan

Chamber

lempeng

67
*Chamber harus dijenuhkan dulu
selama lebih kurang 30 menit
dengan bantuan kertas saring.

*Penguapan fase gerak dari


permukaan lempeng, dalam
chamber yang tidak jenuh akan
menghasilkan Rf yang lebih besar,
reproducibility hasil keterulangan
Rf tak bagus dan permukaan fase
gerak akan cekung.

*Fase gerak yang tidak mau


campur dengan sempurna akan
menghasilkan chamber yang tidak
jenuh

68
Lempeng

 Lempeng HPTLC (High Performance Thin Layer


Chromatografi) atau KLTKT (kromatografi lapis tipis
Kinerja Tinggi) tidak dapat digunakan untuk preparatif
(butuh lempeng cukup banyak), maka hanya untuk
analisis kuantitatif

 Pelacak bercak untuk analisis kuantitatif dapat


digunakan densitometer baik menggunakan pereaksi
bercak lebih dulu maupun langsung menggunakan
pelacak sinar ultra ungu, sinar tampak maupun sinar
fluoresensi. (Didiskusikan tersendiri)

69
ALAT HPTLC= HIGH PERFORMANCE
THIN LAYER CHROMATOGRAPHY
JALANNYA SINAR (OPTIK)
72
HASIL SCANNING SATU BERCAK
Scanning senyawa yang berbeda

Digunakan metode:
 Satu persatu dgn lambda serapan maksimumnya.
 Cara serentak, dgn menggunakan lambda yang
dapat dimiliki oleh semua senyawa.
Hasil Rekaman
 Hasil
 Scanning tiap bercak dengan lambda berbeda

78
 Scanning serentak beberapa puncak/bercak

79
MENGHITUNG WAKTU RETENSI

Rf = a/c (cm)
b/c (cm)
 Contoh 1
 Analisis golongan tetrasiklin
Fase diam = selulose F, Fase gerak = larutan MgCl2
0,25 M. (Nornendy, 1993).

Kromatogram tetrasiklin dan turunannya dilihat di


bawah sinar UV, 366 nm
1. Isotetrasiklin Rf =0,02 (coklat),
2. Anhidroterasiklin Rf=0,3 (merah-ungu)
3. Terasiklin HCl Rf =0,73 (merah ungu)
82
H3C CH3
N
H3C CH3
OH
7 6 5 4
8 3
D C B A
9 2 O
10 11 12 1
C
OH
OH O OH O NH3
Penjelasan Tetrasiklin
• Turunan tetrasiklin dapat membentuk khelat dengan
logam bervalensi +2 sehingga tidak akan baik bila
digunakan silika gel GF.

• Tetrasiklin dapat membentuk ikatan kompleks


dengan Ca++ sehingga tak dapat dielusi sempurna.

• Bila digunakan selulosa sebagai fase diam, terdapat


batas kelarutan dalam selulosa, dan terjadi ikatan
hidrogen.

• Dengan eluen larutan MgCl2,tetrasiklin dapat


membentuk ikatan kompleks lebih baik dibanding
84
yang lain. 84
Struktur kimia
• Gambar

85
85
• Contoh 2.
Analisis zat warna lipstik, fase diam : silika gel,
fase gerak : campuran n-isopropil etilasetat dan
amoniak 10% (65:75:60) ( Wulan dkk, 1991)

Kromatogram zat warna lipstik


1. Tartrazin Rf =0, 12 (merah muda)
2. Kuning AB Rf= 0,48 (kuning)
3. Kuning OB Rf =0,67 (kuning hijau)
4. Oranye I C, Rf=0,88 (putih)
5. Poncou SX, Rf=0,98 (kemerahan)
86
86
Penjelasan Zat Warna
• Berdasarkan kepolarannya adalah : tartrazin,
poncou, oranye I, kuning AB, kuning OB (paling
kurang larut dalam air).

• Fase gerak berupa amoniak 10%, maka tartrazin


kurang larut dalam fase gerak, tetapi mudah larut
dalam pelarut organik. Tartrazin mpy sifat basa
lebih kuat dari pancou sehingga paling lambat
migrasinya dalam suasana basa (amoniak 10%).

• Bila zat warna tidak discanner, tetapi bercak


disari kemudian diencerkan etanol sampai 5,0 ml.
Larutan yang didapat diuji dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 87

serapan maksimumnya:
ANALISIS KUANTITATIF

 Analisis kuantitatif diperlukan senyawa baku pembanding, dan dibuat kurva


regresi linier.
 Untuk menguji tetrasiklin yang tidak mengalami degradasi digunakan cara
analisis dengan KLT
 Dibuat kurva baku hubungan kadar (mcg/ml) dan luas puncak (mV).

Data Kadar Luas puncak


• 0,0 mcg 1,96 mV
• 5 mcg 8,5468 mV
• 10 mcg 13,6856 mV
• 15 mcg 19,0454 mV
• 20 mcg 23,9754 mV
• 25 mcg 29,356 mV
• 30 mcg 38,675 mV

53
Kurva regresi linier normal

Y= 2.396 X + 1.097

89
89
Aplikasi Garis regresi

 Persamaan kurva kromatogram yang didapat


pada pengamatan tetrasiklin mempunyai
persamaan regresi linier sebagai berikut:
 Y = 0,513 X + 1,487 , R= 0,9996

 Contoh menghitung:
 Misal luas puncak pada sampel 24,487 mV,
 Maka harga X :
 = (24,487-1,487): 0,513 = (23) 70,513 = 44,834 mcg/ ml

90
Untuk analisis kuantitatif zat warna tidak discanner
tetapi bercak disari kemudian diencerkan etanol,
sampai 5,0 ml.

Cara penyarian, pemisahan dan pengenceran


harus optimal. Untuk membuat kurva baku
diperlukan lempeng yang besar untuk elusi
senyawa baku yang berbeda kadarnya.

91
Yang perlu Diperhatikan Dalam uji Kuantitatif
Hasil penelitian Rhodamin
a. Hasil Uji Kualitatif (benang wol)
No Nama Sampel Warna Benang Wol Hasil
Uji
1 Kerupuk bunga Merah muda +
(tersanjung)
2 Kerupuk bawang Tidak merah muda -

3 Kerupuk ketela Merah muda +


4 Kerupuk rengginang Tidak merah muda -
ketan
5 Kerupuk rengginang Tidak merah muda -
beras
6 Kerupuk slondok Tidak merah muda +

7 Kerupuk unyil Merah muda +


8 Kerupuk taro Tidak merah muda -

9 Kerupuk lotek Tidak merah muda -

10 Kerupuk angin Tidak merah muda -


Hasil kromatogram uji kualitatif Rhodamin B pd UV 254 nm dan
366 nm

Hasil kromatogram uji kuantitatif UV 254 nm dan 366 nm


a. Kerupuk ketela
b. Kerupuk bunga (tersanjung)

c. Kerupuk unyil
A. Data Luas Area di bawah kurva kerupuk ketela:
1. Standar Rhodamin B
Kadar (mg/100ml) Luas Area (milivolt)
0,005 0,7092
0,015 0,8493
0,030 0,8582
0,060 2,8790
0,090 3,2248
0,120 4,5278

2. Sampel kerupuk ketela


Replikasi Luas area (milivolt)
1 1,3010
2 1,0251
3 1,1926
4 1,4120
5 1,2412
6 1,0307
7 0,7282
B. Data Luas Area di bawah kurva kerupuk bunga
1. Standar Rhodamin B
Kadar (mg/100ml) Luas area (milivolt)
0,005 0,4425
0,015 1,1420
0,030 1,5273
0,060 3,0667
0,090 4,2450
0,120 5,1967

2. Sampel kerupuk bunga


Replikasi Luas area (milivolt)
1 2,1328
2 1,7314
3 1,2856
4 1,4730
5 1,0555
6 1,0966
7 0,6985
C. Data Luas Area di bawah kurva kerupuk unyil
1. standar Rhodamin B

Kadar (mg/100ml) Luas area (milivolt)


0,005 0,4865
0,015 0,9649
0,030 1,3910
0,060 1,6812
0,090 2,1991
0,120 2,2197

2. Sampel kerupuk unyil

Replikasi Luas area (milivolt)


1 0,5340
2 0,7687
3 0,5636
4 0,5116
5 0,5502
Kesimpulan penggunaan HPTLC
a. HPTLC dapat digunakan untuk memisahkan dan
menganalisis campuran senyawa antara 20
sampai 30 senyawa.
b. Biaya pemeliharaan, operasinal, jauh lebih murah
dari HPLC.
c. Cara deteksinya bercak(senyawa) pada lempeng
lebih banyak pilihan dari HPLC walaupun dengan
pereaksi warna.
d. Pemisahan yang terjadi pada HPTLC lebih dari
10 menit, sedangkan HPLC mungkin lima menit
sudah selesai.
e. Ketelitian dan ketepatan mendekati HPLC.
99

Anda mungkin juga menyukai