Anda di halaman 1dari 14

I.

JUDUL PRAKTIKUM
Pemantauan Dan Pemisahan Senyawa Flavonoid Dari Ekstrak Dan
Subfraksi Etil Asetat Daun Sambiloto Menggunakan Kromatografi
Lapis Tipis Dan Kromatografi Kolom Metode Gradien

II. TUJUAN PRAKTUKUM


1. Mampu melakukan pemantauan fraksi dengan metode KLT
2. Mampu menjelaskan mekanisme yang terjadi pada kromatografi
kolom
3. Mampu melakukan fraksinasi dengan metode kromatografi kolom
4. Mampu memisahkan senyawa berdasarkan subfraksi yang
diperoleh.

III. DASAR TEORI


Kromatografi merupakan suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan
tertentu. Kromatografi pertama kali di perkenalkan oleh Michael Tsweet pada
tahun 1903 yang merupakan seorang di ahli botani dari rusia. Dalam
percobaannya Michael Tsweet berhasil memisahkan klorofil dan pigmen pigmen
warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium
karbonat yang di isikan ke dalam kolom kaca dan petroleum eter sebagai pelarut.
Proses pemisahan itu di awali dengan menempatkan larutan cuplikan dengan
menempatkan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium karbonat,
kemudian di alirkan pelarut petroleum eter, dan hasilnya berupa pita pita warna
yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen
dalam ekstrak tumbuhan. Cara asli telah diketengahkan pada tahun 1903 oleh
Tsweet, ia telah menggunakannya untuk menggunakan pemisahan senyawa-
senyawa yang berwarna, dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang
berwarna. Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa-senyawa yang
berwarna tak lama dan hampir kebanyakan pemisahan-pemisahan secara
kromatografi sekarang diperuntukkan pada senyawa-senyawa yang tak
berwarna, termasuk gas

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan


perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan
komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Atau kromatografi
adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan
absorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut
dan menghasilkan apa yang di sebut kromatogram. Pada dasarnya, semua
kromatografi menggunakan dua fase yaitu satu fase tetap (stationary) dan yang
lain fase bergerak (mobile). Pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan
relative dari dua fase ini. Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai
dengan sifat-sifat fase tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair.

Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai
kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena
fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat system
kromatografi. Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-
komponen dalam fasa diam dan fasa gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik
komponen yang akan dipisahkan.

Jenis-Jenis Kromatografi

Umumnya metode kromatografi diklasifikasikan berdasarkan jenis fasa


yang digunakan dan sebagian berdasarkan mekanisme pemisahannya.
Berdasarkan fasa gerak dan fasa diamnya , kromatografi dapat di bedakan atas
berbagai tipe sebagai berikut:

1. Kromatografi kolom
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal
yang pertamakali di lakukan oleh D.T.Davy yaitu untuk membedakan komposisi
minyak bumi. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan
kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan kedalam
kromatografi cair – padat (KCP) kolom terbuka. Pemisahan kromatografi kolom
adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponen-komponen campuran dengan
afinitas berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom
adsorpsi termasuk pada cara pemisahan cair-padat. Substrat padat (adsorben)
bertindak sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut dalam fase cair. Fase
bergeraknya adalah cairan (pelarut) yang mengalir membawa komponen
campuran sepanjang kolom. Prinsip yang mendasari kromatografi kolom
adsorpsi ialah bahwa komponen – komponen dalam zat contoh yang harus
diperiksa mempunyai afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben dalam
kolom. Apabila kita mengalirkan cairan ( elutor ) secara kontinyu melalui kolom
yang berisi zat contoh yang telah diadsorpsikan oleh penyarat kolom, maka yang
pertama – tama dihanyutkan elutor ialah komponen yang paling lemah terikat
kepada adsorben. Komponen –komponen lainnya akan dihanyutkan menurut
urutan afinitasnya terhadap adsorben, sehingga terjadi pemisahan daripada
komponen – komponen tersebut.

Teknik pemisahan kromatografi kolom partisi sangat mirip dengan


kromatografi kolom adsorpsi. Perbedaan utamanya terletak pada sifat dari
penyerap yang digunakan. Pada kromatografi kolom partisi penyerapnya berupa
materi padat berpori seperti kieselguhr, selulosa atau silika gel yang
permukaannya dilapisi zat cair (biasanya air). Dalam hal ini zat padat hanya
berperan sebagai penyangga (penyokong) dan zat cair sebagai fase diamnya.
Fase diam zat cair umumnya diadsorpsikan pada penyangga padat yang sejauh
mungkin inert terhadap senyawa-senyawa yang akan dipisahkan. Zat padat yang
penyokong harus penyerap dan menahan fase diam serta harus membuat
permukaannya seluas mungkin untuk mengalirnya fase bergerak. Penyangga
pada umumnya bersifat polar dan fase diam lebih polar dari pada fase bergerak.
Dalam kromatografi partisi fase bergeraknya dapat berupa zat cair dan gas yang
mengalir membawa komponen-komponen campuran sepanjang kolom. Jika fase
bergeraknya dari zat cair, akan diperoleh kromatografi partisi cair-cair. Teknik ini
banyak digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa organik maupun
anorganik.

2. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan alat analisa yang cukuo sederhana
karena dapat menentukan jumlah komponen yang ada pada suatu bahan,
bahkan dapat juga mengidentifikasi komponen-komponen tersebut. Pada
dasarnya kromatografi lapis tipis (KLT atau TCL = Thin Layer Chomatography)
sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama pad cara melakukannnya.
Perbedaan nyata terlihat pada media pemisahnya, yakni digunakan lapisan tipis
absorben halus yang tersangga pada papan kaca, alumunium atau plastik sebagai
pengganti kertas. Lapis tipis absorben ini pada proses pemisahan berlaku sebagai
fasa diam. Fasa diam KLT terbuat dari serbuk halis dengan 5 sampai 50 cm.
Serbuk halus ini dapat berupa suatu absorben, suatu penukar ion, suatu
pengayak molekul atau dapat berupa penyangga yang dilapisi suatu cairan.bahan
aksorben sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel, alumunium dan serbuk
selulosa. Partikel silika gel mengandung gugus hidroksil dipermukaan yang akan
membentuk iakatan hidrogen dengan molekul-molekul polar.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
1. Plat silika gel GF254 1. Ekstrak etil asetat
2. Chamber sambiloto
3. Pipa kapiler 2. Subfraksi etil asetat
4. Statif, klem sambiloto
5. Vial 3. Silika gel
6. Kolom 4. Kloroform
7. Pipet ukur 5. Etanol
8. Mikro pipet 6. H2SO4
7. AlCl3
8. Sitro borat
9. Pasir
10. Gelas woll

V. PROSEDUR KERJA

- Prosedur kromatografi lapis tipis dan penampakan bercak

Plat KLT berukuran 2x8 Melakukan penjenuhan di dalam Memberi garis batas
diaktifasi selama 15 chamber pada pelarut yang akan pada setiap ujung plat
menit pada suhu 105° digunakan selama ± 1 jam KLT silica gel G254

kemudian masukan plat silica ke dalam


chamber yang telah berisi pelarut yang Totolkan fraksi etil asetat daun sambiloto
telah dijenuhkan kemudian tutup chamber pada garis batas bawah menggunakan pipa
agar kedap udara kapiler dengan diameter noda tidak lebih
dari 0,5 cm, lalu keringkan noda

Keluarkan plat kemudian hitung harga Tunggu sampai terelusi. Ditandai


Rf dari setiap noda dengan pelarut mencapai batas atas

Kemudian lakukan 3 kali pengulangan prosedur


tersebut .hasil plat digunakan pada sinar UV 254,
untuk penampak bercak spesifik dan penampak
bercak universal
- PROSEDUR KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS SUBFRAKSI

Plat KLT berukuran Melakukan penjenuhan di Memberi garis batas


4x8 diaktifasi selama dalam chamber pada pelarut pada setiap ujung
15 menit pada suhu yang akan digunakan selama plat KLT silica gel
105° ± 1 jam G254

kemudian masukan plat silica ke dalam Totolkan subfraksi daun sambiloto pada
chamber yang telah berisi pelarut yang garis batas bawah menggunakan pipa
telah dijenuhkan kemudian tutup chamber kapiler dengan diameter noda tidak
agar kedap udara lebih dari 0,5 cm, lalu keringkan noda.

Tunggu sampai Keluarkan plat kemudian Kemudian lakukan 3 kali


terelusi. Ditandai hitung harga Rf dari pengulangan prosedur
dengan pelarut setiap noda tersebut .hasil plat
mencapai batas atas digunakan pada sinar UV
254, untuk penampak
bercak spesifik dan
penampak bercak universal

- KROMATOGRAFI KOLOM METODE GRADIEN

Siapkan alat dan Lakukan aktivasi pada silica Fraksi ditimbang


bahan buat gel dalam suhu 105° selama sebanyak 500gram
perbandingan pelarut 15menit kemudian dibuat kemudian dibuat serbuk
Siapak jhdiuhfiuh
yang digunakan bubur silica dengan dengan menambahkan
menambahkan eluen silica gel

Masukan pasir dan Sumbat mulut kolom Basahi pasir dengan


basahi dengan eluen dengan menggunakan pelarut kemudian
glasswol keringkan

Masukan bubur silica Lakukan kromatografi lapis


kedalam kolom dan tunggu tipis subfaksi
hingga memadat
VI. DATA PENGAMATAN
1. Pemantauan ekstrak

Bercak spesifik AlCl3 Bercak spesifik sitroborat Sampel tampak

Bercak H2SO4 Sinar UV 254


2. Subfraksi Kromatografi Kolom

Hasil semua fraksi Hasil fraksi ke 1 dengan Hasil fraksi ke 2 dengan


perbandingan 9,8 : 0,2 perbandingan 8,8 : 1,2

Hasil fraksi ke 3 dengan Hasil fraksi ke 4 dengan Hasil fraksi ke 5 dengan


perbandingan 7,8 : 2,2 perbandingan 6,8 : 3,2 perbandingan 5,8 : 4,2

Hasil fraksi ke 6 dengan Hasil fraksi ke 7 dengan Hasil fraksi ke 8 dengan


perbandingan 4,8 : 5,2 perbandingan 3,8 : 6,2 perbandingan 2,8 : 7,2

Hasil fraksi ke 9 dengan Hasil fraksi ke 10 dengan


perbandingan 1,8 : 8,2 perbandingan 0,8 : 9,2
3. KLT Sub fraksi

Sufraksi nomor 1 dan 2 Sufraksi nomor 3,4, 9 dan 10 Sufraksi nomor 5,6,7, dan 8

Hasil penampak bercak Hasil penampak bercak Hasil penampak bercak


Sufraksi nomor 1 dan 2 Sufraksi nomor 3,4, 9 dan 10 Sufraksi nomor 5,6,7, dan 8

VII. PERHITUNGAN
1. Perhitungan Rf KLT ekstrak sambiloto etil asetat
Noda Rf
1 0,2 / 6,5 = 0,03
2 1 / 6,5 = 0,15
3 1,6 / 6,5 = 0,24
4 2,3 / 6,5 = 0,35
5 4,2 / 6,5 = 0,64
6 4,5 / 6,5 = 0,69
7 5,1 / 6,5 = 0,78
8 5,5 / 6,5 = 0,84

Nilai Rf Spesifik Sitroborat


4,4
a. Berat sitroborat =
6,4

= 0,67
4,6
b. Cercak AlCl3 = 6,5

= 0,70

2. Penentuan Sufraksi
Vial Rf Vial Rf
1 - 2,8 / 6 = 0,46
2 - 3,2 / 6 = 0,53
3,1 / 6 = 0,51 4,5 / 6 = 0,75
4,5 / 6 = 0,75 5,3 / 6 = 0,88
3
5,8 / 6 = 0,96 5,7 / 6 = 0,95
6 /6=1 0,3 / 6 = 0,05
0,5 / 6 = 0,08 0,5 / 6 = 0,08
1,2 / 6 = 0,2 1 / 6 = 0,16
1,5 / 6 = 0,25 1,2 / 6 = 0,2
6
2,5 / 6 = 0,41 2,1 / 6 = 0,35
3,2 / 6 = 0,53 3 / 6 = 0,5
4
4 / 6 = 0,66 3,5 / 6 = 0,58
4,5 / 6 = 0,75 4,4 / 6 = 0,73
5 / 6 = 0,83 0,1 / 6 = 0,016
5,4 / 6 = 0,9 7 0,3 / 6 = 0,05
5,7 / 6 = 0,95 0,5 / 6 = 0,08
6 /6=1 8 0,3 / 6 = 0,05
0,3 / 6 = 0,05 9 -
5 0,8 / 6 = 0,13 10 -
1,1 / 6 = 0,18

VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini melakukan percobaan mengenai kromatografi,
baik kromatografi lapis tipis fraksi/subfraksi atau kromatografi kolom. Tujuan
dilakukanya percobaan tersebut yaitu untuk melakukan pemisahan salah satu
senyawa didalam fraksi yang diinginkan dengan menentukan pelarut mana yang
tepat yang dapat memisahkan senyawa yang diharapkan. Bila dalam
kromatografi lapis tipis subfraksi diharapkan mengetahui pada subfraksi mana
yang mengandung senyawa target dan sudah dalam bentuk murninya.
Kromatografi kolom yang digunakan yaitu metode gradien dengan bayak
perbandingan pelarut yang digunakan untuk memisahkan atau dapat mengelusi
senyawa target.

Hasil dari fraksi etil asetat daun sambiloto yang telah diidentifikasi,
langkah selanjutnya yaitu melakukan pemantauan fraksi dengan cara
kromatografi lapis tipis dan penampak bercak. Kromatografi adalah suatu cara
pemisahan dimana komponen-komponen yang dipisahkan didistribusikan antara
2 fase, salah satunya yang merupakan fase diam ( stationer phase ) dan yang
lainnya adalah fase gerak ( mobile phase ). Pada kromatografi lapis tipis, fase
diam berupa lapisan tipis bahan padat yang melekat pada permukaan penyangga
datar, biasanya terbuat dari kaca atau logamfase diam yang digunakan biasanya
berupa lapisan silika gel atau alumina. Lapisan fase diam dapat melekat pada
permukaan plat KLT dengan bantuan pengikat seperti kalsium sulfat dan kalsium.
Dalam percobaan kali ini plat KLT yang digunakan yaitu silika GF254, yang artinya
silika tersebut dapat berpendar atau berfluoresen pada sinar UV dipanjang
gelombang 254 nm.

Silika GF254 sebelum digunakan harus diaktifasi terlebih dahulu agar


mudah dan baik dalam proses elusidasi. Diaktivasi menggunakan oven dengan
suhu 105°C selama 15 menit. Dalam penyimpanannya pun harus diperhatikan,
simpan pada wadah yang kedap udara seperti disimpan diantara kaca.
Tujuannnya yaitu dilihat darisifat silika yang mudah menyerap air atau udara,
maka harus dijauhkan untuk menhindari kerusakan pada silika yang berpengarus
pada proses elusidasi. Fase gerak atau pelarut yang cocok untuk digunakan yaitu
pelarut organik yang bersifat nonpolar dan polar, kloroform : etanol 9,8 : 0,2.
Pelarut tersebut harus dijenuhkan terlebih dahulu selama ± 60 menit, dengan
tujuan agar pada saat digunakan pada proses elusidasi tidak ada reaksi tambahan
dari campuran pelarut yang berbeda sifat kepolarannya tersebut. Bila terjadi
reaksi tambahan karena pelarut campur belum dalam keadaan jenuh,
kemungkinan terjadinya kegagalan atau kurang sempurnanya proses elusidasi.
Maka dari itu perlunya melakukan penjenuhan pelarut campur untuk
menghindari hal yang tidak diharapkan terjadi. Alat atau wadah yang digunakan
dalam proses elusidasi yaitu chamber kedap udara.

Ekstrak etil asetat dalam bentuk padat perlu dilarutkan terlebih dahulu
menggunakan etil asetat untuk mempermudah dalam penotolan. Plat KLT yang
telah diaktifasi kemudian diberi garis batas bawah dan atas dengan jarak garis
0,5 – 1 cm. Penotolan fraksi ditempatkan ditengah garis batas bawah dengan
bantuan pippa kapiler agar diperoleh noda yang diameternya < 0,5 cm. Diameter
atau besarnya penotolan fraksi pun dapat mempengaruhi hasil kromatografi, dan
noda harus dikeringkan terlebih dahulu supaya tidak melebar dan tidak berekor
saat proses elusidasi.

Meletakan plat KLT dalam chamber dengan posisi tidak lurus meliankan
miring, dengan tujuan agar fase gerak atau pelarut mudah mengelusi atau
mudah untuk naik. Prinsip dasar pemisahan pada KLT yaitu terjadi karena
perbedaan daya serap senyawa terhadap adsorben dan kelarutannya dalam
cairan pengelusi. Mekanisme tersebut sering disebut sebagai mekanisme
adsorbsi. Hasil plat KLT yang sudah terelusi dan menunjukan pemisahan senyawa
berupa noda atau bercak berbentuk bulat pada permukaan plat silika, dihitung
harga Retention Factor (Rf) yang dapat dihitung dengan jarak rambat bercak
dibagi dengan jarak rambat fase gerak. Bercak yang diperoleh dapat
divisualisasikan dengan pengamatan pada lampu UV254 dan UV366, atau dengan
menyemprotkan penampak bercak universal dan spesifik.

Pada lampu UV 254, plat akan berfluoresensi sedangkan sample akan


berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV254 nm adalah karena adanya
datya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi. Fluoresensi cahaya
yang tampak merupakan emisi cahay yang dipancarkan oleh indikator ketika
elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi lebih tinggi
kemudian kembali kekeadaan semula sambil melepaskan energi. Pada sinar
UV366 nm, noda akan berfluoresensi dan plat KLT akan berwarna gelap.
Penampakan noda pada sinar tersebut adalah karena adanya daya interaksi
antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada
pada noda tersebut. Fluoresensi cahay yang tampak merupakan emisi cahaya
yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudiaan kembali
kekeadaan semula sambil melepaskan energi. Namun pada praktikum kali ini
tidak menggunakan sinar UV 366.

Pereaksi yang digunakan dalam penampak bercak universal yaitu H2SO4


10%, prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak
gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan
bergeser ke arah yang panjang sehingga noda menjadi tampak oleh mata.
Sedangkan untuk pereaksi pada penampak bercak spesifik yaitu menggunakan
AlCl3, karena senyawa yang akan diidentifikais yaitu senyawa flavonoid.
Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang memberikan berbagai warna
pada tumbuhan. Pengenalan flavonoid didasarkan pada reaksi reduksi gugus
karbonil pada lingkar δ-lakton menjadi gugus alkohol membentuk senyawa
hidroksi yang berwarna-warna tergantung pada gugusan fungsional yang terikat
pada lingkar A atau B. Berdasarkan data pengamatan diperoleh bercak berwarna
kuning.

Setelah melakukan pemisahan dengan metode kromatografi lapis tipis,


maka kelanjutan prosesnya yaitu melakukan pemisahan dengan kromatografi
kolom. Tujuan dilakukannya kromatografi kolom yaitu untuk pemisahan molekul
berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk
memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan sehingga
didapat subfraksi.

Kolom yang digunakan berbentuk seperti tabung, hal pertama yang perlu
dilakukan adalah dengan memasang penahan pada kolom, penahan yang
dipergunakan adalah glass wool, hal ini dilakukan karena glass wool memiliki
kemampuan menyaring dan menahan penyerap lebih baik daripada
menggunakan kapas. Proses memasukan glass wool kedalam corong pisah
dilakukan dengan menggunakan pinset, karena selain dapat menyebabkan gatal
pada tangan, glass wool juga berbahaya jika terhirup. Jumlah glass wool yang
ditambahkan secukupnya dan glass wool yang sudah masuk corong pisah tidak
boleh dipadatkan.Penyerap ditimbang secukupnya dan dilarutkan dengan
menggunakan pelarut organic n-hexane sampai penyerap menjadi bubur,
kemudian bubur penyerap dimasukan kedalam corongProses memasukan
penyerap dalam corong dilakukan sebaik mungkin dan homogen serta hindari
terdapatnya gelembung udara, karena gelembung udara dapat menyebabkan
putusnya penyerap dalam kolom.
Ekstrak dalam bentuk kentalnya, harus diserbukan terlebih dahulu untuk
mempermudah saat pemisahan. Dilakukan dengan menambahkan bubuk silika
gel dan gerus hingga fraksi berbrntuk serbuk, fraksi yang digunakan sebanyak
500 mg. Diatas lapisan ini dapat diletakkan pasir untuk menjaga tidak terjadinya
kerusakan waktu ditambahkan fase gerak diatas lapisan sampel.Selama elusi fase
gerak dialirkan dari atas, mengalir karena gaya gravitasi atau ditekan dan juga
disedot dari arah bawa. Komponen sampel akan terpisah selama bergerak
dibawa fase gerak didalam kolom (fase diam). Komponen yang paling tidak
tertahan oleh fase diam akan keluar lebih dahulu dan diikuti oleh komponen lain.
Semuanya ditampung sebagai sub fraksi, volume tiap sub fraksi tergantung
besarnya sampel (kolom).Elusi gradien (bertahap) yaitu selama proses elusi
menggunakan fase gerak berubah-ubah polaritasnya. Untuk membuat polaritas
berubah-ubah maka komposisi fase gerak berubah. Pada umumnya dimulai fase
gerak non polar kemudian berubah kepelarut yang polar. Perubahan ini dapat
diprogramkan sesuai dengan pemisahan yang diinginkan. Elusi dihentikan jika
sudah tidak ada lagi sampel yang dapat dibawa keluar lagi oleh fase gerak, bila
digunakan elusi gradien sudah sampai pada fase gerak yang paling polar.

Berdasarakan data pengamatan diperoleh 10 larutan subfraksi yang


berbeda-beda tingkat kepekatannya sesuai dengan senyawa yang terelusi pada
perbandingan pelarut tertentu. Subfraksi yang telah didapat selanjutnya akan
melakukan tahapan pemurnian kembali dengan cara kromatografi lapis tipis
subfraksi. Digunakan plat silika dengan ukuran 4 x 8 cm untuk penotolan 4
subfraksi. Pelarut yang digunakan sama dengan KLT fraksi yaitu kloroform :
etanol 9,8 : 0,2.

Dilakukan pula penampak bercak pada KLT subfraksi dengan


menggunakan penampak bercak spesifik AlCl3. Bercak berwarna kuning yang
menandakan adanya flavonoid terdapat pada subfraksi ke 5 dengan
perbandingan pelarut kloroform : etanol 5,8 : 4,2. Harga Rf yang didapat

IX. KESIMPULAN
Dari serangkaian praktikum yang telah dilakukan dengan tujuan yang sama
yaitu pemurnian pada ekstrak etil asetat daun sambiloto dengan senyawa target
flavonoid. Prinsip dasar pemisahan pada KLT yaitu terjadi karena perbedaan daya
serap senyawa terhadap adsorben dan kelarutannya dalam cairan pengelusi.
Mekanisme tersebut sering disebut sebagai mekanisme adsorbsi. Dari KLT fraksi
didapat harga Rf untuk flavonoid yaitu 0,70 pada kromatografi kolom didapat 10
larutan subfraksi yang telah terpisah berdasarkan perbedaan pola pergerakan
antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul)
yang berada pada larutan sehingga didapat subfraksi.

X. Daftar pustaka
1. Sudjadi.1988.Metode Pemisahan. Konsius: Yogyakarta.
2. Markham, K.R., 1982. Cara MengidentifikasiFalvanoid. AlihBahasa
:KosasihPadmawinata, (1988). ITB. Bandung.
3. Moelyono,M.W.,dkk.2006.Panduan Praktikum Fitokimia,
Laboratorium Farmakognosi-Fiyokimia Jurusan Farmasi FMIPA
Universitas Padjadjaran Bandung.

Anda mungkin juga menyukai