JUDUL PRAKTIKUM
Pemantauan Dan Pemisahan Senyawa Flavonoid Dari Ekstrak Dan
Subfraksi Etil Asetat Daun Sambiloto Menggunakan Kromatografi
Lapis Tipis Dan Kromatografi Kolom Metode Gradien
Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai
kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena
fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat system
kromatografi. Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-
komponen dalam fasa diam dan fasa gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik
komponen yang akan dipisahkan.
Jenis-Jenis Kromatografi
1. Kromatografi kolom
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal
yang pertamakali di lakukan oleh D.T.Davy yaitu untuk membedakan komposisi
minyak bumi. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan
kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan kedalam
kromatografi cair – padat (KCP) kolom terbuka. Pemisahan kromatografi kolom
adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponen-komponen campuran dengan
afinitas berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom
adsorpsi termasuk pada cara pemisahan cair-padat. Substrat padat (adsorben)
bertindak sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut dalam fase cair. Fase
bergeraknya adalah cairan (pelarut) yang mengalir membawa komponen
campuran sepanjang kolom. Prinsip yang mendasari kromatografi kolom
adsorpsi ialah bahwa komponen – komponen dalam zat contoh yang harus
diperiksa mempunyai afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben dalam
kolom. Apabila kita mengalirkan cairan ( elutor ) secara kontinyu melalui kolom
yang berisi zat contoh yang telah diadsorpsikan oleh penyarat kolom, maka yang
pertama – tama dihanyutkan elutor ialah komponen yang paling lemah terikat
kepada adsorben. Komponen –komponen lainnya akan dihanyutkan menurut
urutan afinitasnya terhadap adsorben, sehingga terjadi pemisahan daripada
komponen – komponen tersebut.
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan alat analisa yang cukuo sederhana
karena dapat menentukan jumlah komponen yang ada pada suatu bahan,
bahkan dapat juga mengidentifikasi komponen-komponen tersebut. Pada
dasarnya kromatografi lapis tipis (KLT atau TCL = Thin Layer Chomatography)
sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama pad cara melakukannnya.
Perbedaan nyata terlihat pada media pemisahnya, yakni digunakan lapisan tipis
absorben halus yang tersangga pada papan kaca, alumunium atau plastik sebagai
pengganti kertas. Lapis tipis absorben ini pada proses pemisahan berlaku sebagai
fasa diam. Fasa diam KLT terbuat dari serbuk halis dengan 5 sampai 50 cm.
Serbuk halus ini dapat berupa suatu absorben, suatu penukar ion, suatu
pengayak molekul atau dapat berupa penyangga yang dilapisi suatu cairan.bahan
aksorben sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel, alumunium dan serbuk
selulosa. Partikel silika gel mengandung gugus hidroksil dipermukaan yang akan
membentuk iakatan hidrogen dengan molekul-molekul polar.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
1. Plat silika gel GF254 1. Ekstrak etil asetat
2. Chamber sambiloto
3. Pipa kapiler 2. Subfraksi etil asetat
4. Statif, klem sambiloto
5. Vial 3. Silika gel
6. Kolom 4. Kloroform
7. Pipet ukur 5. Etanol
8. Mikro pipet 6. H2SO4
7. AlCl3
8. Sitro borat
9. Pasir
10. Gelas woll
V. PROSEDUR KERJA
Plat KLT berukuran 2x8 Melakukan penjenuhan di dalam Memberi garis batas
diaktifasi selama 15 chamber pada pelarut yang akan pada setiap ujung plat
menit pada suhu 105° digunakan selama ± 1 jam KLT silica gel G254
kemudian masukan plat silica ke dalam Totolkan subfraksi daun sambiloto pada
chamber yang telah berisi pelarut yang garis batas bawah menggunakan pipa
telah dijenuhkan kemudian tutup chamber kapiler dengan diameter noda tidak
agar kedap udara lebih dari 0,5 cm, lalu keringkan noda.
Sufraksi nomor 1 dan 2 Sufraksi nomor 3,4, 9 dan 10 Sufraksi nomor 5,6,7, dan 8
VII. PERHITUNGAN
1. Perhitungan Rf KLT ekstrak sambiloto etil asetat
Noda Rf
1 0,2 / 6,5 = 0,03
2 1 / 6,5 = 0,15
3 1,6 / 6,5 = 0,24
4 2,3 / 6,5 = 0,35
5 4,2 / 6,5 = 0,64
6 4,5 / 6,5 = 0,69
7 5,1 / 6,5 = 0,78
8 5,5 / 6,5 = 0,84
= 0,67
4,6
b. Cercak AlCl3 = 6,5
= 0,70
2. Penentuan Sufraksi
Vial Rf Vial Rf
1 - 2,8 / 6 = 0,46
2 - 3,2 / 6 = 0,53
3,1 / 6 = 0,51 4,5 / 6 = 0,75
4,5 / 6 = 0,75 5,3 / 6 = 0,88
3
5,8 / 6 = 0,96 5,7 / 6 = 0,95
6 /6=1 0,3 / 6 = 0,05
0,5 / 6 = 0,08 0,5 / 6 = 0,08
1,2 / 6 = 0,2 1 / 6 = 0,16
1,5 / 6 = 0,25 1,2 / 6 = 0,2
6
2,5 / 6 = 0,41 2,1 / 6 = 0,35
3,2 / 6 = 0,53 3 / 6 = 0,5
4
4 / 6 = 0,66 3,5 / 6 = 0,58
4,5 / 6 = 0,75 4,4 / 6 = 0,73
5 / 6 = 0,83 0,1 / 6 = 0,016
5,4 / 6 = 0,9 7 0,3 / 6 = 0,05
5,7 / 6 = 0,95 0,5 / 6 = 0,08
6 /6=1 8 0,3 / 6 = 0,05
0,3 / 6 = 0,05 9 -
5 0,8 / 6 = 0,13 10 -
1,1 / 6 = 0,18
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini melakukan percobaan mengenai kromatografi,
baik kromatografi lapis tipis fraksi/subfraksi atau kromatografi kolom. Tujuan
dilakukanya percobaan tersebut yaitu untuk melakukan pemisahan salah satu
senyawa didalam fraksi yang diinginkan dengan menentukan pelarut mana yang
tepat yang dapat memisahkan senyawa yang diharapkan. Bila dalam
kromatografi lapis tipis subfraksi diharapkan mengetahui pada subfraksi mana
yang mengandung senyawa target dan sudah dalam bentuk murninya.
Kromatografi kolom yang digunakan yaitu metode gradien dengan bayak
perbandingan pelarut yang digunakan untuk memisahkan atau dapat mengelusi
senyawa target.
Hasil dari fraksi etil asetat daun sambiloto yang telah diidentifikasi,
langkah selanjutnya yaitu melakukan pemantauan fraksi dengan cara
kromatografi lapis tipis dan penampak bercak. Kromatografi adalah suatu cara
pemisahan dimana komponen-komponen yang dipisahkan didistribusikan antara
2 fase, salah satunya yang merupakan fase diam ( stationer phase ) dan yang
lainnya adalah fase gerak ( mobile phase ). Pada kromatografi lapis tipis, fase
diam berupa lapisan tipis bahan padat yang melekat pada permukaan penyangga
datar, biasanya terbuat dari kaca atau logamfase diam yang digunakan biasanya
berupa lapisan silika gel atau alumina. Lapisan fase diam dapat melekat pada
permukaan plat KLT dengan bantuan pengikat seperti kalsium sulfat dan kalsium.
Dalam percobaan kali ini plat KLT yang digunakan yaitu silika GF254, yang artinya
silika tersebut dapat berpendar atau berfluoresen pada sinar UV dipanjang
gelombang 254 nm.
Ekstrak etil asetat dalam bentuk padat perlu dilarutkan terlebih dahulu
menggunakan etil asetat untuk mempermudah dalam penotolan. Plat KLT yang
telah diaktifasi kemudian diberi garis batas bawah dan atas dengan jarak garis
0,5 – 1 cm. Penotolan fraksi ditempatkan ditengah garis batas bawah dengan
bantuan pippa kapiler agar diperoleh noda yang diameternya < 0,5 cm. Diameter
atau besarnya penotolan fraksi pun dapat mempengaruhi hasil kromatografi, dan
noda harus dikeringkan terlebih dahulu supaya tidak melebar dan tidak berekor
saat proses elusidasi.
Meletakan plat KLT dalam chamber dengan posisi tidak lurus meliankan
miring, dengan tujuan agar fase gerak atau pelarut mudah mengelusi atau
mudah untuk naik. Prinsip dasar pemisahan pada KLT yaitu terjadi karena
perbedaan daya serap senyawa terhadap adsorben dan kelarutannya dalam
cairan pengelusi. Mekanisme tersebut sering disebut sebagai mekanisme
adsorbsi. Hasil plat KLT yang sudah terelusi dan menunjukan pemisahan senyawa
berupa noda atau bercak berbentuk bulat pada permukaan plat silika, dihitung
harga Retention Factor (Rf) yang dapat dihitung dengan jarak rambat bercak
dibagi dengan jarak rambat fase gerak. Bercak yang diperoleh dapat
divisualisasikan dengan pengamatan pada lampu UV254 dan UV366, atau dengan
menyemprotkan penampak bercak universal dan spesifik.
Kolom yang digunakan berbentuk seperti tabung, hal pertama yang perlu
dilakukan adalah dengan memasang penahan pada kolom, penahan yang
dipergunakan adalah glass wool, hal ini dilakukan karena glass wool memiliki
kemampuan menyaring dan menahan penyerap lebih baik daripada
menggunakan kapas. Proses memasukan glass wool kedalam corong pisah
dilakukan dengan menggunakan pinset, karena selain dapat menyebabkan gatal
pada tangan, glass wool juga berbahaya jika terhirup. Jumlah glass wool yang
ditambahkan secukupnya dan glass wool yang sudah masuk corong pisah tidak
boleh dipadatkan.Penyerap ditimbang secukupnya dan dilarutkan dengan
menggunakan pelarut organic n-hexane sampai penyerap menjadi bubur,
kemudian bubur penyerap dimasukan kedalam corongProses memasukan
penyerap dalam corong dilakukan sebaik mungkin dan homogen serta hindari
terdapatnya gelembung udara, karena gelembung udara dapat menyebabkan
putusnya penyerap dalam kolom.
Ekstrak dalam bentuk kentalnya, harus diserbukan terlebih dahulu untuk
mempermudah saat pemisahan. Dilakukan dengan menambahkan bubuk silika
gel dan gerus hingga fraksi berbrntuk serbuk, fraksi yang digunakan sebanyak
500 mg. Diatas lapisan ini dapat diletakkan pasir untuk menjaga tidak terjadinya
kerusakan waktu ditambahkan fase gerak diatas lapisan sampel.Selama elusi fase
gerak dialirkan dari atas, mengalir karena gaya gravitasi atau ditekan dan juga
disedot dari arah bawa. Komponen sampel akan terpisah selama bergerak
dibawa fase gerak didalam kolom (fase diam). Komponen yang paling tidak
tertahan oleh fase diam akan keluar lebih dahulu dan diikuti oleh komponen lain.
Semuanya ditampung sebagai sub fraksi, volume tiap sub fraksi tergantung
besarnya sampel (kolom).Elusi gradien (bertahap) yaitu selama proses elusi
menggunakan fase gerak berubah-ubah polaritasnya. Untuk membuat polaritas
berubah-ubah maka komposisi fase gerak berubah. Pada umumnya dimulai fase
gerak non polar kemudian berubah kepelarut yang polar. Perubahan ini dapat
diprogramkan sesuai dengan pemisahan yang diinginkan. Elusi dihentikan jika
sudah tidak ada lagi sampel yang dapat dibawa keluar lagi oleh fase gerak, bila
digunakan elusi gradien sudah sampai pada fase gerak yang paling polar.
IX. KESIMPULAN
Dari serangkaian praktikum yang telah dilakukan dengan tujuan yang sama
yaitu pemurnian pada ekstrak etil asetat daun sambiloto dengan senyawa target
flavonoid. Prinsip dasar pemisahan pada KLT yaitu terjadi karena perbedaan daya
serap senyawa terhadap adsorben dan kelarutannya dalam cairan pengelusi.
Mekanisme tersebut sering disebut sebagai mekanisme adsorbsi. Dari KLT fraksi
didapat harga Rf untuk flavonoid yaitu 0,70 pada kromatografi kolom didapat 10
larutan subfraksi yang telah terpisah berdasarkan perbedaan pola pergerakan
antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul)
yang berada pada larutan sehingga didapat subfraksi.
X. Daftar pustaka
1. Sudjadi.1988.Metode Pemisahan. Konsius: Yogyakarta.
2. Markham, K.R., 1982. Cara MengidentifikasiFalvanoid. AlihBahasa
:KosasihPadmawinata, (1988). ITB. Bandung.
3. Moelyono,M.W.,dkk.2006.Panduan Praktikum Fitokimia,
Laboratorium Farmakognosi-Fiyokimia Jurusan Farmasi FMIPA
Universitas Padjadjaran Bandung.