Dosen pengampu :
Ika Andiana, M.Farm.,Apt
Disusun oleh :
1. Anggun Retno Musdalifah (1804101002)
2. Rikhana Nuzula (1804101007)
3. Dentha Lorenza (1804101013)
4. Riska Gian (1804101019)
5. Rindi Alvira Vionita (1804101022)
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui metode granulasi kering untuk membuat sediaan
tablet.
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Formulasi Sediaan Solida di
Universitas PGRI Madiun.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa
dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja (Ditjen POM, 1995).
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh
semua makhluk untuk bagian dalam atau bagian luar, guna pencegahan,
meringankan, juga menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang yang
membahas tentang obat atau bahan campuran yang digunakan untuk
menentukan diagnosis, pencegahan, penanganan, pencegahan,
penyembuhan, penyembuhan luka atau kelainan badaniah atau rohaniah
pada manusia atau hewan, termasuk memperindah tubuh atau membentuk
tubuh manusia. Sediaan obat dibuat dan disimpan dengan memperhatikan
sifat bahan obat yang digunakan, sesuai optimal dan sifat tidak merusaknya,
terjamin. Konsentrasi dan jumlah bahan penolong yang digunakan dalam
pembuatannya harus disatukan dengan bahan aktifnya (Voigt, 1994).
Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya
dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan
menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus,
batang, atau cakram, serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah
tablet pada umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voigt,
1995).
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi
kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi
basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau
kemampuan kempa (Ditjen POM, 1995). Butiran granulat yang diperoleh,
partikel-partikelnya mempunyai daya lekat. Daya alirnya menjadi lebih baik
sehingga pengisian ruang cetak dapat berlangsung secara kontiniu dan
homogen.
Bahan Tambahan dalam Tablet Dalam suatu sediaan farmasi, selain zat
aktif yang ada dalam tablet juga dibutuhkan eksipien atau semacam bahan
tambahan. Eksipien disini merupakan bahan bukan zat aktif yang
ditambahkan dalam formulasi suatu sediaan untuk berbagai tujuan atau
fungsi. Walaupun eksipien bukan merupakan zat aktif, adanya eksipien
sangat penting untuk keberhasilan produksi sediaan yang dapat diterima.
Menurut Anief (1994), zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi
sebagai:
a. Zat pengisi, yaitu digunakan untuk memperbesar volume tablet. Zat-
zat yang digunakan seperti: Amilum Manihot, Kalsium Fosfat,
Kalsium Karbonat, dan zat lain yang cocok.
b. Zat pengikat, yaitu digunakan agar tablet tidak pecah atau retak,
dapat merekat. Zat-zat yang digunakan seperti: Musilago 10-20%
b /v, larutan Metilcellulosum 5% b /v.
c. Zat penghancur, yaitu digunakan agar tablet dapat hancur dalam
saluran pencernaan. Zatzat yang digunakan seperti: Amilum Manihot
kering, Gelatin, Natrium Alginat.
d. Zat pelicin, yaitu digunakan untuk mencegah agar tablet tidak
melekat pada cetakan. Zatzat yang digunakan seperti: Talkum 5%
b/b, Magnesium stearat, Natrium Benzoat.
2.2 Keuntungan dan Kerugian Metode Granulasi Kering
Keuntungan granulasi kering
1. Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan
larutan pengikat,
2. Pengeringan yang memakan waktu Baik untuk zat aktif
yang sensitif terhadap panas dan lembab
3. Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh
pengikat
Kekurangan granulasi kering adalah:
1. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug.
2. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam.
3. Proses banyak menghasilkan debu sehingga
memungkinkan terjadinya kontaminasi silang
2.3 Pembuatan Tablet dengan Metode Granulasi Kering
Metode Granulasi kering digunakan pada keadaan dosis efektif terlalu
tinggi untuk pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan,
kelembaban, atau keduanya (Lachman, et al., 1994). Setelah penimbangan
dan pencampuran bahan, serbuk di slugg atau dikompresi menjadi tablet
yang besar dan datar dengan garis tengah sekitar 1 inci. Kempaan harus
cukup keras agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan serbuk yang
berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan
diayak dengan lubang yang diinginkan, pelicin ditambahkan dan tablet
dikempa (Ansel, 1989). Metode granulasi kering digunakan dalam kondisi-
kondisi sebagai berikut:
1. Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
2. Zat aktif susah mengalir
3. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
b. Pengompakan gulung
Yaitu pembuatan lempengan dengan menggunakan peralatan
pemrosesan khusus yang disebut kompaktor gulung atau chilsonator.
Mesin ini mendapatkan serbuk yang telah dicampur trlebih dahulu
diantara dua rol penggulung (roller) yang berputar berlawanan. Tidak
seperti metode bongkahan, zat-zat yang tidak menunnjukkan sifat
kunci serbuk sangan cocok untuk proses pemadatan gulung (rol). Sifat
kunci campuran serbuk yang di persyaratkan untuk pembuatan tablet
kempa langsung adalah:
1. Daya hohesif serbuk baik
2. Karakteristik aliran granul baik
3. Rentang ukuran vertikal sempit
4. Pemisahan granul minimum
Keuntungan proses teknologi pengempaan gulung adalah
sebagai berikut:
1. Meniadakan penggunaan bergranulasi berair dan pelarut
2. Menghasilkan kembali granul ometri dan bobot jenis yang
konsisten
3. Memperbaiki keseragaman kandungan dan bobot dosis obat
4. Mempermudah mampu alir serbuk
5. Menggunakan lebih sedikit energi untuk pengoprasian
6. Memerlukan lebih sedikit tenaga kerja untuk pengoprasian
7. Menghasilan produk kering
8. Menghasilkan disintegrasi tablet yang lebih baik