Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FORMULASI SEDIAAN SOLIDA

METODE GRANULASI KERING

Dosen pengampu :
Ika Andiana, M.Farm.,Apt

Disusun oleh :
1. Anggun Retno Musdalifah (1804101002)
2. Rikhana Nuzula (1804101007)
3. Dentha Lorenza (1804101013)
4. Riska Gian (1804101019)
5. Rindi Alvira Vionita (1804101022)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS


PRODI FARMASI
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia- Nya sehingga kita dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan benar serta tepat pada waktunya dalam makalah ini kami
membahas tentang “formulasi tablet dengan metode granulasi basah”.
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan
dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan
selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantudalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
makalha ini. Oleh karena itu, kami memohon pembaca untuk memberikan saran
dan kritik yang dapat membantu kami. Kritik yang membangun dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua (amin).

Madiun, 26 Maret 2020


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
2.1 Rumusan Masalah
3.1 Tujuan
BAB 2. Pembahasan
2.1 Pengertian Tablet
2.2 Kerugian dan Keuntungan Granulasi Kering
2.3 Metode pembuatan tablet dengan metode granulasi kering
BAB 3. Penutup
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tablet yaitu suatu sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan tambahan. Suatu tablet dapat terbentuk bukan hanya dari
bahan aktif saja, melainkan perlu adanya bantuan dari bahan tambahan yang
memiliki jenis dan fungsi yang berbeda. Tablet yang dihasilkan dapat
digolongkan berdasarkan cara pemberian, efek kerja yang diharapkan, bentuk,
penyalutkan yang dilakukan dan lain sebagainya. Ada beberapa macam
metode dalam formulasi sediaan tablet,tergantung jenis dan sifat bahan aktif
yang akan dibuat, disamping itu juga harus memperhatikan kompatibilitas
bahan tambahan terhadap bahan aktif. Selain tablet biasa ada juga tablet yang
dibuat salut sesuai dengan tujuan penyalutan yang diharapkan.
Granulasi kering adalah proses penggranulan tanpa menggunakan
eksipien yang berupa cairan. Semua komponen dalam granulasi kering adalah
kering. Salah satu dari tiga metode pembuatan tablet adalah  metode granulasi
kering. Tujuan Pembuatan granulasi kering adalah memperbaiki sifat
aliran  serbuk halus dengan cara mengglomerasikan partikel-partikel kecil
dari serbuk halus yang digunan dalam suatu formulasi tablet. Aglomelat yang
memperoleh masih perlu dihaluskan menjadi granul yang dapat di proses
lebih lanjut menjadi tablet jadi.
Granulasi kering dilakukan apabila zat aktif tidak mungkin di granulasi
basah karena tidak stabil atau peka terhadap panas dan atau lembab atau juga
tidak mungkin di kempa lansung menjadi tablet karena zat aktif tidak dapat
mengalir bebas, dan atau dosis efektif zat aktif terlalu besar untuk kempa
langsung. Sebagai contoh, asetosal dan vitamin pada umumnya dibuat
menjadi tablet dengan granulasi kering. Granulasi kering dibuat dengan
mengempa langsung seluruh campuran inggredient formula dengan tekanan
tinggi menggunakan suatu mesin pembuat bongkahan (sluging machine) atau
mesin kompaktor.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian metode granulasi kering
2. Teknik pembuatan sediaan tablet dengan metode granulasi kering.

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui metode granulasi kering untuk membuat sediaan
tablet.
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Formulasi Sediaan Solida di
Universitas PGRI Madiun.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa
dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja (Ditjen POM, 1995).
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh
semua makhluk untuk bagian dalam atau bagian luar, guna pencegahan,
meringankan, juga menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang yang
membahas tentang obat atau bahan campuran yang digunakan untuk
menentukan diagnosis, pencegahan, penanganan, pencegahan,
penyembuhan, penyembuhan luka atau kelainan badaniah atau rohaniah
pada manusia atau hewan, termasuk memperindah tubuh atau membentuk
tubuh manusia. Sediaan obat dibuat dan disimpan dengan memperhatikan
sifat bahan obat yang digunakan, sesuai optimal dan sifat tidak merusaknya,
terjamin. Konsentrasi dan jumlah bahan penolong yang digunakan dalam
pembuatannya harus disatukan dengan bahan aktifnya (Voigt, 1994).
Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya
dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan
menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus,
batang, atau cakram, serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah
tablet pada umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voigt,
1995).
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi
kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi
basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau
kemampuan kempa (Ditjen POM, 1995). Butiran granulat yang diperoleh,
partikel-partikelnya mempunyai daya lekat. Daya alirnya menjadi lebih baik
sehingga pengisian ruang cetak dapat berlangsung secara kontiniu dan
homogen.
Bahan Tambahan dalam Tablet Dalam suatu sediaan farmasi, selain zat
aktif yang ada dalam tablet juga dibutuhkan eksipien atau semacam bahan
tambahan. Eksipien disini merupakan bahan bukan zat aktif yang
ditambahkan dalam formulasi suatu sediaan untuk berbagai tujuan atau
fungsi. Walaupun eksipien bukan merupakan zat aktif, adanya eksipien
sangat penting untuk keberhasilan produksi sediaan yang dapat diterima.
Menurut Anief (1994), zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi
sebagai:
a. Zat pengisi, yaitu digunakan untuk memperbesar volume tablet. Zat-
zat yang digunakan seperti: Amilum Manihot, Kalsium Fosfat,
Kalsium Karbonat, dan zat lain yang cocok.
b. Zat pengikat, yaitu digunakan agar tablet tidak pecah atau retak,
dapat merekat. Zat-zat yang digunakan seperti: Musilago 10-20%
b /v, larutan Metilcellulosum 5% b /v.
c. Zat penghancur, yaitu digunakan agar tablet dapat hancur dalam
saluran pencernaan. Zatzat yang digunakan seperti: Amilum Manihot
kering, Gelatin, Natrium Alginat.
d. Zat pelicin, yaitu digunakan untuk mencegah agar tablet tidak
melekat pada cetakan. Zatzat yang digunakan seperti: Talkum 5%
b/b, Magnesium stearat, Natrium Benzoat.
2.2 Keuntungan dan Kerugian Metode Granulasi Kering
Keuntungan granulasi kering
1. Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan
larutan pengikat,
2. Pengeringan yang memakan waktu Baik untuk zat aktif
yang sensitif terhadap panas dan lembab
3. Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh
pengikat
Kekurangan granulasi kering adalah:
1. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug.
2. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam.
3. Proses banyak menghasilkan debu sehingga
memungkinkan terjadinya kontaminasi silang
2.3 Pembuatan Tablet dengan Metode Granulasi Kering
Metode Granulasi kering digunakan pada keadaan dosis efektif terlalu
tinggi untuk pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan,
kelembaban, atau keduanya (Lachman, et al., 1994). Setelah penimbangan
dan pencampuran bahan, serbuk di slugg atau dikompresi menjadi tablet
yang besar dan datar dengan garis tengah sekitar 1 inci. Kempaan harus
cukup keras agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan serbuk yang
berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan
diayak dengan lubang yang diinginkan, pelicin ditambahkan dan tablet
dikempa (Ansel, 1989). Metode granulasi kering digunakan dalam kondisi-
kondisi sebagai berikut:
1. Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
2. Zat aktif susah mengalir
3. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab

 Pembuatan tablet dengan  metode granulasi kering biasanya memalui


tahap-tahap berikut:
1. Zat aktif dan masing-masing eksipien dihaluskan terlebih dahulu
dalam mesin penggiling, misalnya mesin giling tornado mill.
2. Zat aktif dan semua eksipien , yakni pengisi, pengikat kering,
sebagian disintegran, lubrikan dan glidan.
3. Campurkan serbuk pada no 2 di kempa mesin besar khusus dan
kuat yang disebut “mesin bongkah” (sluging machine) yang
menghasilkan bongkahan atau dengan mesin kompaktor gulung
atau chilsonator yang penghasilkan pipa atau lempeng
campuran  serbuk yang rapuh.
4. Bongkahan atau pita lempeng tadi di ekstrusi melalui lempeng
penyaring 18-20 mesh dlm mesin escillator granulator .
5. Serbuk partikel halus yang dihasilkan no 4 kembali dipadatkan
dengan mesin kompak.
6. Bongkahan atau lempengan rapuh hasil no 5 kembali di ekstruksi
dalam mesin oscillating granulator  atau fitz mill.
7. Granul hasil no 5 dan 6 disatukan dan di campur dengan fase luar.

 Teknologi Granulasi Kering Secara Kempa


Teknologi granulasi kering secara  kempa terdiri dari dua metode
yaitu: pembentukkan bongkah (sluging) dan pengompakan gulung. Kedua
metode tersebut digunakan untuk zat-zat yang biasanya tidak memadat
menggunakan teknik granulasi basah konvensional dan memerlukan
prakempa untuk meningkatkan bobot jenis dan mengeluarkan udara yang
terjerat akibat ponsitas.
a. Pembuatan bongkah (sluging)
Yaitu mesin berat pembuat tabel besar dengan lubang kempa
dan  pons besar yang biasanya berdiameter 2,5 cm atau lebih.
Selanjutnya, bongkahan di ekstruksi dengan mesin granulator untuk
memperoleh karakteristik granul yang di kehendaki. Pembuatan
bokahan terdiri dari menghaluskan tiap komponen (Zat Aktif dan
Eksipien) secara individu, mencampuri kering seluruh komponen (zat
aktif  dan eksipien) secara individu mencapur kering dari seluruh
komponen dan mengempa campuran serbuk menjadi tablet besar atau
bongkahan ( slug) pada mesin kempa. Diameter pons biasanya 2,5 cm
atau lebih dengan permukaan datar digunakan untuk membuat
bongkahan tersebut kempaan bongkahan biasanya dilakukan pada
tekanan 4 sampai 6 ton dan kecepatan 10-30 putaran permenit. Tonasi
mesin tertentu dan waktu hunian diperlukan tergantung pada sifat-sifat
fisik ukuran serbuak dan spesifikasi bongkahan.
Setelah terbentuk, bongkahan biasanya di simpan dalam wadah
proses sampai bongkahan itu di perlukan untuk menjadi granul akhir
selanjutnya, granul akhir tersebut dicampur dengan serbut fase luar
(disintegran, lunrikan, glidan) menjadi masa kempa selanjutnya
dikempa menjadi tablet ada berbagai keterbatasan pada proses
pengempaan bongkahan.

b. Pengompakan gulung
Yaitu pembuatan lempengan dengan menggunakan peralatan
pemrosesan khusus yang disebut kompaktor gulung atau chilsonator.
Mesin ini mendapatkan serbuk yang telah dicampur trlebih dahulu
diantara dua rol penggulung (roller) yang berputar berlawanan. Tidak
seperti metode bongkahan, zat-zat yang tidak menunnjukkan sifat
kunci serbuk sangan cocok untuk proses pemadatan gulung (rol). Sifat
kunci campuran serbuk yang di persyaratkan untuk pembuatan tablet
kempa langsung adalah:
1. Daya hohesif serbuk baik
2. Karakteristik aliran granul baik
3. Rentang ukuran vertikal sempit
4. Pemisahan granul minimum
Keuntungan proses teknologi pengempaan gulung adalah
sebagai berikut:
1. Meniadakan penggunaan bergranulasi berair dan pelarut
2. Menghasilkan kembali granul ometri dan bobot jenis yang
konsisten
3. Memperbaiki keseragaman kandungan dan bobot dosis obat
4. Mempermudah mampu alir serbuk
5. Menggunakan lebih sedikit energi untuk pengoprasian
6. Memerlukan lebih sedikit tenaga kerja untuk pengoprasian
7. Menghasilan produk kering
8. Menghasilkan disintegrasi tablet yang lebih baik

Teknologi pengempaan gulung merupan suatu proses kontinu yang


memberikan pengendalian dan efisiensi yang lebih baik. Kompaktor
gulung dilengkapi dengan alat pengendalian tekanan pengempaan,
kecepatan rol dan kecepatan mengandalkan pembentukkan ikatan
interpartikulat. Pembentukan ikatan granul dikarakterisasi dalam tahap-
tahap yang berbeda, yang biasanya terjadi dalam urutan berikut:
a. Pengaturan kembali Partikel
Pengaturan kembali partikel pada awalnya merupakan gerakan
untuk mengisi ruang celah. Udara mulai meninggalkan ruang celah
campuran serbuk dan partikel-partikel mulai bergerak bersama-
sama lebih dekat sehingga meningkatkan kepadatan campuran
serbuk. Bentuk dan ukuran partikel merupakan faktor kunci dalam
proses penyusunan kembali. Partikel-partikel bulat kurang dapat
bergerak dibandingkan partikel-partikel bentuk lain karena susunan
awalnya yang lebih dekat. Perubahan partikel-partikel jika gaya
kempa di tingkatkan. Perubahan bentuk ini meningkatkan titik
kontak antara partikel-partikel tempat ikatan terjadi dan dijelaskan
sebagai perubahan bentuk plastik.

b. Perubahan Bentuk Partikel Pada Titik Kontak


Apabila suatu tekanan diterapkan pada suatu pada suatu
bahan/zat, terjadi perubahan bentuk perubahan untuk yang hilang
sama sekali (kembalinkebentuk asal) setelah pembebasan tekanan
disebut dengan perubahan elasstis. Apabila perubahan bentuk tidak
pulih kembali dengan sempurna setelah pembebasan tekanan, ini
disebut dengan perubahan bentuk plastik.
c. Fragmentasi dan Perubahan Bentuk
Pada tekanan yang lebih tinggi akan terjadi pecahan apabila
tekanan di dalam partikel-partikel menjadi cukup besar untuk
memperbanyak retakan. Fragmentasi meningkatkan jumlah partikel
dan membentuk permukaan baru yang bersih, menambah titik
kontak, dan membentuk ikatan yang kuat. Ikatan partikel terjadi
jika terjadi berubahan bentuk plastik dan fragmentasi
d. Teori Ikatan Dalam Proses Pengempaan
Berbasis mekanisme ikatan dlam proses pengempaan telah
dipahami tetapi belum didukung oleh percobaan serta
belumbergunan untuk memperkirakan sifat-sifat kempa bahan. Ada
tiga teori ikatan kempa, yakni teori antarmolekul, dan teori film
permukaan cairan.
e. Teori mekanik
Teori mekanik tekanan menyatakan bahwa partikel-partikel
individu mengalami perubahan bentuk elasstik, plastik atau rapuh
di bawah tekanan sehingga sisi-sisinya bertautan dan membentuk
suatu ikatan mekanik. Jika hanya ada ikatan mekanik, energi total
pengempaan sama dengan jumlah energi perubahan bentuk, panas,
dan energi yang diabsrbsi untuk tiap kontinuen. Sambungan
mekanik bukan merupakan mekanisme ikatan utama dalam tabel
farmasetik.
f. Teori Antar Molekul
Molekul pada permukaan solida mempunyai gaya antar
molekul yang kurang baik dan berinteraksi dengan partikel lain
dalam kontak yang sebenarnya. Permukaaan bersih sepenuhnya
akan terikat dengan kekuatan bahan kristalin, sedangkan bahan
yang di absorpsi akan membatasi ikatan menurut teori antar
molekul, dibawah tekan, molekul-molekul pada titik kontak yang
sebenarnya antara permukaan granul yang baru dan bersih cukup
dekat sehingga gaya vanderwals dapat berinteraksi untuk
mengabungkan partikel-partikel.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Granulasi adalah suatu proses pembesaran ukuran ketika partikel-
partikel kecil dibentuk menjadi gumpalan (agromelat) yang lebih besar,
kuat secara fisik, sedangkan partikel-partikel orisinil masih dapat di
identifikasi. Berdasarkan pembuatan granulasi terdiri dari granulasi basah
dan granulasi kering. Salah satu dari tiga metode pembuatan tablet
adalah  metode granulasi kering. Tujuan metode granulasi kering adalah
untuk memperoleh granul yang dapat mengalir bebas untuk membuatan
tablet.
Granulasi kering adalah proses penggranulan tanpa menggunakan
eksipien yang berupa cairan. Semua komponen dalam granulasi kering
adalah kering. granulasi kering memperbaiki sifat aliran  serbuk halus
dengan cara mengglomerasikan partikel-partikel kecil dari serbuk halus
yang digunan dalam suatu formulasi tablet. Aglomelat yang memperoleh
masih perlu dihaluskan menjadi granul yang dapat di proses lebih lanjut
menjadi tablet jadi.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: UI
Press.
Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah : Soendani
Noerono .Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Lachman L., Lieberman H.A., Kanig J.L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Penterjemah: Suyatni S. Edisi II. Jakarta: UI Press.
Lachman L. Et al; the theory and practice of industrial pharmacy, lea and
febriger, 1986 hlm 312-320
Swarbrick J. And Boylan J.C, Encyvlopedia of pharmacy tecnology,volume 4,
marcel Dekker inc.1991 hlm 423-446

Anda mungkin juga menyukai