Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembuatan tablet dipengaruhi oleh granul yang menyusunnya.

Keruskan pada tablet sering menjadi hal yang tidak baik untuk terlihat

konsumen, hal ini menyebabkan sebelum terjun dalam

pemasaran, granul dan tablet yang diproduksi dalam industri

harus dilakukan evaluasi terlebih dahulu.

Proses granulasi juga mempengaruhi proses absorbsi dan

distribusi dari suatu obat terutama pada tablet dan kapsul. Agar

suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larutan

dalam cairan pada tempat absorbsi. Tablet atau kapsul tidak dapat

diabsorbsi sampai partikel-partikel obat larut dalam cairan pada

suatu tempat dalam saluran lambung-usus. Dalam hal dimana

kelarutan suatu obat tergantung dari apakah medium asam

atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan berturut-turut

dalam lambung dan dalam usus halus. Proses melarutnya suatu obat

disebut disolusi. Bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya

dimasukkan dalam saluran cerna, obat tersebut mulai masuk ke

dalam larutan dari bentuk padatnya. Kalau tablet tersebut

tidak dilapisi polimer, matriks padat juga mengalami

disintegrasi menjadi granul- granul, dan granul-granul ini

mengalami pemecahan menjadi partikel-partikel halus.


Disintegrasi, deagregasi dan disolusi bisa

berlangsung secara serentak d e n g a n melepasnya suatu

obat dari bentuk dimana obat tersebut diberikan.

Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan

mekanisme pengikatan tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut

menjadi bentuk sediaan granul terbagi, kapsul, maupun tablet.

Berbagai proses granulasi telah dikembangkan, dari metode

konvensional seperti slugging dan granulasi dengan bahan pengikat

mucilago amili hingga pembentukan granul dengan peralatan terkini

seperti spray dry dan freeze dry. Granulasi peleburan atau hot melt

granulation merupakan metode pembentukan dispersi padat berupa

granulat dengan bahan pengikat yang melebur di atas suhu kamar.

Granulasi peleburan ini dapat digunakan untuk membentuk granul

dengan bahan pengikat hidrofob seperti lemak dan wax dengan tujuan

penyalutan dan/ atau Pembentukan matriks sediaan pelepasan

dimodifikasi (modified release drug). Keunggulan dari granulasi

peleburan ini adalah tidak membutuhkan bahan pelarut, tidak

memerlukan proses pengeringan, dan prosesnya berlangsung cepat

serta bersih.

Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat

dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan,

dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet

kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau


granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan cara

menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam

lubang cetakan.

Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi

dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya.

Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak,

dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih

praktis dibanding sediaan yang lain.

Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung

bahan tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan

yang umum digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan

pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan

tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak

toksik dan mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan

pada jangka waktu tertentuk.

Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka

diperlukan serangkaian evaluasi atau  pengujian terhadap sediaan

tersebut.  Karena sebagian besar diantara kita tidak mengetahui

karakteristik tablet yang kita gunakan.  Untuk itu beberapa parameter-

parameter uji sediaan tablet perlu untuk diketahui.

Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi

persyaratan.
b.   Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil.

c. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik

d. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi

persyaratan

e. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan.

f. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan.

g. Bebas dari kerusakan fisik.

h. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan.

i. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu

tertentu.

j. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku

Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu

granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan

metode pembuatan sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan

karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut

tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya

dosis, dan lain sebagainya.

Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan

eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan

cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa

lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan

apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk

zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah

adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu

sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa

basah tersebut digranulasi.

Granulasi kering, yaitu di cetak, kemudian di saring bongkahannya

menjadi granul, ditambahkan fase luar, setelah itu di cetak kembali

menjadi tablet.

Kempa langsung, yaitu dikempa langsung atau dicetak langsung.

Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi

pada serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja

1.2    Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari granul?

2. Apa tujuan dari granulasi ?

3. Apa pengaruh dari granulasi?

4. Apa yang mempengaruhi efektivitas granulasi?

5. Bagaimana cara melakukan evaluasi granul?

6. Bagaimana alat dan metode yang digunakan pada evaluasi

granul?

1.2 Tujuan

Dapat mengetahui definisi granul, tujuan dilakukannya granulasi,

pengaruh granulasi, efektivitas granulasi, dan parameter yang

dilakukan untuk evaluasi granul serta alat yang digunakan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Granul merupakan gumpalan partikel –partikel yang lebih kecil

umumnya berbentuk tidak merata dan seperti partikel tunggal yang

lebih besar. Granulasi adalah proses pembesaran ukuran partikel

individual atau campuran serbuk untuk menghasilkan campuran obat

dan eksipien dalam bentuk garnul yang lebih besar dan lebih kuat

daripada ukuran awal, sedangkan partikel awal masih dapat

diidentifikasi.

2.2 Tujuan Granulasi

Tujuan suatu sediaan diolah menjadi granul adalah :

1. Untuk meningkatkan bobot jenis bulk secara keseluruhan

2. Untuk mendapatkan campuran yang mempunyai sifat alir yang

baik (free flowing)

3. Mengurangi debu dari serbuk halus yang digunakanMencegah

terjadinya pemisahan akibat perbedaan bobot jenis dan

pengempaan

4. Untuk meningkatkan dan mengontrol kecepatan disolusi

(wettability)

2.3 Pengaruh Granulasi

Beberapa pengaruh dari proses granulasi antara lain :

1. Keseragaman bobot dalam pembuatan tablet yang disebabkan oleh


aliran granul yang kurang baik.

2. Memberikan kelarutan pada massa tablet apabila menggranulasi

dengan air pada zat aktif yang larut air.

3. Kelengketan pada cetakan tablet saat dilakukan pencetakan,

sehingga pada granulasi yang kasar harus banyak dikurangi.

4. Granul yang teralalu halus dan kering akan menyebabkan tablet

mudah hancur dan terbelah.

2.4 Efektivitas

Efektivitas dan hasil dari suatu granulasi dipengaruhi oleh :

1. Jumlah bahan pelicin dan pengikat yang digunakan

2. Tipe bahan pelicin dan pengikat yang digunakan

3. Besarnya ukuran obat dan eksipien

4. Efektvitas dan proses pengadukan

5. Kecepatan pengeringan.

2.5 Evaluasi Granul

Beberapa parameter uji sediaan granul diantaranya adalah

granulometri, BJ, Uji aliran, kompresibilitas, kelembaban dan distribusi

ukuran partikel

1. Granulometri

Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul

(penyebaran ukuran-ukuran granul). Dalam melakukan analisis

granulometri digunakan susunan pengayak dengan berbagai

ukuran. Mesh terbesar diletakkan paling atas dan dibawahnya


disusun pengayak dengan mesh yang makin kecil.

Tujuan granulometri adalah untuk melihat keseragaman dari ukuran

granul. Diharapkan ukuran granul tidak terlalu berbeda.

Granulometri berhubungan dengan sifat aliran granul. Jika ukuran

granul berdekatan, aliran akan lebih baik. Diharapkan ukuran

granul mengikuti kurva distribusi normal.

2. Bobot Jenis

a. Bobot jenis sejati

BJ sejati dapat dilakukan dengan menggunakan alat

piknometer, yaitu dengan cara ditimbang bobot piknometer

kosong, masukka 1 gram granul pada piknometer yang telah

ditimbang tadi, kemudian masukkan 1 gram granul dan cairan

pendispersi pada piknometer yang kedua, dan berikutnya

masukkan cairan pendispersi pada piknometer ketiga, catat

hasil yang diperoleh kedalam rumus sebagai berikut :

Bj =  (B – a) x Bj cairan pendispersi

                       ( B + d ) – ( a + c )

Keterangan :

a = Bobot piknometer kosong

B = Bobot piknometer 1 gram granul

c = Bobot piknometer 1 gram granul dan cairan pendispersi

d = Bobot piknometer cairan pendispersi.

b. Bobot jenis nyata


BJ nyata dapat dilakukan dengan menggunakan alat yaitu gelas

ukur, dengan cara ditimbang bobot granul, misalnya 50 gram

dimasukkan kedalam gelas ukur. Kemudian dimasukkan

kedalam rumus sebagai berikut :

 P =  W

         V

Keterangan :

W = Bobot granul setelah ditimbang

V = Volume granul tanpa pemampatan

c. Obat jenis nyata setelah pemampatan

BJ mampat dapat dilakukan dengan alat gelas ukur, dengan

cara ditimbang bobot ganul yang akan dilakukan evaluasi,

kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur, dan lihat volume

granul setelah dilakukan 500 kali katuk pada gelas ukur

tersebut. Dengan rumus sebagai berikut :

Pn =  W

           Vn

W = Bobot granul setelah ditimbang

Vn = Bobot granul setelah dilakukan pemampatan

3. Sifat Aliran
1. Metode corong

Mengukur kecepatan aliran 100 g granul menggunakan corong

kaca dengan dimensi sesuai. Metode corong dapat dilakukan

dengan 2 cara :

 cara bebas

 cara tidak bebas (paksa) digetarkan

Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang

diletakkan dengan ketinggian tertentu. Awalnya granul

ditimbang, berat granul dicatat sebagai m. Lalu granul

tersebut dialirkan melalui corong dan ditampung pada bagian

bawahnya. Waktu yang diperlukan oleh granul untuk

melewati corong dicatat sebagai t. Biasanya jika 100 g granul

mengalir dalam 10 detik maka aliran baik.

2. Metode sudut istirahat (α)

Alat : Corong alat uji waktu alir

Caranya :

1. Timbang seksama 25 gram granul tempatkan pada corong

alat

2. Uji waktu alir dalam keadaan tertutup

3. Buka penutupnya lalu biarkan granul mengalir

4. Catat waktu (menggunakan Stopwatch)

5. Lakukan sebanyak 3 kali

6. Kemudian untuk mengukur sudut istirahat dengan


menghitung jari – jari dan tinggi dari tumpukan granul

setelah metode corong

7. Kemudian masukkan dalam rumus, dan didapat α yang

menentukan kecepatan alir dari suatu granul tersebut

Metode sudut istirahat ini mempunyai nilai α = arc tag h/r,

dimana :

 α 25 – 35 ° = sangat mudah mengalir

 α 30 – 38 ° = mudah mengalir

 α > 38° = kurang mengalir

Cara lain :

Masukkan 100 g granul (tutup bagian bawah corong) kemudian

tampung granul di atas kertas grafik. Hitung α.   Jika α

Α Sifat alir

sangat mudah
25 – 30
mengalir

30 – 40 mudah mengalir

40 – 45 mengalir

>45 kurang mengalir

Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan

dengan ketinggian tertentu. Kemudian granul dialirkan melalui

corong dan ditampung pada bagian bawahnya. Gundukan yang

tertampung lalu diukur tinggi (dicatat sebagai h) dan diameternya

(dicatat sebagai d).


2.6 Komposisi Granul

CONTOH FORMULASI

R/ Paracetamol 500mg

Amylum Kering 10%

Mucillago Amylum 10%

Laktosa Qs

Mg stearat 1%

Talcum 2%

Amylum Kering 5%

Batch 100 tab

Bobot Tablet 700mg

Komposisi :

R/ zat aktif

Bahan pengisi

Bahan pengikat

Bahan penghancur

Bahan pelicin

Koligensia

 Zat Aktif Kebanyakan tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet

karena tidak punya daya ikat yang cukup yang perlu untuk membuat

suatu tablet, disamping itu tidak semua zat aktif mempunyai sifat alir

yang baik. Zat aktif dalam pembuatan tablet dapat dibagi dua :

1. Zat aktif yang tidak larut,


Dimaksudkan untuk memberikan efek local pada saluran cerna,

misalnya adsorben untuk tukak lambung (Norit)

2. Zat aktif yang larut,

dimaksudkan untuk membarikan efek sistemik setelah terdisolusi

dalam cairan salura cerna kemudian diabsorbsi, terhadap zat aktif

yang harus diperhatikan formulasinya, desain, bentuk dan

manufaktur untuk menghasilkan tablet yang diinginkan. Sifat

kelarutannya merupakan dasar untuk memformulasi dan

mendesain produk yang efektif.

 Zat Tambahan

Eksipien atau zat tambahan adalah zat inert yang tidak aktif secara

farmakologi berfungsi sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet

untuk membentuk tablet dan untuk mempermudah teknik

pembuatan tablet. Dalam pemilihan bahan tambahan untuk

pembuatan tablet harus diperhatikan sifat fisika dan sifat kimianya,

begitu juga dengan stabilitas dan zat tambahan yang digunakan.

 Zat pengisi,

Zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam

sebuah formulasi tablet untuk penyesuian bobot dan ukuran tablet

sesuai dengan yang ditetapkan, jika jumlah bahan aktif kecil, juga

untuk mempermudah pembuatan tablet walaupun pengisi adalah

zat yang inert secara farmakologi, zat tersebut masih dapat

mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biofarmasi dari sedian tablet.


Contoh : laktosa, avicel, kalsium sulfat anhidrat, kalsium fosfat

dibasic, dextrose, sukrosa.

Interaksi basa atau garam – garam amin dengan laktosa dan

alkali basa yang menyebabkan terjadinya perubahan warna coklat

sampai hitam. Laktosa tidak bercampur dengan asam askorbat dan

salisilamide. Penggunaan dari pengisi tergantung dari volume atau

berat tablet yang diingan. Bahan pengisi yang sering digunakan:

laktosa USP, lactose anhydrous, spray dried lactose. Amylim :

maydis, oryzae, meranthae, solany, mannitol, sukrosa dan lain-

lain.

 Bahan pengikat

Bahan pengikat adalah zat inert secara farmakologi yang

ditambahkan kedalam formulasi tablet untuk meningkatkan

kohesifitas antara partikel–partikel serbuk dalam masa tablet yang

diperlukan untuk pembentukkan granul dan kemudian untuk

pembentukan massa menjadi kompak dan padat yang disebut

tablet, pengikat dapat dibagi dua :

1. Pengikat kering (binder),

pengikat kering ditambahkan kedalam massa kering. Contoh,

bahan kering yang sering digunakan:

Mucilage amilly 10%

Acasia 2 – 5 %

Derivat selulosa 1 – 5 %
Sukrosa 2 – 25 %

2. Pengikat Basah ( Adhesive),

ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi, contoh

pengikat basah yang sering digunakan:

Derivat selulosa 1 – 5 %

Gelatin 1 – 5 %

Pasta amylum 1 – 5 %

Natrium Alginat 2 – 5 %

 Bahan penghancur

Zat inert secara farmakologi yang ditambahkan pada massa untuk

membantu mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran cerna,

zat disintegran dapat ditambahkan sebagai fasa dalam yang disebut

sebagai fasa dalam yang disebut sebagai bahan internal dan

sebagai fasa luar yang disebut bahan eksternal. Mekanisme kerja

dari bahan penghancur adalah :

Jika kontak degan air akan mengembang sehingga volume tablet

membesar dan akhirnya pecah,contoh : amilum kering 5%, asam

alginate, gom, explotab

Memecah ikatan partikel tablet sehingga akan pecah.

Membentuk kapiler,contoh : golongan amilum dan selulosa

Membentuk gas : asam sitrat dan bikarbonat

Membentuk lelehan, contoh : oleum cacao

Penghancur akan melarut, contohnya : peg


Ditambahkan dengan cara bersama bahan aktif, contohnya :

penghancur dalam memecah granul

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan

mekanisme pengikatan tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut

menjadi bentuk sediaan granul terbagi, kapsul, maupun tablet.

Beberapa parameter uji sediaan granul diantaranya adalah

granulometri, BJ, kadar pemampatan, metode alir, kompresibilitas,

distribusi ukuran partikel dan kelembaban. Evalusi granul perlu

dilakukan karena granul merupakan bahan awal untuk membentuk

tablet, bagus atau tidak nya tablet dipengaruhi dari granul

penyusunnya.

3.2 Saran

Diharapkan mahasiswa dan mahasiswi bisa melakukan dan

mengetahui parameter parameter pada pembuatan atau evaluasi dari

granul.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, NR GS Banker Dalam : Lachman L Lieberman HA Kanig
JL .1984. Teori dan Praktek Farmasi Industri Vol 2 Edisi 3. UI Press
Jakarta.

Ansel, C Howard. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI


Press.

Lachman, L H A Lieberman dan J L Kanig. 2008. Teori dan Praktek


Farmasi Industri Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.

Rowe,R C Paul J S and Paul, J W 2009. Hand Book of Pharmaceutical

Excipients 6th.USA: Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical


Association.

Anda mungkin juga menyukai