Anda di halaman 1dari 80

Menurut FI edisi IV, tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan

pengisi.
Secara umum tablet dibuat dengan 3 cara atau metode, yaitu granulasi basah (wet granulation), granulasi kering
(dry granulation) dan kempa langsung (direct compression).
Komponen yang terdapat dalam tablet antara lain bahan aktif dan bahan tambahan. Maksud bahan
tambahan adalah bahan yang digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat bahan yang akan ditablet. Macam bahan
tambahan :
a. Bahan pengisi (filler)
b. Bahan pengikat (binder)
c. Bahan penghancur (disintegrants)
d. Bahan pelicin (lubricant)
e. Zat pewarna (coloring agent)
f. Glidant dan Antiadherent
g. Pemanis (flavoring agent), khususnya untuk tablet kunyah.
Metode kempa langsung digunakan apabila semua bahan pembuat obat memiliki sifat alir dan
kompaktibilitas yang baik. Metode ini paling sederhana, bahan dimixing kemudian langsung di cetak.Sedangkan
jika menggunakan metode granulasi digunakan untuk bahan yang sifat alir dan kompaktibilitasnya tidak
baik. Tujuan granulasi adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa. Metode
granulasi kering digunakan untuk bahan yang tidak tahan pemanasan.
Pada metode granulasi basah diawali dari pengambilan bahan baku dari gudang yang telah diluluskan
oleh bagian QC. Pengeluaran bahan baku dari gudang untuk proses produksi harus disertai dokumen Raw
Material Requisition. Bahan baku yang telah diambil dari gudang ditimbang di dalam ruang timbang. Bahan
yang telah ditimbang diberilabel / penandaan dan dimasukkan ke ruang produk antara untuk menunggu proses
granulasi dalam pembuatan tablet.
Proses selanjutnya adalah proses mixing, hingga terbentuk massa granul basah. Massa granul basah
diayak. Granul basah yang diperoleh dikeringkan dengan fluid bed dryer (FBD) hingga diperoleh granul kering.
Pada proses ini dilakukan cek kadar air oleh bagian IPC. Granul yang diperoleh dan telah kering dicampur
dengan bahan penghancur dan bahan pelicin di dalam mixer, pada proses ini dilakukan pemeriksaan
keseragaman kadar zat aktif terhadap granul oleh bagian analisa (laboratorium analisa). Granul selanjutnya
dicetak.
Tablet yang dihasilkan diperiksa oleh bagian IPC meliputi pemeriksaan keseragaman bobot,
kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur Sedangkan untuk pengujian disolusi dan kadar zat aktif
dilakukan oleh bagian analisa. Setelah tablet lulus uji, dimasukkan pada pengemasan primer yang
meliputi proses stripping. Dilakukan pemeriksaan kebocoran strip oleh bagian IPC. Selanjutnya
dikemas sekunder dan diperiksa penampilan, kelengkapan, dan penandaan oleh QC. Jika lulus uji,
dimasukkan ke dalam gudang produk jadi. Secara skematis alur proses pembuatan tablet dengan
metode granulasi basah disajikan dalam gambar berikut.

Perbedaan cara metode granulasi basah dan kering terletak pada cara pembuatan granulnya. Pada
metode granulasi kering granul dibuat dengan cara di slugging (dikempa berulang-ulang).
Posted by Andi Usman Pharma at 17:33
Email ThisBlogThis!

Penyalutan adalah proses menutupi tablet dengan suatu lapisan yang tipis dari zat yang umumnya inert. Penyalutan
mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
a)

Menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari zat berkhasiat dan memudahkan pasien untuk menelan

b)

Melindungi zat berkhasiat terhadap pengaruh luar, seperti kelembaban, oksigen, cahaya, dll

c)

Mengendalikan pelepasan obat (zat berkhasiat) dari tablet

d) Melindungi obat dari suasana dalam lambung; meningkatkan daya tarik (estetika) dan mempermudah identifikasi
sediaan
e)

Mencegah inkompatibilitas di antara zat berkhasiat yang terdapat di dalam tablet

f)

Menggabungkan obat lain atau membantu formula dalam penyalutan (misal kadar terlalu kecil dan terlalu
besar).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyalutan antara lain sifat dan bentuk tablet inti (bentuk yang
ideal : sferis, elips, bikonveks, bulat dan bikonveks oval sehingga tablet mudah berputar dan
bergerak); kekerasan tablet harus cukup, sehingga dapat tahan terhadap benturan selama penyalutan, kerapuhan
sekecil mungkin sehingga tidak menimbulkan banyak debu); peralatan yang digunakan; formulasi lapisan
penyalut; kondisi ruangan (suhu, kelembaban, kandungan debu, dll); serta keahlian operator.
Tablet hasil penyalutan harus memenuhi syarat yaitu permukaan tablet licin; lapisan penyalut harus stabil
dan tidak boleh ada cacat; untuk tablet salut yang berwarna maka warnanya harus rata dan tidak boleh terjadi
migrasi zat warna; lapisan penyalut harus mampu melindungi tablet inti dari pengaruh udara, kelembaban, dan
cahaya; lapisan penyalut harus memiliki rasa netral atau enak; serta penyalutan diusahakan setipis mungkin dan
tidak boleh merusak obatnya.
Tablet atau kaplet salut terdiri dari :

a)

Tablet / Kaplet Salut Gula


Proses penyalutan gula terdiri dari beberapa tahap yang lamanya berkisar antara beberapa jam hingga
beberapa hari. Tahap-tahap penyalutan gula adalah :

(1) Penyegelan tablet inti (Sealing)


Tujuan penyegelan adalah untuk mencegah penyusupan air ke dalam tablet inti. Penggunaan larutanseal
coating yang terlalu banyak akan mempengaruhi disolusi dan disintegrasi obat, namun penyegelan yang kurang
akan menyebabkan stabilitas tablet inti terganggu (tablet pecah / cracking).
(2) Pelapisan dasar (Sub Coating)
Tujuan sub coating adalah untuk membulatkan tepi tablet dan menutup sudut-sudut kritis pada tablet inti
serta meningkatkan berat tablet (penyalutan gula dapat meningkatkan berat tablet 50-100%). Variasi bobot tablet
salut gula maksimal 6,5 %.
(3) Pewarnaan (Coloring)
Tujuan pewarnaan adalah untuk menutupi atau mengisi cacat pada permukaan tablet yang disebabkan oleh
tahap pelapisan dasar serta memberikan warna yang diinginkan bagi tablet. Umumnya pewarnaan ditambahkan
pada saat tablet sudah cukup halus agar hasil akhir tablet tidak berbinik-bintik dan terjadi migrasi warna.
(4) Penghalusan (Smoothing)
Tujuan penghalusan adalah untuk mengikis permukaan tablet yang kasar yang disebabkan oleh tahap
pelapisan dan atau pewarnaan sehingga menghasilkan tablet halus, mengkilap, dan anggun.
(5) Pengkilapan (Polishing)
Tujuan pengkilapan adalah untuk memperoleh hasil akhir (tablet salut yang mengkilap, licin, halus, dan
menawan. Hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah jangan digunakan panas berlebih karena bubuk
wax akan menempel pada tablet, serta hentikan proses polishing jika tablet sudah mengkilap, jika terlalu lama
justru tabletakan rusak dan tidak mengkilap (buram).
b)

Tablet / Kaplet Salut Selaput (film coating)


Tablet salut film dikarakterisasikan sebagai tablet inti yang disalut dengan lapisan relatif tipis
dari material yang cocok. Kelebihan metode ini dibanding salut gula adalah : waktu pengerjaannya
relatif lebih cepat; lebih efisien karena membutuhkan tenaga dan bahan lebih sedikit; luas area
produksi bisa dikurangi; hanya sedikit menambah berat tablet (2-4%), dan variasi bobot maksimal
yang diperbolehkan maksimal 5%; dan initial (logo) tablet inti masih tampak, sehingga mudah
identifikasi. Alur proses pembuatan tablet/kaplet salut dapat dilihat pada gambar.

Posted by Andi Usman Pharma at 19:39

Proses Pembuatan Sediaan Kapsul


Keuntungan bentuk sediaan kapsul :
1. Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
2. Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
3. Memperbaiki penampilan
4. Dapt untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis
Proses pengolahan kapsul dimulai dari penimbangan bahan baku yang diluluskan oleh
bagianQuality assurance. Ada dua metode pengolahan kapsul, yaitu pencampuran langsung
serbuk menggunakan mixer atau melalui proses granulasi basah. Pada metode granulasi
basah, dilakukan proses granulasi seperti pada pembuatan tablet, kemudian granul yang

dihasilkan dicampur dengan bahan lainnya. Setelah itu dilakukan proses pengisian dengan
menggunakanFilling Capsule Machine. Setelah proses pengisian, tahap selanjutnya
adalah polishing kapsul yang berguna untuk menghilangkan serbuk yang lengket pada
permukaan cangkang kapsul sehingga kapsul tampak lebih bersih dan mengkilap. Alur proses
pembuatan kapsul dapat dilihat pada gambar.

Proses Pembuatan Sediaan Sirup


Proses pembuatan sirup dimulai dengan pencucian botol dengan
menggunakanaquademineralisata. Botol kemudian dikeringkan dalam oven double door. Proses
pencucian botol seluruhnya ditangani oleh bagian pencucian botol.
Tahap selanjutnya adalah pembuatan syrupus simplex yang kemudian dicampur dengan bahan
aktif dan bahan tambahan lain dalam mixing tank. Pengisian sirup ke dalam botol dengan
menggunakan Liquid Filling Machine and Cappering Machine sesuai dengan volume yang
dikehendaki. Setelah sirup diisikan, botol ditutup (capping) secara otomatis.
Pengawasan mutu pada pembuatan sirup, meliputi :
a).

Proses mixing/filtrasi, yaitu pemeriksaan pH, viskositas suspensi, kadar zat aktif, homogenitas, dan
berat jenis.

b).

Proses filling yaitu pemeriksaan keseragaman volume.

c).

Proses capping yaitu pemeriksaan kebocoran.

Secara skematis alur proses pembuatan sirup dilihat pada gambar

Posted by Andi Usman Pharma at 06:16


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Metode Pembuatan Tablet

Ilmu Farmasi : Metode Pembuatan Tablet : granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung.
Baca juga : keuntungan dan kerugian tablet

A. Granulasi basah (wet granulation)


granulasi basah adalah cara pembuatan TABLET dengan mencampurkan zat aktif dan eksipien
menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dengan jumlah yang tepat
sehingga diperoleh masa lembab yang dapat digranulasi. metode ini bisa dilakukan apabila zat aktif
tahan lembab dan tahan panas dan sifat
alirannya buruk.
Keuntungan granulasi basah :
- memperoleh aliran yang lebih baik
- meningkatkan kompresibilitas
- untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
- mengontrol pelepasan
- mencegah pemisahan komponen selama prose
- meningkatkan distribusi keseragaman kandungan
Kekurangan/kerugian granulasi basah :
- tahap pengerjaan lebih lama
- banyak tahapan validasi yang harus dilakukan
- biaya cukup tinggi
- zat aktif tidak tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan metode ini

B. Granulasi kering (slugging)

Granulasi kering adalah proses pembuatan tablet dengan cara mencampurkan zat aktif dan bahan
dalam keadaan kering, untuk kemudian dikempa, lalu dihancurkan menjadi partikel yang lebih besar,
lalu dikempa kembali untuk mendapatkan tablet yang memenuhi persyaratan. prinsipnya membuat
granul yang baik dengan cara mekanis, tanpa pengikat dan pelarut. metode ini boleh digunakan
apabila :
zat aktif memiliki sifat aliran yang buruk (tidak amorf)
zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
Keuntungan granulasi kering :
- peralatan lebih sedikit dibanding granulasi basah
- cocok digunakan pada zat aktif tidak tahan panas dan lembab
- tahap pengerjaan tidak terlalu lama
- biaya lebih efisien dibanding granulasi basah
- mempercepat waktu hancur obat dalam tubuh karna tidak menggunakan pengikat
Kerugian/kekurangan granulasi kering :
- memerlukan mesin tablet khusus untuk slug
- tidak dapat mendistribusikan zat warna dengan seragam
- proses banyak menghasilkan debu, sehingga rentan terhadap kontaminasi silang

C. Kempa langsung (KL)


Kempa langsung adalh proses pembuatan tablet dengan cara pengempaan zat aktif dan bahan
tambahan secara langsung tanpa perlakuan awal terlebih dahulu. metode ini digunakan apabila sifat
alirannya baik, dosis kecil, rentang dosis terapi zat tidak sempit, zat aktif tidak tahan pemanasan
dan lembab. beberapa zat seperti NaCl, NaBr, dan KCl dapat langsung dikempa, tetapi sebagian besar
zat tidak dapat langsung dikempa, umumnya pengisi yang digunakan adalah avicel.
Keuntungan metode kempa langsung :
- lebih ekonomis

- lebih singkat prosesnya


- dapat diterapkan pada zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab
- waktu hancur dan disolusi lebih baik karna tidak memakai pengikat
Kerugian/kekurangan metode kempa langsung :
- kurang seragamnya kandungan zat aktif karna kerapatan bulk antar zat aktif dan pengisi berbeda.
- zat aktif dengan dosis besar tidak mudah untuk dikempa langsung
- sulit memilih eksipien, karna harus memiliki sifat mudah mengalir, memiliki kompresibilitas,
kohesifitas dan adhesifitas yang baik. dsb

PEMBUATAN TABLET

https://www.facebook.com/pages/Klinik_SehatMedikal_Herbal/101147509974966
TEORI SEDIAAN TABLET
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Definisi
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya,
dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi .(USP 26, Hal
2406)
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa

bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan


sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (FI IV, Hal 4)
I.2 Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi
persyaratan;
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
7. Bebas dari kerusakan fisik;
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu
tertentu;
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.
(Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)
I.3 Keuntungan Sediaan Tablet
Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan,
yaitu :
1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih;
2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;
3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil
sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan,
dan penyimpanan;
4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat
dicegah/diperkecil.
Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai
keuntungan, antara lain :
1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk
sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan
pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan;
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat
aktif yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua
bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan
yang paling rendah;

3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang
kecil;
4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;
5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam
tablet;
7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan
murah; tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila
menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan
timbul;
8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan
pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi;
9. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas
terkendali);
10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau
yang tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik);
11. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya
produksinya lebih rendah;
12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah;
13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat
pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling
baik.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294 dan
Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)
I.4 Kerugian Sediaan Tablet
Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunya beberapa
kerugian, antara lain :
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan
tidak sadar/pingsan);
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat
amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis;
Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup
besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau
kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus
diformulasi sedemikian rupa);

Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi,
atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban
udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan
kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294)
Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan tablet
jauh lebih sedikit sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling
banyak dijumpai di perdagangan.
I.5 Masalah-Masalah Dalam Pembuatan Tablet
Permasalahan yang mungkin timbul adalah berkenaan dengan bagaimana
cara membuat sediaan yang baik dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
Untuk membuat sediaan yang baik diperlukan data preformulasi yang
meliputi stabilitas, organoleptik, sifat fisikokimia, dan data-data lain yang
menunjang sehingga dapat diperkirakan bahan baku yang cocok untuk
terbentuknya suatu sediaan yang baik dan tercapainya tujuan
penggunaan.
Adapun masalah-masalah yang mungkin terjadi :
1. OTT zat aktif (meleleh, berubah warna, terurai, dan sebagainya).
2. Stabilitas zat aktif :
a. Untuk zat yang rusak oleh adanya air, dibuat dengan metode
pembuatan tablet yang tidak menggunakan air dan perlu diperhatikan
pelarut yang digunakan untuk granulasi.
b. Untuk zat yang mudah teroksidasi dengan pemanasan dan sinar UV,
digunakan metode pembuatan tablet yang tidak memakai pemanasan
dan sinar UV dalam prosesnya.
c. Untuk zat yang higroskopis, jangan menggunakan metode granulasi
basah memakai mucilago amyli karena massa cetak yang terjadi sulit
untuk dikeringkan. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan adsorben
seperti Aerosol < 3%.
d. Untuk zat yang tidak tahan air dan pemanasan dapat digunakan
metode pembuatan tablet dengan cara kempa langsung atau granulasi
kering
Untuk zat dengan jumlah kecil (jumlah fines <30%) dapat dibuat dengan
KL
Untuk zat dengan jumlah besar (jumlah fines >30%) dapat dibuat
dengan GK.

3. Pemilihan bahan pembantu yang cocok


Untuk penentuan eksipien perlu diperhatikan OTT dengan zat aktif. Di
samping itu, bahan pembantu yang digunakan harus mempunyai titik
leleh yang cukup tinggi sehingga pada pencetakan tidak meleleh.
4. Jumlah fines total
Jumlah fines yang ditambahkan pada masa cetak maksimal 30%, idealnya
15%. Jika lebih besar akan menyusahkan pada pencetakan tablet.
5. Perbandingan bobot jenis zat aktif dengan pembawa (jika terlalu jauh
hendaknya jumlah fine sesedikit mungkin)
6. Konsentrasi Mg stearat sebagai lubrikan maksimal 2%. Jika terlalu besar
akan terjadi laminating.
7. Penggunaan mucilago amyli sebagai pengikat pada proses pembuatan
tablet akan mempersulit disolusi zat aktif dari dalam granul karena
mucilago amyli yang sudah kering sulit ditembus air. Untuk mengatasinya,
perlu ditambah pembasah (Tween 80 0.05%-0.15%) sehingga tablet
mempunyai waktu hancur lebih baik.
8. Pada penggunaan PVP sebagai pengikat, PVP sebaiknya dilarutkan
dalam alkohol 95%. Tetapi pada tahap awal, volume alkohol yang
digunakan tidak diketahui sehingga dapat diberikan sebagai serbuk.
9. Penggunaan amylum yang terlalu banyak (maksimal 30%)
menyebabkan tablet tidak dapat dicetak karena kompresibilitasnya sangat
jelek.
10. Amylum yang digunakan sebagai penghancur luar haruslah amylum
kering karena dengan adanya air akan menurunkan kemampuannya
sebagai penghancur. Pengeringan amylum dilakukan pada suhu 70 C
karena pada suhu ini tidak terjadi gelatinasi dari amylum.
11. Pada pembuatan tablet dengan metode KL, sebagai pembawa dapat
digunakan kombinasi Avicel dengan Primogel atau Avicel dan Starch 1500
dengan perbandingan 7:3 (penelitan Aliyah) atau 3:1. Karena Avicel
memiliki kompresibilitas yang baik tapi alirannya kurang baik, maka untuk
memperbaiki alirannya dapat digunakan Primogel atau Starch 1500.
12. Untuk mengatasi kekeringan granul akibat pengeringan yang tidak
terkontrol maka perlu penambahan humektan yaitu gliserin atau propilen
glikol 1 4% dihitung terhadap mucilago.
Gliserin ditambahkan pada mucilago (pengikat) untuk mempermudah
homogenitas gliserin pada tablet, sama halnya dengan penambahan
Tween untuk zat aktif hidrofob pada mucilago.
Penambahan gliserin dan Tween adalah untuk tujuan:

Gliserin : dikhawatirkan pada waktu pengeringan air hilang/menguap


semua
Tween : dikhawatirkan komposisi yang digunakan menolak air, sehingga
perlu penambahan Tween agar tablet tidak pecah.
Jumlah Tween yang tepat tergantung pada:
Jumlah zat aktif
Jumlah bahan pembantu yang digunakan
13. Jumlah aerosil yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 3% karena
aerosil bersifat voluminous dan menyerap air sehingga tablet dapat
membatu yang menyebabkan waktu hancur lebih lama.
14. Bila bobot tablet terlalu tinggi dan bervariasi
Kemungkinan disebabkan oleh:
Distribusi pada hoover yang disebabkan proses getaran. Sehingga yang
kecil terdesak, granul yang besar akan keluar lebih dahulu, karena ada
proses pemampatan. Oleh karena itu perlu diusahakan ukuran granul
yang seragam.
Aliran granul yang kurang baik
Distribusi partikel tidak normal, karena bobot jenis berbeda jauh,
sehingga aliran jelek.
Lubrikan kurang sehingga alirannya jelek.
15. Jika zat aktif larut air:
Jangan menggranulasi dengan air
Sebagai pengikat, gunakan pelarut yang tidak melarutkan massa tablet.
Ketentuan : misalkan digunakan pelarut X, boleh saja ada zat yang larut
dalam pelarut X yang digunakan sebagai pelarut pengikat, tetapi
maksimal 30%.
Permasalahan-Permasalahan Khusus
1. Campuran Eutektik
Timbang kedua zat aktif secara proporsional, masukan dalam mortir dan
digerus. Bila meleleh berarti eutektik.
Cara lain adalah setelah dicampur kedua zat aktif tambahakan musilago
pakai air, bila tidak kering berarti eutektik, atau musilago diganti dengan
PVP alkohol.
2. Pembuatan tablet Etambutol
Harus disalut dengan pahan penyalut yang larut alkohol larut asam lemak
tetapi tidak larut air, lebih baik disalut dengan Cetosel. Etambutol jika
digranulasi dengan PVP/alkohol akan semakin melengket. Jadi cetak

langsung atau granulasi kering/slugging. Dengan slugging,kekompakan


akan turun, friabilitas menjadi tinggi. Teknik penambahan PVP :
tambahkan dulu PVP kedalam massa cetak sampai homogen lalu
ditambahkan alkohol sehingga jumlahnya tepat.
3. Vitamin C
Jangan gunakan Avicel, ini mempercepat oksidasi vitamin C. Bisa
digunakan PVP tapi jelek. Pakai musilago dalam ruang hampa udara/bisa
juga dipakai Cetosel dalam alkohol/eksplotab/starch. Jangan digunakan
dengan granulasi basah karena waktu hancurnya akan jelek.
Yang baik gunakan Avicel adalah selama tidak OTT dengan zat aktif. Avicel
dapat digunakan untuk cetak langsung, atau juga granulasi basah tetapi
sebagai pengisi. Jika Avicel tidak larut air dapat bertindak sebagai fasa
luar dan fasa dalam. Jika Avicel sebagai fasa luar, amilum kering
dihilangkan sehingga komposisi FL :
R/ Avicel 6%
Talk 1% (dikurangi)
Mg Stearat 1%
Demikian juga jika digunakan Aerosil sebagai fasa luar, talk dikurangi
karena telah berfungsi juga sebagai glidan.
4. Starch
Starch yang baik jumlahnya 30%, jika zat jumlahnya tinggi bila ditambah
Starch 1500 30% maka bobot tablet akan semakin besar sedangkan yang
harus ditambahkan adalah lubrikan, pelincir, maka starch ditambahkan
kurang dari 30% yang membuat aliran menjadi jelek. Untuk mengatasi hal
ini, gunakan Avicel yang dapat bertindak sebagai pengisi juga
penghancur.
Kombinasi Starch 1500 dan Eksplotab baik untuk pembuatan tablet secara
cetak langsung sebagai penghancur, jangan digunakan sebagai pengisi.
5. Pembuatan Granulasi Kering
ARC 591 jangan memakai alkohol yang mengandung air (pakai alkohol
yang tidak berair). Jika mengandung air sulit direkonstitusi.
6. Penggunaan Pharmacot, Etocel, PVP
Hanya untuk zat aktif yang tidak boleh kena air (karena akan terurai).
Kombinasi Starch 1500/Avicel hanya untuk cetak langsung, jumlah Avicel
dikurangi dan Starch-nya 30%. Starch 1500 tidak boleh untuk granulasi
basah sebagai pengisi karena Starch dengan air akan membentuk gel
yang dapat berfungsi sebagai pengikat yang sangat kuat. Tetapi sebagai
penghancur untuk SL dapat digunakan dengan teknik granulasi basah.

7. Penanganan Ekstrak untuk Tablet


Ekstrak kental larutkan dulu dalam etanol 70% kemudian dikeringkan
dengan SL. Untuk ekstrak Belladona 1:3.
Masalah Pada Beberapa Senyawa Aktif
Papaverin HCl, jika digunakan air dapat larut maka gunakan pelarut yang
tidak melarutkan zat tersebut.
Zat hidrofob seperti Fenilbutazon, Vioform, Parasetamol, Ester
Kloramfenikol dapat dilakukan penambahan Tween 80 0,01% bobot tablet
atau saponin 5% bobot tablet (ditambahkan mucilago amyli sebanyak
0,03%)
Diazepam, jika dibuat granul akan kasar, oleh karena itu dapat
dihaluskan terlebih dahulu.
Untuk vitamin C dan Parasetamol, gunakan pelarut non air, keringkan
dengan dehumidifier.
Fe mempunyai bobot jenis yang tinggi, maka gunakan pengikat PVP
dalam alkohol karena jika digunakan air akan terjadi oksidasi Fe2+
menjadi Fe3+.
Untuk vitamin B12, gerus 1 g + etanol + SL (99 g), keringkan jika minta
dispensasi bahwa tidak ada yang hilang selama proses berarti 100 g
sebanding dengan 1 g vitamin B12.
Selain itu, vitamin B12 terikat sangat kuat dengan mucilago amyli
sehingga waktu hancurnya lama. Avicel dengan mucilago amyli
membentuk adonan lengket yang sukar digranulasi. Kadarnya sangat
kecil, perlu diajukan uji keseragaman kandungan.
Penisilin VK terbaik dibuat dengan cara slugging
Mg(OH)3 + alukol terbaik digunakan cetak langsung, dapat granulasi
basah menggunakan PVP dalam alkohol, jika menggunakan mucilago
amyli, kapasitas penetralan dapat turun.
Alukol berat jenis tinggi untuk tablet (aliran baik), berat jenis rendah
dapat digunakan untuk suspensi, tablet kunyah, voluminous.
Etambutol, tablet cepat basah. Granulasi dengan alkohol atau disalut
atau ditambahkan etambutol sebagai fines.
Alukol + ekstrak Belladona, gunakan SL sebagai pengisi. Karena
ekstraknya pahit, jarang untuk obat kunyah. Bila dibuat obat kunyah maka
tambahkan asam siklamat dan sakarin untuk mengatasi rasa pahit. Alukol
dengan antasid lain, OTT terhadap CMC. Perlu dilakukan uji penetralan
terhadap bahan baku dan tablet (minta dispensasi).

Untuk garam-garam Kalsium, Ca Pantotenat dan lainnya tidak dapat


memakai mucilago amyli sebagai pengikat sebab akan terbentuk massa
seperti lem.
Mg-stearat dan Eksplotab, bila zat aktif bersifat asam, jangan
menggunakan Mg stearat dan Eksplotab, ganti saja Mg-stearat dengan
asam stearat.
Antibiotika, terutama yang tidak tahan pemanasan, dilakukan dengan
slugging atau dehumidifier (dengan alkohol + air) disedot pada suhu 30
C tetapi hasilnya kurang baik, sebab potensi akan menurun karena
kontak dengan air.
Ekstrak untuk tablet, ekstrak kental dilarutkan dulu dalam etanol 70%,
baru dikeringkan dengan SL. Ekstrak Belladona 1:3 artinya dalam 3 bagian
ada 1 bagian. Contohnya jika diinginkan 20 mL ekstrak Belladona maka
yang diambil adalah 60 mL, digerus halus dan dicampurkan dengan
pengisi sedikit demi sedikit.
Untuk zat-zat berkhasiat yang sangat pahit seperti Kloramfenikol harus
disalut (dispensasi). Kloramfenikol palmitat tidak bisa dibuat tablet karena
masih ada sisa asam palmitat yang menyebabkan tablet mudah pecah
karena sukar diikat.
INH dan PAS tidak dapat dibuat kombinasi dalam tablet karena PAS
diabsorbsi di usus tidak boleh terdisolusi di lambung (?).
Catatan Lain
1. Fines
Maksimum 30% dari bobot tablet termasuk Fase Luar (FL) jika lebih dapat
terjadi capping. Jumlah yang berbeda, distribusi berbeda dapat diatasi
dengan hoover yang tidak bergetar dan atau adanya pengaduk.
2. Eksplotab
Tidak tahan asam, hanya untuk penghancur luar, tidak bisa untuk
granulasi basah, digunakan 3-5%, maksimum 25%.
3. Starch 1500
Pengisi tablet untuk cetak langsung. Jika ada air akan menjadi gel
sehingga zat aktif terhambat, daya mengembang kurang sehingga waktu
hancur menjadi jelek. Pengisi tablet tidak lebih dari 30%.
4. Avicel pH 101,102,103 baik untuk tablet cetak langsung
5. Jika jumlah zat aktif kecil dan berbentuk hablur, resiko
ketidakseragaman kandungan zat aktif besar jika dibuat secara cetak
langsung, karena kurang homogen.

6. Untuk cetak langsung gunakan zat aktif yang halus dengan aliran baik.
7. Jika basis kasar dan zat aktif halus, maka distribusi menjadi tidak
merata karena terjadi distribusi ukuran partikel yang tidak merata,
terutama saat pencetakan, akibat getaran.
8. Vitamin B12 untuk cetak langsung harus dihaluskan terlebih dahulu.
Gunakan pengisi manitol, bukan dengan SL.
9. Untuk antibiotika, pilih pengikat yang tidak mengubah potensi.
10. Mekanisme umum hancurnya tablet adalah pembasahan, penetrasi
air, pengembangan, dan hancur. Untuk cetak langsung, jika kecepatan
aliran masa cetak 1,5 g/dt atau lebih sudah cukup baik.
11. Jika zat aktif 200 mg per tablet, siap-siap untuk dibuat secara cetak
langsung.
12. Dalam evaluasi waktu hancur tablet, tinjau mekanisme waktu hancur,
surfaktan, desintegrator lebih baik yang hidrofob.
13. PVP mudah ditembus air.
14. Ac di sol 3% sebagai penghancur luar untuk memperbaiki waktu
hancur.
Granulasi dibuat terpisah dengan pertimbangan jumlah granul sama
banyak, distribusi granul sama di mana perbandingan granul A dan B
sama, kelemahan distribusi tidak selalu sama.
15. Ukuran (mesh) 18-20; 20-22; yang biasa 16-16
Jika granul pengikatnya lemah, gunakan pengayak dengan ukuran mesh
sama
16. Zat aktif dengan bobot jenis tinggi (umumnya BJ zat anorganik),
granulasi seperti biasa, FL sekecil mungkin.
17. CaCO3 dapat digunakan sebagai penghancur di dalam lambung yang
akan menyerap asam lambung dan berubah menjadi CO2.
Permasalahan Dalam Pencetakan Tablet
Masalah-masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet
secara umum, seperti :
Capping : pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah
tablet dari badan tablet
Laminasi : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih
Chipping : keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong
Cracking : keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atastengah
Picking : perpidahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada

permukaan punch
Sticking : keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada
adhesi)
Mottling : keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet
tidak merata
Masalah Lain Pada Pencetakan Tablet Secara Khusus
1. Lengket pada Cetakan
Manifestasinya :
Melekat pada die dan sulit untuk dikeluarkan
Bunyi keras pada mesin
Tablet kopak, jelek, sisi tablet kasar, kadang-kadang hitam
Penyebab :
Antiadheren kurang
Lubrikan kurang atau tidak tepat
Contoh : Tablet asetosal dengan Mg stearat lengket, seharusnya
digunakan asam stearat (yang mikronize karena fungsi lubrikan adalah
antar partikel sehingga kalau halus akan terselimuti oleh lubrikan).
Kandungan air (aspek kadar air) tinggi akan menyebabkan penempelan
pada die, sedangkan kadar air rendah dapat menyebabkan laminating
atau capping.
Kemungkinan karena interaksi kimia atau fisika, contoh interaksi fisika
etoksi benzamin dengan kafein, gliseril guaiakolat dengan prometazin HCl,
yaitu terjadinya pelelehan sehingga adhesivitas tinggi dan akhirnya
menjadi lengket.
Bahan baku dengan titik leleh sangat rendah, sehingga kesulitan dalam
masalah pencetakan, contoh : Ibuprofen, Gliseril guaiakolat, Siprofloksasin
(Antibiotik turunan Imidazol).
Penyelesaian Masalah :
Meningkatkan antiadheren dan lubrikan
Penggantian lubrikan yang cocok
Mengurangi jumlah granul yang kasar
Mengurangi jumlah air tapi jangan sampai berada di bawah optimum,
karena tablet menjadi kurang baik. Jika sudah diketahui jumlah pembasah
yang paling baik maka agar pembasahnya pas, dilakukan dengan
menambahkan pembasah ke dalam larutan pengikat, yaitu bahan
pembantu yang tidak menguap tapi basah, contoh Propilen glikol atau
gliserin.

Jika terjadi lengket mungkin karena punch dan die yang rusak, sebab
kalau cacat pada punch, maka akan melekat sehingga ratakan punch dan
die.
Kalau mungkin pencetakan pada suhu rendah dan humuditas rendah
karena khusus untuk bahan aktif dengan titik leleh rendah atau terjadi
campuran eutektik maka zat campuran eutektik semakin mudah
menyerap air. Contoh : Kombinasi ampisilin dengan asam klavulanat,
dimana asam klavulanat mudah hancur dengan kelembaban dan
temperatur yang tinggi. Oleh karena itu, pembuatannya dilakukan dalam
suhu dan RH yang rendah.
Perubahan bahan pengisi, bahan pengisi dengan titik leleh tinggi dan
dapat mengadsorbsi, seperti SiO2 dan aerosil (adsorben). Penambahan
aercsil pada tablet akan menyebabkan penampilan tablet yang bagus,
jernih dan mengkilat, namun waktu hancur semakin panjang.
2. Lengket pada pons
Manifestasi :
Terkelupasnya bagian tablet karena permukaan tablet melekat pada
pons. Penyebab sama dengan tadi
Kurangnya anti adheren
Kandungan air tinggi
Lengket pada pons
Penanggulangannya sama :
Ubah ukuran granul
Tambah adsorben
Perbaiki alat
Alat dipoles, sehingga adhesivitas tablet dan pons sangat kecil.
3. Capping/Laminating
Capping : copot
Laminating : belah
Penyebab :
Terjebaknya udara pada tablet karena granul sangat halus
Porositas tinggi, khususnya pada penggunaan pons yang baru, yaitu
dengan adanya udara yang terjebak antara pons dan die
Kekerasan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi (ada yang optimal)
Granul yang terlalu kering, cara : tambahkan dalam pelarut pengikat
tambahkan bahan cair dan tidak mudah menguap
Zat pengikat yang kurang tepat.

Pengikat yang jumlahnya terlalu sedikit (tepat tetapi jumlahnya kecil)


Penanggulangannya
Pembuatan granul diulang jika penyebabnya adalah kelebihan atau
kekurangan pengikat atau tidak cocok.
Tambahkan pengikat kering seperti gom arab, sorbitol, PVP, sakarin,
NHPC, LHPC 21, Metilselulosa dengan konsistensi tinggi, sehingga
meningkatkan kekompakan tablet.
Pengurangan ukuran partikel dari granul, karena spesifikasi ukuran harus
sama.
4. Sumbing atau retak-retak pada permukaan tablet
Manifestasinya :
Akibat dari ketiga masalah sebelumnya : laminating, lengket atau kadangkadang karena pons yang terlalu dalam.
Penyelesaian :
Pons dan die supaya di poles
Untuk ukuran granul yang besar, kurangi partikel granul.
Diganti pons dan die
Tambahkan pengikat kering
5. Keseragaman bobot (FI III)
Penyebab pertama :
Aliran kurang baik
Distribusi ukuran granul yang tidak tepat, sebab dengan demikian
mungkin saja timbul porositas tinggi, yang tidak dapat menjamin
keseragaman bobot karena adanya distribusi baru pada saat pencetakan.
Sistem pencampuran yang tidak benar, sehingga mesin harus terkunci
baik terutama pons bawah karena dapat berubah-ubah sehingga bobot
berbeda-beda.
Penyelesaian masalah :
Perbaiki atau ulangi proses pembuatan granul, perbaikan ukuran granul,
pengikat, granulasi, perbaikan pencampuran massa cetak.
Perbaikan mesin tablet yaitu validasi mesin tablet.
Kecepatan aliran dapat menyebabkan bobot tablet yang berbeda-beda.
Penyebab kecepatan aliran : kandungan air tinggi sehingga adesivitas
tinggi dan aliran menjadi kurang ; porositas tinggi, udara terjebak banyak
karena fines dan pengikat yang tidak cocok atau kurang. Jumlah fines
meningkat, porositas meningkat, aliran tidak baik.
Penyebab kedua : distribusi granul tidak baik.

Penyelesaian Masalah :
Kurangi kadar air
Pembuatan granul baru sehingga menyebabkan porositas kecil,
distribusi granul optimal sehingga aliran bagus.
6 Keseragaman Kandungan (FI IV hlm.999)
Dilakukan bila :
Kadar bahan aktif dibawah 50 mg
Bila perbandingan kadar bahan aktif dengan bobot tablet lebih kecil dari
pada 50%
Penyebab jeleknya keseragaman kandungan :
Karena aliran jelek
Pencampuran pregranulasi tidak benar maka tentukan dulu homogenitas
zat aktif dalam granul (di pabrik)
Karena kadar fines tinggi maka porositas tinggi (bobot berbeda-beda)
Kandungan air yang tinggi sehingga aliran kurang baik
Kondisi mesin tidak benar.
Penyelesaian masalah
Perbaikan ukuran granul meliputi pencampuran, perubahan pengikat,
granulasi.
Kalibrasi mesin.
I.6 Jenis Sediaan Tablet
(Catatan Kuliah P Charles + Teori dan Praktek Farmasi Industri, Lachman
Hal 706-717)
Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :
a. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi
pada serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.
b. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan
rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada
pembentukan kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak
tergantung pada kekuatan yang diberikan
Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :
1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
a. Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang

biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan
eksipien seperti:
Pengisi (memberi bentuk) : laktosa
Pengikat (memberi adhesivitas/kelekatan saat bertemu saluran
pencernaan): musilago amili, amilum
Desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)
b. Tablet Kempa Multi/Kempa Ganda
Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus
kompresi tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih
lapisan. Disebut juga sebagai tablet berlapis.
Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang inkompatibel (tidak
tersatukan)
c. Tablet Lepas Lambat
Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut
melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian
disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau
konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu.
(misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb).
d. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan
terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
e. Tablet Lepas Terkendali
Yang pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.
f. Tablet Salut Gula
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik
berwarna maupun tidak.
Tujuan: melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab),
menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.
g. Tablet Salut Film
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari
bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran
cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali.
h. Tablet Efervesen
Tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena
mengeluarkan CO2..Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.
i. Tablet Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus
dikunyah sebelum ditelan.

2. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut


a. Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuks oval yang ditempatkan di antara gusi dan
pipi. Biasanya keras dan berisi hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau
terdisolusi di tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan).
b. Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi
nitrogliserin. Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke
jantung (angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera
memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah lidah.
c. Tablet Hisap/Lozenges
Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau,
dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada
selaput lendir mulut.
d. Dental Cones (Kerucut Gigi)
Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan
di dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya
biasanya untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri di tempat yang
kosong tadi dengan menggunakan suatu senyawa antibakteri yang
dilepaskan secara perlahan-lahan, atau untuk mengurangi perdarahan
dengan melepaskan suatu astringen atau koagulan. Pembawa yang umum
digunakan adalah Na bikarbonat, NaCl atau suatu asam amino.
3. Tablet Kempa Digunakan Melalui Liang Tubuh
Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal
(dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.
Tablet Vaginal
Tabler kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam
vagina yang di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya.
Biasanya mengandung antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal
dalam vagina dan mungkin juga untuk pemberian steroid dalam
pengobatan sistemik.
4. Tablet Kempa untuk Implantasi
Tablet Implantasi/Pelet
Dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus steril. Dimaksudkan
untuk implantasi subkutan (Untuk KB, 3-6 bulan, mencegah kehamilan).

5. Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain (Di Lachman disebutkan Jenis


Tablet untuk Membuat Larutan)
a. Tablet Triturat untuk Dispensing
Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan
tertentu.
Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris digunakan
untuk memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk peracikan
obat (FI IV).
Digunakan sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas lidah dan
ditelan dengan air minum.
b. Tablet Hipodermik
Tablet cetak/kempa yang dibuat dari bahan mudah larut/melarut
sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi
steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut steril (FI IV)
c. Tablet Dispensing
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan
padat/cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume
tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu
larutan obat dengan konsentrasi tertentu.
Berdasarkan Rute Pemberian :
1. Tablet oral (dalam mulut)
2. Tablet rektal
3. Tablet vaginal
4. Tablet implantasi
Berdasarkan Penyalutan :
1. Tablet polos
2. Tablet salut gula
3. Tablet salut film
Berdasarkan Pelepasan Zat Aktif :
1. Tablet pelepasan biasa
2. Tablet lepas lambat
3. Tablet lepas tunda
4. Tablet lepas terkendali
BAB II
METODE DAN BAHAN PEMBUATAN TABLET

II.1 Metode Pembuatan Tablet


Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu
granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode
pembuatan sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik
zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap
panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain
sebagainya.
Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode
tersebut :
a. Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan
eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang
dapat digranulasi.Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan
terhadap lembab dan panas.Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak
langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsipdari
metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan
pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula,
kemudian masa basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan
suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan
larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya
ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut
dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan
terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting
dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan
ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan
meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting
pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan
pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan
semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah
atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan
dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar
terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses
pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak
kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan
dan ukuran tablet yang akan dibuat.

Keuntungan metode granulasi basah :


Memperoleh aliran yang baik
Meningkatkan kompresibilitas
Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
Mengontrol pelepasan
Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
Distribusi keseragaman kandungan
Meningkatkan kecepatan disolusi
Kekurangan metode granulasi basah:
Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
Biaya cukup tinggi
Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan
dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air
b. Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat
aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi
massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel
yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari
metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan
pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang
cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang
terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap
pemanasan dan kelembaban.
Pada proses ini komponenkomponen tablet dikompakan dengan mesin
cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch
sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging,
pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk
mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran
awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat
diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada
mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan
memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling
yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan
dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini
mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir
dintara penggiling.
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :

Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi


Zat aktif susah mengalir
Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
Keuntungan cara granulasi kering adalah:
Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat,
mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu
Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat
Kekurangan cara granulasi kering adalah:
Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang
c. Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpamelalui perlakuan
awal terlebih dahulu.
Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat
pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang
kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan
lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl
yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak
mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung
dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena
air (cairan tubuh). secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode
kempa langsung adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya baik,
bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas
dalam massa tablet. Sedangkan keuntungan metode kempa langsung
yaitu :
Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka
waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat,
tenaga dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.
Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan
lembab
Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses
granul, tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi

partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus
terlebih dahulu.
Kerugian metode kempa langsung :
Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan
pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya
dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam
tablet.
Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung
karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan
proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak
dan mahal. Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan
obat seperti senyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan
warna kuning. Pada kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang
terjadi selama pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga
keseragaman zat aktif dalam granul terganggu.
Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus
bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan
adhesifitas yang baik
II.2 Bahan Pembantu Granulasi Basah
A. Pengisi
Adalah zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang ditujukan
untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan
Biasanya tablet yang mengandung zat aktif dengan dosis kecil
memerlukan zat pengisi yang banyak. Jika dosis besar maka pengisi
sedikit atau tidak sama sekali.
1. Avicel (mikrokristalin selulosa)
Bentuk 103 memiliki keunggulan dibandingkan dengan 101, 102 karena
volume spesifiknya kecil, aliran lebih baik dan waktu hancur lebih singkat.
Insoluble, non-reaktif, aliran kurang baik, kapasitas pegang 50%.
Menghasilkan tablet yang keras dengan tekanan kecil (kompresibilitas
baik) dan friabilitas tablet rendah, waktu stabilitas panjang.
Menghasilkan pembasahan yang cepat dan rata sehingga
mendistribusikan cairan penggranul ke seluruh massa serbuk;
menghasilkan distribusi warna dan obat yang merata.
Bertindak sebagai pembantu mengikat, menghasilkan granul yang keras
dengan sedikit fines.
Bisa bersifat pengikat kering, disintegran, lubrikan dan glidan.

Penggunaannya membutuhkan lubrikan; penggunaannya dapat


dikombinasi dengan laktosa, manitol, starch, kalsium sulfat.
Membantu mengatasi zat-zat yang jika overwetting (terlalu basah)
menjadi seperti clay yang sukar digranulasi dan ketika kering granulnya
menjadi keras dan resisten terhadap disintegrasi. Contoh: kaolin, kalsium
karbonat.
Avicel dalam GB memperbaiki ikatan pada pengempaan, mengurangi
capping dan friabilitas tablet.
Avicel membantu obat larut dengan air agar homogen, mencegah
migrasi pewarna larut air dan membantu agar evaporasi cepat dan
seragam.
Untuk obat dengan dosis kecil, Avicel digunakan sebagai pengisi dan
pengikat tambahan.
60% avicel PH 101 dan 40% amilum sebagai pasta 10% membuat massa
lembab mudah digranulasi, membentuk granul yang kuat pada
pengeringan dengan sedikit fine daripada pasta yang hanya terbuat dari
amilum.
Bentuk PH 101: serbuk, PH 102: granul, PH 103: serbuk
Sebagai disintegran :
Merupakan disintegran yang sangat baik terutama pada konsentrasi
10% atau lebih tinggi.
Pada GB Avicel tidak bersifat disintegran.
Perhatian: pada konsentrasi tinggi, Avicel dapat menyebabkan tablet
lengket pada lidah saat akan digunakan.
2. Kalsium sulfat trihidrat
Digunakan sebagai pengisi untuk granulasi dengan jumlah zat aktif 2030%.
Sinonim: terra alba, snow white filler.
Insoluble, non-higroskopis.
Semakin tinggi grade-nya semakin putih, pengisi paling murah, bisa
dipakai untuk zat aktif asam, netral, basa; punya kapasitas abisaorbisai
yang tinggi untuk minyak.
Pengikat yang disarankan: PVP, MC, starch paste.
3. Kalsium fosfat dibasic
Digunakan sebagai pengisi dan pengikat untuk kempa langsung dengan
memiliki ukuran paling kecil, tidak mahal, tidak dapat digunakan bersama
senyawa asam atau garam asam

Jika digunakan cairan pengikat yang terlalu banyak maka jadi lengket
dan keras, tidak dapat digranul sehingga solusinya dikombinasi dengan
starch/Avicel
4. Laktosa
(Lachman Tablet)
Inkompatibel dengan: senyawa yang sangat basa, asam askorbat,
salisilamid, pyrilamine maleat, phenilephrine HCl
Granul laktosa hidrat mengandung kadar lembab 4-5%
Laktosa adalah gula peredukasi bereaksi dengan amin menghasilkan
reaksi Maillard
Isomer: dan (dalam campuran berada dalam kesetimbangan kedua
bentuk)
(Lachman Industri)
Pengisi yang paling umum, ada 2 bentuk: hidrat dan anhidrat
Jarang bereaksi dengan obat (hidrat dan anhidrat)
Untuk GB pakai laktosa HIDRAT; laktosa anhidrat tidak mengalami reaksi
Maillard (dengan zat aktif mengandung amina dengan adanya logam
stearat), tetapi menyerap lembab.
Secara umum tablet menunjukkan release rate yang baik, granulnya
cepat kering, disintegrasi tablet tidak banyak dipengaruhi oleh kekerasan
(Handbook of Pharm Excipient)
Keburukan: laktosa dpr berubah warna dengan adanya basa amin dan
Mg-stearat
Dikenal 4 macam bentuk: granul kasar (60-80 mesh), granul halus (80100 mesh), granul spray dried (100-200 mesh), dan laktosa anhidrat
Dikenal sebagai gula susu.
Spray-dried Lactose
(Lachman Industri)
Untuk pengisi kempa langsung, umumnya digabung dengan Avicel. Jika
tunggal digunakan dalam konsentrasi 40-50% sebagai pembawa
Sifat direct compression-nya berkurang jika kadar air < 3%; dapat
dicampur dengan 20-25% zat aktif tanpa kehilangan sifat direct
compression-nya
Kapasitas pegang 20-25% terhadap zat aktif; punya aliran baik dan
karakteristik pengikatan yang lebih baik dibandingkan laktosa biasa
Kelemahan: dapat menghitam dengan adanya lembab, amin, atau
senyawa lain yang mengandung furaldehid

Gunakan lubrikan netral atau asam


5. Sukrosa
Bisa berfungsi sebagai pengisi/pengikat
Jika digunakan sebagai pengikat tunggal, sukrosa membentuk granul
yang keras dan tablet lebih cenderung terdisolusi daripada terdisintegrasi.
Oleh karena itu banyak dikombinasi dengan pengisi insoluble lain
Jika digunakan sebagai pengisi kering, biasanya digranulasi dengan
pengikat larut air atau hidroalkohol. Kekerasan granul tergantung jumlah
pengikat yang digunakan. Campuran air dan alkohol akan menghasilkan
granul yang lebih lunak.
Memiliki banyak bentuk, paling sering digunakan bentuk confectioner
untuk GB yang mengandung 3% pati jagung untuk mencegah caking
Sukrosa digunakan sebagai pemanis dalam tablet kunyah dan digunakan
sebagai pengikat untuk memperbaiki kekerasan tablet
Kelemahan: tablet yang dibuat dengan komposisi sebagian besar
sukrosa akan mengeras pada penyimpanan. Sukrosa bukan gula
pereduksi tetapi menjadi coklat pada penyimpanan dan higroskopis
Turunan sukrosa yang dapat digunakan untuk kempa langsung:
a. Sugartab : 90-93% sukrosa, 7-10% invert sugar
b. Di Pac : 97% sukrosa, 3% modified dekstrin
c. Nu Tab : 95% sukrosa, 4% gula invert, 1% corn starch, Mg stearat
6. Dekstrosa
Penggunannya terbatas pada GB sebagai pengisi dan pengikat
Digunakan mirip dengan sukrosa, cenderung menghasilkan tablet yang
keras terutama jika menggunakan dekstrosa anhidrat
Menjadi coklat pada penyimpanan
7. Manitol
Pengisi yang baik untuk tablet kunyah karena rasanya enak, sedikit
manis, halus, dingin (negatif heat solution)
Non-higroskopis, aliran jelek, membutuhkan lebih banyak cairan
pengikat
Dapat digunakan untuk formulasi vitamin, menghasilkan granul yang
lebih halus dari sukrosa atau dekstrosa
Kadar lembab granul yang dibuat dari sukrosa, dekstrosa, dan manitol
setelah pengeringan semalam pada 140-150 F adalah 0,2%
Hanya sedikit yang terabisaorbisai di saluran cerna, jika digunakan
banyak dapat bersifat laksatif
8. Emdex dan Celutab

(Lachman Industri)
Dapat bereaksi dengan amin pada suhu dan kelembaban tinggi
Bebas mengalir dan dapat dikempa langsung, mengandung 8-10%
lembab, kekerasan tablet dapat meningkat setelah pengempaan
Starch terhidrolisa mengandung 90-92% dekstrosa dan 3-5% maltosa
Dapat digunakan sebagai pengganti manitol pada talbet kunyah karena
manis dan berasa halus.
9. Starch 1500 (penjelasan ada di bagian Pengikat)
B. Adsorben
Adsorben harus memiliki titik leleh yang tinggi. Dengan titik leleh tinggi
setelah terjadi lelehan pertama akan terbentuk massa yang bertitik leleh
lebih tinggi.
Manfaat adsorben: mencegah tablet basah oleh lelehan zat aktif, jika
tablet basah maka tablet akan lengket dalam cetakan. Bekerja menyerap
lelehan zat aktif.
Contoh:
Avicel
Bolus alba
Kaolin, bentonit, Mg silikat, MgO, trikalsium fosfat
Aerosil
C. Pengikat
Pengikat bisa berupa gula dan polimer.
Pengikat yang berupa polimer alam: starch, gum (acacia, tragacanth,
gelatin)
Pengikat yang berupa polimer sintetik: PVP, metilselulosa, etilselulosa,
hidroksipropilselulosa
Bisa dengan cara kering/basah. Cara basah lebih sedikit membutuhkan
bahan.
Jumlah larutan pengikat yang dibutuhkan untuk 3 kg pengisi tercantum
pada tabel
(Lachman Tablet halaman 161)
1. Starch (amylum)
(Lachman Tablet)
Dapat digunakan sebagai pengisi, pengikat, dan penghancur
Dalam bentuk musilago amili 5-10%
Cara: suspensikan starch 1:1/2-1 dalam air dingin, tambahkan 2-4 kali
air mendidih dengan pengadukan konstan sampai starch mengembang

menjadi transparan yang dapat diencerkan


Cara lain: suspensi starch dalam air dipanaskan
Mengandung kadar air 11-14%; akan menyebabkan tablet terdisintegrasi
dengan cepat (hal 161)
Pembuatannya harus hati-hati agar diperoleh musilago yang baik, tidak
terhidrolisis, dan tidak mengarang
Pemakaian terbaik maksimal 30%. Jika dosis zat aktif besar, starch
diganti dengan penghacur yang lebih baik, yaitu avicel.
Tablet yang mengandung amilum dengan konsentrasi tinggi
menunjukkan tablet yang rapuh dan sukar dikeringkan
Amilum yang tidak dimodifikasi tidak mempunyai sifat kompresibilitas
yang baik dan mempunyai friabilitas yang besar, dan akan terjadinya
capping pada tablet jika digunakan dalam jumlah besar
Sebagai disintegran:
Pemakaian: 1-20%, merupakan disintegran yang paling umum
digunakan
Mekanisme kerja dengan membentuk ikatan hidrogen saat pengempaan
dan pecah atau mengembang saat air masuk mell pori (kapiler)
Pemakaiannya disesuaikan dengan jenis starch, tekanan pengempaan,
dan kandungan air massa cetak
Perhatian: sebelum digunakan, starch harus dikeringkan pada suhu 8090 C untuk menghilangkan air yang terabisaorpsi
2. Starch 1500
(Lachman Tablet)
Dapat digunakan sebagai pengikat basah, kering, dan disintegran
Starch 1500 maksimal mengandung 20% fraksi larut air yang berfungsi
sebagai pengikat sedangkan sisanya bersifat sebagai disintegran
Starch 1500 dibutuhkan 3-4 kali lebih banyak daripada musilago amili
untuk menghasilkan tablet dengan kekerasan yang sama
Sebaiknya tidak digunakan sebagai pengisi pada GB karena akan
menghasilkan gel yang berfungsi sebagai pengikat yang sangat kuat
Sebagai disintegran dapat ditambahkan kering, pada fasa luar.
(Lachman Industri)
Aliran bagus, merupakan directly compressible starch
Dapat dikempa sendiri, tetapi jika dicampur dengan 5-10% obat
membutuhkan lubrikan tambahan (misalnya 0,25% colloidal silicon
dioxide)

Mengandung 10% lembab dan menyebabkan tablet menjadi lunak jika


dikombinasi dengan Mg stearat > 0,5%, sebagai pengganti digunakan
asam stearat
Sebagai disintegran:
Merupakan disintegran yang baik dan ditambahkan dalam campuran
kering (dalam fasa dalam dan atau fasa luar pada metoda granulasi kering
atau kempa langsung, atau dalam fasa luar pada metoda granulasi basah)
Perhatian: tidak boleh diberikan pada massa basah
3. Amilum pragelatinasi
Merupakan pati yang sudah dimasak dan dikeringkan lagi. Dapat
digunakan sebagai pengganti starch paste karena lebih mudah larut
dalam air hangat tanpa pemanasan
Dapat ditambahkan kering ke dalam serbuk kemudian dibasahkan
dengan air membentuk massa lembab
4. Gelatin
Digunakan pada konsentrasi 5-10% sebanyak 1-5% dari formula
Sudah jarang digunakan, digantikan PVP, MC. Cenderung menghasilkan
tablet yang keras dan memerlukan disintegran yang aktif
Dapat digunakan untuk senyawa yang sulit diikat
Kelemahan: rentan bakteri dan jamur
Jika masih diperlukan pengikat yang lebih kuat, dapat digunakan larutan
gelatin dalam air 2-10%, yang dibuat dengan menghidrasi gelatin dalam
air dingin selama beberapa jam/semalam kemudian dipanaskan sampai
mendidih, larutan gelatin harus dipertahankan hangat sampai digunakan
karena akan menjadi gel pada pendinginan
5. Larutan sukrosa
Membentuk granul keras, kekerasan diatur dari konsentrasi sukrosa 2085%
Sangat baik sebagai pembawa soluble dyes dan menghasilkan warna
beragam
Digunakan untuk menggranulasi tribasic fosfat yang umumnya
memerlukan pengikat yang lebih kohesif dari musilago amili; pada tablet
ferro sulfat, bertindak sebagai pengikat dan pelindung ferrosulfat dr
oksidasi
Senyawa lain yang pengikatnya bisa berupa gula: aminofilin,
asetopheretidin, asetaminofen, meprobamate
6. Larutan akasia

Digunakan pada konsentrasi 10-25%; untuk mengurangi mephenesin


(dosis besar dan sukar digranulasi)
Menghasilkan granul yang keras tetapi tidak mengeras pada
penyimpanan
Kelemahan: dapat terkontaminasi mikroba
Kadang ditambah lubrikan cair PEG 6000 untuk membantu pencetakan
tablet dan disintegrasi tablet
7. PVP
Nama dagang: Kollidon atau Plasdon
Inert, larut air dan alkohol, digunakan dalam konsentrasi 3-15%, sedikit
higroskopis, tidak mengeras selama penyimpanan (baik untuk tablet
kunyah)
Tablet efervesen bisa dibuat menggunakan PVP dalam etanol anhidrat.
Jangan menggunakan isopropanol anhidrat karena meninggalkan bau
pada granul.
Konsentrasi 5% menghasilkan kompresibilitas yang baik dari serbuk
Natrium bikarbonat dan asam sitrat sehingga tablet bereaksi cepat dan
disolusi cepat.
PVP baik untuk tablet kunyah terutama untuk alumunium hidroksida,
Mg(OH)2
8. Selulosa
Metil selulosa
1-5% larutan air; larutan 5% menghasilkan kekerasan yang sama
dengan musilago amili
Dapat digunakan untuk menggranulasi soluble/insoluble powder;
pengikat yang baik untuk eksipien laktosa, manitol, dan gula
Keuntungan: dapat dikompres cepat, tidak mengeras pada penyimpanan
b. CMC Na
5-15%
Inkompatibel dengan Mg, Ca, Al, dan garamnya
Menghasilkan granul yang lebih rapuh dari PVP kecenderungan untuk
mengeras; umumnya tablet mempunyai waktu disintegrasi yang lebih
lama
c. Etil selulosa
Larutan dalam alkohol. Low grades digunakan sebagai pengikat 2-10%
dalam etanol
Dapat digunakan untuk menggranulasi serbuk yang sukar digranulasi:
asetaminofen, kafein, meprobamat, ferofu, arat, dan dapat digunakan

sebagai pengikat non air untuk serbuk yang tidak tahan air seperti asam
askorbat
Dapat memperlambat disintegrasi
9. Polivinil alkohol
Larut air, mirip akasia tapi tidak terlalu rentan dengan bakteri
Membentuk granul yang lebih lunak dari acacia, menghasilkan tablet
yang disintegrasi lebih cepat dan tidak mengeras pada penyimpanan
10. PEG 6000
Sebagai pengikat anhidrat, dimana air dan alkohol tidak dapat
digunakan
PEG 6000 merupakan padatan putih yang meleleh pada 70-750C dan
mengeras pada 56-630C
11. N-HPC (Nisso-HPC)
Larut dalam air dan pelarut organik alkohol, propilen glikol, metilen
klorida, aseton dan kloroform. Jika digunakan sebagai pelarut pada
granulasi basah N-HPC dilaruntukan dalam air atau alkohol.
Cara:
Melarutkan dalam air
N-HPC ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk kuat
20-30% air dipanaskan sampai 600C dan N-HPC ditambahkan perlahanlahan sambil diaduk. Setelah itu ditambahkan sisa air. Dengan cara ini
pelarutan lebih cepat.
Melaruntukan dalam pelarut organik
D. Flavour
(Lachman Industri)
Digunakan untuk tablet kunyah
Penambahan pewangi dapat dilakukan dalam keadaan kering, biasanya
sebagai fasa luar, sedangkan yang cair ditambahkan dengan
menyemprotkan ke dalam massa cetak
Flavour yang digunakan adalah bentuk flavour oil yang diabsorbsikan ke
adsorben
Jumlah yang digunakan maksimal 0,5-0,75%
E. Disintegran
Fungsi : untuk memecah tablet
Cara pakai: saat granulasi
sebelum dicetak (paling baik)

1. Starch (amylum)
2. Starch 1500
3. Sodium starch glycolate (primogel, explotab)
Pemakaian: 1-20% dengan konsentrasi optimum 4%
Explotab tidak dapat sebagai penghancur dalam
Mekanisme sama dengan starch secara umum, merupakan starch
termodifikasi sehingga mampu menyerap air 200-300%
Waktu disintegrasi ditentukan pula oleh besarnya tekanan pengempaan
Perhatian: pada suhu dan kelembaban yang tinggi dapat memperlama
waktu disintegrasi sehingga memperlambat waktu disolusi
4. Selulosa (selulosa, metilselulosa, CMC, CMC-Na, Avicel, Acdisol)
Acdisol merupakan ikatan silang dari CMC-Na dan sangat baik untuk
digunakan sebagai disintegran karena larut air dan memiliki afinitas yang
besar pada air.
Acdisol ini digolongkan pada super disintegran. Penggunaan 2-5%.
5. Gums (agar, pectin, tragacant, guar gum)
Pemakaian: 1-10%
Bukan merupakan disintegran yang baik, karena kapasitas
pengembangannya yang relatif rendah
6. Clays
Pemakaian: 2-10%, sifat hilang jika digranulasi
Bukan merupakan disintegran yang baik, karena dapat menyebabkan
perubahan warna secara keseluruhan
7. Alginat (asam alginat dan Na-alginat)
Pemakaian: 1-5% (asam alginat) atau 2,5-10% (Na-alginat)
Memiliki afinitas yang besar terhadap air
F. Lubrikan
Konsentrasi optimum: 1%
Fungsi: sebagai eksipien untuk menghilangkan gesekan/friksi saat
pengempaan dan penarikan tablet ke luar cetakan
Jenis:
Water soluble: banyak digunakan untuk tablet larut air seperti
tablet/serbuk effervescent
Water insoluble: paling banyak dan digunakan konsentrasi rendah
Mekanisme:
Fluid type lubricant
Membentuk lapisan cair antara massa cetak dengan logam cetakan.

Dapat meninggalkan noda pada tablet


Boundary type lubricant
Dengan berinteraksi antara gugus polar lubrikan dengan molekul pada
permukaan logam. Tipe ini memiliki adheren terhadap cetakan lebih baik
Lubrikan dapat menyebarkan tekanan saat pengempaan dan
meningkatkan bobot jenis partikel secara keseluruhan
Semakin kecil ukuran granul, dibutuhkan lubrikan yang semakin banyak
Secara umum lubrikan dapat memperlama waktu hancur tablet dan
menurunkan kecepatan disolusi karena sifatnya yang hidrofob
Perhatian: aspirin tidak stabil dengan adanya senyawa alkaline, misalnya
lubrikan alkalin stearat. Penggantinya dapat digunakan talk.
Lubrikan carbowax seringkali diberikan dalam bentuk larutan alkohol
Ketika lubrikan ditambahkan saat granulasi, mereka akan membentuk
lapisan di sekitar granul sehingga dapat mengurangi kerusakan tablet
setelah dikempa. Pembentukan lapisan ini juga akan menyebabkan tablet
menjadi labih berpori, elastik, mudah melar, dan memberikan hasil tablet
yang lebih besar sehingga tablet mudah pecah
Lubrikan seringkali ditambahkan secara kering ketika semuanya telah
homogen, dan dicampur pada 2-5 menit akhir dari total waktu
pencampuran 10-30 menit
Metode penambahan lubrikan di akhir (sebagai fasa luar-setelah granul
dibentuk) memberikan hasil yang lebih baik terhadap kekerasan tablet
dan kemudahannya untuk dikeluarkan dibandingkan dengan metode
penambahan lubrikan saat dilakukan granulasi
Sebagai lubrikan tunggal, Mg-lauril sulfiat pada konsentrasi yang lebih
rendah dapat dikombinasi dengan Mg-stearat
Water soluble lubricant Water insoluble lubricant
Asam borat : 1% Logam (Mg, Ca, Na) stearat : -2%
Sodium chloride : 5% Asam stearat : -2%
DL-Leusine :1-5% Sterofex : -2%
Carbowax 4000/6000 : 1-5% Talk : 1-5%
Sodium oleat : 5% Waxes : 1-5%
Sodium benzoat : 5% Stearowet : 1-5%
Sodium asetat : 5% Gliseril behapte (Compritol 888):
Sodium lauril sulfat : 1-5% dapat pula sebagai pengikat, dapat
Mg-lauril sulfat : 1-2% dikombinasi dengan Mg-stearat
Sodium benzoat + sodium asetat: 1-5%

G. Glidan
Secara umum, fine silica > Mg stearat > talk murni
Talk mengandung sejumlah kecil Al silikat dan Fe. Harus hati-hati untuk
zat aktif yang penguraiannya dikatalisis oleh Fe
1. Cab-O-Sil : 5-10%
2. Corn starch : 5-10%
3. Aerosil : 1-3%
4. Talk : 5%
5. Syloid : 0,1-0,5%
H. Anti Adheren
Yang paling baik adalah yang larut air, dan yang paling efisien adalah
DL-Leusine
Biasa digunakan pada produk yang mengandung vitamin E dosis tinggi
karena cenderung terjadi picking
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Talk : 1-5%
Logam stearat : <1%
Cab-O-Sil : 0,1-0,5%
Syloid : 0,1-0,5%
Corn starch : 3-10%
DL-Leusine : 3-10%
Na-lauril sulfat: <1%

II.3 Perkembangan Formula Tablet


Pada bagian ini akan diterangkan pembuatan tablet dan
permasalahannya. Karena umumnya bahan disini berasal dari catatan
atau pengalaman, maka tidak ada pustaka pada bagian ini. Bagian ini
dibuat untuk pertimbangan pemilihan metode dan formulasi teoritik,
aplikasi formula teoritik, dan penanggulangan permasalahan yang
mungkin terjadi pada pembuatan.
I. Granulasi Basah
1. Zat Aktif A
Fase Dalam (92%)
Zat Aktif Sesuai dosis
Amilum Kering 10% bobot total
Musilago amili 10% bobot total (atau 1/3 bobot tablet)
Laktosa q.s

Fase Luar (8%)


Mg Stearat 1%
Talk 2%
Amilum kering 5%
Pada tablet yang dinuat dengan menggunakan musilago amili sebagai
pengikat, disolusi zat aktif dari dalam granul akan dipersulit, karena
musilago amili yang sudah kering sulit ditembus sehingga disolusi zat
aktif dari granul akan lebih sukses. Selain itu, pengeringan granul
memerlukan waktu yang lebih lama dan memerlukan suhu pengeringan
yang tinggi. Amilum harus dalam keadaan kering, jika fungsinya sebagai
penghancur. Jika bercampur dengan air maka sifat penghancurnya akan
berkurang. Amilum kering yang bisa digunakan adalah amprotab. Sifat
dari amilum kering : kompresibilitas kecil, waktu hancur granul lama
sehingga menyebabkan waktu hancur tablet menjadi lama, dan friabilitas
yang jelek.
2. Pengikat diganti PVP untuk zat yang sukar dikompresi. PVP larut dalam
air, tetapi penguapannya akan diperlama sehingga digunakan pelarut
etanol 95%.
Fase Dalam (92%)
Zat aktif A sesuai dosis
PVP 2%
Eatanol q.s
Amilum kering 10% dari bobot total
Laktosa q.s
Fase Luar (8%)
Mg Stearat 1%
Talk 2%
Amilum kering 5%
PVP sifatnya higroskopis, sehingga dapat mengakibatkan tablet menjadi
basah, tapi sebenarnya dengan 2% tidak terlalu bermasalah. Jika sedikit
bermasalah dapat digunakan aerosil sebanyak 1% sehingga formula fase
luar menjadi : Mg Stearat 1%, Talk 1%, Aerosil 1%, Amilum kering 5%, tapi
formula ini jarang digunakan.

3. Amilum kering bukan penghancur FD yang baik, maka dapat


ditambahkan ac-di-sol ( 3%) untuk memperbaiki waktu hancur. Tetapi
karena ac-di-sol mahal harganya maka sebagai alternatif dapat digunakan
starch 1500 atau primogel/eksplotab sebagai penghancur fasa luar.
Formula akan menjadi :
Fase Dalam (92%)
Zat aktif A sesuai dosis
PVP 2%
Eatanol q.s
Amilum kering 10% dari bobot total atau
Ac-di-sol 3%
Laktosa q.s
Fase Luar (8%)
Mg Stearat 1%
Talk 2%
Amilum kering 5% atau
Acdisol 3% atau
Eksplotab 5% atau
Starch 1500 5%
Umumnya starch 1500 dan eksplotab digunakan sebagai penghancur luar,
jarang digunakan sebagai penghancur fasa dalam.
4. Laktosa mempunyai kompresibilitas yang buruk sehingga
friabilitasnyapun buruk. Untuk memperoleh tablet yang lebih baik, maka
laktosa dapat diganti dengan avicel. Terdapat tiga jenis avicel yang sering
digunakan yaitu : Avicel pH 101 (berbentuk serbuk, umumnya digunakan
dalam formulasi GB), Avicel pH 102 (berbentuk granul, umumnya
digunakan dalam formulasi Gkdan KL), Avicel pH 103 (berbentuk granul
dengan ukuran lebih kecil dan dapat menghasilkan waktu hancur yang
lebih cepat). Formula tablet akan menjadi :
Fase Dalam (92%)
Zat aktif A sesuai dosis
PVP 2%
Eatanol q.s
Amilum kering 10% dari bobot total atau

Ac-di-sol 3%
Avicel q.s
Fase Luar (8%)
Mg Stearat 1%
Talk 2%
Amilum kering 5% atau
Acdisol 3% atau
Eksplotab 5% atau
Starch 1500 5%
II. Granulasi Kering
Digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab, misalnya
antibiotik.
1 Fase Dalam (97%)
Zat aktif A sesuai dosis
Amilum kering 10%
Laktosa q.s
Fase Luar (3%)
Mg stearat 1%
Talk 2%
Pembuatan slug : FD + FL = 97% + 1,5% = 98,5%, lalu dicetak dan
dihancurkan (slug) hingga kecepatan aliran 4 gr/dt. Setelah jadi slug
kemudian ditambahkan sisa FL (1,5%)
2. Karena kompresibilitas laktosa buruk, maka dapat diganti dengan :
Fase Dalam (97%)
Zat aktif A sesuai dosis
Amilum kering 10%
LHPC 21 10%
Laktosa q.s
Karena laktosa memiliki sifat aliran yang jelek, laktosa dapat diganti
dengan avicel.
Fase Dalam (97%)
Zat aktif A sesuai dosis

Amilum kering 10%


LHPC 21 10%
Avicel q.s
LHPC 21 juga dapat penghancur sehingga amilum kering dapat
dihilangkan. Penggunaan LHPC 21 akan meningkatkan ongkos produksi
karena harga LHPC 21 mahal. LHPC 21 dapat diganti dengan
eksplotab/primorgel atau starch 1500.
Fase Dalam (97%)
Zat aktif A sesuai dosis
Eksplotab/starch 1500 5%
Avicel q.s
Modifikasi fase luar hampir sama dengan modifikasi fase luar pada
formulasi GB.
III. Kempa Langsung
Digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab dan
dosisnya kecil. Formulasi KL dibatasi oleh jumlah fine (serbuk yang tidak
mempunyai sifat aliran (seperti talk, mg stearat, dan zat aktif). Jumlah
maksimal dari fine adalah 30%. Umumnya dosis zat aktif yang digunakan
adalah dibawah 50% agar keseragaman kandungan produk akhir bagus.
Jika terlalu besar sebaiknya disluging. Syarat-syarat zat aktif untuk cetak
langsung adalah : mempunyai sifat aliran yang bagus, kohesif,
kompresibilitas.
1. Zat aktif A sesuai dosis
Laktosa spray dried q.s
Mg stearat 1%
Talk 2%
Amilum kering 5%
2. Digunakan kombinasi avicel dan eksplotab. Avicel memiliki
kompresibilitas yang baik, tetapi alirannya kurang baik. Untuk
memperbaik alirannya maka diguanakan eksplotab. Selain itu eksplotab
berfungsi pula sebagai penghancur.
Zat aktif A sesuai dosis
Avicel : Eksplotab (3:7) q.s
Mg stearat 1%

Talk 2%
3. Digunakan kombinasi starch 1500 dan avicel (3:1) yang dikenal pula
sebagai running powder. Running powder ini memiliki sifat aliran dan
kompresibilitas yang baik. Tapi daya hancur running powder tidak bagus,
sehingga dapat ditambahkan penghancur luar seperti amilum kering,
eksplotab, atau ac-di-sol.
Zat aktif A sesuai dosis
Avicel : Starch 1500 (3:1) q.s
Mg stearat 1%
Talk 2%
Amilum kering 5% atau
Eksplotab 5% atau
Ac-di-sol 3%
Contoh Perhitungan Tablet
I. Granulasi Basah
Contoh : Zat aktif paracetamol 500 mg
Direncanakan bobot tablet 700 mg, dibuat 1000 tablet
Formula : Fase Dalam (92%)
Paracetamol 500 g
Amilum 10% dari bobot tablet 70 g
Musilago amili 10% (1/3 FD) 21,5 g
Laktosa 52,5 g
644 g
Fase Luar (8%)
Mg stearat 1%
Talk 2%
Amilum kering 5%
Cara menghitung :
Musilago amili = 1/3 x 644 g = 215 g
setelah dikeringkan = 10% x 215 g = 21,5 g
Laktosa = 644 (500 + 70 + 21,5) = 52,5 g
Misalnya : Granul FD yang diperoleh 600 g dengan kadar air 2%, maka
untuk kadar air 0%, bobot granulnya = 0,98 x 600 = 588 g. Jumlah tablet
yang diperoleh = 588/644 x 1000 tablet = 913,04 tablet.

Fase luar yang ditambahkan :


Mg stearat 1% = 1/92 x 600 g = 6,52 g
Talk 2% = 2/92 x 600 g = 13,04 g
Amilum kering 5% = 5/92 x 600 g = 32,60 g
Bobot tablet yang diperoleh
=
600 g + 6,52 g + 13,04 g + 32,6 g
913,04
= 714,27 g
II. Granulasi Kering
Contoh : Zat A 400 mg; bobot tablet 600 mg; jumlah tablet 1000 tablet
Formula : Fase dalam (97%)
Zat A 400 g
Amilum 10% bobot tablet 60 g
Laktosa 122 g
582 g
Fase Luar (3%)
Mg stearat 1% 6 g
Talk 2% 12 g
Slug (98,5%) Zat A 400 g
Amilum 60 g
Laktosa 122 g
Mg stearat 3 g
Talk 6 g
591 g
Misalnya : slug yang diperoleh = 500 mg, maka sisa FL yang ditambahkan
:
Mg stearat = 500/591 x 3 = 2,538 g
Talk = 500/591 x 6 = 5,076 g
Slug + sisa FL = 500 g + 7,614 g = 507,614 g
Jumlah tablet yang diperoleh = 500/591 x 1000 = 846,024 g
Bobot tablet = 507,614/846,024 0,6 g

III.Kempa Langsung
Contoh : Zat A 25 mg; bobot tablet 250 mg; dibuat 1000 tablet
Formula : Zat A 25 g
Pengisi q.s 217,5 g
Mg stearat (1%) 2,5 g
Talk (2%) 5 g
250 g
Bahan siap dikempa menjadi tablet..!!!!!
BAB III
EVALUASI TABLET
A. Evaluasi Granul
Evaluasi granul terutama dilakukan untuk formula baru atau pada
modifikasi formula. Untuk formula yang sama evaluasi granul tidak perlu
dilakukan. Evaluasi granul meliputi:
1. Granulometri
Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul (penyebaran
ukuran-ukuran granul). Dalam melakukan analisis granulometri digunakan
susunan pengayak dengan berbagai ukuran. Mesh terbesar diletakkan
paling atas dan dibawahnya disusun pengayak dengan mesh yang makin
kecil.
Timbang 100 gr granul
Letakkan granul pada pengayak paling atas
Getarkan mesin 5-30 menit, tergantung dari ketahanan granul pada
getaran
Timbang granul yang tertahan pada tiap-tiap pengayak
Hitung persentase granul pada tiap-tiap pengayak
Tujuan granulometri adalah untuk melihat keseragaman dari ukuran
granul. Diharapkan ukuran granul tidak terlalu berbeda. Granulometri
berhubungan dengan sifat aliran granul. Jika ukuran granul berdekatan,
aliran akan lebih baik. Diharapkan ukuran granul mengikuti kurva
distribusi normal.
2. Bobot Jenis
a. Bobot jenis sejati
Bobot jenis sejati diukur dengan piknometer gas Beckman

b. Bobot jenis nyata


Ke dalam gelas takar masukkan 100 g granul . Baca volume.
Bobot jenis nyata = bobot/volume
c. Obat jenis nyata setelah pemampatan
Ke dalam gelas takar masukkan 100 g granul. Mampatlkan 500 x dengan
alat volumeter . Lihat volume setelah pemampatan.
Bj nyata setelah pemampatan = bobot/volume setelah pemampatan
Pemampatan 500 x
BJ nyata BJ nyata setelah pemampatan
3. Kadar Pemampatan
%T = Vo V500
Vo
%T = Kadar pemampatan
Vo = Volume sebelum pemampatan
V500 = Volume setelah pemampatan 500 x
%T < 20 atau ^V<20 ml granul memiliki aliran yang baik
Kadar pemampatan dan berat jenis dapat untuk menilai aliran.
4. Kompresibilitas
% K= Dapt Davc x 100 %
Dapt
Davc = Berat jenis nyata sebelum pemampatan
Dapt = Berat jenis nyata setelah pemampatan 500 x
Jika % K : 5 10 % aliran sangat baik
11 20 % aliran cukup baik
21 25 % aliran cukup
>26 % - aliran buruk
5. Aliran
a. Metode corong
(128)/132
Mengukur kecepatan aliran 100 g granul menggunakan corong kaca

dengan dimensi sesuai. Metode corong dapat dilakukan dengan 2 cara :


a. cara bebas
b. cara tidak bebas (paksa)digetarkan
Biasanya jika 100 g granul mengalir dalam 10 detik maka aliran baik.
b. Metode sudut istirahat
Masukkan 100 g granul (tutup bagian bawah corong)
Tampung granul di atas kertas grafik
Hitung x. Jika x = 25- 30 sangat mudah mengalir
30- 40 mudah mengalir
40- 45 mengalir
> 45 kurang mengalir
6. Kandungan Lembab
Kandungan lembab diukur dengan pemanasan (gravimetric)
menggunakan alat seperti Moisture Balance .
% KB = W1/W x 100 % % KB = Kandungan bobot
% KL = Wa/W1 x 100 % % KL = Kandungan lembab
Wa = W W1 W = bobot mula-mula
W1 = bobot setelah pengeringan
B. Evaluasi Tablet (Produk Akhir)
1. Visual /Organoleptik
a. Rupa, dengan cara visual menggunakan loop agar permukaan tablet
lebih jelas terlihat
b. Bau
c. Rasa
2.
1.
a.
b.
2.
3.
4.
a.
b.
5.

Sifat fisika kimia


Keseragaman ukuran
Keseragaman tebal
Keseragaman diameter
Kekerasan
Friabilitas
Keragaman sediaan
Keragaman bobot
Keseragaman kandungan
Waktu hancur

6. Disolusi
7. Uji kadar zat aktif
3. Uji Keamanan/Toksisitas
Untuk menguji apakah ada bahan-bahan lain yang toksik dalam tablet
4. Uji Mikrobiologi
Terutama dilakukan pada tablet yang mengandung bahan-bahan yang
mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme. Sering kali tablet bersalut lebih
banyak dikontaminasi oleh bakteri disbandingkan oleh tablet tidak
bersalut karena kelembaban internal tablet salut merupakan kondisi yang
cocok untuk pertumbuhan bakteri.
Lingkungan produksi yang kurang bersih juga merupakan likungan yang
sesuai untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu beberapa industri
memberikan persyaratan kemurnian yaitu batas angka mikroba.
Uji Friabilitas Tablet
Data friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet
terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
Friabilitas diukur dengan friabilator (gambar terlampir). Prinsipnya adalah
menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam
friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran friabilitas, alat
diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang
digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran.
Mula-mula tablet dibersihkan dahulu dari debunya kemudian ditimbang
dengan seksama. Untuk tablet dengan bobot < 650 mg, timbang
sejumlah tablet hingga beratnya mendekati 6,5 g. Untuk tablet dengan
bobot > 650 mg, timbang tablet sebanyak 10 buah. Masukan seluruh
tablet yang telah ditimbang ke dalam friabilator. Jalankan alat selama 4
menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan
timbang dengan seksama. Hitung persentase bobot yang hilang selama
pengujian. Untuk tablet yang baik (dipersyaratkan di Industri), bobot yang
hilang tidak boleh lebih dari 1 %.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam
proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka
tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil
pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian
harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari

ketiga uji yang telah dilakukan.


(USP & NF 1994)
Penyimpanan Tablet
Tablet harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung
dari cahaya, lembab, gesekan dan guncangan mekanik. Kondisi
penyimpanan khusus harus dicantumkan dalam etiket. Tablet harus cukup
bertahan selama proses penanganan, misal pada saat pengemasan dan
transportasi, tanpa harus kehilangan intregitasnya.
Untuk tablet efervesen, harus disimpan pada wadah yang tertutup sangat
rapat atau kemasan yang kedap terhadap lembab dan mungkin perlu
ditambahkan zat adsorbent seperti silika gel. Kondisi khusus penyimpanan
dan pengemasan direkomendasikan pada monograpi masing-masing .
(The International Pharmacopoeia 3rd ed Vol.4 hal 28)
Uji Disolusi <1231>
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan
tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus
dikunyah. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak
kecuali bila dinyatakan dalam masing-masing monografi. Bila pada etiket
dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik, sedangkan dalam masingmasing monografi, uji disolusi atau uji waktu hancur tidak secara khusus
dinyatakan untuk sediaan bersalut enterik, maka digunakan cara
pengujian untuk sediaan lepas lambat seperti yang tertera pada uji
Pelepasan Obat <961>, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi. Dari jenis alat yang diuraikan disini, pergunakan salah satu
sesuai dengan yang tertera dalam masing-masing monografi.
Alat 1. Alat terdiri dari sebuah wadah bertutup yang terbuat dari kaca
atau bahan transparan lain yang inert, suatu motor, suatu batang logam
yang digerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk silinder. Wadah
tercelup sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai berukuran
sedemikian sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada
37 0,5 C selama pengujian berlangsung dan.menjaga agar gerakan air
dalam tangas air halus dan tetap. Bagian dari alat, termasuk lingkungan
tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan gerakan, goncangan atau
getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perputaran alat
pengaduk. Penggunaan alat yang memungkinkan pengamatan contoh dan

pengadukan selama pengujian berlangsung. Lebih dianjurkan wadah


disolusi berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm
hingga 175 mm, diameter dalam 98 mm hingga 106 mm dan kapasitas
nominal 1000 ml. Pada bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk
mencegah penguapan dapat digunakan suatu penutup yang pas. Batang
logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari
2 mm pada tiap titik dari sumbu vertikal wadah berputar dengan halus
dan tanpa goyangan yang berarti. Suatu alat pengatur kecepatan
digunakan sehingga memungkinkan untuk memilih kecepatan putaran
yang dikehendaki dan mempertahankan kecepatan seperti yang tertera
dalam masing-masing monografi dalam batas lebih kurang 4%.
Komponen batang logam dan keranjang yang me-rupakan bagian dari
pengaduk terbuat dari baja tahan karat tipe 316 atau yang sejenis sesuai
dengan spesifi-kasi pada Gambar 1. Kecuali dinyatakan lain dalam
masing-masing monografi, gunakan kasa 40 mesh. Dapat juga digunakan
keranjang berlapis emas setebal 0,0001 inci (2,5 m). Sediaan
dimasukkan ke dalam keranjang yang kering pada tiap awal pengujian.
Jarak antara dasar bagian dalam wadah dan keranjang adalah 25 mm 2
mm selama pengujian berlangsung.
Alat 2. Sama seperti Alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang
terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada
posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dan 2 mm pada setiap
titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus tanpa
goyangan yang berarti. Daun melewati diameter batang sehingga dasar
daun dan batang rata. Dayung memenuhi spesifikasi pada Gambar 2.
Jarak 25 mm 2 mm antara daun dan bagian dalam dasar wadah
dipertahankan selama pengujian berlangsung. Daun dan batang logam
yang merupakan satu kesatuan dapat disalut dengan suatu penyalut inert
yang sesuai. Sediaan dibiarkan tenggelam ke dasar wadah sebelum
dayung mulai berputar. Sepotong kecil bahan yang tidak bereaksi seperti
gulungan kawat berbentuk spiral dapat digunakan untuk mencegah
mengapungnya sediaan.
Uji kesesuaian alat Lakukan pengujian masing-masing alat menggunakan
1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis disintegrasi dan 1 tablet Kalibrator
Disolusi FI jenis bukan disintegrasi sesuai dengan kondisi percobaan yang
tertera. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam

rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari


kalibrator yang bersangkutan.
Media disolusi Gunakan pelarut seperti yang tertera dalam masing-masing
monografi. Bila Media disolusi adalah suatu larutan dapar, atur pH larutan
sedemikian hingga berada dalam batas 0,05 satuan pH yang tertera pada
masing-masing monografl. [Catatan Gas terlarut dapat membentuk
gelcmbung yang dapat merubah hasil pengujian. Oleh karena itu, gas
terlarut harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum pengujian dimulai.]
Waktu Bila dalam spesifikasi hanya terdapat satu waktu, pengujian dapat
diakhiri dalam waktu yang lebih singkat bila persyaratan jumlah minimum
yang terlarut telah dipenuhi. Bila dinyatakan dua waktu atau lebih,
cuplikan dapat diambil hanya pada waktu yang ditentukan dengan
toleransi 2%.
Prosedur untuk kapsul, tablet tidak bersalut dan tablet bersalut bukan
enterik
Masukkan sejumlah volume Media disolusi seperti yang tertera dalam
masing-masing monografi ke dalam wadah, pasang alat, biarkan Media
disolusi hingga suhu 37 0,5, dan angkat termometer. Masukkan 1
tablet atau 1 kapsul ke dalam alat, hilangkan gelembung udara dari
permukaan sediaan yang diuji dan segera jalankan alat pada laju
kecepatan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi. Dalam
interval waktu yang ditetapkan atau pada tiap waktu yang dinyatakan,
ambil cuplikan pada daerah pertengahan antara permukaan Media
disolusi dan bagian atas dari keranjang berputar atau daun dari alat
dayung, tidak kurang 1 cm dari dinding wadah. Lakukan penetapan
seperti yang tertera dalam masing-masing monografi. Lanjutkan
pengujian terhadap bentuk sediaan tambahan.
Bila cangkang kapsul mengganggu. penetapan, keluarkan isi tidak kurang
dari 6 kapsul sesempuma mungkin, larutkan cangkang kapsul dalam
sejumlah volume Media disolusi seperti yang dinyatakan. Lakukan
penetapan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi. Buat
koreksi seperlunya. Faktor koreksi lebih besar 25% dari kadar pada etiket
tidak dapat diterima.
Interpretasi Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi,
persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang

diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Lanjutkan pengujian sampai tiga


tahap kecuali bila hasil pengujian memenuhi tahap S atau S. Harga Q
adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti yang tertera dalam masingmasing monografi, dinyatakan dalam persentase kadar pada etiket, angka
5% dan 15% dalam tabel adalah persentase kadar pada etiket, dengan
demikian mempunyai arti yang sama dengan Q.
Tabel Penerimaan
Tahap
Jumlah yang diuji
Kriteria Penerimaan
S1
6
Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5%
S2
S3
6
12
Rata-rata dari 12 unit (S1 +S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari
Q dan tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q -15%
Rata-rata dari 24 unit (S1 + S2+ S3) adalah sama dengan atau lebih besar
dari Q, tidak lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q -15% dan
tidak satu unit pun yang lebih kecil dari Q 25%.
Uji Waktu Hancur Tablet Dan Kapsul
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur
yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket
dinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap atau
dikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara
bertahap dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua
periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas di antara
periode pelepasan tersebut. Tetapkan jenis sediaan yang akan diuji dari
etiket serta dari pengamatan dan gunakan prosedur yang tepat untuk 6
unit sediaan atau lebih.
Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya

terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan


yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak
mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau cangkang
kapsul yang tidak larut.
Alat
Alat terdiri atas suatu rangkaian keranjang, gelas piala berukuran 1000
ml, termostat untuk memanaskan cairan media antara 35 hingga 39 dan
alat untuk menaikturunkan keranjang dalam cairan media pada frekuensi
yang tetap antara 29 kali hingga 32 kali per menit melalui jarak tidak
kurang dari 5,3 cm dan tidak lebih dari 5,7 cm. Volume cairan dalam
wadah sedemikian sehingga pada titik tertinggi gerakan ke atas, kawat
kasa berada paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan cairan dan pada
gerakan ke bawah ber-jarak tidak kurang dari 2,5 cm dari dasar wadah.
Waktu yang diperlukan bergerak ke atas adalah sama dengan waktu yang
diperlukan untuk bergerak ke bawah dan perubahan pada arah gerakan
merupakan perubahan yang halus, bukan gerakan yang tiba-tiba dan
kasar. Rangkaian keranjang bergerak vertikal sepanjang sumbunya, tanpa
gerakan horizontal yang berarti atau gerakan sumbu dari posisi
vertikalnya.
Rangkaian keranjang Rangkaian keranjang terdiri atas 6 tabung
transparan yang kedua ujungnya terbuka, masing-masing dengan panjang
7,75 cm 0,25 cm, diameter dalam lebih kurang 21,5 mm dan tebal
dinding lebih kurang 2 mm, tabung-tabung ditahan pada posisi vertikal
oleh dua lempengan plastik, masing-masing dengan diameter 9 cm, tebal
6 mm, dengan enam buah lubang, masing-masing berdiameter lebih
kurang 24 mm dan berjarak sama dari pusat lempengan maupun antara
lubang satu dengan lainnya. Pada permukaan bawah lempengan dipasang
suatu kasa baja tahan karat berukuran 10 mesh nomor 23 (0,025 inci).
Bagian-bagian alat dirangkai dan dikencangkan oleh tiga buah baut
melalui kedua lempengan plastik. Suatu alat pengait dipasang pada alat
yang menaikturunkan rangkaian keranjang melalui satu titik pada
sumbunya, digunakan vntuk menggantungkan rangkaian keranjang.
Rancangan rangkaian keranjang dapat sedikit berbeda asalkan spesifikasi
tabung kaca dan ukuran kasa dipertahankan.
Cakram Tiap tabung mempunyai cakram berbentuk silinder dengan
perforasi, tebal 9,5 mm 0,15 mm dan diameter 20,7 mm 0,15 mm.
Cakram dibuat dari bahan plastik transparan yang sesuai, mempunyai

bobot jenis antara 1,18 hingga 1,20. Terdapat lima lubang berukuran 2
mm yang tembus dari atas ke bawah, salah satu lubang melalui sumbu
silinder, sedangkan lubang lain paralel terhadapnya dengan radius jarak 6
mm. Pada sisi silinder terdapat 4 lekukan dengan jarak sama berbentuk V
yang tegak lurus terhadap ujung silinder. Ukuran tiap lekukan sedemikian
hingga bagian yang terbuka pada dasar silinder luasnya 1,60 mm persegi
dan pada bagian atas silinder lebar 9,5 mm dan dalam 2,55 mm. Seluruh
permukaan cakram licin.
Prosedur
Tablet tidak bersalut Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari
keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat,
gunakan air bersuhu 37 2 sebagai media kecuali dinyatakan
menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi. Pada akhir
batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat keranjang dan
amati semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet
atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet
lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Tablet bersalut bukan enterik Masukkan 1 tablet pada masing-masing
tabung dari keranjang, bila tablet mempunyai penyalut luar yang dapat
larut, celupkan keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5 menit.
Kemudian masukkan cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan
cairan lambung buatan LP bersuhu 37 2 sebagai media. Setelah alat
dijalankan telama 30 menit, angkat keranjang dan amati semua tablet.
Bila tablet tidak hancur sempurna, ganti dengan cairan usus buatan LP
bersuhu 37 2 dan teruskan pengujian hingga jangka waktu
keseluruhan, termasuk pencelupan dalam air dan cairan lambung buatan
LP adalah sama dengan batas waktu yang dinyatakan dalam masingmasing monografi ditambah 30 menit, angkat keranjang dan amati semua
tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet
tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak
kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Tablet salut enterik Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari
keranjang, bila tablet mempunyai penyalut luar yang dapat larut,
celupkan keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5 menit. Tanpa
menggunakan cakram jalankan alat, gunakan cairan lambung buatan LP
bersuhu 37 2 sebagai media. Setelah alat dijalankan selama satu jam,
angkat keranjang dan amati semua tablet: tablet tidak hancur, refak atau

menjadi lunak. Kemudian masukkan satu cakram pada tiap tabung dan
jalankan alat, gunakan cairan usus buatan LP bersuhu 37 2 sebagai
media selama jangka waktu 2 jam ditambah dengan batas waktu yang
dinyatakan dalam masing-masing monografi atau bila dalam monografi
dinyatakan hanya tablet salut enterik, maka hanya selama batas waktu
yangdinyatakan.dalam monografi. Ajigkat keranjang dan amati semua
tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet
tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak
kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Tablet bukal Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang tertera
pada Tablet tidak bersalut, tanpa menggunakan cakram. Setelah 4 jam,
angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur.
Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian
dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus
hancur sempurna.
Tablet sublingual Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang tertera
pada Tablet iidak bersalut, tanpa menggunakan cakram. Amati tablet
dalam batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi:
semua tablet harus hancur. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur
sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16
dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Kapsul gelatin keras Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang
tertera pada Tablet tidak bersalut, tanpa menggunakan cakram. Sebagai
pengganti cakram digunakan suatu kasa berukuran 10 mesh seperti yang
diuraikan pada rangkaian keranjang, kasa ini ditempatkan pada
permukaan lempengan atas dari rangkaian keranjang. Amati kapsul dalam
batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi, semua
kapsul harus hancur, kecuali bagian dari cangkang kapsul. Bila 1 tablet
atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 kapsul
lainnya: tidak kurang 16 dari 18 kapsul yang diuji harus hancur sempurna.
Kapsul gelatin lunak Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang
tertera pada Kapsul gelatin keras.
BAB IV

BAB V
TABLET KHUSUS

A. TABLET EFFERVESCENT
I. Pendahuluan
I. 1. Tablet Effervecent
Tablet Effervecent adalah tablet yang mengeluarkan buih ketika dimasukkan ke
dalam air. Buih yang keluar tersebut adalah gas karbondioksida yang dihasilkan dari
reaksi antara asam organik dengan garam turunan karbonat. Gas korbondioksida ini
membantu mempercepat hancurnya tablet dan meningkatkan kelarutan zat aktif.
Selain itu gas korbondiokasida ini juga memberi rasa segar seperti halnya pada
minuman kaleng berkarbonasi. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet
juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu
memperbaiki rasa beberapa obat tertentu. Dengan rasa asam sedikit berlebih,
sehingga berasa sedikit asam ini merupakan faktor tambahan yang membuat
sediaan efervesen dapat diterima di masyarakat.
Kandungan tablet effervecent merupakan campuran asam (asam sitrat, asam tartrat)
dan Natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam lingkungan berair akan bereaksi
menghasilkan karbondioksida yang berasal dari penguraian basa bikarbonat akibat
penetralan oleh asam. Reaksinya cukup cepat dan biasanya selesai dalam waktu 1
menit atau kurang. Tablet effervescent harus disimpan dalam wadah tertutup rapat
atau kemasan tahan lembab, sedangkan pada etiket tertera tidak langsung ditelan.
I. 2. Keuntungan dan Kerugian Effervecent
Keuntungan yang dimiliki tablet effervescent, antara lain;
1. Memungkinkan penyiapan larutan dalam waktu seketika, yang mengandung dosis
yang tepat
2. Rasa menyenangkan karena karbonisasi membantu menutup rasa zat aktif yang
tidak enak
3. Tablet biasanya cukup besar dan dapat dikemas secara individual sehingga bisa
menghindari masalah ketidakstabilan zat aktif dalam penyimpanan.
4. Mudah menggunakannya karena tablet dilarutkan terlebih dulu dalam air baru
diminum
5. Bentuk sediaan dengan dosis terukur tepat.
Kerugian yang terdapat pada tablet effervescent, antara lain;
1. Kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia
2. Kelembaban udara selama pembuatan produk mungkin sudah cukup untuk
memulai reaktifitas effervescen

I. 3. Pembuatan Efervescent
Tablet effervecent dibuat dengan beberapa metode yaitu dengan cara granulasi
basah, granulasi kering, dan dengan metode fluidisasi. Metode fluidisasi dengan
metode wurster, menggunakan suatu alat semprot khusus yang dilangkapi dengan
saluran penyemprot bahan pengikat dan saluran udara pemanas.
Tablet effervecent memerlukan kondisi kerja dan metode khusus dalam
pembuatannya karena dalam tablet ini terdapat dua bahan yang tidak dapat
tersatukan yaitu garam natrium bikarbonat dan asam organik sebagai penghasil
karbondioksida. Reaksi kedua bahan ini akan dipercepat dengan adanya air, maka
dari itu tablet Efervescent selama perjalanannya mulai akhir produksi sampai ke
tangan pasien tidak boleh sedikitpun kontak dengan air. Selain itu suhu tinggi juga
dapat mempercepat perusakan bahan tablet, sehingga juga harus dijaga pada suhu
yang relatif rendah.
Proses pembuatan tablet efervesen membutuhkan kondisi khusus, kelembabab
harus relatif rendah dan suhu harus dingin untuk mencegah granul atau tablet
melekat pada mesin karena pengaruh kelembaban dari udara.
a. Granulasi Basah
Umumnya sama dengan tablet konvensional
Prosesnya:
1. Cara Pemanasan.
Biasanya komponen asam yang dipanaskan. Karena proses ini sangat tidak konstan
dan sulit dikendalikan jarang digunakan.
2. Granulasi dengan Cairan Reaktif.
Bahan penggranulasi yang efektif adalah air. Proses berdasarkan penambahan
sedikit air (0,1-0,5%) yang disemprotkan pada campuran sehingga terjadi reaksi
menghasilkan granul. Granul yang masih lembab ditransfer ke mesin tablet
kemudian dikempa lalu tablet masuk ke dalam oven terjadi proses pengeringan
untuk menghilangkan air sehingga tablet menjadi stabil.
3. Granulasi dengan Cairan Non Reaktif.
Cairan yang digunakan adalah etanol atau isopropanol. Cairan ditambahkan
perlahan-lahan ke dalam campuran pada mesin pencampur. Dalam hal ini perlu
ditambahkan pengikat kering seperti PVP. Setelah itu masa granul dimasukkan ke
dalam oven lalu dikeringkan. Kemudian dihaluskan lagi baru dicetak.
b. Granulasi Kering
Dilakukan dengan dua cara:
1. Cara Slugging
Dibuat bongkah-bongkah tablet ukuran besar menggunakan mesin tablet kemudian

tablet dimasukkan ke dalam mesin granulasi untuk dihaluskan menjadi ukuran yang
dikehendaki
2. Cara Kompaktor
Menggunakan mesin khusus rol kompaktor yang mengempa serbuk premix menjadi
bentuk pita/lempeng diantara dua rol yang berputar berlawanan. Bahan dihaluskan
menjadi granul dalam mesin granul.
I. 4. Bahan Tambahan Tablet Effervecent
Perlu diperhatikan bahwa bahan yang digunakan dalam tablet effervecent
seharusnya mempunyai kandungan lembab yang sangat rendah dan sewaktu
pembuatan sediaan ini harus dilakukan pada tempat yang kering.
Karakteristik komponen tablet Efervesen:
1. Dalam banyak hal prinsip yang digunakan dalam memproduksi tablet efervesen
sama dengan yang digunakan untuk tablet konvensional. Banyak dari proses dan
alat proses yang sama. Demikian juga sifat umum granul yang diperlukan untuk
memdapatkan tablet yang sesuai persyaratan seperti:
a. Ukuran partikel
b. Bentuk partikel
c. Granulometri
d. Keseragaman distribusi
e. Aliran bebas granul
f. Granul harus dapat dikompresi
2. Satu sifat bahan baku yang dipilih untuk digunakan dalam tablet efervesen yang
lebih penting dari tablet konvensional yaitu kondisi lembabnya, artinya bahan baku
yang digunakan harus kering.
Apabila bahan baku yang digunakan tidak kering (mengandung lembab) maka
terjadi reaksi asam dan karbonatnya akan menyebabkan produk menjadi tidak stabil
secara fisik dan terurai. Sekali dimulai reaksi maka akan berlanjut lebih cepat karena
produk samping reaksi adalah pertambahan air.
Contoh:
CH2COOH CH2COONa
CH2COOH + 3NaHCO3 CHCOONa + 3 CO2 + 3 H2O
CH2COOH CH2COONa
Oleh karena itu bahan baku yang digunakan harus dalam keaadan anhidrat (kering)
dengan sedikit kadar lembab yang diabsorpsi. Molekul air memang masih ada tapi

sangat sedikit karena air dibutuhkan sedikit untuk kebutuhan mengikat granul karena
granul yang terlampau kering tidak dapat dikempa.
3. Kelarutan merupakan sifat bahan baku yang penting dalam tablet efervesen. Jika
komponen tablet tidak larut, reaksi efervesen tidak akan terjadi dan tablet tidak akan
terdisintegrasi secara cepat. Kecepatan kelaurtan lebih penting dari kelarutan karena
zat yang terlarut lambat dapat merintangi desintegrasi tablet dan larut lambat
menghasilkan residu yang tidak disukai setelah tablet terdisintegrasi.
I. 4. 1. Sumber Karbondioksida
Sumber karbondioksida dari tablet efervesen didapat dari garam-garam karbonat.
Karena garam ini dapat menghasilkan 53 % karbondioksida. Garam yang sering
digunakan adalah natrium bikarbonat dan natrium karbonat. Natrium bikarbonat
dengan kosentrasi dalam air 0,85% menunjukan pH 8,3. natrium karbonat dengan
konsentrasi 1 % dalam air mempunyai pH 11,5. Natrium karbonat menunjukan pula
efek stabilisasi di dalam tablet efervesen karena kemampuannya mengabsorbsi
lembab terlebih dahulu yang dapat mencegah permulaan reaksi efervesen. Oksigen
dapat pula menjadi sumber efervesen dengan sumbarnya dapat digunakan natrium
perborat anhidrat.
I. 4. 2. Sumber Asam
Sumber asam yang umumnya digunakan pada tablet efervesen dapat digolongkan
menjadi;
Asam Makanan, antara lain :
Asam Sitrat, merupakan asam yang paling sering digunakan karena harganya yang
murah. Asam sitrat dapat larut dengan mudah dan cepat, dan dalam bentuk granul
dapat mengalir dengan bebas. Terdapat juga bentuk anhidratnya sehingga
mempunyai sifat higrokopis.
Asam Tartrat, asam ini mempunyai kelarutan yang lebih besr dari asam sitrat.
Asam anhidrat
Jika asam anhidrat dilarutkan dalam air maka akan terjadi hidrolisi yang
membebaskan bentuk asamnya yang dapat bereaksi dengan sumber
karbondioksida. Contohnya adalah suksinat anhidrat.
Garam Asam
Garam ini dapat digunakan karena dalam larutan, garam ini dapat menghasilkan
proton dan menghasilkan larutan dengan pH dibawah 7. Contohnya adalah natrium
hidrogen fosfat, natrium dihidrogen fosfat, dan natrium bisulfit.
I. 4. 3. Bahan Tambahan Lainnya
Bahan tambahan lainnya pada tablet efervesen antara lain seperti bahan pengikat,

bahan pengisi, dan lubrikan. Namun bahan-bahan ini penggunaannya dalam jumlah
yang terbatas. Seperti halnya pengisi, hanya digunakan sedikit saja, karena dalam
formula tablet efervesen sudah banyak mengandung karbonat dan asam.
a. Pengikat dan zat penggranul
Untuk pembuatan tablet efervesen dengan metode granulasi penggunaan pengikat
seperti gelatin, amilum dan gom tidak dapat digunakan karena kelarutan lambat atau
karena kandungan residu air tinggi yang dapat mempercepat ketidakstabilan tablet
efervesen. Pengikat efektif untuk tablet efervesen adalah PVP. PVP ditambahkan
pada serbuk yang digranulasi dalam keadaan kering kemudian dibasahi oleh cairan
penggranulasi yaitu isopropanol, etanol atau hidroalkohol. Alkohol tidak bersifat
pengikat tapi ditambahkan sebagai zat penggranulasi untuk pelarut PVP.
b. Pengisi
Biasanya hanya dibutuhkan sedikit pengisi karena zat yang menghasilkan efervesen
sudah cukup besar. Natrium bikarbonat merupakan pengisi yang baik. Pengisi lain
adalah Na. Klorida, Na. Sulfat dan Na. Bikarbonat.
c. Lubrikan
Lubrikan yang larut air atau zat yang dapat terdispersi dalam air dapat digunakan
sebagai lubrikan. Serbuk natrium benzoat dan PEG 8000 merupakan lubrikan larut
air yang efektif.
II. CONTOH FORMULA (VITAMIN C)
II. 1. Formulasi
Satu tablet effervescent dibuat dengan bobot 1,5 gram.
Formula untuk 1 buah tablet effervescent :
Vitamin C 500 mg
Pyridoxine 20 mg
PVP 3% 45 mg
Sukrosa 15% 225 mg
Asam sitrat monohidrat 208 mg
Asam tartrat 222,9 mg
Natrium bikarbonat 249,5 mg
PEG 8000 30 mg
II. 2. Perhitungan
Bobot tablet effervescent 1500 mg
Fasa dalam bobot 98% = 98/100 1500 mg = 1470 mg

Fasa luar (terdiri dari pelincir) bobot 2% = 2/100 1500 mg = 30 mg


Fasa dalam terdiri dari zat aktif, asam, basa, pengikat, dan pengisi.
Bobot asam dan basa = fasa dalam (zat aktif + pengikat + pengisi)
= 1470 mg ( 520 + 45 + 225 ) mg
= 680 mg
Asam sitrat monohidrat: BM = 210,13
Bilangan ekivalen = 3
Bobot ekivalen = 210,13/3 = 70,04
Asam tartrat: BM = 150,09
Bilangan ekivalen = 2
Bobot ekivalen = 150,09/2 = 75,05
Natrium bikarbonat: BM = 84,01
Bilangan ekivalen = 1
Bobot ekivalen = 84,01/1 = 84,01
70,04 mol ekivalen + 75,05 mol ekivalen + 84,01 mol ekivalen = 680 mg
229,1 mol ekivalen = 680 mg
mol ekivalen = 2,97
Asam sitrat monohidrat = 70,04 2,97 = 208 mg
Asam tartrat = 75,05 2,97 = 222,9 mg
Natrium bikarbonat = 84,01 2,97 = 249,5 mg
Pertimbangan pemilihan bahan-bahan dalam formula dan metode pembuatan
Bobot tablet yang dipilih 1500 mg karena bobot tersebut cukup untuk bobot tablet
effervescent
Dosis asam askorbat yang dipilih 500 mg/hari karena dosis tersebut dapat
digunakan untuk pengobatan sariawan akibat defisiensi vitamin C.
Jumlah pyridoxine yang dikonsumsi per hari sebanyak 2,2 mg harus terpenuhi untuk
laki-laki dan 2 mg untuk perempuan. Pyridoxine yang digunakan untuk pengobatan
anemia sideroblastik dan untuk merawat kelainan metabolisme akibat defisiensi
pyridoxine memiliki dosis sebesar 100-400 mg per hari. Dosis pyridoxine yang dipilih
dalam formula ini sebesar 20 mg/hari karena masih termasuk rentang dosis yang
dapat digunakan untuk profilaksis dan defisiensi pyridoxine, juga untuk memenuhi
bobot tablet effervescent sebesar 1,5 gr.
Pengikat yang digunakan dipilih PVP karena PVP merupakan pengikat yang larut air
dan konsentrasi yang dipilih 3% karena PVP yang digunakan sebagai pengikat
dalam formulasi dan teknologi Farmasi sebesar 0,5-5%
Pengisi yang digunakan adalah sukrosa karena pengisi yang digunakan dalam tablet
effervescent adalah gula. Konsentrasi yang dipilih 15% karena sukrosa yang

digunakan sebagai pengisi pada formulasi dan teknologi Farmasi 2-20%.


Asam yang digunakan adalah kombinasi antara asam sitrat monohidrat dan asam
tartrat karena dengan kombinasi akan diperoleh tablet effervescent yang bik. Bila
digunakan asam sitrat monohidrat tunggal maka granul yang dihasilkan lengket dan
lunak sehingga tidak dapat dikempa, sedangkan bila digunakan asam tartrat tunggal
maka akan dihasilkan tablet effervescent yang keras dan retak-retak.
Basa yang digunakan adalah natrium bikarbonat karena basa tersebut biasa
digunakan dalam kombinasi dengan asam tartrat.
Lubrikan yang digunakan harus larut air sehingga dipilih PEG 8000
Metode pembuatan yang dipilih adalah granulasi kering karena zat aktif merupakan
vitamin yang tidak tahan panas sehingga dengan granulasi kering maka tidak
diperlukan proses pengeringan yang memerlukan panas.
Penimbangan dilakukan untuk membuat 500 buah tablet effervescent
Asam askorbat 500 mg 500 = 250 g
Pyridoxine 20 mg 500 = 10 gr
PVP 3% 45 mg 500 = 22,5 gr
Sukrosa 15% 225 mg 500 = 112,5 gr
Asam sitrat monohidrat208 mg 500 = 104 gr
Asam tartrat 222,9 mg 500 = 111,45 gr
Natrium bikarbonat 249,5 mg 500 = 124,75 gr
PEG 8000 30 mg 500 = 15 gr
II.3 Prosedur Pembuatan
Metode Granulasi Kering
Zat aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan dlam tempat yang terpisah.
Dicampur menjadi satu kemudian dicampur hingga homogen.
Massa serbuk dislugging, kemudian dihancurkan hingga derajat kehalusan tertentu.
Diayak dengan pengayak nomor 16 mesh.
Dilakukan uji aliran granul yang diperoleh. Aliran yag diperoleh harus sebesar 10
gr/detik. Jika tidak diperoleh aliran sebesar itu, harus dilakukan slugging kembali
hingga diperoleh aliran yang dikehendaki.
Setelah granul memiliki aliran 10 gr/detik, pada granul ditambahkan lubrikan. Granul
siap dikempa menjadi tablet dengan bobot 1,5 gr.
II.4. Evaluasi Granul

II.4.1 Tujuan
Untuk memeriksa apakah granul yang terbentuk memenuhi syarat atau tidak untuk
dikempa.
II.4.2 Prosedur
i) KandunganAir (hanya untuk granul hasil granulasi basah)
a. Penentuan dilakukan dengan menggunakan 5 gr granul yang diratakan pada
piring logam, kemudian dimasukkan dalam alat penentuan kadar air (Moisture
Ballance).
b. Atur panas yang digunakan (70 0C) lalu diamkan beberapa waktu sampai
diperoleh angka yang tetap (dalam bentuk %). Piring logam dipanaskan hingga
bobot tetap sebelum digunakan.
ii) Kecepatan Aliran (Menggunakan Flow Tester)
a. Sejumlah tertentu granul dimasukkan kedalam alat penentuan (corong) penguji
aliran.
b. Alat dijalankan dan dicatat waktu yang dibutuhkan oleh massa granul untuk
melewati corong.
c. Hasil dinyatakan dalam satuan gr/det. Kecepatan aliran yang ideal adalah 10
gr/det
iii) Kadar Pemampatan
a. Masukkan 100 gr granul dalam gelas ukur 250 mL , Volume mula-mula dicatat
sebagai ketukann 0 (Vo).
b. Lakukan pengetukan, dan volume pada ketukan ke 10, 50, 100, diukur.
c. Timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini.
d. Hitung kadar pemampatan dengan persamaan berikut ini:
Kp = [(Vo-Vt)/Vo] x 100 %
Kp = kadar pemampatan
Vo = volume granul sebelum pemampatan
Vt = volume granul pada t ketukan
Penafsiran hasil : Granul memenuhi syarat jika Kp < 20%.
iv) Bobot jenis
a. Bobot jenis nyata
Sejumlah gram granul dimasukkan ke dalam gelas ukur.
Catat volumenya dan timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini.
Hitung bobot jenis nyata dengan persamaan berikut ini :
P = W/V

P = bobot jenis nyata


W = bobot granul
V = volume granul tanpa pemampatan
b. Bobot jenis mampat
Sejumlah gram granul dimasukkan ke dalam gelas ukur pada alat dengan
menggunakan corong panjang. Catat volumenya (Vo).
Gelas ukur diketuk-ketukkan sebanyak 10 dan 500 kali. Catat volumenya (V10 dan
V500).
Timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini.
Hitung bobot jenis mampat dengan persamaan berikut ini :
Pn = W/Vn
Pn = bobot jenis mampat
W = bobot granul
Vn = volume granul pada n ketukan
v) Indeks kompresibilitas
Hitung dengan persamaan : [(Pn-P)/Pn] x 100 %
vi) Perbandingan Haussner
Hitung dengan persamaan berikut ini :
Angka Haussner = BJ setelah pemampatan/BJ sebelum pemampatan.
Penafsiran hasil : Granul memenuhi syarat jika angka Haussner > 1.
II.5 Evaluasi Tablet
II.5.1 Tujuan
Untuk memeriksa apakah tablet memenuhi persyaratan resmi (Farmakope) atau non
resmi (Non Farmakope) atau tidak.
II.5.2 Prosedur
i) Pemeriksaan penampilan
Meliputi pemeriksaan visual yaitu bebas dari kerusakkan, dari kontaminasi bahan
baku atau dari pengotoran saat proses pembuatan.
ii) Keseragaman ukuran
20 tablet diambil secara acak, Setiap tablet diukur diameter dan tebalnya dengan
jangka sorong. Diameter tablet tidak boleh lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari 1
1/3 tebal tablet.
iii) Keseragaman bobot
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan

dengan menimbang 20 tablet satu persatu dan dihitung bobot rata-rata tablet. Jika
ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada
kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rataratanya lebih dari hanya yang ditetapkan kolom B. ( FI ed III hlm. 7).
iv) Kekerasan tablet
20 tablet diambil secara acak, kemudian diukur kekerasannya dengan alat Stokes
Mensato. Tekanan yang diperlukan untuk memecahkan tablet terukur pada alat
dengan satuan Kg/cm2. Kekerasan yang ideal 10 Kg/cm2.
v) Friabilitas
a. Bersihkan 20 tablet dari debu kemudian ditimbang (Wo). Masukkan tablet ke
dalam alat, kemudian jalankan selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm.
b. Setelah 4 menit, hentikan alat, tablet dikeluarkan, lalu dibersihkan dari debu dan
timbang (W1).
c.Indeks friabilitas (f) = (Wo -W1)/Wo X 100%
vi) Friksibilitas
20 tablet diambil secara acak, bersihkan dari debu, kemudian ditimbang (Wo),
kemudian dimasukkan ke dalam friksibilator. Alat diputar 25 rpm selama 4 menit,
kemudian tablet dibersihkan dari debu dan ditimbang (W1).
Friksibilitas = (Wo W1)/W1 X 100 %.
vii) Uji Disolusi
Masukkan sejumlah volume media disolusi sesuai monografi, alat dipasang dan
biarkan media hingga mencapai suhu 370 + 0,50C
Masukkan 1 tablet kedalam alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan
sediaan, dan jalankan alat pada laju kecepatan seperti yang tercantum pada
monografi.
Dalam interval waktu yang ditetapkan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan
antara media disolusi dan bagian atas keranjang atau dayung, tidak kurang dari 1
cm dari dinding wadah. Lakukan penetapan kadar sesuai monografi.
III. DAFTAR PUSTAKA
1. Pharmaceutical Excipients. 2nd edition. Editor: Ainley Wade and Paul J. Weller.
1994. London: The Pharmaceutical Press. Page 436-478, 123-125, 522-523, 392399, 500-504
2. Martindale, The Extra Pharmacopeia 29TH Edition, Council Of The Royal

Pharmaceutical Society Of Great Britain, London, The Pharmaceutical Press, 1989,


hal. 1208-1209
3. The Pharmaceutical CODEX, Principle and Practice of Pharmaceutics. 12nd ed.
1994. London: The Pharmaceutical Press.
B. TABLET KUNYAH
I. Pendahuluan
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah. Memberikan residu dengan rasa enak
dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak
enak. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak, terutama
formulasi multivitamin, antasida, dan antibiotika tertentu. Tablet kunyah dibuat
dengan cara dikempa, umumnya menggunakan manitol, sorbitol atau sukrosa
sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi, mengandung bahan pewarna dan
bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa (FI IV 1995).
Karakteristik :
memiliki bentuk yang halus setelah hancur;
mempunyai rasa enak dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.
Keuntungan :
ketersediaan hayati lebih baik dan dapat meningkatkan disolusinya;
kenyamanan bagi penderita dengan meniadakan perlunya air untuk menelan;
sebagai pengganti bentuk sediaan cair yang memerlukan kerja obat yang cepat;
meningkatkan kepatuhan penderita terutama anak-anak dengan rasa yang enak.
Kekurangan :
Zat aktif yang rasanya tidak baik dan dosis yang tinggi sangat sulit dibuat tablet
kunyah.
II. Faktor Formulasi
Beberapa faktor yang terlibat dalam formulasi tablet kunyah diantaranya adalah
jumlah zat aktif, aliran, lubrikan, disintegrasi, kompresibilitas, kompatibilitasstabilitas, dan pertimbangan organoleptik. Empat faktor pertama di atas merupakan
faktor yang umum untuk tablet biasa dan juga tablet kunyah, meskipun demikian
sifat organoleptik zat aktif merupakan faktor yang paling utama. Formulator dapat
menggunakan satu pendekatan atau lebih untuk sampai pada penentuan formula
dan proses yang menghasilkan produk dengan sifat organoleptik yang baik. Produk
harus mempunyai sifat aliran, kompresibilitas dan stabilitas yang dapat diterima.
Pada umumnya, jika jumlah zat aktif dalam tablet sedikit dan rasanya sedikit buruk
maka formulasinya mudah. Sebaliknya jika jumlah zat aktif besar dan rasanya buruk
sangat sulit diformulasikan menjadi tablet kunyah.
Faktor aliran, lubrikan, desintegran, kompresibilitas, kompatibilitas dan sama halnya

untuk tablet biasa. Sedangkan pertimbangan organoleptik adalah sebagai berikut :


1. Rasa dan Penyedap
Secara fisiologis, rasa dalah respon panca indera sebagai hasil angsangan kimiawi
pada ujung rasa di lidah. Rasa asin/asam diperoleh dari zat yang mampu terionisasi
dalam larutan. Banyak zat aktif organik merangsang respon pahit. Walaupun tidak
mampu terionisasi dalam air, kebanyakan disakarida, sakarida, aldehid dan sedikit
alkohol memberikan rasa manis. Istilah penyedap (flavor) berkaitan dengan sensasi
gabungan rasa dan bau.
2. Aroma
Misal tablet kunyah diberi aroma jeruk diformulasi baik rasa manis dan sedikit asam.
3. Raba mulut
Raba mulut adalah sentuhan yang dihasilkan tablet dalam mulut ketika dikunyah.
Raba mulut sangat penting dalam tablet kunyah. Umumnya tekstur pasir atau
bergetah tidak dikehendaki dalam tablet. Sedangkan sensasi dingin dan sejuk
dengan tekstur licin seperti manitol, disukai.
4. Pasca efek
Pasca efek yang umum dari banyak senyawa adalah pasca rasa (after taste) yaitu
rasa yang timbul dalam mulut setelah tablet hilang. Misalnya beberapa garam besi
meninggalkan rasa karat, sakarin memberikan rasa pahit dalam mulut.
Pasca efek umum yang lain adalah sensasi mati rasa sebagian dari permukaan
lidah, misalnya antihistamin seperti piribenzamin-HCl menimbulkan rasa pahit
kemudian mati rasa.
5. Pengkajian masalah formulasi
Bila memungkinkan, langkah pertama dalam formulasi tablet kunyah adalah
memperoleh profil lengkap dari zat aktif. Profil ini biasanya menuntun keberhasilan
paling efisien dari produk stabil dan bermutu sebab zat aktif biasanya menetapkan
pemilihan senyawa pengisi, pembawa, pemanis, penyedap, dan lain-lain.
Profil zat aktif secara ideal harus mengandung informasi berikut :
a. Sifat fisik : warna, bau, rasa, pasca rasa, raba mulut, kristal, serbuk,
amorf/cairan, cairan berminyak;
suhu mencair, melebur, sifat polimorfisa, lembab, kelarutan dalam air, stabilitas zat
aktif, kompresibilitas.
b. Sifat kimiawi : strukutur kimia dan golongan kimia;
reaksi utama dari golongan kimia tersebut;
tidak tersatukannya zat aktif.
c. Dosis zat aktif dan batas pada ukuran dosis akhir.
d. Informasi lain yang terkait.

III. Teknik Formulasi


Masalah formulasi mencakup rasa yang dikehendaki atau rasa yang buruk. Produk
yang diinginkan harus dihindari dari rasa yang tidak enak dengan menambahkan
flavor, pemanis, serta untuk mendapatkan raba mulut yang enak dan kompresibilitas
yang dapat diterima. Beberapa teknik yang digunakan untuk mengatasi masalah
formulasi adalah sebagai berikut :
1. Menyalut dengan granulasi basah
Walaupun proses granulasi basah terutama diperlukan untuk mudah mengalir dan
dikempa pada zat halus di bawah kondisi tertentu, metode granulasi basah dapat
berguna dalam penyalutan partikel zat aktif guna mengurangi rasanya.
Contoh formulasi tablet kunyah vitamin C :
Zat
mg/tablet
Asam askorbat (berlebih 10%)
275
Ethocel 7 cp, 10% dalam isopropanol
q.s.
NuTab
275
Sta-Rx-1500
50
Na-sakarin
1
Lake (FD&C)
q.s.
Penyedap
q.s.
Mg-stearat
5
Pembuatan :
Asam askorbat + Ethocel, keringkan semalam pada suhu 50 C di oven, diayak
dengan ayakan 16 mesh;
Tambahkan NuTab + Sta-Rx-1500, kocok 15 menit;
Tambahkan campuran Na-sakarin, lake, penyedap, dan Mg-stearat yang
sebelumnya telah diayak;
Campur kemudian dicetak.

Formula di atas menggunakan ethocel yang merupakan polimer yang tidak larut
dalam air, di mana vitamin C disalut dengan cara granulasi basah. Tujuannya untuk
meningkatkan stabilitas dan mencegah terlalu asam.
Pada umumnya cara ini merupakan pendekatan yang paling sederhana untuk
menutupi rasa. Granulasi basah tertentu dapat dilakukan tanpa penambahan
eksipien seperti laktosa, manitol, sorbitol, sukrosa, dan lain-lain. Walaupun
pendekatan ini serupa dengan granulasi basah biasa, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu :
1. Zat penggranulasi harus membentuk selaput pada permukaan zat aktif;
2. Tidak mempunyai rasa dan bau yang tidak enak;
3. Tidak larut dalam saliva;
4. Tidak mempengaruhi disolusi zat aktif setelah ditelan.
Idealnya pengisi rasa manis seperti gula perlu dimasukkan dalam granulasi,
disintegran baik dimasukkan dalam granulasi basah untuk menjamin disolusi yang
baik setelah granul itu dikunyah. Prosedur tersebut merupakan prosedur
konvensional. Saat ini banyak digunakan metode suspensi udara. Dalam teknik
tersebut, partikel zat aktif yang akan disalut disuspensikan dalam aliran udara panas
yang terkendali kecepatan tinggi langsung melalui lempeng perforasi dalam tabung
salut. Partikel zat aktif melakukan aliran putaran lewat penembak atomisasi zat
penyalut dalam larutan/suspensi. Setelah partikel basah, partikel tersebut
disingkirkan dari daerah semprotan dan dikeringkan dalam aliran udara panas dan
disalut ulang. Putaran tersebut dilanjutkan sampai ketebalan salut yang diinginkan
tercapai. Pengaliran partikel zat aktif meningkatkan pemaparan luas permukaan
guna penyalutan dan pengeringan yang lebih efisien. Walaupun perbaikan rasa
dengan penyalutan menarik karena sederhana, tetapi metode ini hanya cukup untuk
zat aktif yang rasanya tidak enak.
2. Mikroenkapsulasi
Mikroenkapsulasi adalah suatu metode penyalutan partikel zat aktif atau tetesantetesan cairan dengan polimer yang menyalut rasa dan membentuk mikrokapsul
dengan ukuran 5 5000 mm. Mikroenkapsulasi dapat dibuat dengan berbagai
metode, yaitu :
a. Metode Pemisahan Koaservasi
Metode koaservasi adalah metode pengendapan makromolekul dari larutannya
menjadi 2 lapisan cairan. Dalam metode ini ada 3 langkah yaitu :
i) Pembentukan tiga fasa kimia yang tidak bercampur yaitu fasa pembawa air, fasa
inti (zat aktif), dan fasa penyalut. Caranya : fasa penyalut dilarutkan dalam fasa
pembawa cair kemudian ditambahkan zat aktif sehingga terjadi suspensi. Proses

pemisahan dilakukan dengan berbagai cara diantaranya :


menaikkan suhu;
menambahkan cairan bahan pelarut yang bercampur baik dengan fasa pembawa
sehingga makromolekul mengendap;
menambahkan garam;
menambahkan polimer lain yang tidak tercampurkan misalnya gelatin (ditambah
gom arab).
ii) Terbentuk campuran di mana makromolekul terdapat paling banyak. Di sini mulai
proses penyalutan (diaduk).
iii) Pengeringan partikel pada suhu rendah.
Untuk metode koaservasi, zat salut yang biasa digunakan adalah CMC, selulosa
asetat ftalat (CAP), etilselulosa, gelatin, polivinil alkohol, gelatin-gom arab, shellac,
dan beberapa malam tergantung pada penggunaannya.
b. Metode Suspensi Udara
Zat aktif disuspensikan dalam udara.
c. Metode Semprot Beku
Proses semprot beku adalah pendinginan zat yang dicairkan jadi bentuk partikel
halus selama perjalanannya dari penembak semprotan dan wadah penyemprotan
pada suhu di bawah titik beku.
Contoh formula : Tablet kunyah Asetaminofen (Mikroenkapsulasi)
Zat
mg/tablet
Mikrokapsul (100 mesh)
Asetaminofen
Penyalut (selulosa-malam)
Eksipien
Manitol
Mikrokristalin selulosa (Avicel)
Talk
Sakarin
Gom Guar
Flavor
Mg-stearat
327
35
393

3. Dispersi solida
Zat aktif dengan rasa yang tidak enak dapat dicegah dengan mengadsorpsikannya
pada substrat yang mampu mempertahankan tetap teradsorpsi dalam mulut tetapi
setelah di saluran cerna zat aktif dilepaskan. Contoh Dekstrometorfan dengan
menggunakan substrat Mg-trisilikat. Adsorbat sudah tersedia di perdagangan dalam
bentuk serbuk termikronisasi yang mengandung zat aktif 10% b/b (tinggal dicampur
lalu dicetak).
Contoh formula :
Zat
mg/tablet
Adsorbat Dekstrometorfan-HBr 10% (berlebih 2%)
Benzokain
Flavor
Mg-stearat
Sorbitol (kristalin)
76,5
2,5
10
10
1301
Pembuatan :
Sorbitol diayak 10 mesh
Campur adsorbat, benzokain, flavor dengan dari jumlah sorbitol yang diperlukan
Tambahkan sisa sorbitol, aduk, lalu tambahkan Mg-stearat. Aduk dan cetak
sehingga diperoleh tablet kunyah dengan kekerasan 6 kp.
Ada beberapa metode dalam pembuatan adsorbat :
a. Metode pelarut : zat aktif dilarutkan dalam pelarut yang mudah menguap,
tambahkan substrat (zat padat), campur kemudian pelarutnya diuapkan lalu
dihaluskan.
b. Metode pencairan : zat aktif dan pembawa dilebur bersama-sama dengan
pemanasan pada suhu yang cocok (tidak merusak zat aktif). Kemudian campuran
didinginkan secara cepat dan terjadi pemadatan (dilakukan dalam penangas es).
Kemudian padatan tersebut diserbuk menjadi partikel yang diinginkan.
4. Pertukaran ion
Pertukaran ion adalah pertukaran reversibel dari ion-ion antara fasa solida dan
cairan dan tidak ada perubahan permanen dalam struktur solida. Dalam hal ini,
solida adalah zat penukar ion sedangkan ionnya adalah zat aktif. Apabila digunakan

sebagai pembawa zat aktif, zat penukar ion menjadi suatu sarana untuk mengikat
zat aktif pada matriks polimer yang tidak larut dan dapat secara aktif menutup rasa
dan bau dari zat aktif yang diformulasi menjadi tablet kunyah.
5. Pembentukan garam/turunannya
Dilakukan upaya modifikasi komposisi kimia zat aktif sehingga senyawa itu kurang
larut dalam saliva karena itu rangsangannya kurang pada ujung rasa atau
memodifikasi zat aktif menjadi tidak berasa. Misalnya kloramfenikol menjadi
kloramfenikol stearat.
6. Penambahan asam amino dan hidrolisat protein
Dengan menggabungkan asam-asam amino dan garam-garamnya atau
campurannya akan mengurangi rasa pahit dari penisilin. Asam amino yang umum
digunakan adalah sarkosin, alanin, taurin, asam glutamat, dan glisin. Misalnya rasa
ampisilin diperbaiki secara nyata dengan menggranulasikannya dengan glisin,
kemudian ditambahkan amilum, lubrikan, glidan, penyedap, pemanis lalu dicetak.
7. Kompleks inklusi
Pembentukan kompleks inklusi yaitu molekul zat aktif masuk ke dalam lubanglubang molekul zat pengompleks membentuk kompleks stabil. Kompleks ini mampu
menutup rasa pahit zat aktif dengan menurunkan jumlah partikel zat aktif yang
terpapar atau mengurangi kelarutan zat aktif pada waktu dikunyah.
Gaya yang terlibat dalam kompleks inklusi adalah gaya Van der Waals dan bsiklodekstrin (digunakan sebagai zat pengompleks inklusi) merupakan molekul
oligosakarida dari amilum, manis, dan tidak toksik. Ada 3 metode utama dalam
pembuatan siklodekstrin, dua diantaranya adalah skala laboratorium sedangkan
yang lainnya adalah skala industri. Untuk skala laboratorium adalah sebagai berikut :
a. Siklodekstrin dilarutkan dalam air panas yang dicampur zat aktif, kemudian
didinginkan dan terjadi penghabluran dari senyawa inklusi (pada pengeringan).
b. Zat aktif tidak larut air dilarutkan dalam pelarut organik yang tidak bercampur
dengan air, dikocok dengan siklodekstrin dalam air yang pekat, akan terjadi senyawa
terkristalisasi yang mengendap, kristal dicuci untuk menghilangkan zat aktif yang
tidak membentuk kompleks, lalu dikeringkan.
8. Kompleks molekular
Pembentukan kompleks molekular melibatkan zat aktif dan molekul organik
pengompleks, dan kompleks ini dapat menutup rasa yang pahit atau bau yang tidak
diinginkan. Metode ini menurunkan kelarutan zat aktif dalam air.
IV. Eksipien
Proses granulasi basah, granulasi kering dan cetak langsung pada tablet
konvensional dapat juga diterapkan pada tablet kunyah. Dalam hal ini, perlu

diperhartikan kadar lembab, kemungkinan kompatibel, aliran, kompresibilitas,


distribusi ukuran granul. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah kemanisan,
mampu kunyah, dan raba mulut. Banyak eksipien yang umum digunakan dalam
tablet konvensional dapat juga digunakan dalam tablet kunyah. Beberapa eksipien
untuk tablet kunyah yang umum digunakan adalah sebagai berikut :
A. Flavoring (Penyedap)
1. Pemanis
Pemanis alam dan pemanis buatan yang paling banyak digunakan adalah :
Yang perlu diperhatikan status peraturan dalam negara.
2. Aroma
Misal aroma vanila, jeruk, strawberry, coklat, peppermint.
B. Pewarna
Pewarna yang digunakan dalam tablet kunyah bertujuan untuk :
meningkatkan daya tarik estetika
memberi identitas pada produk dan membuat perbedaan antar produk
menutup warna yang kurang menarik
mengimbangi dan menyesuaikan penyedap yag digunakan dalam formulasi
Ada dua bentuk pewarna yang digunakan :
1) Warna Celup
Adalah senyawa kimia yang menunjukkan pewarnaan apabila dicelupkan dalam
suatu larutan, biasanya mengandung 80-93% murni.
Pewarna celup untuk tablet kunyah biasanya digunakan 0,01-0,03%. Pewarna celup
yang digunakan pada metode granulasi basah biasanya dilarutkan dalam cairan
granulasi. Pelaksanaan granulasi dan pengeringan untuk meminimalkan migrasi
larutan pewarna celup harus dibuat dalam besi tahan karat atau wadah kaca untuk
menghindari inkompatibilitas antara zat warna dan wadah. Harus dilakukan
penyaringan untuk menghilangkan partikel yang tidak larut. Larutan pewarna celup
dalam air dapat disimpan selama beberapa jam dan jika lebih dari 24 jam perlu
diawetkan dengan penambahan suatu zat pengawet untuk mencegah pertumbuhan
mikroba, misalnya propilenglikol, asam fosforik, Na-benzoat, dan asam sitrat.
Selama penyimpanan, penggunaan dan proses pewarna celup harus dilindungi
terhadap :
zat pengoksidasi terutama klorin dan hipoklorit;
zat pereduksi terutama gula invert, beberapa penyedap, ion logam (Al, Zn, Fe, dan
Sn), asam askorbat;
pH yang ekstrim, misalnya pH < 5, zat warna tidak tahan;
mikroba terutama jamur dan bakteri;

pemanasan dengan suhu yang tinggi dan waktu yang lama (jadi pewarnaan harus
diproses pada suhu rendah dan waktu singkat);
pemaparan cahaya matahari langsung.
2) Warna Lake
Pewarba lake tidak larut dan biasanya didispersikan. Oleh karena itu yang sangat
penting diperhatikan adalah ukuran partikel harus halus. Umumnya makin kecil
ukuran partikel, makin tinggi daya pewarnaan lake karena bertambahnya luas
permukaan.
Lake dibuat dengaan presipitasi dan mengadsorpsikan pewarna celup pada substrat
yang tidak larut air. Biasanya sebagai substrat digunakan Alumina hidrat. Lake yang
digunakan untuk tablet kunyah cetak langsung : 0,1-0,3%. Stabilitas lake terhadap
cahaya dan panas lebih tinggi dibandingkan warna celup dan kompatibel dengan
banyak komponen yang digunakan dalam tablet kunyah. Lake biasanya digunakan
dalam pembuatan tablet kunyah dengan metode cetak langsung.
VII. Pembuatan
Empat aspek yang penting dalam pembuatan tablet kunyah adalah :
1. sifat tersatukannya zat aktif dengan zat warna;
2. distribusi ukuran partikel;
3. kadar lembab yang memenuhi syarat;
4. sifat kekerasan tablet.
A. Antasida
Kebanyakan sediaan padat antasida dibuat dalam bentuk tablet kunyah. Formulasi
antasida sangat sulit mengingat sifat dan jumlah zat aktif. Umumnya zat aktif terdiri
dari logam, astringent, berasa seperti kapur atau berasa pasir dan kombinasi ini
menyebabkan rasa yang tidak enak saat dikunyah. Antasida yang umumnya
digunakan dalam kombinasi dari 2 atau lebih untuk menghasilkan efek terapeutik
yang baik adalah sebagai berikut : Alumunium hidroksida (80-600 mg), Ca-karbonat
(194-850 mg), Mg-hidroksida/Mg-oksida (65-400 mg), Mg-trisilikat (20-500 mg), dan
lain.
Sebagai tambahan digunakan zat lain seperti :simetikon (dimetikon,
dimetillpolisiloksan) dengan dosis 20-40 mg/tablet sebagai antiflatulen; peppermint
oil 3 mg/tablet digunakan sebagai karminatif dan asam alginat 200-400 mg.
Contoh formula : Tablet kunyah antasida dengan metode cetak langsung
Zat
mg/tablet
Al(OH)3 dan Mg-karbonat
325

Di-Pac DTE
675
Avicel
75
Starch
30
Ca-stearat
22
Flavor
q.s.
Pembuatan : campur semua zat, cetak. Tablet kunyah yang diharapkan mempunyai
kekerasan 8-11 SCA unit.
B. Obat batuk/obat flu
Formulasi biasanya untuk anak-anak. Umumnya dosis kurang dari atau sama
dengan dosis dewasa. Obat yang umum adalah aspirin, asetaminofen,
klorfeniramin, pseudoefedrin, dan dekstrometorfan.
Sifat umum yang diperoleh dari zat aktif tersebut adalah rasa tidak enak, misalnya
aspirin berasa asam sedangkan yang lain pahit.
Semua zat aktif yang telah disebutkan mempunyai sifat kompresibilitas yang cukup
baik, kecuali asetaminofen. Jadi untuk asetaminofen dipilih metode granulasi basah
sedangkan zat aktif lain digunakan metode cetak langsung.
Contoh formula :
1. Tablet kunyah Asetaminofen : metode granulasi basah
Zat
mg/tablet
Asetaminofen
Manitol
Na-sakarin
Larutan pengikat
Peppermint oil
Syloid 244
Banana, Permaseal F-4932
Anise, Permaseal F-2837
NaCl (serbuk)
Mg-stearat
120
720

6
21,6*
0,5
0,5
2
2
6
27,5
* Mengandung 5,4 mg gom arab dan 16,2 mg gelatin
Pembuatan :
Siapkan larutan pengikat yang terdiri dari gom arab (serbuk) 15 g, gelatin (granul)
45 g, dan air ad 400 ml
Ayak manitol dan Na sakarin dengan ayakan 40 mesh
Campur dengan Asetaminofen. Tambahkan 180 ml larutan pengikat untuk 1000
tablet
Granulasi dan keringkan 1 malam pada 140-150 F. Ayak dengan ayakan 12 mesh
Adsorpsikan peppermint oil pada syloid 244 dan campur dengan flavor dan NaCl
Campur granul kering dengan flavor lalu tambahkan Mg stearat
Cetak tablet dengan kekerasan 12-15 kp
Catatan : pengikat gom arab-gelatin menghasilkan tablet dengan kekerasan yang
tinggi. Larutan pengikat harus dibuat segar untuk menghindari pertumbuhan
mikroba.
2. Tablet kunyah Aspirin untuk anak-anak
Zat
mg/ tablet
AlOH (dried gel)
Aspirin
Talk
Primogel
NuTab
Mafco Magna Sweet
Flavor Jeruk
13
81
2
8
93,4

0,6
2
Pembuatan :
Kocok NuTab dan AlOH, tambahkan aspirin dan kocok (1)
Campur primogel, talk, flavor, dan Magna Sweet dan ayak 16 mesh (2)
Tambahkan (2) ke (1), kocok dan cetak
Kombinasi NuTab dan Magna Sweet sebagai pemanis untuk mengurangi rasa asam
dari aspirin, begitu juga dengan flavor jeruk. Dalam keadaan kering, tidak ada reaksi
inkompatibilitas antara aspirin dengan basa AlOH.
C. Vitamin/Mineral/Food Supplement
Vitamin dan mineral mempunyai rasa yang tidak enak seperti asam, pahit, asin, rasa
sabun, hambar atau rasa seperti logam. Beberapa cara untuk menutup rasa tersebut
:
1. Rasa asam ditekan dengan cara :
2. Ferro fumarat dan ferri pirofosfat terasa hambar. Untuk itu dilakukan proses
penyalutan dengan monogliserida atau digliserida dari asam lemak tersaturasi
dengan teknik beku semprot
3. Rasa pahit seperti vitamin B kompleks disalut (salut tunggal) dengan
monogliserida atau digliserida
4. Vitamin A dan D dalam bentuk bebas dilindungi dengan matriks gelatin, gula atau
starch dan pengawet
5. Vitamin E dalam serbuk kering teradsorpsi
VIII. Evaluasi
Evaluasi tablet kunyah tidak diatur dalam FI IV. Beberapa parameter yang dievaluasi
di bawah sebagian besar mengacu pada evaluasi tablet konvensional.
3. Evaluasi kimia
a. Penentuan Kadar
Metode analisis yang sesuai (kromatografi, titrimetri, spektrofotometri, dan lain-lain)
bisa digunakan untuk menentukan kadar zat aktif pada sampel yang representatif
(biasanya aliquot dari 20 tablet yang dipilih acak yang dihaluskan). Jumlah kadar
yang diperoleh dinyatakan dalam persentase terhadap kadar obat di label. Nilai yang
diperoleh harus berada dalam batas-batas yang telah ditentukan untuk masingmasing zat aktif.
b. Keseragaman Sediaan
Keragaman bobot tidak boleh melebihi 6% untuk tablet dengan kadar zat aktif lebih
dari 50 mg atau 50% terhadap obot seluruhnya.

Keseragaman kandungan perlu dilakukan jika kandungan zat aktif kurang dari 50
mg.
Prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan yang tercantum di FI IV.
3. Evaluasi Fisik
a. Pemeriksaan Fisik meliputi pemeriksaan terhadap adanya capping atau rengat
dan parameter penampilan lainnya.
b. Kekerasan ambil 10 20 tablet secara acak, tetapkan kekerasan.
c. Friabilitas 20 tablet digerus, ambil 6 gram, masukkan ke dalam friabilator selama
100 putaran, kemudian timbang bobot yang hilang. Nilai friabilitas tidak melebihi 4%.
d. Waktu hancur
e. Disolusi
f. Rasa
4. Uji Stabilitas
Stabilitas dipercepat dengan suhu tertentu
Stabilitas dalam kondisi nyata
Pemeriksaan stabilitas meliputi :
Pada waktu tertentu, tentukan kadar zat aktif
Periksa terhadap adanya perubahan fisik (totol-totol pada tablet, migrasi zat
warna, kristalisasi zat aktif pada permukaan tablet, ada bau)
Periksa perubahan kekerasan, friabilitas, kecepatan disolusi, waktu hancur
Periksa stabilitas ras
Limbah yang dihasilkan industri dibagi 4 macam, yaitu limbah padat, limbah cair, cemaran
debu/gas (Betalaktam dan non Betalaktam) serta limbah bakteri. Pengolahan limbah Industri
dilakukan sebagai berikut :
a)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
a.
b.
c.

Limbah Padat
Limbah padat industri farmasi dapat bersumber dari :
Obat-obat kadaluarsa
Kegiatan produksi, meliputi: Kegagalan produksi, debu bahan formulasi yang terkumpul dari
dust collector dan vacuum cleaner, bekas kemasan bahan baku dan bahan pembantu serta
kemasan yang rusak
Kegiatan laboratorium, contohnya agar dari sampel kadaluarsa
Kegiatan kantin karyawan, terdiri dari kotoran/sampah dapur
Kegiatan administrasi perkantoran, terdiri dari arsip-arsip kadaluarsa
Sampah kebun/halaman
Adapun penanganan untuk limbah padat ini antara lain :
Limbah padat termasuk dalam limbah B-3 diolah kerjasama dengan pengolah limbah B-3
padat misalnya PT. Prasada Pamunah Limbah Industri (PT. PPLI).
Limbah media agar diolah dengan cara disterilisasi dengan alat autoklaf, ditampung dengan
wadah tertutup, kemudian dikirim ke PT. PPLI.
Kotoran dan sampah dari kantin dan kebun, bekerjasama dengan Dinas Kebersihan DKI
Jakarta untuk dibuang ke TPA

d.
b)
1)
2)
3)
4)
5)
a.
1)
2)
a.
b.
c.
d.

1)
2)
3)
4)
5)

Kertas berkas arsip dan berkas kemasan dihancurkan dan di daur ulang bekerjasama dengan
pihak ketiga.
Limbah cair
Limbah cair dapat berasal dari :
Kegiatan produksi
Kegiatan laboratorium
Kegiatan sarana penunjang
Limbah domestik pencucian
Limbah kantin
Limbah gas atau debu
Limbah gas atau debu berasal dari :
Kegiatan sarana penunjang : Gas yang berasal dari sisa pembakaran bahan bakar boiler.
Kegiatan produksi : Debu yang berasal dari kegiatan proses, antara lain dari proses granulasi,
proses pencetakan tablet, proses coating dan proses massa kapsul.
Upaya pengelolaan limbah debu atau gas antara lain :
Limbah asap dan gas yang keluar dari boiler.
Limbah debu yang terjadi dalam proses produksi dikurangi dengan pemasangan dust
collector pada ruang-ruangan yang banyak menghasikan debu.
Pembersihan debu-debu dengan menggunakan vacuum cleaner, kemudian ditampung dan
dikumpulkan, untuk selanjutnya di tangani seperti limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun)
Sistem Pengolahan Limbah
Limbah kantin diolah dengan cara pemisahan lemak pada instalasi penyaringan khusus untuk
lemak, dimana padatannya diambil secara berkala untuk mencegah terjadinya penyumbatan
pada pipa penyaluran limbah dan alat penyaringan.
Limbah domestik ditampung pada bak khusus, cairannya dialirkan ke Instalasi Pengolahan
Limbah Sentral, sedangkan padatannya diendapkan dan dilakukan penyedotan setiap sekali
setahun.
Limbah B3 dari sisa produksi dan debu dust colector disimpan digudang khusus limbah B3,
untuk penanganannya, industri bekerja sama dengan pihak ketiga.
Limbah sisa produksi Betalaktam ditampung pada kolam khusus, untuk selanjutnya
dilakukan treatment pemecahan cincin betalaktam dengan menambahkan larutan NaOH
Teknis, kemudian dialirkan ke Instalasi Pengolahan Limbah Sentral.
Limbah Non-Betalaktam dialirkan ke Instalasi Pengolahan Limbah Sentral ditampung pada
bak utama, disatukan dengan limbah lainnya, untuk kemudian dialirkan ke bak 2 dan 3 yang
berisi bakteri anaerob, kemudian dialirkan ke bak 4 untuk di aerasi dan penguraian oleh
bakteri aerob, selanjutnya air pengolahan limbah dialirkan ke bak sedimentasi, lalu ke bak
yang berisi ikan sebagai indikator hayati.
Sistem pengolahan limbah akan diperiksa berkala oleh Kementrian Lingkungan Hidup untuk
diberikan penilaian berupa :
Proper Hitam : Harus dilakukan penegakan hukum, karena ada indikasi kesengajaan terkait
kelalaian yang dapat membahayakan lingkungan.
Proper Merah : Dilakukan pembinaan, karena ada kekurangan terkait pengelolaan limbah
Proper Biru : Pengolahan limbah cukup bagus tapi masih ada kekurangan.
Proper Hijau : Pengolahan limbah disertai CSR.
Proper Emas : Pengolahan limbah sudah sangat baik.

Anda mungkin juga menyukai