pengisi.
Secara umum tablet dibuat dengan 3 cara atau metode, yaitu granulasi basah (wet granulation), granulasi kering
(dry granulation) dan kempa langsung (direct compression).
Komponen yang terdapat dalam tablet antara lain bahan aktif dan bahan tambahan. Maksud bahan
tambahan adalah bahan yang digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat bahan yang akan ditablet. Macam bahan
tambahan :
a. Bahan pengisi (filler)
b. Bahan pengikat (binder)
c. Bahan penghancur (disintegrants)
d. Bahan pelicin (lubricant)
e. Zat pewarna (coloring agent)
f. Glidant dan Antiadherent
g. Pemanis (flavoring agent), khususnya untuk tablet kunyah.
Metode kempa langsung digunakan apabila semua bahan pembuat obat memiliki sifat alir dan
kompaktibilitas yang baik. Metode ini paling sederhana, bahan dimixing kemudian langsung di cetak.Sedangkan
jika menggunakan metode granulasi digunakan untuk bahan yang sifat alir dan kompaktibilitasnya tidak
baik. Tujuan granulasi adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa. Metode
granulasi kering digunakan untuk bahan yang tidak tahan pemanasan.
Pada metode granulasi basah diawali dari pengambilan bahan baku dari gudang yang telah diluluskan
oleh bagian QC. Pengeluaran bahan baku dari gudang untuk proses produksi harus disertai dokumen Raw
Material Requisition. Bahan baku yang telah diambil dari gudang ditimbang di dalam ruang timbang. Bahan
yang telah ditimbang diberilabel / penandaan dan dimasukkan ke ruang produk antara untuk menunggu proses
granulasi dalam pembuatan tablet.
Proses selanjutnya adalah proses mixing, hingga terbentuk massa granul basah. Massa granul basah
diayak. Granul basah yang diperoleh dikeringkan dengan fluid bed dryer (FBD) hingga diperoleh granul kering.
Pada proses ini dilakukan cek kadar air oleh bagian IPC. Granul yang diperoleh dan telah kering dicampur
dengan bahan penghancur dan bahan pelicin di dalam mixer, pada proses ini dilakukan pemeriksaan
keseragaman kadar zat aktif terhadap granul oleh bagian analisa (laboratorium analisa). Granul selanjutnya
dicetak.
Tablet yang dihasilkan diperiksa oleh bagian IPC meliputi pemeriksaan keseragaman bobot,
kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur Sedangkan untuk pengujian disolusi dan kadar zat aktif
dilakukan oleh bagian analisa. Setelah tablet lulus uji, dimasukkan pada pengemasan primer yang
meliputi proses stripping. Dilakukan pemeriksaan kebocoran strip oleh bagian IPC. Selanjutnya
dikemas sekunder dan diperiksa penampilan, kelengkapan, dan penandaan oleh QC. Jika lulus uji,
dimasukkan ke dalam gudang produk jadi. Secara skematis alur proses pembuatan tablet dengan
metode granulasi basah disajikan dalam gambar berikut.
Perbedaan cara metode granulasi basah dan kering terletak pada cara pembuatan granulnya. Pada
metode granulasi kering granul dibuat dengan cara di slugging (dikempa berulang-ulang).
Posted by Andi Usman Pharma at 17:33
Email ThisBlogThis!
Penyalutan adalah proses menutupi tablet dengan suatu lapisan yang tipis dari zat yang umumnya inert. Penyalutan
mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
a)
Menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari zat berkhasiat dan memudahkan pasien untuk menelan
b)
Melindungi zat berkhasiat terhadap pengaruh luar, seperti kelembaban, oksigen, cahaya, dll
c)
d) Melindungi obat dari suasana dalam lambung; meningkatkan daya tarik (estetika) dan mempermudah identifikasi
sediaan
e)
f)
Menggabungkan obat lain atau membantu formula dalam penyalutan (misal kadar terlalu kecil dan terlalu
besar).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyalutan antara lain sifat dan bentuk tablet inti (bentuk yang
ideal : sferis, elips, bikonveks, bulat dan bikonveks oval sehingga tablet mudah berputar dan
bergerak); kekerasan tablet harus cukup, sehingga dapat tahan terhadap benturan selama penyalutan, kerapuhan
sekecil mungkin sehingga tidak menimbulkan banyak debu); peralatan yang digunakan; formulasi lapisan
penyalut; kondisi ruangan (suhu, kelembaban, kandungan debu, dll); serta keahlian operator.
Tablet hasil penyalutan harus memenuhi syarat yaitu permukaan tablet licin; lapisan penyalut harus stabil
dan tidak boleh ada cacat; untuk tablet salut yang berwarna maka warnanya harus rata dan tidak boleh terjadi
migrasi zat warna; lapisan penyalut harus mampu melindungi tablet inti dari pengaruh udara, kelembaban, dan
cahaya; lapisan penyalut harus memiliki rasa netral atau enak; serta penyalutan diusahakan setipis mungkin dan
tidak boleh merusak obatnya.
Tablet atau kaplet salut terdiri dari :
a)
dihasilkan dicampur dengan bahan lainnya. Setelah itu dilakukan proses pengisian dengan
menggunakanFilling Capsule Machine. Setelah proses pengisian, tahap selanjutnya
adalah polishing kapsul yang berguna untuk menghilangkan serbuk yang lengket pada
permukaan cangkang kapsul sehingga kapsul tampak lebih bersih dan mengkilap. Alur proses
pembuatan kapsul dapat dilihat pada gambar.
Proses mixing/filtrasi, yaitu pemeriksaan pH, viskositas suspensi, kadar zat aktif, homogenitas, dan
berat jenis.
b).
c).
Ilmu Farmasi : Metode Pembuatan Tablet : granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung.
Baca juga : keuntungan dan kerugian tablet
Granulasi kering adalah proses pembuatan tablet dengan cara mencampurkan zat aktif dan bahan
dalam keadaan kering, untuk kemudian dikempa, lalu dihancurkan menjadi partikel yang lebih besar,
lalu dikempa kembali untuk mendapatkan tablet yang memenuhi persyaratan. prinsipnya membuat
granul yang baik dengan cara mekanis, tanpa pengikat dan pelarut. metode ini boleh digunakan
apabila :
zat aktif memiliki sifat aliran yang buruk (tidak amorf)
zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
Keuntungan granulasi kering :
- peralatan lebih sedikit dibanding granulasi basah
- cocok digunakan pada zat aktif tidak tahan panas dan lembab
- tahap pengerjaan tidak terlalu lama
- biaya lebih efisien dibanding granulasi basah
- mempercepat waktu hancur obat dalam tubuh karna tidak menggunakan pengikat
Kerugian/kekurangan granulasi kering :
- memerlukan mesin tablet khusus untuk slug
- tidak dapat mendistribusikan zat warna dengan seragam
- proses banyak menghasilkan debu, sehingga rentan terhadap kontaminasi silang
PEMBUATAN TABLET
https://www.facebook.com/pages/Klinik_SehatMedikal_Herbal/101147509974966
TEORI SEDIAAN TABLET
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Definisi
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya,
dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi .(USP 26, Hal
2406)
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang
kecil;
4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;
5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam
tablet;
7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan
murah; tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila
menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan
timbul;
8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan
pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi;
9. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas
terkendali);
10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau
yang tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik);
11. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya
produksinya lebih rendah;
12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah;
13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat
pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling
baik.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294 dan
Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)
I.4 Kerugian Sediaan Tablet
Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunya beberapa
kerugian, antara lain :
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan
tidak sadar/pingsan);
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat
amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis;
Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup
besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau
kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus
diformulasi sedemikian rupa);
Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi,
atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban
udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan
kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294)
Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan tablet
jauh lebih sedikit sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling
banyak dijumpai di perdagangan.
I.5 Masalah-Masalah Dalam Pembuatan Tablet
Permasalahan yang mungkin timbul adalah berkenaan dengan bagaimana
cara membuat sediaan yang baik dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
Untuk membuat sediaan yang baik diperlukan data preformulasi yang
meliputi stabilitas, organoleptik, sifat fisikokimia, dan data-data lain yang
menunjang sehingga dapat diperkirakan bahan baku yang cocok untuk
terbentuknya suatu sediaan yang baik dan tercapainya tujuan
penggunaan.
Adapun masalah-masalah yang mungkin terjadi :
1. OTT zat aktif (meleleh, berubah warna, terurai, dan sebagainya).
2. Stabilitas zat aktif :
a. Untuk zat yang rusak oleh adanya air, dibuat dengan metode
pembuatan tablet yang tidak menggunakan air dan perlu diperhatikan
pelarut yang digunakan untuk granulasi.
b. Untuk zat yang mudah teroksidasi dengan pemanasan dan sinar UV,
digunakan metode pembuatan tablet yang tidak memakai pemanasan
dan sinar UV dalam prosesnya.
c. Untuk zat yang higroskopis, jangan menggunakan metode granulasi
basah memakai mucilago amyli karena massa cetak yang terjadi sulit
untuk dikeringkan. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan adsorben
seperti Aerosol < 3%.
d. Untuk zat yang tidak tahan air dan pemanasan dapat digunakan
metode pembuatan tablet dengan cara kempa langsung atau granulasi
kering
Untuk zat dengan jumlah kecil (jumlah fines <30%) dapat dibuat dengan
KL
Untuk zat dengan jumlah besar (jumlah fines >30%) dapat dibuat
dengan GK.
6. Untuk cetak langsung gunakan zat aktif yang halus dengan aliran baik.
7. Jika basis kasar dan zat aktif halus, maka distribusi menjadi tidak
merata karena terjadi distribusi ukuran partikel yang tidak merata,
terutama saat pencetakan, akibat getaran.
8. Vitamin B12 untuk cetak langsung harus dihaluskan terlebih dahulu.
Gunakan pengisi manitol, bukan dengan SL.
9. Untuk antibiotika, pilih pengikat yang tidak mengubah potensi.
10. Mekanisme umum hancurnya tablet adalah pembasahan, penetrasi
air, pengembangan, dan hancur. Untuk cetak langsung, jika kecepatan
aliran masa cetak 1,5 g/dt atau lebih sudah cukup baik.
11. Jika zat aktif 200 mg per tablet, siap-siap untuk dibuat secara cetak
langsung.
12. Dalam evaluasi waktu hancur tablet, tinjau mekanisme waktu hancur,
surfaktan, desintegrator lebih baik yang hidrofob.
13. PVP mudah ditembus air.
14. Ac di sol 3% sebagai penghancur luar untuk memperbaiki waktu
hancur.
Granulasi dibuat terpisah dengan pertimbangan jumlah granul sama
banyak, distribusi granul sama di mana perbandingan granul A dan B
sama, kelemahan distribusi tidak selalu sama.
15. Ukuran (mesh) 18-20; 20-22; yang biasa 16-16
Jika granul pengikatnya lemah, gunakan pengayak dengan ukuran mesh
sama
16. Zat aktif dengan bobot jenis tinggi (umumnya BJ zat anorganik),
granulasi seperti biasa, FL sekecil mungkin.
17. CaCO3 dapat digunakan sebagai penghancur di dalam lambung yang
akan menyerap asam lambung dan berubah menjadi CO2.
Permasalahan Dalam Pencetakan Tablet
Masalah-masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet
secara umum, seperti :
Capping : pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah
tablet dari badan tablet
Laminasi : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih
Chipping : keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong
Cracking : keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atastengah
Picking : perpidahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada
permukaan punch
Sticking : keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada
adhesi)
Mottling : keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet
tidak merata
Masalah Lain Pada Pencetakan Tablet Secara Khusus
1. Lengket pada Cetakan
Manifestasinya :
Melekat pada die dan sulit untuk dikeluarkan
Bunyi keras pada mesin
Tablet kopak, jelek, sisi tablet kasar, kadang-kadang hitam
Penyebab :
Antiadheren kurang
Lubrikan kurang atau tidak tepat
Contoh : Tablet asetosal dengan Mg stearat lengket, seharusnya
digunakan asam stearat (yang mikronize karena fungsi lubrikan adalah
antar partikel sehingga kalau halus akan terselimuti oleh lubrikan).
Kandungan air (aspek kadar air) tinggi akan menyebabkan penempelan
pada die, sedangkan kadar air rendah dapat menyebabkan laminating
atau capping.
Kemungkinan karena interaksi kimia atau fisika, contoh interaksi fisika
etoksi benzamin dengan kafein, gliseril guaiakolat dengan prometazin HCl,
yaitu terjadinya pelelehan sehingga adhesivitas tinggi dan akhirnya
menjadi lengket.
Bahan baku dengan titik leleh sangat rendah, sehingga kesulitan dalam
masalah pencetakan, contoh : Ibuprofen, Gliseril guaiakolat, Siprofloksasin
(Antibiotik turunan Imidazol).
Penyelesaian Masalah :
Meningkatkan antiadheren dan lubrikan
Penggantian lubrikan yang cocok
Mengurangi jumlah granul yang kasar
Mengurangi jumlah air tapi jangan sampai berada di bawah optimum,
karena tablet menjadi kurang baik. Jika sudah diketahui jumlah pembasah
yang paling baik maka agar pembasahnya pas, dilakukan dengan
menambahkan pembasah ke dalam larutan pengikat, yaitu bahan
pembantu yang tidak menguap tapi basah, contoh Propilen glikol atau
gliserin.
Jika terjadi lengket mungkin karena punch dan die yang rusak, sebab
kalau cacat pada punch, maka akan melekat sehingga ratakan punch dan
die.
Kalau mungkin pencetakan pada suhu rendah dan humuditas rendah
karena khusus untuk bahan aktif dengan titik leleh rendah atau terjadi
campuran eutektik maka zat campuran eutektik semakin mudah
menyerap air. Contoh : Kombinasi ampisilin dengan asam klavulanat,
dimana asam klavulanat mudah hancur dengan kelembaban dan
temperatur yang tinggi. Oleh karena itu, pembuatannya dilakukan dalam
suhu dan RH yang rendah.
Perubahan bahan pengisi, bahan pengisi dengan titik leleh tinggi dan
dapat mengadsorbsi, seperti SiO2 dan aerosil (adsorben). Penambahan
aercsil pada tablet akan menyebabkan penampilan tablet yang bagus,
jernih dan mengkilat, namun waktu hancur semakin panjang.
2. Lengket pada pons
Manifestasi :
Terkelupasnya bagian tablet karena permukaan tablet melekat pada
pons. Penyebab sama dengan tadi
Kurangnya anti adheren
Kandungan air tinggi
Lengket pada pons
Penanggulangannya sama :
Ubah ukuran granul
Tambah adsorben
Perbaiki alat
Alat dipoles, sehingga adhesivitas tablet dan pons sangat kecil.
3. Capping/Laminating
Capping : copot
Laminating : belah
Penyebab :
Terjebaknya udara pada tablet karena granul sangat halus
Porositas tinggi, khususnya pada penggunaan pons yang baru, yaitu
dengan adanya udara yang terjebak antara pons dan die
Kekerasan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi (ada yang optimal)
Granul yang terlalu kering, cara : tambahkan dalam pelarut pengikat
tambahkan bahan cair dan tidak mudah menguap
Zat pengikat yang kurang tepat.
Penyelesaian Masalah :
Kurangi kadar air
Pembuatan granul baru sehingga menyebabkan porositas kecil,
distribusi granul optimal sehingga aliran bagus.
6 Keseragaman Kandungan (FI IV hlm.999)
Dilakukan bila :
Kadar bahan aktif dibawah 50 mg
Bila perbandingan kadar bahan aktif dengan bobot tablet lebih kecil dari
pada 50%
Penyebab jeleknya keseragaman kandungan :
Karena aliran jelek
Pencampuran pregranulasi tidak benar maka tentukan dulu homogenitas
zat aktif dalam granul (di pabrik)
Karena kadar fines tinggi maka porositas tinggi (bobot berbeda-beda)
Kandungan air yang tinggi sehingga aliran kurang baik
Kondisi mesin tidak benar.
Penyelesaian masalah
Perbaikan ukuran granul meliputi pencampuran, perubahan pengikat,
granulasi.
Kalibrasi mesin.
I.6 Jenis Sediaan Tablet
(Catatan Kuliah P Charles + Teori dan Praktek Farmasi Industri, Lachman
Hal 706-717)
Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :
a. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi
pada serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.
b. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan
rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada
pembentukan kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak
tergantung pada kekuatan yang diberikan
Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :
1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
a. Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang
biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan
eksipien seperti:
Pengisi (memberi bentuk) : laktosa
Pengikat (memberi adhesivitas/kelekatan saat bertemu saluran
pencernaan): musilago amili, amilum
Desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)
b. Tablet Kempa Multi/Kempa Ganda
Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus
kompresi tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih
lapisan. Disebut juga sebagai tablet berlapis.
Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang inkompatibel (tidak
tersatukan)
c. Tablet Lepas Lambat
Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut
melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian
disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau
konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu.
(misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb).
d. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan
terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
e. Tablet Lepas Terkendali
Yang pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.
f. Tablet Salut Gula
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik
berwarna maupun tidak.
Tujuan: melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab),
menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.
g. Tablet Salut Film
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari
bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran
cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali.
h. Tablet Efervesen
Tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena
mengeluarkan CO2..Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.
i. Tablet Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus
dikunyah sebelum ditelan.
partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus
terlebih dahulu.
Kerugian metode kempa langsung :
Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan
pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya
dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam
tablet.
Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung
karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan
proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak
dan mahal. Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan
obat seperti senyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan
warna kuning. Pada kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang
terjadi selama pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga
keseragaman zat aktif dalam granul terganggu.
Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus
bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan
adhesifitas yang baik
II.2 Bahan Pembantu Granulasi Basah
A. Pengisi
Adalah zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang ditujukan
untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan
Biasanya tablet yang mengandung zat aktif dengan dosis kecil
memerlukan zat pengisi yang banyak. Jika dosis besar maka pengisi
sedikit atau tidak sama sekali.
1. Avicel (mikrokristalin selulosa)
Bentuk 103 memiliki keunggulan dibandingkan dengan 101, 102 karena
volume spesifiknya kecil, aliran lebih baik dan waktu hancur lebih singkat.
Insoluble, non-reaktif, aliran kurang baik, kapasitas pegang 50%.
Menghasilkan tablet yang keras dengan tekanan kecil (kompresibilitas
baik) dan friabilitas tablet rendah, waktu stabilitas panjang.
Menghasilkan pembasahan yang cepat dan rata sehingga
mendistribusikan cairan penggranul ke seluruh massa serbuk;
menghasilkan distribusi warna dan obat yang merata.
Bertindak sebagai pembantu mengikat, menghasilkan granul yang keras
dengan sedikit fines.
Bisa bersifat pengikat kering, disintegran, lubrikan dan glidan.
Jika digunakan cairan pengikat yang terlalu banyak maka jadi lengket
dan keras, tidak dapat digranul sehingga solusinya dikombinasi dengan
starch/Avicel
4. Laktosa
(Lachman Tablet)
Inkompatibel dengan: senyawa yang sangat basa, asam askorbat,
salisilamid, pyrilamine maleat, phenilephrine HCl
Granul laktosa hidrat mengandung kadar lembab 4-5%
Laktosa adalah gula peredukasi bereaksi dengan amin menghasilkan
reaksi Maillard
Isomer: dan (dalam campuran berada dalam kesetimbangan kedua
bentuk)
(Lachman Industri)
Pengisi yang paling umum, ada 2 bentuk: hidrat dan anhidrat
Jarang bereaksi dengan obat (hidrat dan anhidrat)
Untuk GB pakai laktosa HIDRAT; laktosa anhidrat tidak mengalami reaksi
Maillard (dengan zat aktif mengandung amina dengan adanya logam
stearat), tetapi menyerap lembab.
Secara umum tablet menunjukkan release rate yang baik, granulnya
cepat kering, disintegrasi tablet tidak banyak dipengaruhi oleh kekerasan
(Handbook of Pharm Excipient)
Keburukan: laktosa dpr berubah warna dengan adanya basa amin dan
Mg-stearat
Dikenal 4 macam bentuk: granul kasar (60-80 mesh), granul halus (80100 mesh), granul spray dried (100-200 mesh), dan laktosa anhidrat
Dikenal sebagai gula susu.
Spray-dried Lactose
(Lachman Industri)
Untuk pengisi kempa langsung, umumnya digabung dengan Avicel. Jika
tunggal digunakan dalam konsentrasi 40-50% sebagai pembawa
Sifat direct compression-nya berkurang jika kadar air < 3%; dapat
dicampur dengan 20-25% zat aktif tanpa kehilangan sifat direct
compression-nya
Kapasitas pegang 20-25% terhadap zat aktif; punya aliran baik dan
karakteristik pengikatan yang lebih baik dibandingkan laktosa biasa
Kelemahan: dapat menghitam dengan adanya lembab, amin, atau
senyawa lain yang mengandung furaldehid
(Lachman Industri)
Dapat bereaksi dengan amin pada suhu dan kelembaban tinggi
Bebas mengalir dan dapat dikempa langsung, mengandung 8-10%
lembab, kekerasan tablet dapat meningkat setelah pengempaan
Starch terhidrolisa mengandung 90-92% dekstrosa dan 3-5% maltosa
Dapat digunakan sebagai pengganti manitol pada talbet kunyah karena
manis dan berasa halus.
9. Starch 1500 (penjelasan ada di bagian Pengikat)
B. Adsorben
Adsorben harus memiliki titik leleh yang tinggi. Dengan titik leleh tinggi
setelah terjadi lelehan pertama akan terbentuk massa yang bertitik leleh
lebih tinggi.
Manfaat adsorben: mencegah tablet basah oleh lelehan zat aktif, jika
tablet basah maka tablet akan lengket dalam cetakan. Bekerja menyerap
lelehan zat aktif.
Contoh:
Avicel
Bolus alba
Kaolin, bentonit, Mg silikat, MgO, trikalsium fosfat
Aerosil
C. Pengikat
Pengikat bisa berupa gula dan polimer.
Pengikat yang berupa polimer alam: starch, gum (acacia, tragacanth,
gelatin)
Pengikat yang berupa polimer sintetik: PVP, metilselulosa, etilselulosa,
hidroksipropilselulosa
Bisa dengan cara kering/basah. Cara basah lebih sedikit membutuhkan
bahan.
Jumlah larutan pengikat yang dibutuhkan untuk 3 kg pengisi tercantum
pada tabel
(Lachman Tablet halaman 161)
1. Starch (amylum)
(Lachman Tablet)
Dapat digunakan sebagai pengisi, pengikat, dan penghancur
Dalam bentuk musilago amili 5-10%
Cara: suspensikan starch 1:1/2-1 dalam air dingin, tambahkan 2-4 kali
air mendidih dengan pengadukan konstan sampai starch mengembang
sebagai pengikat non air untuk serbuk yang tidak tahan air seperti asam
askorbat
Dapat memperlambat disintegrasi
9. Polivinil alkohol
Larut air, mirip akasia tapi tidak terlalu rentan dengan bakteri
Membentuk granul yang lebih lunak dari acacia, menghasilkan tablet
yang disintegrasi lebih cepat dan tidak mengeras pada penyimpanan
10. PEG 6000
Sebagai pengikat anhidrat, dimana air dan alkohol tidak dapat
digunakan
PEG 6000 merupakan padatan putih yang meleleh pada 70-750C dan
mengeras pada 56-630C
11. N-HPC (Nisso-HPC)
Larut dalam air dan pelarut organik alkohol, propilen glikol, metilen
klorida, aseton dan kloroform. Jika digunakan sebagai pelarut pada
granulasi basah N-HPC dilaruntukan dalam air atau alkohol.
Cara:
Melarutkan dalam air
N-HPC ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk kuat
20-30% air dipanaskan sampai 600C dan N-HPC ditambahkan perlahanlahan sambil diaduk. Setelah itu ditambahkan sisa air. Dengan cara ini
pelarutan lebih cepat.
Melaruntukan dalam pelarut organik
D. Flavour
(Lachman Industri)
Digunakan untuk tablet kunyah
Penambahan pewangi dapat dilakukan dalam keadaan kering, biasanya
sebagai fasa luar, sedangkan yang cair ditambahkan dengan
menyemprotkan ke dalam massa cetak
Flavour yang digunakan adalah bentuk flavour oil yang diabsorbsikan ke
adsorben
Jumlah yang digunakan maksimal 0,5-0,75%
E. Disintegran
Fungsi : untuk memecah tablet
Cara pakai: saat granulasi
sebelum dicetak (paling baik)
1. Starch (amylum)
2. Starch 1500
3. Sodium starch glycolate (primogel, explotab)
Pemakaian: 1-20% dengan konsentrasi optimum 4%
Explotab tidak dapat sebagai penghancur dalam
Mekanisme sama dengan starch secara umum, merupakan starch
termodifikasi sehingga mampu menyerap air 200-300%
Waktu disintegrasi ditentukan pula oleh besarnya tekanan pengempaan
Perhatian: pada suhu dan kelembaban yang tinggi dapat memperlama
waktu disintegrasi sehingga memperlambat waktu disolusi
4. Selulosa (selulosa, metilselulosa, CMC, CMC-Na, Avicel, Acdisol)
Acdisol merupakan ikatan silang dari CMC-Na dan sangat baik untuk
digunakan sebagai disintegran karena larut air dan memiliki afinitas yang
besar pada air.
Acdisol ini digolongkan pada super disintegran. Penggunaan 2-5%.
5. Gums (agar, pectin, tragacant, guar gum)
Pemakaian: 1-10%
Bukan merupakan disintegran yang baik, karena kapasitas
pengembangannya yang relatif rendah
6. Clays
Pemakaian: 2-10%, sifat hilang jika digranulasi
Bukan merupakan disintegran yang baik, karena dapat menyebabkan
perubahan warna secara keseluruhan
7. Alginat (asam alginat dan Na-alginat)
Pemakaian: 1-5% (asam alginat) atau 2,5-10% (Na-alginat)
Memiliki afinitas yang besar terhadap air
F. Lubrikan
Konsentrasi optimum: 1%
Fungsi: sebagai eksipien untuk menghilangkan gesekan/friksi saat
pengempaan dan penarikan tablet ke luar cetakan
Jenis:
Water soluble: banyak digunakan untuk tablet larut air seperti
tablet/serbuk effervescent
Water insoluble: paling banyak dan digunakan konsentrasi rendah
Mekanisme:
Fluid type lubricant
Membentuk lapisan cair antara massa cetak dengan logam cetakan.
G. Glidan
Secara umum, fine silica > Mg stearat > talk murni
Talk mengandung sejumlah kecil Al silikat dan Fe. Harus hati-hati untuk
zat aktif yang penguraiannya dikatalisis oleh Fe
1. Cab-O-Sil : 5-10%
2. Corn starch : 5-10%
3. Aerosil : 1-3%
4. Talk : 5%
5. Syloid : 0,1-0,5%
H. Anti Adheren
Yang paling baik adalah yang larut air, dan yang paling efisien adalah
DL-Leusine
Biasa digunakan pada produk yang mengandung vitamin E dosis tinggi
karena cenderung terjadi picking
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Talk : 1-5%
Logam stearat : <1%
Cab-O-Sil : 0,1-0,5%
Syloid : 0,1-0,5%
Corn starch : 3-10%
DL-Leusine : 3-10%
Na-lauril sulfat: <1%
Ac-di-sol 3%
Avicel q.s
Fase Luar (8%)
Mg Stearat 1%
Talk 2%
Amilum kering 5% atau
Acdisol 3% atau
Eksplotab 5% atau
Starch 1500 5%
II. Granulasi Kering
Digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab, misalnya
antibiotik.
1 Fase Dalam (97%)
Zat aktif A sesuai dosis
Amilum kering 10%
Laktosa q.s
Fase Luar (3%)
Mg stearat 1%
Talk 2%
Pembuatan slug : FD + FL = 97% + 1,5% = 98,5%, lalu dicetak dan
dihancurkan (slug) hingga kecepatan aliran 4 gr/dt. Setelah jadi slug
kemudian ditambahkan sisa FL (1,5%)
2. Karena kompresibilitas laktosa buruk, maka dapat diganti dengan :
Fase Dalam (97%)
Zat aktif A sesuai dosis
Amilum kering 10%
LHPC 21 10%
Laktosa q.s
Karena laktosa memiliki sifat aliran yang jelek, laktosa dapat diganti
dengan avicel.
Fase Dalam (97%)
Zat aktif A sesuai dosis
Talk 2%
3. Digunakan kombinasi starch 1500 dan avicel (3:1) yang dikenal pula
sebagai running powder. Running powder ini memiliki sifat aliran dan
kompresibilitas yang baik. Tapi daya hancur running powder tidak bagus,
sehingga dapat ditambahkan penghancur luar seperti amilum kering,
eksplotab, atau ac-di-sol.
Zat aktif A sesuai dosis
Avicel : Starch 1500 (3:1) q.s
Mg stearat 1%
Talk 2%
Amilum kering 5% atau
Eksplotab 5% atau
Ac-di-sol 3%
Contoh Perhitungan Tablet
I. Granulasi Basah
Contoh : Zat aktif paracetamol 500 mg
Direncanakan bobot tablet 700 mg, dibuat 1000 tablet
Formula : Fase Dalam (92%)
Paracetamol 500 g
Amilum 10% dari bobot tablet 70 g
Musilago amili 10% (1/3 FD) 21,5 g
Laktosa 52,5 g
644 g
Fase Luar (8%)
Mg stearat 1%
Talk 2%
Amilum kering 5%
Cara menghitung :
Musilago amili = 1/3 x 644 g = 215 g
setelah dikeringkan = 10% x 215 g = 21,5 g
Laktosa = 644 (500 + 70 + 21,5) = 52,5 g
Misalnya : Granul FD yang diperoleh 600 g dengan kadar air 2%, maka
untuk kadar air 0%, bobot granulnya = 0,98 x 600 = 588 g. Jumlah tablet
yang diperoleh = 588/644 x 1000 tablet = 913,04 tablet.
III.Kempa Langsung
Contoh : Zat A 25 mg; bobot tablet 250 mg; dibuat 1000 tablet
Formula : Zat A 25 g
Pengisi q.s 217,5 g
Mg stearat (1%) 2,5 g
Talk (2%) 5 g
250 g
Bahan siap dikempa menjadi tablet..!!!!!
BAB III
EVALUASI TABLET
A. Evaluasi Granul
Evaluasi granul terutama dilakukan untuk formula baru atau pada
modifikasi formula. Untuk formula yang sama evaluasi granul tidak perlu
dilakukan. Evaluasi granul meliputi:
1. Granulometri
Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul (penyebaran
ukuran-ukuran granul). Dalam melakukan analisis granulometri digunakan
susunan pengayak dengan berbagai ukuran. Mesh terbesar diletakkan
paling atas dan dibawahnya disusun pengayak dengan mesh yang makin
kecil.
Timbang 100 gr granul
Letakkan granul pada pengayak paling atas
Getarkan mesin 5-30 menit, tergantung dari ketahanan granul pada
getaran
Timbang granul yang tertahan pada tiap-tiap pengayak
Hitung persentase granul pada tiap-tiap pengayak
Tujuan granulometri adalah untuk melihat keseragaman dari ukuran
granul. Diharapkan ukuran granul tidak terlalu berbeda. Granulometri
berhubungan dengan sifat aliran granul. Jika ukuran granul berdekatan,
aliran akan lebih baik. Diharapkan ukuran granul mengikuti kurva
distribusi normal.
2. Bobot Jenis
a. Bobot jenis sejati
Bobot jenis sejati diukur dengan piknometer gas Beckman
6. Disolusi
7. Uji kadar zat aktif
3. Uji Keamanan/Toksisitas
Untuk menguji apakah ada bahan-bahan lain yang toksik dalam tablet
4. Uji Mikrobiologi
Terutama dilakukan pada tablet yang mengandung bahan-bahan yang
mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme. Sering kali tablet bersalut lebih
banyak dikontaminasi oleh bakteri disbandingkan oleh tablet tidak
bersalut karena kelembaban internal tablet salut merupakan kondisi yang
cocok untuk pertumbuhan bakteri.
Lingkungan produksi yang kurang bersih juga merupakan likungan yang
sesuai untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu beberapa industri
memberikan persyaratan kemurnian yaitu batas angka mikroba.
Uji Friabilitas Tablet
Data friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet
terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
Friabilitas diukur dengan friabilator (gambar terlampir). Prinsipnya adalah
menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam
friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran friabilitas, alat
diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang
digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran.
Mula-mula tablet dibersihkan dahulu dari debunya kemudian ditimbang
dengan seksama. Untuk tablet dengan bobot < 650 mg, timbang
sejumlah tablet hingga beratnya mendekati 6,5 g. Untuk tablet dengan
bobot > 650 mg, timbang tablet sebanyak 10 buah. Masukan seluruh
tablet yang telah ditimbang ke dalam friabilator. Jalankan alat selama 4
menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan
timbang dengan seksama. Hitung persentase bobot yang hilang selama
pengujian. Untuk tablet yang baik (dipersyaratkan di Industri), bobot yang
hilang tidak boleh lebih dari 1 %.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam
proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka
tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil
pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian
harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari
bobot jenis antara 1,18 hingga 1,20. Terdapat lima lubang berukuran 2
mm yang tembus dari atas ke bawah, salah satu lubang melalui sumbu
silinder, sedangkan lubang lain paralel terhadapnya dengan radius jarak 6
mm. Pada sisi silinder terdapat 4 lekukan dengan jarak sama berbentuk V
yang tegak lurus terhadap ujung silinder. Ukuran tiap lekukan sedemikian
hingga bagian yang terbuka pada dasar silinder luasnya 1,60 mm persegi
dan pada bagian atas silinder lebar 9,5 mm dan dalam 2,55 mm. Seluruh
permukaan cakram licin.
Prosedur
Tablet tidak bersalut Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari
keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat,
gunakan air bersuhu 37 2 sebagai media kecuali dinyatakan
menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi. Pada akhir
batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat keranjang dan
amati semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet
atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet
lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Tablet bersalut bukan enterik Masukkan 1 tablet pada masing-masing
tabung dari keranjang, bila tablet mempunyai penyalut luar yang dapat
larut, celupkan keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5 menit.
Kemudian masukkan cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan
cairan lambung buatan LP bersuhu 37 2 sebagai media. Setelah alat
dijalankan telama 30 menit, angkat keranjang dan amati semua tablet.
Bila tablet tidak hancur sempurna, ganti dengan cairan usus buatan LP
bersuhu 37 2 dan teruskan pengujian hingga jangka waktu
keseluruhan, termasuk pencelupan dalam air dan cairan lambung buatan
LP adalah sama dengan batas waktu yang dinyatakan dalam masingmasing monografi ditambah 30 menit, angkat keranjang dan amati semua
tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet
tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak
kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Tablet salut enterik Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari
keranjang, bila tablet mempunyai penyalut luar yang dapat larut,
celupkan keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5 menit. Tanpa
menggunakan cakram jalankan alat, gunakan cairan lambung buatan LP
bersuhu 37 2 sebagai media. Setelah alat dijalankan selama satu jam,
angkat keranjang dan amati semua tablet: tablet tidak hancur, refak atau
menjadi lunak. Kemudian masukkan satu cakram pada tiap tabung dan
jalankan alat, gunakan cairan usus buatan LP bersuhu 37 2 sebagai
media selama jangka waktu 2 jam ditambah dengan batas waktu yang
dinyatakan dalam masing-masing monografi atau bila dalam monografi
dinyatakan hanya tablet salut enterik, maka hanya selama batas waktu
yangdinyatakan.dalam monografi. Ajigkat keranjang dan amati semua
tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet
tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak
kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Tablet bukal Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang tertera
pada Tablet tidak bersalut, tanpa menggunakan cakram. Setelah 4 jam,
angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur.
Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian
dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus
hancur sempurna.
Tablet sublingual Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang tertera
pada Tablet iidak bersalut, tanpa menggunakan cakram. Amati tablet
dalam batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi:
semua tablet harus hancur. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur
sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16
dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Kapsul gelatin keras Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang
tertera pada Tablet tidak bersalut, tanpa menggunakan cakram. Sebagai
pengganti cakram digunakan suatu kasa berukuran 10 mesh seperti yang
diuraikan pada rangkaian keranjang, kasa ini ditempatkan pada
permukaan lempengan atas dari rangkaian keranjang. Amati kapsul dalam
batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi, semua
kapsul harus hancur, kecuali bagian dari cangkang kapsul. Bila 1 tablet
atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 kapsul
lainnya: tidak kurang 16 dari 18 kapsul yang diuji harus hancur sempurna.
Kapsul gelatin lunak Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang
tertera pada Kapsul gelatin keras.
BAB IV
BAB V
TABLET KHUSUS
A. TABLET EFFERVESCENT
I. Pendahuluan
I. 1. Tablet Effervecent
Tablet Effervecent adalah tablet yang mengeluarkan buih ketika dimasukkan ke
dalam air. Buih yang keluar tersebut adalah gas karbondioksida yang dihasilkan dari
reaksi antara asam organik dengan garam turunan karbonat. Gas korbondioksida ini
membantu mempercepat hancurnya tablet dan meningkatkan kelarutan zat aktif.
Selain itu gas korbondiokasida ini juga memberi rasa segar seperti halnya pada
minuman kaleng berkarbonasi. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet
juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu
memperbaiki rasa beberapa obat tertentu. Dengan rasa asam sedikit berlebih,
sehingga berasa sedikit asam ini merupakan faktor tambahan yang membuat
sediaan efervesen dapat diterima di masyarakat.
Kandungan tablet effervecent merupakan campuran asam (asam sitrat, asam tartrat)
dan Natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam lingkungan berair akan bereaksi
menghasilkan karbondioksida yang berasal dari penguraian basa bikarbonat akibat
penetralan oleh asam. Reaksinya cukup cepat dan biasanya selesai dalam waktu 1
menit atau kurang. Tablet effervescent harus disimpan dalam wadah tertutup rapat
atau kemasan tahan lembab, sedangkan pada etiket tertera tidak langsung ditelan.
I. 2. Keuntungan dan Kerugian Effervecent
Keuntungan yang dimiliki tablet effervescent, antara lain;
1. Memungkinkan penyiapan larutan dalam waktu seketika, yang mengandung dosis
yang tepat
2. Rasa menyenangkan karena karbonisasi membantu menutup rasa zat aktif yang
tidak enak
3. Tablet biasanya cukup besar dan dapat dikemas secara individual sehingga bisa
menghindari masalah ketidakstabilan zat aktif dalam penyimpanan.
4. Mudah menggunakannya karena tablet dilarutkan terlebih dulu dalam air baru
diminum
5. Bentuk sediaan dengan dosis terukur tepat.
Kerugian yang terdapat pada tablet effervescent, antara lain;
1. Kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia
2. Kelembaban udara selama pembuatan produk mungkin sudah cukup untuk
memulai reaktifitas effervescen
I. 3. Pembuatan Efervescent
Tablet effervecent dibuat dengan beberapa metode yaitu dengan cara granulasi
basah, granulasi kering, dan dengan metode fluidisasi. Metode fluidisasi dengan
metode wurster, menggunakan suatu alat semprot khusus yang dilangkapi dengan
saluran penyemprot bahan pengikat dan saluran udara pemanas.
Tablet effervecent memerlukan kondisi kerja dan metode khusus dalam
pembuatannya karena dalam tablet ini terdapat dua bahan yang tidak dapat
tersatukan yaitu garam natrium bikarbonat dan asam organik sebagai penghasil
karbondioksida. Reaksi kedua bahan ini akan dipercepat dengan adanya air, maka
dari itu tablet Efervescent selama perjalanannya mulai akhir produksi sampai ke
tangan pasien tidak boleh sedikitpun kontak dengan air. Selain itu suhu tinggi juga
dapat mempercepat perusakan bahan tablet, sehingga juga harus dijaga pada suhu
yang relatif rendah.
Proses pembuatan tablet efervesen membutuhkan kondisi khusus, kelembabab
harus relatif rendah dan suhu harus dingin untuk mencegah granul atau tablet
melekat pada mesin karena pengaruh kelembaban dari udara.
a. Granulasi Basah
Umumnya sama dengan tablet konvensional
Prosesnya:
1. Cara Pemanasan.
Biasanya komponen asam yang dipanaskan. Karena proses ini sangat tidak konstan
dan sulit dikendalikan jarang digunakan.
2. Granulasi dengan Cairan Reaktif.
Bahan penggranulasi yang efektif adalah air. Proses berdasarkan penambahan
sedikit air (0,1-0,5%) yang disemprotkan pada campuran sehingga terjadi reaksi
menghasilkan granul. Granul yang masih lembab ditransfer ke mesin tablet
kemudian dikempa lalu tablet masuk ke dalam oven terjadi proses pengeringan
untuk menghilangkan air sehingga tablet menjadi stabil.
3. Granulasi dengan Cairan Non Reaktif.
Cairan yang digunakan adalah etanol atau isopropanol. Cairan ditambahkan
perlahan-lahan ke dalam campuran pada mesin pencampur. Dalam hal ini perlu
ditambahkan pengikat kering seperti PVP. Setelah itu masa granul dimasukkan ke
dalam oven lalu dikeringkan. Kemudian dihaluskan lagi baru dicetak.
b. Granulasi Kering
Dilakukan dengan dua cara:
1. Cara Slugging
Dibuat bongkah-bongkah tablet ukuran besar menggunakan mesin tablet kemudian
tablet dimasukkan ke dalam mesin granulasi untuk dihaluskan menjadi ukuran yang
dikehendaki
2. Cara Kompaktor
Menggunakan mesin khusus rol kompaktor yang mengempa serbuk premix menjadi
bentuk pita/lempeng diantara dua rol yang berputar berlawanan. Bahan dihaluskan
menjadi granul dalam mesin granul.
I. 4. Bahan Tambahan Tablet Effervecent
Perlu diperhatikan bahwa bahan yang digunakan dalam tablet effervecent
seharusnya mempunyai kandungan lembab yang sangat rendah dan sewaktu
pembuatan sediaan ini harus dilakukan pada tempat yang kering.
Karakteristik komponen tablet Efervesen:
1. Dalam banyak hal prinsip yang digunakan dalam memproduksi tablet efervesen
sama dengan yang digunakan untuk tablet konvensional. Banyak dari proses dan
alat proses yang sama. Demikian juga sifat umum granul yang diperlukan untuk
memdapatkan tablet yang sesuai persyaratan seperti:
a. Ukuran partikel
b. Bentuk partikel
c. Granulometri
d. Keseragaman distribusi
e. Aliran bebas granul
f. Granul harus dapat dikompresi
2. Satu sifat bahan baku yang dipilih untuk digunakan dalam tablet efervesen yang
lebih penting dari tablet konvensional yaitu kondisi lembabnya, artinya bahan baku
yang digunakan harus kering.
Apabila bahan baku yang digunakan tidak kering (mengandung lembab) maka
terjadi reaksi asam dan karbonatnya akan menyebabkan produk menjadi tidak stabil
secara fisik dan terurai. Sekali dimulai reaksi maka akan berlanjut lebih cepat karena
produk samping reaksi adalah pertambahan air.
Contoh:
CH2COOH CH2COONa
CH2COOH + 3NaHCO3 CHCOONa + 3 CO2 + 3 H2O
CH2COOH CH2COONa
Oleh karena itu bahan baku yang digunakan harus dalam keaadan anhidrat (kering)
dengan sedikit kadar lembab yang diabsorpsi. Molekul air memang masih ada tapi
sangat sedikit karena air dibutuhkan sedikit untuk kebutuhan mengikat granul karena
granul yang terlampau kering tidak dapat dikempa.
3. Kelarutan merupakan sifat bahan baku yang penting dalam tablet efervesen. Jika
komponen tablet tidak larut, reaksi efervesen tidak akan terjadi dan tablet tidak akan
terdisintegrasi secara cepat. Kecepatan kelaurtan lebih penting dari kelarutan karena
zat yang terlarut lambat dapat merintangi desintegrasi tablet dan larut lambat
menghasilkan residu yang tidak disukai setelah tablet terdisintegrasi.
I. 4. 1. Sumber Karbondioksida
Sumber karbondioksida dari tablet efervesen didapat dari garam-garam karbonat.
Karena garam ini dapat menghasilkan 53 % karbondioksida. Garam yang sering
digunakan adalah natrium bikarbonat dan natrium karbonat. Natrium bikarbonat
dengan kosentrasi dalam air 0,85% menunjukan pH 8,3. natrium karbonat dengan
konsentrasi 1 % dalam air mempunyai pH 11,5. Natrium karbonat menunjukan pula
efek stabilisasi di dalam tablet efervesen karena kemampuannya mengabsorbsi
lembab terlebih dahulu yang dapat mencegah permulaan reaksi efervesen. Oksigen
dapat pula menjadi sumber efervesen dengan sumbarnya dapat digunakan natrium
perborat anhidrat.
I. 4. 2. Sumber Asam
Sumber asam yang umumnya digunakan pada tablet efervesen dapat digolongkan
menjadi;
Asam Makanan, antara lain :
Asam Sitrat, merupakan asam yang paling sering digunakan karena harganya yang
murah. Asam sitrat dapat larut dengan mudah dan cepat, dan dalam bentuk granul
dapat mengalir dengan bebas. Terdapat juga bentuk anhidratnya sehingga
mempunyai sifat higrokopis.
Asam Tartrat, asam ini mempunyai kelarutan yang lebih besr dari asam sitrat.
Asam anhidrat
Jika asam anhidrat dilarutkan dalam air maka akan terjadi hidrolisi yang
membebaskan bentuk asamnya yang dapat bereaksi dengan sumber
karbondioksida. Contohnya adalah suksinat anhidrat.
Garam Asam
Garam ini dapat digunakan karena dalam larutan, garam ini dapat menghasilkan
proton dan menghasilkan larutan dengan pH dibawah 7. Contohnya adalah natrium
hidrogen fosfat, natrium dihidrogen fosfat, dan natrium bisulfit.
I. 4. 3. Bahan Tambahan Lainnya
Bahan tambahan lainnya pada tablet efervesen antara lain seperti bahan pengikat,
bahan pengisi, dan lubrikan. Namun bahan-bahan ini penggunaannya dalam jumlah
yang terbatas. Seperti halnya pengisi, hanya digunakan sedikit saja, karena dalam
formula tablet efervesen sudah banyak mengandung karbonat dan asam.
a. Pengikat dan zat penggranul
Untuk pembuatan tablet efervesen dengan metode granulasi penggunaan pengikat
seperti gelatin, amilum dan gom tidak dapat digunakan karena kelarutan lambat atau
karena kandungan residu air tinggi yang dapat mempercepat ketidakstabilan tablet
efervesen. Pengikat efektif untuk tablet efervesen adalah PVP. PVP ditambahkan
pada serbuk yang digranulasi dalam keadaan kering kemudian dibasahi oleh cairan
penggranulasi yaitu isopropanol, etanol atau hidroalkohol. Alkohol tidak bersifat
pengikat tapi ditambahkan sebagai zat penggranulasi untuk pelarut PVP.
b. Pengisi
Biasanya hanya dibutuhkan sedikit pengisi karena zat yang menghasilkan efervesen
sudah cukup besar. Natrium bikarbonat merupakan pengisi yang baik. Pengisi lain
adalah Na. Klorida, Na. Sulfat dan Na. Bikarbonat.
c. Lubrikan
Lubrikan yang larut air atau zat yang dapat terdispersi dalam air dapat digunakan
sebagai lubrikan. Serbuk natrium benzoat dan PEG 8000 merupakan lubrikan larut
air yang efektif.
II. CONTOH FORMULA (VITAMIN C)
II. 1. Formulasi
Satu tablet effervescent dibuat dengan bobot 1,5 gram.
Formula untuk 1 buah tablet effervescent :
Vitamin C 500 mg
Pyridoxine 20 mg
PVP 3% 45 mg
Sukrosa 15% 225 mg
Asam sitrat monohidrat 208 mg
Asam tartrat 222,9 mg
Natrium bikarbonat 249,5 mg
PEG 8000 30 mg
II. 2. Perhitungan
Bobot tablet effervescent 1500 mg
Fasa dalam bobot 98% = 98/100 1500 mg = 1470 mg
II.4.1 Tujuan
Untuk memeriksa apakah granul yang terbentuk memenuhi syarat atau tidak untuk
dikempa.
II.4.2 Prosedur
i) KandunganAir (hanya untuk granul hasil granulasi basah)
a. Penentuan dilakukan dengan menggunakan 5 gr granul yang diratakan pada
piring logam, kemudian dimasukkan dalam alat penentuan kadar air (Moisture
Ballance).
b. Atur panas yang digunakan (70 0C) lalu diamkan beberapa waktu sampai
diperoleh angka yang tetap (dalam bentuk %). Piring logam dipanaskan hingga
bobot tetap sebelum digunakan.
ii) Kecepatan Aliran (Menggunakan Flow Tester)
a. Sejumlah tertentu granul dimasukkan kedalam alat penentuan (corong) penguji
aliran.
b. Alat dijalankan dan dicatat waktu yang dibutuhkan oleh massa granul untuk
melewati corong.
c. Hasil dinyatakan dalam satuan gr/det. Kecepatan aliran yang ideal adalah 10
gr/det
iii) Kadar Pemampatan
a. Masukkan 100 gr granul dalam gelas ukur 250 mL , Volume mula-mula dicatat
sebagai ketukann 0 (Vo).
b. Lakukan pengetukan, dan volume pada ketukan ke 10, 50, 100, diukur.
c. Timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini.
d. Hitung kadar pemampatan dengan persamaan berikut ini:
Kp = [(Vo-Vt)/Vo] x 100 %
Kp = kadar pemampatan
Vo = volume granul sebelum pemampatan
Vt = volume granul pada t ketukan
Penafsiran hasil : Granul memenuhi syarat jika Kp < 20%.
iv) Bobot jenis
a. Bobot jenis nyata
Sejumlah gram granul dimasukkan ke dalam gelas ukur.
Catat volumenya dan timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini.
Hitung bobot jenis nyata dengan persamaan berikut ini :
P = W/V
dengan menimbang 20 tablet satu persatu dan dihitung bobot rata-rata tablet. Jika
ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada
kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rataratanya lebih dari hanya yang ditetapkan kolom B. ( FI ed III hlm. 7).
iv) Kekerasan tablet
20 tablet diambil secara acak, kemudian diukur kekerasannya dengan alat Stokes
Mensato. Tekanan yang diperlukan untuk memecahkan tablet terukur pada alat
dengan satuan Kg/cm2. Kekerasan yang ideal 10 Kg/cm2.
v) Friabilitas
a. Bersihkan 20 tablet dari debu kemudian ditimbang (Wo). Masukkan tablet ke
dalam alat, kemudian jalankan selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm.
b. Setelah 4 menit, hentikan alat, tablet dikeluarkan, lalu dibersihkan dari debu dan
timbang (W1).
c.Indeks friabilitas (f) = (Wo -W1)/Wo X 100%
vi) Friksibilitas
20 tablet diambil secara acak, bersihkan dari debu, kemudian ditimbang (Wo),
kemudian dimasukkan ke dalam friksibilator. Alat diputar 25 rpm selama 4 menit,
kemudian tablet dibersihkan dari debu dan ditimbang (W1).
Friksibilitas = (Wo W1)/W1 X 100 %.
vii) Uji Disolusi
Masukkan sejumlah volume media disolusi sesuai monografi, alat dipasang dan
biarkan media hingga mencapai suhu 370 + 0,50C
Masukkan 1 tablet kedalam alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan
sediaan, dan jalankan alat pada laju kecepatan seperti yang tercantum pada
monografi.
Dalam interval waktu yang ditetapkan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan
antara media disolusi dan bagian atas keranjang atau dayung, tidak kurang dari 1
cm dari dinding wadah. Lakukan penetapan kadar sesuai monografi.
III. DAFTAR PUSTAKA
1. Pharmaceutical Excipients. 2nd edition. Editor: Ainley Wade and Paul J. Weller.
1994. London: The Pharmaceutical Press. Page 436-478, 123-125, 522-523, 392399, 500-504
2. Martindale, The Extra Pharmacopeia 29TH Edition, Council Of The Royal
Formula di atas menggunakan ethocel yang merupakan polimer yang tidak larut
dalam air, di mana vitamin C disalut dengan cara granulasi basah. Tujuannya untuk
meningkatkan stabilitas dan mencegah terlalu asam.
Pada umumnya cara ini merupakan pendekatan yang paling sederhana untuk
menutupi rasa. Granulasi basah tertentu dapat dilakukan tanpa penambahan
eksipien seperti laktosa, manitol, sorbitol, sukrosa, dan lain-lain. Walaupun
pendekatan ini serupa dengan granulasi basah biasa, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu :
1. Zat penggranulasi harus membentuk selaput pada permukaan zat aktif;
2. Tidak mempunyai rasa dan bau yang tidak enak;
3. Tidak larut dalam saliva;
4. Tidak mempengaruhi disolusi zat aktif setelah ditelan.
Idealnya pengisi rasa manis seperti gula perlu dimasukkan dalam granulasi,
disintegran baik dimasukkan dalam granulasi basah untuk menjamin disolusi yang
baik setelah granul itu dikunyah. Prosedur tersebut merupakan prosedur
konvensional. Saat ini banyak digunakan metode suspensi udara. Dalam teknik
tersebut, partikel zat aktif yang akan disalut disuspensikan dalam aliran udara panas
yang terkendali kecepatan tinggi langsung melalui lempeng perforasi dalam tabung
salut. Partikel zat aktif melakukan aliran putaran lewat penembak atomisasi zat
penyalut dalam larutan/suspensi. Setelah partikel basah, partikel tersebut
disingkirkan dari daerah semprotan dan dikeringkan dalam aliran udara panas dan
disalut ulang. Putaran tersebut dilanjutkan sampai ketebalan salut yang diinginkan
tercapai. Pengaliran partikel zat aktif meningkatkan pemaparan luas permukaan
guna penyalutan dan pengeringan yang lebih efisien. Walaupun perbaikan rasa
dengan penyalutan menarik karena sederhana, tetapi metode ini hanya cukup untuk
zat aktif yang rasanya tidak enak.
2. Mikroenkapsulasi
Mikroenkapsulasi adalah suatu metode penyalutan partikel zat aktif atau tetesantetesan cairan dengan polimer yang menyalut rasa dan membentuk mikrokapsul
dengan ukuran 5 5000 mm. Mikroenkapsulasi dapat dibuat dengan berbagai
metode, yaitu :
a. Metode Pemisahan Koaservasi
Metode koaservasi adalah metode pengendapan makromolekul dari larutannya
menjadi 2 lapisan cairan. Dalam metode ini ada 3 langkah yaitu :
i) Pembentukan tiga fasa kimia yang tidak bercampur yaitu fasa pembawa air, fasa
inti (zat aktif), dan fasa penyalut. Caranya : fasa penyalut dilarutkan dalam fasa
pembawa cair kemudian ditambahkan zat aktif sehingga terjadi suspensi. Proses
3. Dispersi solida
Zat aktif dengan rasa yang tidak enak dapat dicegah dengan mengadsorpsikannya
pada substrat yang mampu mempertahankan tetap teradsorpsi dalam mulut tetapi
setelah di saluran cerna zat aktif dilepaskan. Contoh Dekstrometorfan dengan
menggunakan substrat Mg-trisilikat. Adsorbat sudah tersedia di perdagangan dalam
bentuk serbuk termikronisasi yang mengandung zat aktif 10% b/b (tinggal dicampur
lalu dicetak).
Contoh formula :
Zat
mg/tablet
Adsorbat Dekstrometorfan-HBr 10% (berlebih 2%)
Benzokain
Flavor
Mg-stearat
Sorbitol (kristalin)
76,5
2,5
10
10
1301
Pembuatan :
Sorbitol diayak 10 mesh
Campur adsorbat, benzokain, flavor dengan dari jumlah sorbitol yang diperlukan
Tambahkan sisa sorbitol, aduk, lalu tambahkan Mg-stearat. Aduk dan cetak
sehingga diperoleh tablet kunyah dengan kekerasan 6 kp.
Ada beberapa metode dalam pembuatan adsorbat :
a. Metode pelarut : zat aktif dilarutkan dalam pelarut yang mudah menguap,
tambahkan substrat (zat padat), campur kemudian pelarutnya diuapkan lalu
dihaluskan.
b. Metode pencairan : zat aktif dan pembawa dilebur bersama-sama dengan
pemanasan pada suhu yang cocok (tidak merusak zat aktif). Kemudian campuran
didinginkan secara cepat dan terjadi pemadatan (dilakukan dalam penangas es).
Kemudian padatan tersebut diserbuk menjadi partikel yang diinginkan.
4. Pertukaran ion
Pertukaran ion adalah pertukaran reversibel dari ion-ion antara fasa solida dan
cairan dan tidak ada perubahan permanen dalam struktur solida. Dalam hal ini,
solida adalah zat penukar ion sedangkan ionnya adalah zat aktif. Apabila digunakan
sebagai pembawa zat aktif, zat penukar ion menjadi suatu sarana untuk mengikat
zat aktif pada matriks polimer yang tidak larut dan dapat secara aktif menutup rasa
dan bau dari zat aktif yang diformulasi menjadi tablet kunyah.
5. Pembentukan garam/turunannya
Dilakukan upaya modifikasi komposisi kimia zat aktif sehingga senyawa itu kurang
larut dalam saliva karena itu rangsangannya kurang pada ujung rasa atau
memodifikasi zat aktif menjadi tidak berasa. Misalnya kloramfenikol menjadi
kloramfenikol stearat.
6. Penambahan asam amino dan hidrolisat protein
Dengan menggabungkan asam-asam amino dan garam-garamnya atau
campurannya akan mengurangi rasa pahit dari penisilin. Asam amino yang umum
digunakan adalah sarkosin, alanin, taurin, asam glutamat, dan glisin. Misalnya rasa
ampisilin diperbaiki secara nyata dengan menggranulasikannya dengan glisin,
kemudian ditambahkan amilum, lubrikan, glidan, penyedap, pemanis lalu dicetak.
7. Kompleks inklusi
Pembentukan kompleks inklusi yaitu molekul zat aktif masuk ke dalam lubanglubang molekul zat pengompleks membentuk kompleks stabil. Kompleks ini mampu
menutup rasa pahit zat aktif dengan menurunkan jumlah partikel zat aktif yang
terpapar atau mengurangi kelarutan zat aktif pada waktu dikunyah.
Gaya yang terlibat dalam kompleks inklusi adalah gaya Van der Waals dan bsiklodekstrin (digunakan sebagai zat pengompleks inklusi) merupakan molekul
oligosakarida dari amilum, manis, dan tidak toksik. Ada 3 metode utama dalam
pembuatan siklodekstrin, dua diantaranya adalah skala laboratorium sedangkan
yang lainnya adalah skala industri. Untuk skala laboratorium adalah sebagai berikut :
a. Siklodekstrin dilarutkan dalam air panas yang dicampur zat aktif, kemudian
didinginkan dan terjadi penghabluran dari senyawa inklusi (pada pengeringan).
b. Zat aktif tidak larut air dilarutkan dalam pelarut organik yang tidak bercampur
dengan air, dikocok dengan siklodekstrin dalam air yang pekat, akan terjadi senyawa
terkristalisasi yang mengendap, kristal dicuci untuk menghilangkan zat aktif yang
tidak membentuk kompleks, lalu dikeringkan.
8. Kompleks molekular
Pembentukan kompleks molekular melibatkan zat aktif dan molekul organik
pengompleks, dan kompleks ini dapat menutup rasa yang pahit atau bau yang tidak
diinginkan. Metode ini menurunkan kelarutan zat aktif dalam air.
IV. Eksipien
Proses granulasi basah, granulasi kering dan cetak langsung pada tablet
konvensional dapat juga diterapkan pada tablet kunyah. Dalam hal ini, perlu
pemanasan dengan suhu yang tinggi dan waktu yang lama (jadi pewarnaan harus
diproses pada suhu rendah dan waktu singkat);
pemaparan cahaya matahari langsung.
2) Warna Lake
Pewarba lake tidak larut dan biasanya didispersikan. Oleh karena itu yang sangat
penting diperhatikan adalah ukuran partikel harus halus. Umumnya makin kecil
ukuran partikel, makin tinggi daya pewarnaan lake karena bertambahnya luas
permukaan.
Lake dibuat dengaan presipitasi dan mengadsorpsikan pewarna celup pada substrat
yang tidak larut air. Biasanya sebagai substrat digunakan Alumina hidrat. Lake yang
digunakan untuk tablet kunyah cetak langsung : 0,1-0,3%. Stabilitas lake terhadap
cahaya dan panas lebih tinggi dibandingkan warna celup dan kompatibel dengan
banyak komponen yang digunakan dalam tablet kunyah. Lake biasanya digunakan
dalam pembuatan tablet kunyah dengan metode cetak langsung.
VII. Pembuatan
Empat aspek yang penting dalam pembuatan tablet kunyah adalah :
1. sifat tersatukannya zat aktif dengan zat warna;
2. distribusi ukuran partikel;
3. kadar lembab yang memenuhi syarat;
4. sifat kekerasan tablet.
A. Antasida
Kebanyakan sediaan padat antasida dibuat dalam bentuk tablet kunyah. Formulasi
antasida sangat sulit mengingat sifat dan jumlah zat aktif. Umumnya zat aktif terdiri
dari logam, astringent, berasa seperti kapur atau berasa pasir dan kombinasi ini
menyebabkan rasa yang tidak enak saat dikunyah. Antasida yang umumnya
digunakan dalam kombinasi dari 2 atau lebih untuk menghasilkan efek terapeutik
yang baik adalah sebagai berikut : Alumunium hidroksida (80-600 mg), Ca-karbonat
(194-850 mg), Mg-hidroksida/Mg-oksida (65-400 mg), Mg-trisilikat (20-500 mg), dan
lain.
Sebagai tambahan digunakan zat lain seperti :simetikon (dimetikon,
dimetillpolisiloksan) dengan dosis 20-40 mg/tablet sebagai antiflatulen; peppermint
oil 3 mg/tablet digunakan sebagai karminatif dan asam alginat 200-400 mg.
Contoh formula : Tablet kunyah antasida dengan metode cetak langsung
Zat
mg/tablet
Al(OH)3 dan Mg-karbonat
325
Di-Pac DTE
675
Avicel
75
Starch
30
Ca-stearat
22
Flavor
q.s.
Pembuatan : campur semua zat, cetak. Tablet kunyah yang diharapkan mempunyai
kekerasan 8-11 SCA unit.
B. Obat batuk/obat flu
Formulasi biasanya untuk anak-anak. Umumnya dosis kurang dari atau sama
dengan dosis dewasa. Obat yang umum adalah aspirin, asetaminofen,
klorfeniramin, pseudoefedrin, dan dekstrometorfan.
Sifat umum yang diperoleh dari zat aktif tersebut adalah rasa tidak enak, misalnya
aspirin berasa asam sedangkan yang lain pahit.
Semua zat aktif yang telah disebutkan mempunyai sifat kompresibilitas yang cukup
baik, kecuali asetaminofen. Jadi untuk asetaminofen dipilih metode granulasi basah
sedangkan zat aktif lain digunakan metode cetak langsung.
Contoh formula :
1. Tablet kunyah Asetaminofen : metode granulasi basah
Zat
mg/tablet
Asetaminofen
Manitol
Na-sakarin
Larutan pengikat
Peppermint oil
Syloid 244
Banana, Permaseal F-4932
Anise, Permaseal F-2837
NaCl (serbuk)
Mg-stearat
120
720
6
21,6*
0,5
0,5
2
2
6
27,5
* Mengandung 5,4 mg gom arab dan 16,2 mg gelatin
Pembuatan :
Siapkan larutan pengikat yang terdiri dari gom arab (serbuk) 15 g, gelatin (granul)
45 g, dan air ad 400 ml
Ayak manitol dan Na sakarin dengan ayakan 40 mesh
Campur dengan Asetaminofen. Tambahkan 180 ml larutan pengikat untuk 1000
tablet
Granulasi dan keringkan 1 malam pada 140-150 F. Ayak dengan ayakan 12 mesh
Adsorpsikan peppermint oil pada syloid 244 dan campur dengan flavor dan NaCl
Campur granul kering dengan flavor lalu tambahkan Mg stearat
Cetak tablet dengan kekerasan 12-15 kp
Catatan : pengikat gom arab-gelatin menghasilkan tablet dengan kekerasan yang
tinggi. Larutan pengikat harus dibuat segar untuk menghindari pertumbuhan
mikroba.
2. Tablet kunyah Aspirin untuk anak-anak
Zat
mg/ tablet
AlOH (dried gel)
Aspirin
Talk
Primogel
NuTab
Mafco Magna Sweet
Flavor Jeruk
13
81
2
8
93,4
0,6
2
Pembuatan :
Kocok NuTab dan AlOH, tambahkan aspirin dan kocok (1)
Campur primogel, talk, flavor, dan Magna Sweet dan ayak 16 mesh (2)
Tambahkan (2) ke (1), kocok dan cetak
Kombinasi NuTab dan Magna Sweet sebagai pemanis untuk mengurangi rasa asam
dari aspirin, begitu juga dengan flavor jeruk. Dalam keadaan kering, tidak ada reaksi
inkompatibilitas antara aspirin dengan basa AlOH.
C. Vitamin/Mineral/Food Supplement
Vitamin dan mineral mempunyai rasa yang tidak enak seperti asam, pahit, asin, rasa
sabun, hambar atau rasa seperti logam. Beberapa cara untuk menutup rasa tersebut
:
1. Rasa asam ditekan dengan cara :
2. Ferro fumarat dan ferri pirofosfat terasa hambar. Untuk itu dilakukan proses
penyalutan dengan monogliserida atau digliserida dari asam lemak tersaturasi
dengan teknik beku semprot
3. Rasa pahit seperti vitamin B kompleks disalut (salut tunggal) dengan
monogliserida atau digliserida
4. Vitamin A dan D dalam bentuk bebas dilindungi dengan matriks gelatin, gula atau
starch dan pengawet
5. Vitamin E dalam serbuk kering teradsorpsi
VIII. Evaluasi
Evaluasi tablet kunyah tidak diatur dalam FI IV. Beberapa parameter yang dievaluasi
di bawah sebagian besar mengacu pada evaluasi tablet konvensional.
3. Evaluasi kimia
a. Penentuan Kadar
Metode analisis yang sesuai (kromatografi, titrimetri, spektrofotometri, dan lain-lain)
bisa digunakan untuk menentukan kadar zat aktif pada sampel yang representatif
(biasanya aliquot dari 20 tablet yang dipilih acak yang dihaluskan). Jumlah kadar
yang diperoleh dinyatakan dalam persentase terhadap kadar obat di label. Nilai yang
diperoleh harus berada dalam batas-batas yang telah ditentukan untuk masingmasing zat aktif.
b. Keseragaman Sediaan
Keragaman bobot tidak boleh melebihi 6% untuk tablet dengan kadar zat aktif lebih
dari 50 mg atau 50% terhadap obot seluruhnya.
Keseragaman kandungan perlu dilakukan jika kandungan zat aktif kurang dari 50
mg.
Prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan yang tercantum di FI IV.
3. Evaluasi Fisik
a. Pemeriksaan Fisik meliputi pemeriksaan terhadap adanya capping atau rengat
dan parameter penampilan lainnya.
b. Kekerasan ambil 10 20 tablet secara acak, tetapkan kekerasan.
c. Friabilitas 20 tablet digerus, ambil 6 gram, masukkan ke dalam friabilator selama
100 putaran, kemudian timbang bobot yang hilang. Nilai friabilitas tidak melebihi 4%.
d. Waktu hancur
e. Disolusi
f. Rasa
4. Uji Stabilitas
Stabilitas dipercepat dengan suhu tertentu
Stabilitas dalam kondisi nyata
Pemeriksaan stabilitas meliputi :
Pada waktu tertentu, tentukan kadar zat aktif
Periksa terhadap adanya perubahan fisik (totol-totol pada tablet, migrasi zat
warna, kristalisasi zat aktif pada permukaan tablet, ada bau)
Periksa perubahan kekerasan, friabilitas, kecepatan disolusi, waktu hancur
Periksa stabilitas ras
Limbah yang dihasilkan industri dibagi 4 macam, yaitu limbah padat, limbah cair, cemaran
debu/gas (Betalaktam dan non Betalaktam) serta limbah bakteri. Pengolahan limbah Industri
dilakukan sebagai berikut :
a)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
a.
b.
c.
Limbah Padat
Limbah padat industri farmasi dapat bersumber dari :
Obat-obat kadaluarsa
Kegiatan produksi, meliputi: Kegagalan produksi, debu bahan formulasi yang terkumpul dari
dust collector dan vacuum cleaner, bekas kemasan bahan baku dan bahan pembantu serta
kemasan yang rusak
Kegiatan laboratorium, contohnya agar dari sampel kadaluarsa
Kegiatan kantin karyawan, terdiri dari kotoran/sampah dapur
Kegiatan administrasi perkantoran, terdiri dari arsip-arsip kadaluarsa
Sampah kebun/halaman
Adapun penanganan untuk limbah padat ini antara lain :
Limbah padat termasuk dalam limbah B-3 diolah kerjasama dengan pengolah limbah B-3
padat misalnya PT. Prasada Pamunah Limbah Industri (PT. PPLI).
Limbah media agar diolah dengan cara disterilisasi dengan alat autoklaf, ditampung dengan
wadah tertutup, kemudian dikirim ke PT. PPLI.
Kotoran dan sampah dari kantin dan kebun, bekerjasama dengan Dinas Kebersihan DKI
Jakarta untuk dibuang ke TPA
d.
b)
1)
2)
3)
4)
5)
a.
1)
2)
a.
b.
c.
d.
1)
2)
3)
4)
5)
Kertas berkas arsip dan berkas kemasan dihancurkan dan di daur ulang bekerjasama dengan
pihak ketiga.
Limbah cair
Limbah cair dapat berasal dari :
Kegiatan produksi
Kegiatan laboratorium
Kegiatan sarana penunjang
Limbah domestik pencucian
Limbah kantin
Limbah gas atau debu
Limbah gas atau debu berasal dari :
Kegiatan sarana penunjang : Gas yang berasal dari sisa pembakaran bahan bakar boiler.
Kegiatan produksi : Debu yang berasal dari kegiatan proses, antara lain dari proses granulasi,
proses pencetakan tablet, proses coating dan proses massa kapsul.
Upaya pengelolaan limbah debu atau gas antara lain :
Limbah asap dan gas yang keluar dari boiler.
Limbah debu yang terjadi dalam proses produksi dikurangi dengan pemasangan dust
collector pada ruang-ruangan yang banyak menghasikan debu.
Pembersihan debu-debu dengan menggunakan vacuum cleaner, kemudian ditampung dan
dikumpulkan, untuk selanjutnya di tangani seperti limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun)
Sistem Pengolahan Limbah
Limbah kantin diolah dengan cara pemisahan lemak pada instalasi penyaringan khusus untuk
lemak, dimana padatannya diambil secara berkala untuk mencegah terjadinya penyumbatan
pada pipa penyaluran limbah dan alat penyaringan.
Limbah domestik ditampung pada bak khusus, cairannya dialirkan ke Instalasi Pengolahan
Limbah Sentral, sedangkan padatannya diendapkan dan dilakukan penyedotan setiap sekali
setahun.
Limbah B3 dari sisa produksi dan debu dust colector disimpan digudang khusus limbah B3,
untuk penanganannya, industri bekerja sama dengan pihak ketiga.
Limbah sisa produksi Betalaktam ditampung pada kolam khusus, untuk selanjutnya
dilakukan treatment pemecahan cincin betalaktam dengan menambahkan larutan NaOH
Teknis, kemudian dialirkan ke Instalasi Pengolahan Limbah Sentral.
Limbah Non-Betalaktam dialirkan ke Instalasi Pengolahan Limbah Sentral ditampung pada
bak utama, disatukan dengan limbah lainnya, untuk kemudian dialirkan ke bak 2 dan 3 yang
berisi bakteri anaerob, kemudian dialirkan ke bak 4 untuk di aerasi dan penguraian oleh
bakteri aerob, selanjutnya air pengolahan limbah dialirkan ke bak sedimentasi, lalu ke bak
yang berisi ikan sebagai indikator hayati.
Sistem pengolahan limbah akan diperiksa berkala oleh Kementrian Lingkungan Hidup untuk
diberikan penilaian berupa :
Proper Hitam : Harus dilakukan penegakan hukum, karena ada indikasi kesengajaan terkait
kelalaian yang dapat membahayakan lingkungan.
Proper Merah : Dilakukan pembinaan, karena ada kekurangan terkait pengelolaan limbah
Proper Biru : Pengolahan limbah cukup bagus tapi masih ada kekurangan.
Proper Hijau : Pengolahan limbah disertai CSR.
Proper Emas : Pengolahan limbah sudah sangat baik.