Anda di halaman 1dari 13

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Cara Memproduksi Sediaan Tablet Steril

Dalam pembuatan sediaan tablet steril harus sesuai dengan standar cara pembuatan
obat yang baik (CPOB) untuk sediaan steril. Adapun Prinsip dari CPOB adalah memperkecil
pencemaran mikroba, partikulat, dan pirogen. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

 Keberadaan ruang penyangga untuk personil dan /atau peralatan dan bahan
 Pembuatan produk dan proses pengisian dilakukan pada ruangan terpisah
 Kondisi “operasional dan non operasional” hendaklah ditetapkan untuk tiap ruang bersih.
Ada 2 macam dalam pembuatan sediaan steril
1. Aseptic processing: Pada pembuatannya, setiap proses dari awal persiapan hingga sudah
dikemas selalu dilakukan secara aseptik, sehingga hasil yang diperoleh steril
2. Terminal sterilization: pada pembuatannya tidak terlalu aseptik seperti aseptic processing,
tapi di akhir proses, dilakukan sterilisasi secara menyeluruh.
Berdasarkan CPOB, ruang sterilisasi diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, D dan
E, dimana setiap kelas memiliki persyaratan jumlah partikel, jumlah mikroba, tekanan,
kelembaban udara dan air change rate. Ruangan untuk proses produksi harus memenuhi
persyaratan tertentu, untuk memenuhi persyaratan tersebut harus digunakan HVAC
( Heating, Ventilating, and Air Conditioner ) yang mengontrol kondisi lingkungan produksi
seperti suhu, kelembaban relative (RH), tekanan udara, tingkat kebersihan (sesuai dengan
kelas yang dipersyaratkan).
1. Kelas A digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang beresiko tinggi seperti pengisian
produksi steril.
2. Kelas B digunakan untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis. Kelas ini adalah
lingkungan latar belakang untuk zona A
3. Kelas C merupakan koridor ruangan steril
4. Kelas D digunakan untuk pembuatan produk non steril seperti pembuatan tablet dan
pengemasan primer.
5. Kelas E jarang digunakan akan tetapi pada beberapa sumber mengatakan bahwa kelas E
disebut juga sebagai gudang.

Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum memulai kegiatan produksi:

1. Ruang produksi harus tetap terjaga kebersihan, dimana kegiatan pembersihan dilakukan
tiap pagi sebelum dimulai kegiatan produksi dan sore hari sesudah selesai kegiatan
produksi.

2. Temperatur dan kelembaban tiap ruangan produksi diatur sedemikan rupa menggunakan
Air Handling System (AHS) yaitu AC sentral

3. Peralatan yang digunakan harus dipastikan selalu dalam keadaan bersih sebelum dan
sesudah dilakukan kegiatan produksi.

4. Ruangan Produksi harus mendapat penerangan dan pertukaran udara yang cukup agar
kegiatan produksi berjalan lancar.

Dalam pembuatan tablet dilakukan dengan beberapa metode yaitu granulasi basah,
granulasi kering, kempa langsung.
1. Metode granulasi basah
Metode ini adalah metode yang paling sering digunakan dalam pembuatan tablet
Menimbang dan mencampur bahan-bahan, seperti bahan aktif, bahan pengisi dan
bahan penghancur yang dibutuhkan dalam formula.
1. Pembuatan granulasi basah, yakni dengan cara dibuat granula yang dapat
mengalir bebas dalam cetakan sehingga dapat terisi dengan tepat dan merata.
Hal ini dapat dilakukan dengan baik dengan menambahkan bahan cairan
pengikat atau perekat ke dalam campuran serbuk, melewatkan adonan yang
lembab melalui ayakan yang ukurannya seperti yang diinginkan, granul
dihasilkan melalui pengayakan ini dikeringkan, lalu diayak lagi dengan
ayakan yang ukurannya lebih kecil agar mengurangi ukuran granul demi
granul.
2. Pengayakan adonan lembab menjadi pellet atau granul, pada umunya ditekan
melalui ayakan no.6 atau no.8
3. Pengeringan granul, kebanyakan dikeringkan dalam cabinet pengering dengan
sistem sirkulasi udara dan pengendalian temperature
4. Penyaringan kering, setelah granul dikeringkan, granul dilewatkan melalui
ayakan dengan lubang lebih kecil dari pada yang biasa dipakai untuk
pengayakan granulasi asli. Seberapa jauh ukuran granul dihaluskan,
tergantung pada ukuran punch yang akan dipakai dan tablet yang akan
diproduksi.
5. Lubrikan atau pelinciran. setelah pengayakan kering, biasanya bahan pelincir
kering ditambahkan ke dalam granul. Sehingga setiap granul dilapisi oleh
bahan pelincir,selain itu dapat juga dilapisi debu ketika granul menyebar
melalui lubang kecil ayakan atau pencampuran dalam pengadukan serbuk.
Pelincir yang umum digunakan adalah talk,magnesium stearat.
6. Pencetakan tablet, tahap terakhir ini dilakukan dengan memasukkan granul ke
dalam ruang cetakan dan dikempa oleh kedua gerakan punch atas dan bawah.

2. Metode granulasi kering

Dalam metode ini, granul dibentuk oleh penambahan bahan pengikat atau
pelembapan ke dalam campuran serbuk obat, dengan cara memadatkan massa yang
jumlahnya besar dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan
pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih kecil. Adapun tahapan-tahapan
pembuatannya :

1. Penggilingan bahan obat dalam bahan tambahan


2. Pencampuran bahan yang telah digiling
3. Pengempaan menjadi tablet yang besar.
4. Slug dan pengayakan, yakni pengompressan granul menjadi tablet yang lebar,
datar atau pellet dengan garis tengah kira-kira 1 inci.
5. Pencampuran dengan pelicin dan penghancur
6. Tablet dikempa.
3. Metode kempa langsung

Metode ini dilakukan untuk sampel yang memilki sifat mudah mengalir dan sifat
kohesinya  sehingga memungkinkan untuk dikempa langsung tanpa granulasi basah atau
kering, seperti KCl, KI, NH4Cl, dan matenamin. Adapun tahapan-tahapannya :
1. Penggilingan dari bahan obat dan bahan tambahan.
2. Pencampuran dari semua bahan.
3. Tablet dikempa

3.2 Persyaratan Sediaan Tablet


Dalam produksinya, sediaan tablet steril harus dibuat dengan memperhatikan dan
memenuhi syarat-syarat sediaan tablet steril yaitu sediaan dalam keadaan steril,
kejernihan larutan, bahan pengawet, tonisitas, dan stabilitas ( pendaparan, viskositas, dan
aktivitas permukaan).
Tablet yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan.
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil.
3. Fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik.
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan.
5. Waktu hancur dan lahu disolusi harus memenuhi persyaratan.
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan.
7. Terbebas dari kerusakan fisik.
8. Stabilitas fisik dan kimiawi cukup baik selama penyimpanan.
9. Zat aktif dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu.
10. Memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.

Prosedur ini dilakukan dalam IPC (In Process Control) pada pembuatan tablet.
IPC adalah pengujian yang dilakukan selama proses produksi dalam industri farmasi.
Pengujian yang dilakukan adalah : Keseragaman ukuran, Keseragaman bobot dan
keseragaman sediaan, Waktu hancur dan disolusi, kekerasan tablet, dan Keregasan
Tablet (Friability).
3.3 Komponen Sediaan Tablet
Komponen utama tablet adalah zat aktif, bahan pengikat, bahan penghancur, bahan
pengisi, dan bahan pelicin.

1. Zat aktif yang digunakan dalam pengobatan umumnya merupakan senyawa sintetis
kimia, selain itu dapat juga berasal dari hasil ekstraksi alam (tumbuhan dan hewan).
Idealnya zat aktif yag akan diformulasikan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
- kemurniannya tinggi
- stabil
- kompatibel  dengan semua eksipien
- ukuran dan distribusi ukuran partikelnya baik
- sifat alir baik
- optimum moisture content
- kompresibilitas baik
- tidak mempunyai muatan pada permukaan
- mempunyai sifat organoleptis yang baik
2. Bahan pengikat adalah bahan yang merekatkan partikel serbuk satu dengan yang lain
sehingga membentuk granul yang spheris setelah dilewatkan melalui ayakan. Dengan
adanya pengikat diharapkan bentuk granul akan tetap terutama setelah pengeringan
sampai proses pencetakan. Contoh : PVP, Mucilago amyli, gelatin, HPC-SL
3. Bahan penghancur adalah bahan yang digunakan untuk tujuan agar tablet dapat segera
hancur bila kontak dengan air atau cairan lainnya. Contoh : Amylum kering, Eksplotab,
Ac-Di-Sol.
4. Bahan pengisi adalah bahan yang digunakan untuk mendapatkan ukuran tablet yang
sesuai dan mempermudah dalam proses pembuatan tablet. Biasanya jumlahnya paling
banyak dibandingkan bahan yang lain. Contoh : Laktosa, Starch 1500, Maistarke,
Avicel.
5. Bahan pelicin adalah bahan yang digunakan dalam proses pembuatan tablet untuk
tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Memperbaiki aliran granul agar didapat bobot tablet yang seragam. Contoh :
Talkum, Aerosil.
2. Mencegah lekatnya masa siap cetak pada punch atau die, dalam hal ini lubrikan
disebut antiadheren. Contoh : Mg stearat dan Talkum.
3. Mempermudah pengeluaran tablet secara utuh dari cetakannya, dalam hal ini
lubrikan disebut lubrikan sejati. Contoh : Mg stearat.
3.4 Cara Sterilisasi
Sterilisasi adalah menghilangkan semua bentuk kehidupan, baik dalam bentuk pathogen,
nonpatogen, vegetatif, nonvegetatif dari suatu objek atau material. Suatu bahan dinyatakan
steril apabila sama sekali bebas dari mikroorganisme hidup yang pathogen maupun yang
tidak,baik dalam bentuk vegetative maupun tidak vegetatif (spora).
Ada 3 alasan utama untuk melakukan sterilisasi.
1. Untuk mencegah transmisi penyakit
2. Untuk mencegah pembusukan material oleh mikroorganisme
3. Untuk mencegah kompetisi nutrient dalam media pertumbuhan sehingga
memungkinkan kultur organisme spesifik berbiak untuk keperluan sendiri (sepeti
produksi ragi) atau untuk metabolitnya (seperti untuk memproduksi minuman dan
antibiotika)
Adapun beberapa pertimbangan untuk melakukan sterilisasi, yaitu :

1. Untuk bahan obat, sterilisasi dapat dilakukan dengan penambahan bakterisida.


Menurut FI III Sediaan dibuat untuk melarutkan atau mensuspensikan bahan obat
dalam larutan klorokresol P 0,2% b/v dalam air untuk injeksi atau dalam larutan
bakterisida yang cocok dalam air untuk injeksi. Isikan ke dalam wadah, kemudian
ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 30 ml. Panaskan
pada suhu 980 sampai 1000 selama 30 menit. Jika volume dalam tiap wadah lebih
dari 30 ml, waktu sterilisasi diperpanjang hingga seluruh isi tiap wadah berada
pada suhu 980 sampai 1000 selama 30 menit. Cara ini tidak dapat digunakan untuk
sterilisasi injeksi dosis tunggal secara intravena, injeksi intratekal / intrasisternal /
peridural
2. Untuk alat-alat sterilisasi dapat dilakukan dengan :
Zat yang dipakai : alkohol-alkohol, kresol, fenol, formaldehida, garam
raksa organik/ anorganik, amonium kwartener, dengan cara berikut.
Alat yang disterilkan direndam dalam larutan bakterisida, untuk logam
tambahkan zat yang dapat mencegah perkaratan (Natrium nitrat, Natrium borat).
Didihkan selama 20 menit bersama dengan Natrium karbonat 1 – 2 %, sefirol 1 %,
fenol 5 %, losol 2 %.
3. Untuk Ruangan sterilisasi dapat dilakukan dengan cara :
Disemprot dengan larutan bakterisida kemudian didiamkan beberapa
waktu. Udara diisap dan diganti dengan udara yang sudah steril (dilewatkan
melalui penyaring udara).
Zat yang digunakan :
- Uap farmaldehida, dan
- Campuran 1 bagian etilen oksida dan 9 bagian gas karbondioksida (CO2) dan dapat
dipanaskan hingga suhu 600. Jika hanya etilen oksida saja dengan udara akan
mudah terbakar atau meledak.
3.5 Evaluasi Sediaan Tablet
 Keseragaman bobot
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu
keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk
sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif.
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak berisi
cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan
50% atau lebih, dari bobot satuan sediaan. Persyaratan keseragaman bobot dapat
diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat
aktif atau inaktif yang ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan asli dan
dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan
cara penyiapan ini.
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan
sebagai berikut : Timbang 20 tablet, hitung bobot rata – rata tiap tablet. Jika
ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing – masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom
A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya
lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat
digunakan 10 tablet; tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari
bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom B.
Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara keseragaman bobot, pilih
tidak kurang dari 30 satuan, dan lakukan sebagai berikut untuk sediaan yang
dimaksud. Untuk tablet tidak bersalut, timbang saksama 10 tablet, satu per satu, dan
hitung bobot rata-rata. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera
dalam masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10
tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Kecuali dinyatakan lain
dalam masing-masing monografi, persyaratan keseragaman dosis dipenuhi jika
jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan
dari cara keseragaman bobot atau dalam keseragaman kandungan terletak antara
85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang
dari atau sama dengan 6,0%.
Jika 1 satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti yang tertera
pada etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0% hingga 125,0% dari
yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif lebih besar dari 6,0% atau
jika kedua kondisi tidak dipenuhi, lakukan uji 20 satuan tambahan. Persyaratan
dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 terletak diluar rentang 85,0% hingga
115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang terletak di luar rentang
75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 30
satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%.
 Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi
tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan
tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester.
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan
tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama
pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran
dari tekanan pengempaan.
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet
diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester,  dan Strong cobb hardness tester. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan
yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan.
Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan akan meningkatkan kekerasan
tablet. Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih
sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada
umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun
hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi
dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat
kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak
keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat
pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat
diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi
yang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007). Uji kekerasan dilakukan dengan mengambil
masing-masing 10 tablet dari tiap batch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan
alat pengukur kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non
swellable adalah 10-20 kg/cm2.
 Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan
permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan
pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan
bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu
tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25
putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit.
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari
debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke
dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan
putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan
dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan
bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak
lebih dari 1%. Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi
yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka
semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi
konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi
zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat
rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses
pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak
diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang
hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya
tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan.
 Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi
yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali
pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua jenis alat yang dapat
digunakan untuk uji disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol digunakan alat
jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit. Uji kesesuaian alat dilakukan
pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis
diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan disintegrasi. Alat dianggap
sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang yang diperbolehkan seperti
yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang bersangkutan. Untuk media disolusi
digunakan 900 mL larutan dapar fosfat pH 5,8. Kemudian lakukan penetapan jumlah
parasetamol yang terlarut dengan mengukur serapan filtrat larutan uji dan larutan
baku pembanding parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang
gelombang maksimum 243 nm. Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari
80 % parasetamol dari jumlah yang tertera pada etiket.
 Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur
menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang
terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester,
yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas,
sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet yaitu sifat
fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul. Penambahan tekanan
pada waktu penabletan menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan kekerasan
tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke
dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali
dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak >15 menit.
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube, ditutup
dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air dengan
suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi
larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling
terakhir hancur. Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang
dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit,
sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam
medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa.
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-
masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut pengujian dilakukan
dengan memasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, masukkan
satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37º ± 2º sebagai
media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi.
Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat keranjang dan
amati semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet
tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16
dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
3.6 Wadah dan Kemasan Sediaan Tablet
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV bahwa wadah adalah sarana untuk  menyimpan
sediaan yang langsung atau tidak langsung berkontak dengan sediaan. Wadah langsung
mengalami kontak langsung dengan sediaan sepanjang waktu.
Berdasarkan pertimbangan tentang kondisi penutupan dalam Farmakope Indonesia
penyimpan obat, wadah dikelompokkan sebagai berikut :
1. Wadah tertutup baik
yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari zat padat dari luar dan dari hilangnya
obat pada kondisi pengangkutan, pengapalan. penyimpanan dan distribusi yang lazim
2. Wadah tertutup baik terlindung dari cahaya
3. Wadah tertutup rapat
yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari kontaminasi cairan—cairan, zat padat
atau uap dari luar, dari hilangnya obat tersebut, dan dari pengembangan, pencairan,
atau penguapan pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan, dan distribusi
yang lazim. Suatu wadah tertutup rapat ditutup kembali sehingga kemampuan yang
sama seperti sebelum dibuka
4. Wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya
Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan
dengan bahan kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya, seperti kotak
terlipat, karton dan sebagainya dinamakan sebagai bahan kemas sekunder. Untuk
menjamin stabilitas produk. harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan
kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik
berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder pada umumnya tidak
berpengaruh terhadap stabilitas. Jenis kemasan primer dalam sediaan steril terdapat
wadah gelas, wadah plastik, wadah metal, wadah karet.

Adapun syarat-syarat dari kemasan sediaan tablet adalah sebagai berikut :


- Tutup wadah merupakan bagian dari wadah
- Sifat-sifat kekedapan wadah
- Kedap lembap dan uap bagiamanapun kontruksi wadah
- Perubahan fisika atau kimia wadah pada perpanjangan kontak dengan tablet
- Ketercampuran antara komponen wadah dan tablet
- Komponen wadah hendaknya tidak berinteraksi secara fisika kimia dengan produk
tablet yang dapat mengubah kekuatan, mutu, atau kemurnian sediaan
- Plastik yang umum digunakan untuk mengemas tablet adalah polietilen, polipropilen,
plastic selulosa, polistiren, dan polivinil clorida. polipropilen, plastic selulosa,
polistiren, dan polivinil clorida.
- Diantara termoplastik yang tersedia polietilen adalah salah satu bahan yang paling
stabil terhadap panas.
- Tablet dilindungi dari kondisi lembap yang merusak dengan menggunkan adhesive
segel melekat, misalnya untuk tablet vitamin dan aspirin
- Semua kemasan obat terutama obat bebas hendaknya menggunakan tamper resistant-
package. Tamper-resistant-package adalah kemasan yang memiliki indicator atau
perintang untuk masuk jika rusak atau retak atau jika tidak ada memberikan bukti
pada konsumen untuk menduga kemasan telah diutak atik. Tamper-resistant-package
dapat mencakup sistem wadah tutup langsung, sistem wadah atau karton sekunder
atau kombinasi keduanya yang dimaksudkan untuk memberikan petunjuk visual
tentang keutuhan kemasan apabila ditangani dengan cara yang layak selama
pembuatan. Bentuk-bentuk kemasan berikut telah digunakan oleh pabrik sediaan
tablet sebagai Tamper-resistant-package, yaitu blister, strip, gelembungan, kantong
kertas aluminium, atau kantung plastic, segel botol, segel menyusut, atau pita
menyusut, dan bungkus film. Kemasan blister merupakan wadah yang paling luas
digunakan untuk  tablet dosis tunggal. Kemasan ini memberikan kenyamanan bagi
pengguna, tampilan yang menyenangkan dan indicator apabila kemasan telah diutak
atik.

Anda mungkin juga menyukai