PEMBAHASAN
Dalam pembuatan sediaan tablet steril harus sesuai dengan standar cara pembuatan
obat yang baik (CPOB) untuk sediaan steril. Adapun Prinsip dari CPOB adalah memperkecil
pencemaran mikroba, partikulat, dan pirogen. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Keberadaan ruang penyangga untuk personil dan /atau peralatan dan bahan
Pembuatan produk dan proses pengisian dilakukan pada ruangan terpisah
Kondisi “operasional dan non operasional” hendaklah ditetapkan untuk tiap ruang bersih.
Ada 2 macam dalam pembuatan sediaan steril
1. Aseptic processing: Pada pembuatannya, setiap proses dari awal persiapan hingga sudah
dikemas selalu dilakukan secara aseptik, sehingga hasil yang diperoleh steril
2. Terminal sterilization: pada pembuatannya tidak terlalu aseptik seperti aseptic processing,
tapi di akhir proses, dilakukan sterilisasi secara menyeluruh.
Berdasarkan CPOB, ruang sterilisasi diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, D dan
E, dimana setiap kelas memiliki persyaratan jumlah partikel, jumlah mikroba, tekanan,
kelembaban udara dan air change rate. Ruangan untuk proses produksi harus memenuhi
persyaratan tertentu, untuk memenuhi persyaratan tersebut harus digunakan HVAC
( Heating, Ventilating, and Air Conditioner ) yang mengontrol kondisi lingkungan produksi
seperti suhu, kelembaban relative (RH), tekanan udara, tingkat kebersihan (sesuai dengan
kelas yang dipersyaratkan).
1. Kelas A digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang beresiko tinggi seperti pengisian
produksi steril.
2. Kelas B digunakan untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis. Kelas ini adalah
lingkungan latar belakang untuk zona A
3. Kelas C merupakan koridor ruangan steril
4. Kelas D digunakan untuk pembuatan produk non steril seperti pembuatan tablet dan
pengemasan primer.
5. Kelas E jarang digunakan akan tetapi pada beberapa sumber mengatakan bahwa kelas E
disebut juga sebagai gudang.
1. Ruang produksi harus tetap terjaga kebersihan, dimana kegiatan pembersihan dilakukan
tiap pagi sebelum dimulai kegiatan produksi dan sore hari sesudah selesai kegiatan
produksi.
2. Temperatur dan kelembaban tiap ruangan produksi diatur sedemikan rupa menggunakan
Air Handling System (AHS) yaitu AC sentral
3. Peralatan yang digunakan harus dipastikan selalu dalam keadaan bersih sebelum dan
sesudah dilakukan kegiatan produksi.
4. Ruangan Produksi harus mendapat penerangan dan pertukaran udara yang cukup agar
kegiatan produksi berjalan lancar.
Dalam pembuatan tablet dilakukan dengan beberapa metode yaitu granulasi basah,
granulasi kering, kempa langsung.
1. Metode granulasi basah
Metode ini adalah metode yang paling sering digunakan dalam pembuatan tablet
Menimbang dan mencampur bahan-bahan, seperti bahan aktif, bahan pengisi dan
bahan penghancur yang dibutuhkan dalam formula.
1. Pembuatan granulasi basah, yakni dengan cara dibuat granula yang dapat
mengalir bebas dalam cetakan sehingga dapat terisi dengan tepat dan merata.
Hal ini dapat dilakukan dengan baik dengan menambahkan bahan cairan
pengikat atau perekat ke dalam campuran serbuk, melewatkan adonan yang
lembab melalui ayakan yang ukurannya seperti yang diinginkan, granul
dihasilkan melalui pengayakan ini dikeringkan, lalu diayak lagi dengan
ayakan yang ukurannya lebih kecil agar mengurangi ukuran granul demi
granul.
2. Pengayakan adonan lembab menjadi pellet atau granul, pada umunya ditekan
melalui ayakan no.6 atau no.8
3. Pengeringan granul, kebanyakan dikeringkan dalam cabinet pengering dengan
sistem sirkulasi udara dan pengendalian temperature
4. Penyaringan kering, setelah granul dikeringkan, granul dilewatkan melalui
ayakan dengan lubang lebih kecil dari pada yang biasa dipakai untuk
pengayakan granulasi asli. Seberapa jauh ukuran granul dihaluskan,
tergantung pada ukuran punch yang akan dipakai dan tablet yang akan
diproduksi.
5. Lubrikan atau pelinciran. setelah pengayakan kering, biasanya bahan pelincir
kering ditambahkan ke dalam granul. Sehingga setiap granul dilapisi oleh
bahan pelincir,selain itu dapat juga dilapisi debu ketika granul menyebar
melalui lubang kecil ayakan atau pencampuran dalam pengadukan serbuk.
Pelincir yang umum digunakan adalah talk,magnesium stearat.
6. Pencetakan tablet, tahap terakhir ini dilakukan dengan memasukkan granul ke
dalam ruang cetakan dan dikempa oleh kedua gerakan punch atas dan bawah.
Dalam metode ini, granul dibentuk oleh penambahan bahan pengikat atau
pelembapan ke dalam campuran serbuk obat, dengan cara memadatkan massa yang
jumlahnya besar dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan
pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih kecil. Adapun tahapan-tahapan
pembuatannya :
Metode ini dilakukan untuk sampel yang memilki sifat mudah mengalir dan sifat
kohesinya sehingga memungkinkan untuk dikempa langsung tanpa granulasi basah atau
kering, seperti KCl, KI, NH4Cl, dan matenamin. Adapun tahapan-tahapannya :
1. Penggilingan dari bahan obat dan bahan tambahan.
2. Pencampuran dari semua bahan.
3. Tablet dikempa
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan.
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil.
3. Fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik.
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan.
5. Waktu hancur dan lahu disolusi harus memenuhi persyaratan.
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan.
7. Terbebas dari kerusakan fisik.
8. Stabilitas fisik dan kimiawi cukup baik selama penyimpanan.
9. Zat aktif dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu.
10. Memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.
Prosedur ini dilakukan dalam IPC (In Process Control) pada pembuatan tablet.
IPC adalah pengujian yang dilakukan selama proses produksi dalam industri farmasi.
Pengujian yang dilakukan adalah : Keseragaman ukuran, Keseragaman bobot dan
keseragaman sediaan, Waktu hancur dan disolusi, kekerasan tablet, dan Keregasan
Tablet (Friability).
3.3 Komponen Sediaan Tablet
Komponen utama tablet adalah zat aktif, bahan pengikat, bahan penghancur, bahan
pengisi, dan bahan pelicin.
1. Zat aktif yang digunakan dalam pengobatan umumnya merupakan senyawa sintetis
kimia, selain itu dapat juga berasal dari hasil ekstraksi alam (tumbuhan dan hewan).
Idealnya zat aktif yag akan diformulasikan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
- kemurniannya tinggi
- stabil
- kompatibel dengan semua eksipien
- ukuran dan distribusi ukuran partikelnya baik
- sifat alir baik
- optimum moisture content
- kompresibilitas baik
- tidak mempunyai muatan pada permukaan
- mempunyai sifat organoleptis yang baik
2. Bahan pengikat adalah bahan yang merekatkan partikel serbuk satu dengan yang lain
sehingga membentuk granul yang spheris setelah dilewatkan melalui ayakan. Dengan
adanya pengikat diharapkan bentuk granul akan tetap terutama setelah pengeringan
sampai proses pencetakan. Contoh : PVP, Mucilago amyli, gelatin, HPC-SL
3. Bahan penghancur adalah bahan yang digunakan untuk tujuan agar tablet dapat segera
hancur bila kontak dengan air atau cairan lainnya. Contoh : Amylum kering, Eksplotab,
Ac-Di-Sol.
4. Bahan pengisi adalah bahan yang digunakan untuk mendapatkan ukuran tablet yang
sesuai dan mempermudah dalam proses pembuatan tablet. Biasanya jumlahnya paling
banyak dibandingkan bahan yang lain. Contoh : Laktosa, Starch 1500, Maistarke,
Avicel.
5. Bahan pelicin adalah bahan yang digunakan dalam proses pembuatan tablet untuk
tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Memperbaiki aliran granul agar didapat bobot tablet yang seragam. Contoh :
Talkum, Aerosil.
2. Mencegah lekatnya masa siap cetak pada punch atau die, dalam hal ini lubrikan
disebut antiadheren. Contoh : Mg stearat dan Talkum.
3. Mempermudah pengeluaran tablet secara utuh dari cetakannya, dalam hal ini
lubrikan disebut lubrikan sejati. Contoh : Mg stearat.
3.4 Cara Sterilisasi
Sterilisasi adalah menghilangkan semua bentuk kehidupan, baik dalam bentuk pathogen,
nonpatogen, vegetatif, nonvegetatif dari suatu objek atau material. Suatu bahan dinyatakan
steril apabila sama sekali bebas dari mikroorganisme hidup yang pathogen maupun yang
tidak,baik dalam bentuk vegetative maupun tidak vegetatif (spora).
Ada 3 alasan utama untuk melakukan sterilisasi.
1. Untuk mencegah transmisi penyakit
2. Untuk mencegah pembusukan material oleh mikroorganisme
3. Untuk mencegah kompetisi nutrient dalam media pertumbuhan sehingga
memungkinkan kultur organisme spesifik berbiak untuk keperluan sendiri (sepeti
produksi ragi) atau untuk metabolitnya (seperti untuk memproduksi minuman dan
antibiotika)
Adapun beberapa pertimbangan untuk melakukan sterilisasi, yaitu :