Anda di halaman 1dari 22

Laboratorium Teknologi

Program Studi S-1 Farmasi


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA

PERCOBAAN I
GRANULASI BASAH, EVALUASI GRANUL DAN EVALUASI TABLET

Nama : Shelin
NIM : SF19100
Kelompok/Kelas : VI/IVB
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 11 Juni 2021
Asisten Praktikum : Nurrahmi Arny, A. Md,. Farm
Dosen Pembimbing : apt. Dyera Forestryana, M.Si.

Nilai kerja : Nilai laporan :

Paraf : Paraf :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BORNEO LESTARI


PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
BANJARBARU
2021

GRANULASI BASAH, EVALUASI GRANUL DAN EVALUASI TABLET


I. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Membuat granul tablet menggunakan granulasi basah
b. Menentukan hasil evaluasi granul yang telah dibuat
c. Menentukan hasil evaluasi tablet
II. Dasar Teori
Macam-macam tablet antara lain (Kemenkes RI, 2014:57).
a. Tablet Kempa
Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau
granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran,
bentuk, dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan.
b. Tablet Cetak
Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan
tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan
kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung
pada kekuatan tekanan yang diberikan.
c. Tablet Triturat
Merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya silindris,
digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat.
d. Tablet Hipodermik
Tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut
sempurna dalam air, umumnya dulu digunakan untuk membuat sediaan injeksi
hipodermik.
e. Tablet Bukal
Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan
gusi.
f. Tablet Sublingual
Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah,
sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Tablet
nitrogliserin merupakan salah satu obat yang mudah diserap dengan cara ini.
g. Tablet Efervesen
Tablet efervesen yang larut, dibuat dengan cara dikempa. Selain zat aktif,
tablet efervesen juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan
natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon
dioksida. Tablet harus disimpan dalam wadah tertutup rapat atau dalam kemasan
tahan lembab, dan pada etiket tertera tablet tidak untuk langsung ditelan.
h. Tablet Kunyah
Tablet ini dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa
enak dalam rongga mulut. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk
anak, terutama multivitamin, antasida dan antabiotik tertentu. Tablet ini dibuat
dengan cara dikempa, pada umumnya menggunakan manitol, sorbitol atau
sukrosa sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi, serta mengandung bahan
pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa.
i. Tablet Lepas-Lambat
Tablet lepas-lambat atau tablet dengan efek diperpanjang. Tablet ini dibuat
sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu
setelah obat diberikan.
j. Tablet Hisap (Lozenges)
Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet
melarut atau hancur perlahan dalam mulut.
Metode granulasi basah merupakan yang terluas digunakan orang dalam
memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam
pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: Menimbang
dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan adonan
lembab menjadi granul, pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan
pelicin, pembuatan tablet dengan kompresi (Sulaiman, 2012).

Penimbangan dan pencampuran: Bahan aktif, pengisi, dan bahan penghancur


yang diperlukan dalam formula tablet ditimbang sesuai denganjumlah yang
dibutuhkan untuk membuat sejumlah tablet yang akan diproduksi dan dicampur,
diaduk baik, biasanya dengan menggunakan mesin pencampur serbuk atau
mikser (Siregar,2010).

Pembuatan granulasi basah. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan


cairan pengikat ke dalam campuran serbuk, melewatkan adonan yang lembab
melalui ayakan yang ukuran nya sesuai kebutuhan, granul yang dihasilkan melalui
pengayakan ini dikeringkan, lalu diayak kembali dengan ayakan yang ukurannya
lebih kecil supaya mengurangi ukuran granul berikut nya. Unsur pengikat dalam
tablet juga membantu merekatkan granul satu dengan lainnya, menjaga kesatuan
tablet setelah dikompresi. Bahan pengikat yang digunakan adalah 10-20% cairan
dari tepung jagung, 25-50% larutan glukosa, molase, macam-macam gom ala
(seperti akasia) derivat selulosa (metilselulosa, karboksimetilselulosa dan selulosa
mikrokristal), gelatin, dan povidon. Bila dinginkan warna dan rasa dapat ditambahkan
ke dalam bahan pengikat sehingga terjadi granulasi dengan warna dan rasa yang
diinginkan (Syamsuni, 2011).

Penyaringan kering. Setelah dikeringkan, granul dilewatkan melaluiayakan


dengan lubang lebih kecil daripada yang biasa dipakai untuk pengayakan granulasi
asli. Ukuran granul dihaluskan tergantung pada ukuran punch yang akandipakai dan
tablet yang akan diproduksi. Semakin kecil tablet yang akandiproduksi semakin halus
granul yang dipakai, biasa nya menggunakan ayakanukuran 12-20 (Anief, 2010).

Pelinciran atau lubrikasi. Jumlah pelincir yang dipakai pada pembuatantablet


mulai dari 0,1% berat granul sampai 5%. Manfaat pelincir dalam pembuatan tablet
kompresi; mempercepat aliran granul dalam corong kedalam rongga cetakan,
mencegah melekat nya granul pada punch dan cetakan, mengurangi gesekan antara
tablet dan dinding cetakan ketika tablet dilemparkan dari mesin dan memberikan rupa
yang bagus pada tablet yang sudah jadi (Anief, 2010).

Pencetakan tablet. Mesin tablet berputar (rotary) dengan kecepatan


tinggimempunyai banyak punch dan die (cetakan) dapat menyisihkan mesin tablet
tunggal, karena punch berputar secara terus menerus maka pencetakan tablet
berlangsung secara terus menerus pula. Mesin tablet tunggal biasanya berkapasitas
100 tablet per menit sedangkan mesin tablet rotary dengan 16 tempat (16 set punch
dan die) dapat memproduksi 1150 tablet per menit (Depkes RI. 2014).
Evaluasi granul, yaitu :
1. Uji kandungan lembab
Kandungan lembab ditentukan dengan cara ditimbang granul dan setelah
dikeringkan.
2. Uji Susut Pengeringan
Susut saat kering dinyatakan sebagai "Kehilangan pengeringan", yaitu
suatu pernyataan kelembaban berdasarkan berat basah,
3. Uji Sudut Istirahat
Granul zat aktif yang telah kering dipertimbangkan sebanyak 25 g
dimasukkan ke dalam corong yang lubang bawahnya ditutup. Kemudian
diratakan permukaannya. Pada bagian corong diberi atas. Tutup bawah corong
dibuka sehingga butiran dapat mengalir ke atas meja yang telah dilapisi kertas
grafik. Diukur tinggi dan jari-jari dasar timbun granul yang terbentuk.
4. Uji kandungan lembab
Kandungan lembab ditentukan dengan cara ditimbang granul dan
setelah dikeringkan.
5. Uji Susut Pengeringan
Susut saat kering dinyatakan sebagai "Kehilangan pengeringan", yaitu
suatu pernyataan kelembaban berdasarkan berat basah,
6. Uji Sudut Istirahat
Granul zat aktif yang telah kering dipertimbangkan sebanyak 25 g
dimasukkan ke dalam corong yang lubang bawahnya ditutup. Kemudian
diratakan permukaannya. Pada bagian corong diberi atas. Tutup bawah
corong dibuka sehingga butiran dapat mengalir ke atas meja yang telah
dilapisi kertas grafik. Diukur tinggi dan jari-jari dasar timbun granul yang
terbentuk.
7. Uji Kecepatan Alir
Pengujian dilakukan seperti pada pengujian sudut istirahat. Waktu alir
ditentukan menggunakan "stopwatch" dihitung pada saat granul mulai
mengalir hingga granul berhenti mengalir.
8. Penetapan Bobot Jenis Sejati
Pengujian Bj sejati dilakukan dengan cara ditimbang piknometer 50,0
mL yang kosong (a). kemudian piknomoter diisi dengan parafin cair dan
ditimbang kembali (b).
9. Uji Bj Nyata, Bj Mampat dan Porositas
Sebanyak 25 gram granul dimasukkan ke dalam gelas ukur 250 mL
dan dicatat volumenya (Vo). Kemudian dilakukan pengetukan dengan alat dan
dicatat volume ketukan ke-10, ke-50, danke-500. (Aisyah dkk, 2019).
III. PREFORMULASI ZAT AKTIF
Acetaminophen (Parasetamol)

Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat.
Rumus Struktur : C8H9NO2
Berat Molekul : 151,16
Pemerian : serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.
Kelarutan : larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N;
mudah larut dalam etanol.
Baku pembanding parasetamol BPFI : lakukan pengeringan di atas silica gel P
selama 18 jam sebelum digunakan.
Stabilitas kimia : Stabilitas kimia obat dalam air untuk sediaan oral dan
parenteral dengan pelarut air perlu diketahui. Untuk sediaan
oral-padat penting sekali mengelusidasi mekanisme
penguraian dan identitas hasil uraian. Reaksi penguraian yang
penting meliputi hidrolisis, oksidasi dan fotolisis.
Stabilitas Fisika : Ketidakstabilan fisika formulasi cairan meliputi
pembentukan endapan, transformasi polimorfisme, daya
kelarutan kurang, adsorpsi obat pada permukaan kontener,
pertumbuhan mikroba dan perubahan penampilan produk.
Aseptabilitas produk merupakan evaluasi subjektif, seperti
warna, bau,rasa dan kejernihan. Stabilitas warna bergantung
pada eksipien yang digunakan misal FD & C Blue memucat
dengan cepat akibat keberadaan gula (sorbitol, manitol,
dekstrose, sukrosa dan laktosa).

IV. PREFORMULASI EKSIPIEN


a. TALCUM ( Talk)( FI III Hal 591)
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada
kulit, bebas dari butiran; warna putih atau kelabu
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Identifikasi : Campur 500 mg dengan lebih kurang 200 mg natrium
karbonat anhdrat P dan 2 g kalium karbinat anhidarat
P, pindahkan ke dalam krus platina atau nikel, panaskan
hingga melebur sempurna, dinginkan. Pindahkan ke
dalam cawan dengan pertolongan lebih kurang 50
Suhu lebur : Lebih kurang 1480, jenis polimorfi, lebih kurang 1340
dan kurang 1390 ; campuran jenis polimorfi di atas 1340
sampai 1470
Kadar air : Tidak lebih dari 2%; penetapan dilakukan dengan
Cara I yang tertera pada Penetapan kadar air.
Sisa pemijaran : Tidak lebih dari 0,1 %.
Penetapan kadar : lakukan penetapan menurut cara, Nitirmetri, mulai dari
“dinginkan hingga suhu lebih kurang 150 ……”
menggunakan larutan yang dibuat sebagai berikut:
Timbang seksama 500 mg, tambahkan 5 ml asam
klorida P dan 50 ml air. 1 ml natrium nitrit 0,1 M setara
dengan 30,08 mg C15H24N2O2.HCL
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, terlindung daricahaya
Khasiat dan penggunaan : Anestetikum local
b. MAGNESII STAERAS (Magnesium stearat) ( FI III Hal 354)
Pemerian : Serbuk halus; putih; licin dan mudah melekat pada
kulit; bau lemah khas.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) P
dan dalam eter P.
Identifikasi : Panaskan 1 g dengan campuran 25 ml air dan 5 ml
asam klorida P, diinginkan; lapisan minyak memadat
pada suhu lebih kurang 500 dan lapisan air menunjukkan
reaksi Magnesium yang tertera pada Rekasi identifikasi
Timbal : Tidak lebih dari 20 bpj
Susut pengeringan : Tidak lebih dari 4.0%
Penetapan kadar : Timbang seksama 500 mg, pijarkan. Pada sisa
tambahkan 10 ml asam klorida (100% v/v) P, panaskan
di atas tangan air selama 10 menit tambahkan 50 ml air
dan 10 ml larutan dapar amonia P. Titrasi dengan
dinatrium edetat 0,05 M menggunakan indikator hitam
eriokrom campur P. 1 ml dinatrium edatat 0,05 m
setara dengan 2,015 MgO.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat dan penggunaan: Antasidum; zat tambahan.
c. AMILUM
Nama zat : Amylum, Starch
Pemerian : tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih berupa
granul-granul kecil berbentuk sterik atau oval dengan
ukuran dan bentuk yang berbeda untuk setiap varietas
tanaman.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan air
dingin. Amilum mengembang dalam air dengan
konsentrasi 5-10% pada 37C
Stabilitas : stabil tapi higroskopik
Inkompatibilitas : inkompatibilitas dengan zat pengoksidasi kuat.
Terbentuk senyawa inklusi berwarna bila direaksikan
dengan iodium
Ukuran partikel : 2-32 m untuk pati jagung
Bobot jenis : 1,478 g/cm3
Kegunaan : glidan, pengisi tablet dan kapsul, penghancur tablet
dan kapsul, pengikat tablet
d. Laktosa (FI III HAL.338)
Nama zat : laktosa
Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis
Identifikasi : A jika dipanaskan meleleh, mengembang, kemudian
terbakar, terjadi bau gula terbakar, sisa arang
mengunduk. B. pada 5 ml larutan jenuh tambahkan 5 ml
larutan natrium hidroksida encer, panaskan, terjadi
warna kuning kemudian merah kecoklatan. Dinginkan
tambahkan beberapa tetes larutan kalium tembaga (II)
tartrat, terbentuk emdapan merah tembaga (I) oksida.
Rotasi optik :+ 54,8 sampai +55,5, dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan penetapan dilakukan menggunakan
larutan 10% b/v dengan penambahan beberapa tetes
amonia encer.
Bau, kejernihan dan warna larutan : larutkan 3,0 g dalam 10 ml air
mendidih, larutan jernih, tidak
berwarna dan tidak berbau
Keasaman-kebasaan : pH larutan 10% b/v 4,0 sampai 6,5
Arsen : tidak lebih dari 1 bpj. Logam berat tidak lebih dari 5
bpj, pengujian dilakukan menggunakan 25 ml enceran
yang diperoleh sebagai berikut: larutkan 20 ml air,
tambahkan asam klorida 0,1 N, encerkan swngan air
secukupnya hingga 25 ml.
Tembaga : tidak lebih dari 3 bpj, pengujian dilakukan sebagai
berikut: latutkan dengan pemanasan 5,0 g dalam lebih
kurang 25 ml air tambahkan 2 g asam sitrat bebas
tembaga, dinginkan. Tambahkan 10 ml amonia encer,
encerkan dengan air secukupnya hingga 50 ml.
Tambahkan 1 ml larutan 100 mg bis-sikloheksanon
oksalidihidrazon dalam 20 ml etanol (50%) panas,
dinginkan. Warna biru larutan tidak lebih tua dari
warna larutan pembanding yang dikerjakan dengan
cara yang sama menggunakan 1,5 ml larutan tembaga
(II) sulfat encer.
Gula lain : tidak lebih dari 28%, pengujian dilakukan
menggunakan sisa yang diperoleh sebagai berikut:
kocok 5,0 g dengan 20 ml etanol (90%) elama 10
menit, saring. Uapkan 10 mg filtrat hingga kering,
keringkan pada suhu 105, timbang.
Khasiat dan penggunaan: zat tambahan

V. RASIONALISASI FORMULA
Parasetamol merupakan bahan dengan karakteristik kompaktibilitas kurang
baik dan sifat alirnya yang buruk. Untuk memperbaiki sifat alir dan
kompaktibilitas maka dalam pembuatan tablet digunakan metode granulasi
basah. Metode ini menggunakan pengikat dalam betuk mucilago untuk
meningkatkan kohesivitas agar kekeraannya semakin tinggi (Komariyatun,
2017).

VI. FORMULASI
Fase dalam :
Parasetamol 250 mg
Musilago Amili 5% 2%
Laktosa q.s
Amilum 10 %

Fase luar :
Amilum 5%
Talk 2%
Magnesium stearat 1%

VII. PERHITUNGAN
III. Za Komposisi Per tablet Untuk 100
t (mg) tablet
(gram)
Fase dalam :
Parasetamol 250 mg 250 25
Laktosa q.s 152,335 15,3
MA (5%) qs 153,335 15,2
Amilum 10 % 50 5

Fase luar :
Mg stearate 1% 5 1,5
Talk 2% 10 3
Amilum 5% 25 7,5

Perhitungan Formula
Bobot per tablet : 500
Jumlah tablet yang akan dicetak : 100 tablet

Perhitungan teoritis:
- Bobot fase dalam = 92% x 500 mg = 460 mg
- Jumlah masing-masing bahan:
Paracetamol = 250 mg x 100 = 25
Musilago amili (5%) (1/3 x 460 mg) = 153,33 mg x 100 = 15,2 g
Amilum kering (10% x 500 mg) = 50 mg x 100 = 5 g
Laktosa (460 mg – 250 mg – (5%x153,3 mg)-50 )= 152,335 mg x 100 = 15,3 g
Bobot Granul Teoritis = 60,5 g

Bobot granul diperoleh : 70,11 gram


Bobot granul teoritis : 60,5 gram
70,11
Jumlah zat aktif dalam granul : x 25=28,97 gram
60,5
28,97
Jumlah tablet nyata : x 100 tablet =115 tablet
25

Fase luar yang ditambahkan :


Mg stearat 1% = 1/92 x 70,11 g = 0,76 g
Talk 2% = 2/92 x 70,11 g = 1,53 g
Amilum kering 5% = 5/92 x 70,11 g = 3,81 g

Bobotper tablet yang 70,11g + 0,76 g + 1,53 g +


=
diperoleh 3,81 g
115
=0,662 gram/tab

VIII. PROSEDUR PERCOBAAN


a. Pembuatan musilagoamili
Prosedur kerja:
1. Timbang gelas piala (1) dan batang pengaduk, misal bobot : x gram.
2. Masukkan 30 mL air ke dalam gelas piala (1), panaskan hingga
mendidih (+- 80-90oC).
3. Dalam gelas piala (2) dibuat suspensi amilum; timbang sejumlah 2,5
gram, larutkan dalam 10 mL air dingin dan disuspensikan.
4. Setelah gelas (1) mencapai suhu 80-90oC, suspensi ditambahkan ke
dalam gelas (1) sambil diaduk perlahan-lahan.
5. Campuran diaduk terus hingga seluruh system berwarna bening.
6. Ke dalam campuran ditambahkan air panas hingga massa total (50+x)
gram.

b. Pembuatan granul
Prosedur kerja:
1. Bahan yang akan digunakan dihaluskan terlebih dahulu.
2. Parasetamol dan bahan-bahan pembantu ditimbang sesuai dengan yang
dibutuhkan..
3. Parasetamol, amilum kering, dan laktosa yang telah ditimbang
dicampurkan dalam turbula mixer selama 5 menit.
4. MA 5% ditambahkan ke dalam campuran Parasetamol, amilum kering,
dan laktosa yang telah homogen sedikit demi sedikit sampai terbentuk
massa lembab yang dapat diayak.
5. Massa lembab tersebut diayak dengan ayakan ukuran mesh 14.
6. Granul yang diperoleh lalu dikeringkan dalam lemari pengering (oven)
dengan temperatur 50 – 60OC.
7. Granul yang telah dikeringkan ditentukan kadar airnya dengan
menggunakan moisture analyzer.
8. Jika granul sudah memenuhi syarat kadar air (1-3 %) ayak kembali
granul yang sudah dikeringkan dengan ayakan ukuran mesh 16.
9. Campurkan granul dengan fasa luar yang telah ditimbang sebelumnya.
10. Cetak tablet dan
11. Lakukan evaluasi tablet parasetamol.

VIII. PROSEDUR EVALUASI


A. Evaluasi Granul
a. Kecepatan aliran granul
Prosedur :
Langsung : Timbang beaker glass kosong (Wo), setarakan skala ke nol,
Timbang 25 g granul tempatkan pada corong alat uji waktu
alir dalam keadaan tertutup. Buka penutupnya biarkan
granul mengalir , catat waktunya, gunakan
stopwatch.masukkan granul ke corong, hidupkan alat dan
amati granul, catat waktu aliran (T), timbang beaker glass
berisi granul (Wt), hitung aliran serbuk : (Wt-Wo) / T
Tidak langsung : Granul ditampung pada kertas grafik mili meter, catat
tinggi (h) dan diameter unggukan granul. Hitung α ( sudut
istirahat ) menggunakan persamaan berikut : Tg α : α : inv.
Tg α Persyaratan : lihat literature
b. Evaluasi bobot jenis
Sebanyak 100 gr (B) granul dimasukkan ke dalam gelas ukur 250 mL,
catat volumenya (V0). Selanjutnya dilakukan pengetukan dengan alat.
Volume pada ketukan ke 10, 50, dan 500 diukur.
B. Evaluasi Tablet
1. Keragaman bobot (FI IV hal. 999)
Cara Kerja :
(untuk tablet tidak bersalut) Diambil 30 tablet secara acak, ditimbang 10
tablet satu per satu dan dihitung bobot rata-ratanya. Penetapan kadar
dilakukan dengan pengambilan sampel sejumlah bobot rata-rata 10
tablet. Kadarnya ditentukan sesuai dengan metode yang terdapat dalam
masing-masing monografi. Penetapan dilakukan berulang, sehingga
diperoleh kadar rata-rata dari masing-masing pengulangan. Berdasarkan
hasil penetapan kadar, dihitung jumlah zat aktif dalam masing-masing
dari 10 tablet tersebut dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.
2. Keseragaman bobot
Cara kerja :
Diambil 20 tablet secara acak, ditimbang satu persatu lalu dihitung
bobot rata-rata dan penyimpangan terhadap bobot rata-rata.
3. Uji waktu hancur (FI IV <1251>, hal. 1086 – 1087)
Cara kerja :
Bejana berisi HCl 0,1 N, volume diatur pada kedudukan tertinggi ®
lempeng kasa tepat pada permukaan larutan dan pada kedudukan
terendah mulut tabung tetap diatas permukaan. Suhu pelarut 36-38°C ®
6 tabung dimasukkan satu-satu ke masing-masing tabung ®keranjang
dinaik-turunkan secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet hancur jika
tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa kecuali fragmen
bahan eksipien.
4. Organoleptik (Teori dan Praktek Farmasi Industri hlm. 650)
Prinsip : Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, bau dan rasa
Penafsiran hasil : Warna homogen, tidak ada binitk-bintik/noda, bau
sesuai spesifikasi (bau khas bahan, tidak ada bau yang tidak sesuai), rasa
sesuai spesifikasi
5. Keseragaman ukuran (FI III hal 6)
Cara kerja :
Diambil 20 tablet secara acak ® diukur tebal dan diameternya
menggunakan jangka sorong.
6. Friabilitas (Teori dan Praktek Farmasi Industri hlm. 654, USP & NF 27
hal 2621-2622)
Cara kerja:
diambil tablet sejumlah bobot 6,5 gram lalu dibersihkan permukaannya
dari debu yang menempel. Tablet yang akan dievaluasi ditimbang
dahulu lalau diuji menggunakan friabilator sebanyak 100 putaran.
Kemudian tablet dibersihkan kembali permukaannya dan ditimbang
bobot akhirnya.
10. Kekerasan (Teori dan Praktek Farmasi Industri hlm. 651)
Cara kerja : Diambil 20 tablet secara acak lalu diuji menggunakan
hardness tester.

IX. HASIL EVALUASI


A. EVALUASI GRANUL
1. Kecepatan Aliran Granul
No Wo, gram Wt, gram T, detik Laju aliran, gram/detik
= (Wt-Wo)/T
1 44 72,3 2,55 11,1
2 44 72,3 2,63 10,76
3 44 72,3 2,57 11
Rata-rata 32,86/3 = 10,95 g/s

2. BJ ruah/nyata :
Volum ruah = 120 mL
Bobot granul = 100 g
BJ ruah= B/V= 100/120 = 0,83 g/mL

Volum mampat (100 ketukan)


Bobot granul = 100 g
BJ mampat= B/Vt= 100/0,83= 120 g/mL

120−90
Kadar mampat = x 100 % = 25%
120

B. EVALUASI TABLET
1. Penampilan
Warna : Kuning Muda
Bau : Bau Lemah
Rasa : Jeruk
Bentuk : Padat
2. Keragaman bobot
NO Bobot Tablet (gram) No Bobot Tablet (gram)
1 0.24 11 0.24
2 0.24 12 0.24
3 0.24 13 0.24
4 0.24 14 0.24
5 0.24 15 0.24
6 0.24 16 0.24
7 0.24 17 0.24
8 0.24 18 0.24
9 0.24 19 0.24
10 0.24 20 0.24

3. Keseragaman Bobot
Penyimpangan Kolom A
Rata – rata 20 Tablet: 240 mg
Simpangan A : 240 mg x 7,5 % = 18 mg
Maka Simpangannya: 240 mg – 18 mg = 222
240 + 18 mg = 256
Berat Tablet yang baik adalah 222mg – 256 mg
Penyimpangan Kolom B
Rata – rata 20 tablet : 240 mg
Simpangan B : 240 mg x 15 % = 36 mg
Maka Simpangannya: 240 mg – 36 mg = 204 mg
240 + 36 mg = 276 mg
Berat Tablet yang baik adalah 204 mg – 276 mg
No Bobot (mg) Rentangan Bobot A Rentangan Bobot B Memenuhi/ Tidak
1 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
2 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
3 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
4 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
5 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
6 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
7 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
8 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
9 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
10 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
11 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
12 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
13 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
14 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
15 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
16 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
17 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
18 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
19 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi
20 240 222 – 256 204 – 276 Memenuhi

Persyaratan: Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari


bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak
boleh ada satu pun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari
harga pada kolom B.
Kolom A=5%, Kolom B=10%

4. Keseragaman ukuran
No Diameter (cm) Tebal (mm) 1.33 x tebal 3 x tebal Memenuhi Syarat/tidak
1 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
2 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
3 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
4 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
5 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
6 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
7 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
8 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
9 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
10 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
11 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
12 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
13 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
14 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
15 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
16 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
17 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
18 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
19 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat
20 1,3 0,1 0,133 0,3 Memenuhi Syarat

Persyaratan: Menurut FI III diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 1 1/3 tebal tablet.

5. Kekerasan tablet
No Kekerasan N No Kekerasan N
1 18 11 15
2 16 12 17
3 17 13 17
4 17 14 18
5 17 15 16
6 17 16 19
7 18 17 17
8 16 18 16
9 19 19 15
10 17 20 15
Rata – rata 16,85
SD ????

Syarat kekerasan tablet besar: 7-10 kg/cm2, tablet kecil: 4-6 kg/cm2

6. Friabilitas
Menggunakan 6 tablet dengan bobot total = 1,5 gram
Setelah diuji bobot = 1,5 gram
a−b
f= ×100 %
a
1,5−1,5
f= X 100 % = 1,5%
1,5
Tablet yang baik memiliki friabilitas kurang dari 1 %.

7. Waktu hancur
No Waktu Hancur
1 05.41
2 05.21
3 05.48
4 06.21
5 06.00
6 05.39

Persyaratan: Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak lebih


dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut.

X. PEMBAHASAN
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet pada praktikum kali
ini adalah metode granulasi basah karena parasetamol memiliki sifat tahan
pemanasan dan stabil terhadap lembab sehingga akan dihasilkan tablet
yang lebih baik dan dapat disimpan lebih lama dibanding dengan cara
granulasi kering.
Dalam prosesnya dilakukan evaluasi granul meliputi Kecepatan aliran
granul dan didapatkan hasil rata-rata untuk kecepatan aliran granul 10,95
g/s dan kadar pemampatan 25% sehingga aliran granul sulit mengalir atau
cenderung voluminous. Hal ini mungkin disebabkan pada hasil granul
yang kurang baik atau mungkin juga disebabkan kesalahan pada saat
proses pembuatan granul. Setelah dilakukan evaluasi granul kemudian
dilanjutkan dengan evaluasi tablet meliputi : Organoleptik tablet
memenuhi syarat yaitu warna homogen, tidak ada binitk-bintik/noda, bau
sesuai spesifikasi (bau khas bahan, tidak ada bau yang tidak sesuai), rasa
sesuai spesifikasi.
Keseragaman bobot didapatkan berdasarkan tablet yang diuji sebanyak
20 tablet yaitu dimana pada kolom A simpangannya adalah antara 222 –
256 dan kolom B simpangannya antara 204 – 276 dan semua tablet yang
diuji memenuhi persyaratan uji keseragaman bobot menurut Farmakope
Indonesia III yaitu tidak lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari rata-rata
yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak boleh ada satu pun tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata pada kolom B.
Uji waktu hancur didapatkan hasil waktu hancur rata-rata 6 tablet yang
diuji adalah 6.21 menit yang mana tablet memenuhi persyaratan uji waktu
hancur yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia V yaitu tidak lebih
dari 15 menit.
Uji Keseragaman ukuran dan uji Kekerasan Obat yang memenuhi
syarat serta uji Friabilitas dan didapatkan hasil fribilitas 1,5%. Tablet
yang baik memiliki friabilitas kurang dari 1 % sehingga tablet yang kami
uji memiliki friabilitas yang tidak baik.

XI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan kali ini dapat disimpulkan
bahwa :
1. Pada evaluasi granul didapatkan aliran granul yang sukar mengalir
disebabkan oleh hasil granul yang kurang baik atau mungkin juga
disebabkan kesalahan pada saat proses pembuatan granul.
2. Pada evaluasi tablet yang meliputi Organoleptis, Keragaman tablet,
Keseragaman bobot, Keseragaman Ukuran, Kekerasan tablet, Friabilitas
dan Uji waktu hancur yang memenuhi syarat seperti yang dicantumkan
dalam Farmakope Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah Fatmawaty, Michrun Nisa, Radhia Rezki, 2019. Teknologi Sediaan Farmasi.
Yogyakarta: CV Budi Utama.
Anief, Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta
Kementerian Kesehatan RI, 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Dirjen
Binfar dan Alkes.

Siregar, C. J. P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 145

Sulaiman, T. N. S. 2010. Teknologi Formulasi Sediaan Tablet. Laboratorium


Teknologi Farmasi UGM. Yogyakarta. Sulaiman, T. N. S. 2007.

Anda mungkin juga menyukai