Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


Judul:
Pencucian dan Sterilisasi Alat, Karet, Vial dan Botol Infus

Tanggal Percobaan : Rabu, 11 Maret 2015


Kelompok : B2-1
Anggota : 1. YAYAN IKA RACHMAWATI 122210101024
2. ELIVIA ROSA 122210101028
3. NANDA SURYANING ROHMA 122210101032
4. YASMIN 122210101034
5. MASULIATIN NASUCHA 122210101036.

Dosen Jaga : Dwi N., S.Farm., M.Sc., Apt.

LABORATORIUM FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN STERIL

PENCUCIAN DAN STERILISASI ALAT

A. TUJUAN PERCOBAAN

Melakukan sterilisasi alat dan bahan dengan pemanasan kering dan basah menggunakan
oven dan autoklaf

B. DASAR TEORI

Steril adalah kondisi yang memungkinkan terciptanya kebebasan penuh dari


mikroorganisme dengan keterbatasan (Lachman, 1986). Menurut Steril & Dosage Form,
steril adalah suatu kondisi absolute dan tidak pernah digunakan atau dianggap secara relatif
sebagai bahan atau hampir steril.

Terdapat beberapa metodesterilisasi menurut Pelczar dkk (2008), yakni sebagai


berikut:

1. Perlakuan Fisik
Untuk membunuh mikroorganisme atau jasad renik dapat digunakan beberapa
perlakuan fisik misalnya dengan pemanasan basah, pemanasan kering, radiasi, dan
lain-lain.
2. Pemanasan Basah
Beberapa cara pemanasan basah dapat membunuh mikroorganisme, karena panas
basah dapat menyebabkan denaturasi protein termasuk enzim-enzim dalam sel
mikroorganisme.
3. Pemanasan Kering
Pemanasan kering sering digunakan dalam sterilisasi alat-alat gelas dalam
laboratorium dimana digunakan oven suhu 160 -180 ° C selama 1,5 – 2 jam dengan
sistem udara statis.
4. Radiasi
Radiasi UV menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan mempunyai aktifitas
mutagenik pada sel-sel yang masih hidup.
5. Sterilisasi secara kimia
Sterilisasi gas merupakan cara untuk menghilangkan mikroorganisme atau uap yang
membunuh mikroorganisme dan sporanya. Cara ini sering disebut desinfgeksi atau
antiseptik. Bahan kimia ini menimbulkan pengaruh yqang lebih selektif
terhadapmikroorganisme dimana sterilisasi dengan gas berjalan lambat. Waktu
sterilisasi bergantung pada kebeadaan kontaminasi, kelembaban, temperatur, dan
konsentrasi dari gas etilenoksida.
6. Sterilisasi secara mekanik
Cara-cara penyaringan telah banyak digunakan untuk mensterilkan medium
laboratorium dan larutan-larutan yang dapat mengalami kerusakan jika dipanaskan.
Ukuran pori-pori penyaring 0,45 mikron. Mekanisme filtrasi bakteri adalah kompleks.
Filter dengan pori-pori lebih kecil menghilangkan bakteri tetapi beberapa filtrasi
sangat lambat.
7. Filter
Dibuat dari bahan asbes yang dijepit pada dasar wadah besi. Keuntungan dari filter ini
adalah lapisan filter yang dapat dibuang setelah digunakan dan masalah pembersih
hanya berkurang. Filter ini mampu menampung dari 70 ml hingga lebih dari 100 ml.
Kerugian pertama dalam filter ini adalah cenderung memberikan komponen
magnesium pada filtrat kedua permukaan saat lapisan filter membuat larutan tidak
cocok untuk injeksi.

Terdapat beberapa keuntungan dan kerugian dari masing-masing metode sterilisasi,


diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Sterilisasi panas kering :


Keuntungan
 Dapat digunakan untuk membunuh spora dan bentuk vegetatifnya dari semua
mikroorganisme (Lachman, 1986)
 Umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif disterilkan
dengan uap air panas (Ansel, 1989)
 Metode pilihan bila dibutuhkan wadah yang kering seperti pada zat kimia
kering atau larutan bukan air (Ansel,1989)

Kerugian

 Hanya digunakan untuk bahan-bahan yang tahan penguraian pada suhu kira-
kira di atas 140°C (Lachman, 1986)
 Diperlukan temperatur yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang
(Ansel,1989)
b) Sterilisasi panas basah
Keuntungan
 Adanya uap air dalam sel mikroba menyebabkan kerusakan pada temperatur
yang relatif rendahdaripada tidak ada kelembapan (Ansel, 1989)

Kerugian

 Tidak digunakan untuk mensterilkan minyak-minyal lemak, sediaan


berminyak, dan sediaan yang tidak dapat ditembus oleh uap air atau
pensterilan serbuk terbuka yang mungkin rusak oleh uap jenuh

C. PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN

Permasalahan: Penentuan metode sterilisasi alat yang tepat berdasarkan alat penyusun alat
yang disterilkan

Penyelesaian:
- Sterilisasi metode panas kering menggunakan oven suhu 180°C selama 30 menit
dilakukan pada alat-alat berbahan gelas, kaca, logam dimana bahan-bahan tersebut
tidak akan meleleh dan memuai karena adanya pemanasan. Contoh: kaca arloji,
erlenmeyer, beaker glass, pinset, dan sendok porselen.
- Sterilisasi metode panas basah menggunakan otoklaf suhu 110°C selama 30 menit
dilakukan pada alat-alat berbahan karet, kertas, atau alat-alat yang dapat meleleh,
memuai, dan gosong dengan pemanasan kering. Contoh: pipet tetes, corong, kertas
saring, spuit injeksi, gelas ukur, dan tutup karet.

D. PELAKSANAAN

1. Penyiapan Alat
a. Alat-alat yang digunakan

No Nama Alat Jumlah Ukuran Sterilisasi Waktu

1 Diameter 3 cm Oven 180o C 30 menit


1 Kaca Arloji
1 Diameter 7 cm Oven 180o C 30 menit

2 Pengaduk 1 Oven 180o C 30 menit

3 Pinset 1 Oven 180o C 30 menit

4 Beaker Glass 1 Oven 180o C 30 menit

5 Erlenmeyer 1 Oven 180o C 30 menit

6 Spatel 1 Oven 180o C 30 menit

7 Pipet Tetes 1 Autoklaf 121o C 15 menit

8 Gelas Ukur 1 Autoklaf 121o C 15 menit

b. Pencucian, Pengeringan, dan Pembungkuan alat


 Pencucian alat gelas

Cuci dengan air dan HCl encer

Rendam dengan larutan tepol 1% dan Na 22CO33 0,5% (sejumlah sama)

Didihkan selama 1 hari

Ulangi prosedur 2 dan 3 hingga larutan tetap jernih (maksimal 3 kali)

Bilas menggunakan aquadest ( 3 kali

 Pencucian karet

Rendam dalam HCl 2% selama 2 hari

Rendam dalam tepol 1% dan Na22CO33 0,5% (sejumlah sama)

Didihkan selama 1 hari

Ulangi prosedur 2 dan 3 hingga larutan tetap jernih (maksimal 3 kali)

Rendam dalam aquadest

Didihkan selama 30 menit

Rendam dengan etanol 70% dan air (sejumlah sama)

Bilas dan ulangi hingga larutan jernih

 Pencucian aluminium
Didihkan dalam tepol 1% selama 10 menit

Rendam dalam larutan Na22CO33 5% selama 5 menit

Bilas dengan air panas mengalir

Didihkan dengan air selama 15 menit

Bilas

Didihkan dengan aquadest selama 15 menit

Bilas dengan aquadest (3 kali)

 Pengeringan alat

Alat-alat dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 100-105 oo C selama 10 menit


(dalam keadaan terbalik)

Untuk menghindari debu selama pengeringan berlangsung, oven ditutup rapat atau alat
dibungkus menggunakan kertas yang tembus uap air

Setelah selesai alat dibungkus

 Pembungkusan alat

Tutup mulut beaker glass dan erlenmeyer menggunakan alumunium foil, tutup mulut
gelas ukur menggunakan kertas perkamen kemudian ikat dengan tali

Bungkus tiap alat dengan kantong rangkap dua

c. Sterilisasi Alat
1. Oven (180˚C)
1) Waktu pemanasan = 26 mnit
2) Waktu Kesetimbnangan = 0 menit
3) Waktu pembinasaan = 30 menit
4) Waktu tambahan jaminan sterilisasi = 0 menit
5) Waktu pendinginan = 15 menit
Total Waktu = 71 menit

Proses sterilisasi berlangsung mulai pukul 14.49 s/d 16.00 WIB

2. Otoklaf (115˚C)
1) Waktu pemanasan = 8 menit
2) Waktu pengeluaran gas = 9 menit
3) Waktu menaik = 2 menit
4) Waktu kesetimbangan = 0 menit
5) Waktu pembinasaan = 20 menit
6) Waktu tambahan jaminan sterilisasi = 0 menit
7) Waktu penurunan = 16 menit
8) Waktu pendinginan = 15 menit
Total Waktu = 70 menit

Proses sterilisasi berlangsung mulai pukul 14.55 s/d 16.05

d. Pemasangan label “Bersih dan Steril”

E.HASIL PENGAMATAN

3. Oven (180˚C)
6) Waktu pemanasan = 26 mnit
7) Waktu Kesetimbnangan = 0 menit
8) Waktu pembinasaan = 30 menit
9) Waktu tambahan jaminan sterilisasi = 0 menit
10) Waktu pendinginan = 15 menit
Total Waktu = 71 menit

Proses sterilisasi berlangsung mulai pukul 14.49 s/d 16.00 WIB

4. Otoklaf (115˚C)
9) Waktu pemanasan = 8 menit
10) Waktu pengeluaran gas = 9 menit
11) Waktu menaik = 2 menit
12) Waktu kesetimbangan = 0 menit
13) Waktu pembinasaan = 20 menit
14) Waktu tambahan jaminan sterilisasi = 0 menit
15) Waktu penurunan = 16 menit
16) Waktu pendinginan = 15 menit
Total Waktu = 70 menit

Proses sterilisasi berlangsung mulai pukul 14.55 s/d 16.05


F. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, kami melakukan sterilisasi dengan metode panas kering dan
panas basah. Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaaa
panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila panas digunakan bersama-
sama uap air maka disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi panas kering atau radiasi.
Pemilihan metode didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan, karena metode sterilisasi
yang umum digunakan secara rutin dilaboratorium ialah yang menggunakan panas
(Hadioetomo,1993).
Sterilisasi basah biasanya dilakukan didalam autoklaf (pada hakikatnya autoklaf adalah
presure cooker berukuran besar) atau sterilisation uap yang mudah diangkat (portable) dengan
menggunakan uap jenuh bertekanan pada suhu 121°C selama 15 menit. Karena naiknya titik
didih air menjadi 121°C itu disebabkan oleh tekanan 1 atmosfer (atm) pada ketinggian
permukaan laut, maka daur sterilisasi tersebut seringkali juga dinyatakan sebagai 1 atm
selama 15 menit. Namun perlu diingat bahwa pernyataan ini hanya berlaku pada tempat-
tempat yang tingginya sama dengan permukaan laut. Pada tempat-tempat yang lebih tinggi,
diperlukan tekanan yang lebih besar untuk mencapai satu suhu 121°C (Hadioetomo, 1993).
Panas basah sangat efektif meskipun pada suhu yang tidak begitu tinggi, karena ketika
uap air berkondensasi pada bahan-bahan yang akan disterilkan dilepaskan sebanyak 686
kalori pergram uap air pada suhu 121°C. Panas ini mendenaturasikan atau mengkoagulasikan
protein pada organisme hidup dan dengan dapat mematikannya. Sehingga, sterilisasi basah
dapat mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus oleh uap air dan tidak rusak bila
dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110°C dan 121°C (Hadioetomo, 1993).
Adapun keuntungan dari masing – masing metode sterilisasi, yaitu :

1. Sterilisasi Panas Kering

Keuntungan:

 Dapat digunakan untuk membunuh spora dan bentuk vegetatifnya dari semua
mikroorganisme (Lachman: 1263).
 Umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif disterilkan dengan
uap air panas (Ansel: 413).
 Metode pilihan bila dibutuhkan peralatan yang kering atau wadah yang kering seperti
pada zat kimia kering atau larutan bukan air (Ansel: 414).
Kerugian:

 Hanya digunakan untuk zat-zat yang tahan penguraian pada suhu diatas kira-kira
140oC (Lachman: 1263).
 Karena panas kering efektif membunuh mikroba dengan uap air panas, maka
diperlukan temperatur yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang (Ansel: 413).

2. Sterilisasi Uap Panas

Keuntungan :

 Adanya uap air dalam sel mikroba menimbulkan kerusakan pada temperatur yang
relatif rendah daripada tidak ada kelembaban (Ansel: 412).
 Metode ini digunakan untuk sediaan farmasi dan bahan-bahan yang dapat tahan
terhadap temperatur yang digunakan dan penembusan uap tetapi tidak timbul efek
yang tidak dikehendaki akibat uap air (Ansel : 413).
 Sel bakteri dengan kadar air besar umumnya lebih mudah dibunuh (Ansel : 413).
 Dipergunakan untuk larutan jumlah besar, alat-alat gelas, pembalut operasi dan
instrument (Ansel :413).
 Dapat membunuh semua bentuk mikroorganisme vegetatif (Scoville`s : 408).

Kerugian :

 Tidak digunakan untuk mensterilkan minyak-minyak lemak, sediaan berminyak dan


sediaan yang tidak dapat ditembus oleh uap air atau pensterilan serbuk terbuka yang
mungkin rusak oleh uap jenuh (Ansel : 413).
 Spora-spora yang kadar airnya rendah, sukar dihancurkan (Ansel : 413).

Pada praktikum, alat alat yang dimasukkan dalam masing – masing metode aalah sebagai
berikut:

 Metode sterilisasi panas kering : kaca arloji, pengaduk, botol serbuk, beaker glass dan
Erlenmeyer
 Metode sterilisasi panas basah : pipet tetes, karet pipet tetes dan gelas ukur.

Pada praktikum kali ini, kami melakukan proses pencucian alat terlebih dahulu.
Pencucian alat ini termasuk pencucian alat gelas, aluminium dan karet. Pencucian alat gelas
berupa wadah balsem, sedangkan pencucian alat aluminium yaitu berupa tutup dari balsam
tersebut yang berbahan dasar aluminium serta pencucian untuk karet yaitu karet dari pipet
tetes. Tujuan dari sterilisasi ini yaitu untuk menghilangkan, mematikan atau menghancurkan
mikroorganisme hidup baik patogen maupun tidak, bahkan dalam bentuk vegetatif (spora)
dari suatu objek yang akan kami gunakan untuk praktikum sterilisasi sediaan farmasi
berikutnya.
Untuk proses sterilisasi yang kami bahas pertama yaitu pencucian alat gelas. Sebelum
disterilisasikan, alat gelas ini dicuci dengan menggunakan air. Setelah pencucian dengan air
dicuci lagi menggunakan HCl encer. Setelah itu di rendam dalam larutan tepol 1% dan
Na2CO3 0,5% (aa) dididihkan selama 15 menit. Diulangi prosedur ini 10 menit. Setelah
selesai dibilas menggunakan aquadest tiga kali.
Proses yang kedua yakni pencucian aluminium. Prosedurnya yaitu tutup balsem yang
terbuat dari aluminium ini dididihkan dalam tepol 1% selama 10 menit. Direndam dalam
larutan Na2CO3 5% selama 5 menit, pada 5 menit terakhir dididihkan lagi dengan aquadest 15
menit.
Proses selanjutnya yaitu pencucian karet. Prosedur yang kami lakukan yaitu
merendam dalam HCl 2% selama 10 menit. Merendamnya dalam larutan tepol 1% dan
Na2CO3 0,5% (aa) dan dididihkan selama 15 menit. Prosedur ini diulangi sampai larutan
jernih (maksimal pengulangan 3 kali). Direndam menggunakan etanol 70% dan air (aa),
dibilas dan diulangi sampai larutan jernih.
Fungsi bahan-bahan yang digunakan:

1. HCl encer: untuk melarutkan endapan kotoran pada dinding gelas seperti kotoran
garam bukan kotoran lemak, protein dan karbohidrat. HCl encer tidak digunakan pada
pencucian aluminium karena bersifat asam sehingga dapat merusak logam aluminium
dan menyebabkan korosif.
2. Tepol 1%: bersifat sebagai detergen yang bebas asam stearat. Merupakan surfaktan
yang mempunyai gugus lipofil dan gugus hidrofil. Gugus lipofil akan mengikat lemak
sedangkan gugus hidrofil akan tertarik oleh aqaudest pada proses pencucian.
3. Na2CO3: Membersihkan kotoran lemak. Berfungsi sebagai detergen dan buffer pada
pH diatas 8,4.
4. Campuran etanol:air (1:1): bersifat semipolar sehingga bisa melarutkan kotoran-
kotoran yang bersifat lipofil dan hidrofil sehingga mudah terbawa ketika dibilas.

Untuk alat-alat seperti gelas ukur dan pipet tetes tanpa karet setelah dibersihkan
menggunakan aquadest ditunggu sampai kering. Selagi menunggu alat tersebut kering, kami
membuat bungkus dari perkamen, masing-masing alat mendapatkan dua bungkus. Setelah alat
kering maka dilakukan proses pembungkusan untuk pipet tanpa karet dan gelas ukur
kemudian dimasukkan ke autoklaf. Selain kedua alat tersebut, karet dari pipet tetes juga
disterilisasi menggunakan autoklaf dengan pembungkusan menggunakan kertas perkamen
rangkap dua. Hal ini dimaksudkan supaya menghindari kontaminasi dari ruangan kelas 3 ke
ruangan kelas 2. Pencucian alat dilakukan di ruangan kelas 3 sedangkan proses formulasi
dilakukan di ruangan kelas 2. Sehingga saat dibawa ke ruangan kelas 2, bungkus terluar diluar
dilepas lalu disemprot dengan menggunakan alkohol. Sedangkan bungkus terakhir dilepas
ketika akan dilakukan formulasi. Setelah bungkusnya dilepas tidak perlu disemprot dengan
alkohol karena dapat menyebabkan kontaminasi pada formula yang dibuat ( sediaan
mengandung alkohol).
Pada CPOB, ruangan industri farmasi diklasifikasikan menjadi 4, yaitu ruang kelas 1,
2, 3 dan kelas 4. Kelas 1 atau disebut white area berarti bahwa jumlah partikel (non pathogen)
dengan diameter lebih dari 0,5 µm maksimal berjumlah 100/ft 3. Kelas ini berada di bawah
aliran udara laminar dan memiliki efisiensi saringan udara akhir sebesar 99,995 %. Kelas 2
atau yang disebut clean area, jumlah partikel maksimal 10.000/ft3. Kelas ini merupakan
ruangan steril dan memiliki efisiensi saringan udara akhir sebesar 99,995%. Kelas 3 atau grey
area, jumlah partikel maksimal berjumlah 100.000/ft3. Ruangan ini merupakan ruangan
bersih dan memiliki efisiensi saringan udara sebesar 99,95%. Yang terakhir yaitu kelas 4 atau
yang disebut dengan black area. Pada ruangan kelas ini, jumlah partikel non pathogen
berjumlah lebih besar dari 100.000/ft3 dengan ventilasi udara yang memadai.
Proses sterilisasi dengan menggunakan autoklaf dinamankan proses sterilisasi panas
basah. Suhu autoklaf yang diinginkan adalah 115°C. Dalam sterilisasi menggunakan autoklaf
ini terdapat delapan suhu sterilisasi yang harus ditempuh. Yaitu:
1. Waktu pemanasan, merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu yang
diinginkan.
2. Waktu pengeluaran udara, merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan
udara dalam autoklaf agar suhunya dapat ditingkatkan.
3. Waktu menaik, merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi.
4. Waktu kesetimbangan, merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu yang
sama antara di dalam alat dengan di luar alat.
5. Waktu pembinasaan, merupakan waktu yang dibutuhkan untuk membunuh seluruh
mikroba.
6. Waktu tambahan jaminan sterilisasi, merupakan waktu yang ditambahkan untuk
mengantisipasi adanya ketidaksesuaian waktu kesetimbangan. Jumlahnya adalah
setengah dari waktu kesetimbangan.
7. Waktu penurunan merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan suhu dan
tekanan di dalam autoklaf.
8. Waktu pendinginan, merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mendinginkan alat.
Waktu sterilisasi yang diperlukan untuk autoklaf yaitu untuk waktu pemanasan 8
menit dengan suhu 100°C. Waktu pengeluaran udara 9 menit, waktu menaik 2 menit untuk
mencapai 115°C, waktu kesetimbangan 0 menit, waktu pembinasaan 20 menit, waktu
penurunan 16 menit, waktu pendinginan 15 menit. Total waktu sterilisasi yang diperlukan
adalah 70 menit, mulai pukul 14.55-16.05 WIB.
Untuk alat-alat gelas dan aluminium seperti balsem beserta tutup balsem, erlenmeyer,
beaker glass, batang pengaduk dan kaca arloji setelah dibungkus rangkap dua dengan
menggunakan aluminium foil kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 180°C.
Penggunaan aluminium foil dalam pemanasan ini yaitu dikarenakan aluminium foil dapat
menyerap panas. Penggunaan oven disini menunjukkan sterilisasi dengan menggunakan
metode panas kering. Pada metode panas kering ini juga terdapat waktu sterilisasi, yaitu
waktu pemanasan 26 menit, waktu kesetimbangan 0 menit, waktu pembinasaan 30 menit,
waktu jaminan sterilisasi 0 menit, dan waktu pendinginan 25 menit. Sehingga total waktu
sterilisasi adalah 51 menit dari pukul 14.49 sampai pukul 16.00 WIB.
Setelah semuanya selesai (alat dari autoklaf maupun dari oven) disterilisasi, alat-alat
yang masih dibungkus tersebut dimasukkan ke dalam wadah yang tertutup untuk digunakan
dalam proses pembuatan sediaan steril pada praktikum berikutnya.
G. KESIMPULAN

1. Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaaa panas,
penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi).
2. Pada praktikum, alat alat yang dimasukkan dalam masing – masing metode aalah
sebagai berikut:
a. Metode sterilisasi panas kering : kaca arloji, pengaduk, botol serbuk, beaker
glass dan Erlenmeyer.
b. Metode sterilisasi panas basah : pipet tetes, karet pipet tetes dan gelas ukur.
3. Fungsi bahan-bahan yang digunakan:
a. HCl encer: untuk melarutkan endapan kotoran pada dinding gelas seperti
kotoran garam bukan kotoran lemak, protein dan karbohidrat. HCl encer tidak
digunakan pada pencucian aluminium karena bersifat asam sehingga dapat
merusak logam aluminium dan menyebabkan korosif.
b. Tepol 1%: bersifat sebagai detergen yang bebas asam stearat. Merupakan
surfaktan yang mempunyai gugus lipofil dan gugus hidrofil. Gugus lipofil akan
mengikat lemak sedangkan gugus hidrofil akan tertarik oleh aqaudest pada
proses pencucian.
c. Na2CO3: Membersihkan kotoran lemak. Berfungsi sebagai detergen dan buffer
pada pH diatas 8,4.
d. Campuran etanol:air (1:1): bersifat semipolar sehingga bisa melarutkan
kotoran-kotoran yang bersifat lipofil dan hidrofil sehingga mudah terbawa
ketika dibilas.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. Jakarta: UI- Press.

Hadioetomo. Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: P.T. Gramedia
Pustaka Utama

Jenkins, G.L. 1969. Scoville's:The Art of Compounding. USA: Burgess Publishing Co.

Lachman, L, et all. 1986. Teori dan Praktek Industri Farmasi Third Edition. Philadelphia:
Lea and Febriger.

Pelczar, M. J dan Chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press

Turco, S. 1979. Sterile Dosage Form. Philadelphia: Lea and Febiger.

Anda mungkin juga menyukai