Anda di halaman 1dari 29

Cara Pembuatan Tablet dengan

Metode Granulasi Basah


Aliq Fuadah (1041811008)
Annisya Berlianti Dhania (1041811013)
Tujuan praktikum:
Mampu memahami proses pembuatan tablet
dengan metode granulasi, evaluasi granul
dalam pembuatan tablet
Dasar teori
Granulasi adalah suatu proses suatu pembesaran ukuran ketika partikel-
partikel kecil dibentuk menjadi gumpalan (aglomerat) yang lebih besar,
kuat secara fisik, sedangkan partikel-partikel orisinil masih dapat
diidentifikasi. Ada tiga metode pembuatan granul yaitu granulasi basah,
granulasi kering, dan kempa langsung.
(Charles,siregar,2009;hal 223)

Tujuan utama granulasi adalah memperbaiki sifat alir serbuk halus dengan
cara mengaglomerasi partikel-partikel kecil dari serbuk halus yang
digunakan dalam suatu formulasi tablet, aglomerat masih perlu dihaluskan
menjadi granul yang dapat diproses menjadi tablet jadi.
(Charles,siregar,2009;hal 224)
 Sifat granul:
1. Tidak terlalu keras dan tidak terlalu rapuh
2. Cukup padat, tapi juga cukup untuk
mempercepat waktu hancur tablet
3. Granul memberikan sifat kohesi yang baik
terhadap tablet
4. Granul tidak rusak selama pencetakan
5. Bentuk granul mendekati bundar
(Charles, Siregar, 1994)
Granulasi basah
Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau campuran serbuk
daam suatu wadah yang akan menghasilkan aglomerasi atau granul. (Charles,siregar;2008 hal
193)
Keuntungan :
1. Sifat alir lebih baik
2. Karakteristik pengempaan diperbaiki
3. Mencegah perusakan komponen campuran selama proses pembuatan tablet

Keburukan granulasi basah:


4. Tidak cocok untuk zat aktif yang sensitive terhadap panas dan lembab
5. Biaya cukup tinggi
6. Tidak menyatunya zat aktif
(siregar,C.1992)
Langkah – langkah granulasi basah
1. Timbang dan campur bahan obat maupun eksipien
2. Lakukan poses pembuatan granulasi basah dengan cara campuran tadi
dibasahi dengan larutan pengikat bila perlu ditambah pewarna
3. Lakukan pengayakan adonan lembab menjadi granul
4. Lakukan pegeringan granul dalam lemari pengering pada suhu 40°-50°C
(tidak lebih dari 60°C)
5. Setelah kering lakukan pengayakan kering untuk meperoleh granul
dengan ukuran yang sesuai
6. Lakukan pencampuran bahan pelicin dan sisa bahan penghancur
7. Granul yang telah terbentuk dikempa dengan alat menjadi tablet
(Agustina,emmy;2013 hal 239)
Evaluasi
granul
Untuk
   mendesain tablet atau granul serta memantau kualitas produk obat, maka perlu dilakukan evaluasi, sifat-
sifat granular mempengaruhi pencetakan dan kualitas tablet oleh karena itu diperlukan evaluasi meliputi:
1. KANDUNGAN LEMBAB (MC)
Pengeringan zat padat atau mengurai kandungan air dalam zat padat. Kelembapan dalam zat padat dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah /berat kering

%MC=
Persyaratan MC granul : 2-4%
(Lachman, 1994)
2. BOBOT JENIS
 Bobot jenis sejati dilakukan menggunakna piknometer

 Bobot jenis nyata


Dengan menimbang bobot granul yang dimasukkan ke dalam gelas ukur.

W = bobot granul setelah ditimbang


V = volume granul
  Bobot jenis mampat
Dengan menimbang bobot granul yang akan dievaluasi lalu dimasukkan ke
gelas ukur dan lihat volume granul setelah 500 kali ketuk.

Vn = volume setelah pemampatan


3.  SIFAT ALIR

 Kecepatan alir
Yaitu waktu yang diperlukan granul untuk dapat melewati
corong tertentu. Dikatakan baik bila 100 gram granul memiliki
waktu ≤ 10 detik untuk mengalir.
 Sudut diam
Menggunakan corong yang diletakkan pada statif yang
diletakkan pada statif yang diletakkan pada ketinggian tertentu.
Granul dialirkan melalui corong dan ditampung pada bagian
bawah. Hitung yang tertampung diukur tinggi (h) dan
diameternya (d)
4.
  KOMPRESIBILITAS

Bertujuan untuk menjamin aliran granul yang baik.


Kompresibilitas dapat dihitung dari kerapatan granul.
Kerapatan granul adalah ukuran yang digunakan untuk
menyatakan segumpalan partikel atau granul. Dari kerapatan
bulk diperoleh % kompresibilitas.

Ket :
sebelum pengetapan
u = setelah pengetapan
5)
 Uji
  Pengetapan
%T=
ket:
Vo :volume sebelum pemampatan
V500 : volume setelah pemampatan 500kali

6) POROSITAS
Ukuran partikel yang isodiametris dengana berbentuk bulat atau shperis
Bahan dan alat

Bahan: Alat:
 Acetaminophen 500 mg  Baskom
 Saccharum lactis  Alu
 PVP (etanol)  Gelas ukur
 Sodium strach glycolat  Beakerglass
 Methylparaben  Pengayak
 Mg stearat  Almari pengering
 Talkum  Loyang
 Corigens coloris
Formula
R/ Acetaminophen 500 mg Zat Aktif
Corrigen Coloris q.s Pewarna
PVP (4,25%) Pengikat
Sodium Starch Glycolat (6,75%) Penghancur
Nipagin q.s Pengawet
Talkum 1% Pelican (Glidan)
Mg. Stearat 1% Pelican (Lubrikan)
SL Ad 100% Pengisi
Tabel perhitungan bahan
Berat
   tab = 650 mg

Jumlah tab = 200 tab


Tablet = 650mg x 200tb= 130000 mg=130 g
Paracetamol = 500 mg x 200tb =100000mg=100 g
Fase dalam: 100 % - 2% = 98 %

= 127,4 g
 Fase dalam :
1) Acetaminophenum = = 100 g
2) PVP (4,25%) =
3) SSG (6,75%) =
4) SL = 127,4 g – 100 g – 8,775 g- 5,525 g = 13,1 g
 Fase Luar :
1) Talkum =
2) Mg. Stearat =
Paracetamol

Acetaminophen
Pemerian : Serbuk hablur,
putih; tidak berbau; rasa
sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air
mendidih dan dalam
natrium hidroksida I N;
mudah larut dalam etanol.
Mg stearat

Magnesium Stearate
Pemerian : Serbuk halus,
putih dan voluminus; bau
lemah khas; mudah melekat
di kulit; bebas dari butiran.
Kelarutan : Tidak larut
dalam air, dalam etanol, dan
dalam eter.
talk

Talc
Bubuk kristal yang sangat
halus, putih hingga keabu-
abuan, tidak berbau, tidak
bisa ditembus, tidak
mengandung karat. Ini
mudah menempel pada
kulit dan lembut saat
disentuh dan bebas dari
Methylparaben

Methylparaben
(nipagin)
Berwujud kristal
tidak berwarna atau
bubuk kristal putih.
Tidak berbau atau
hampir tidak
berbau dan
memiliki rasa
sedikit terbakar.
Sodium starch
glycolat

SSG
Bubuk berwarna putih hingga
putih , tidak berbau, tidak
berasa, bebas mengalir.
Menurut Pharmacope Eropa
2005 , terdiri dari butiran oval
atau bola, diameter 30-100
μm, dengan beberapa butiran
kurang bulat mulai dari
diameter 10-35 μm.
Tablet

Tablet adalah sediaan padat mengandun


bahan obat dengn atau tanpa bahan
pengisi. (FI ed V,2014)
Evaluasi Tablet

1. Keseragaman bobot
Caranya: timbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet
Jika ditimbang satu persatu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata tabel A dan tidak boleh
1 tablet menyimpang dari bobot rata-rata tabel B (Lauckman 310)
Menurut FI edisi V
keragaman zat aktif
 lakukan penetapan kadar zat aktif pada contoh yang mewakili menggunakan
metode analisis yang sesuai. Nilai ini disebut hasil A, dinyatakan dalam persen
dari jumlah yang tertera pada etiket (seperti tertera pada perhitungan nilai
penerimaan) dengan asumsi kadar (bobot zat aktif per bobot satuan sediaan)
homogen. Ambil tidak kurang dari 30 satuan sediaan dan lakukan seperti
berikut untuk bentuk sediaan yang dimaskud.
 TABLET TIDAK BERSALUT ATAU BERSELAPUT timbang seksama 10 Tablet 1
per 1 kali jumlah zat aktif dalam setiap tablet yang dihitung dalam
persentase dari jumlah yang tertera pada etiket dari hasil penetapan kadar
masing-masing tablet hitung nilai penerimaan
2. w.hancur
Cara : Masukkan masing-masing 1 tablet ke dalam tabng dari alat uji waktu hancur -> masukkan 1
cakram pada tiap tabung 7 jalankan alat -> gunakan air sebagai media dengan suhu 37 derajat.
Semua tablet harus hancur sempurnna-> bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi Ulangi
pengujian dengan 12 tablet lainnya tidak kurang dari 16 dari 18 tablet yang diuji harus sempurna.
Persyaratan kecuali dinyatakan lain semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menit untuk tablet
tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk Tablet Salut selaput
3.Kekerasan
Alat : Hardness tester
Persyaratan ukuran yang didapat per tablet minimal 4 Kg/cm2 maksimal 10 kg/cm
Caranya ambil 20 tablet ukuran kekerasan menggunakan alat hardness tester hitung rata-rata dan
standar deviation atau SD
4.Keseragaman ukuran
Alat : jangka sorong
caranya menggunakan 20 tablet ukuran diameter dan ketebalannya menggunakan jangka sorong
hitunglah rata-rata dan efeknya
persyaratan menurut Fi edisi 3 kecuali dinyatakan lain tidak lebih dari 3 kali diameter tablet dan
tidak kurang dari 4 sampai 3 kali tebal tablet
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2014. Farmakope Indonesia edisi V.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri.
Edisi Ketiga. Vol II. Jakarta: UI Press
Saptaning, Agustina R.,et al 2013. Ilmu Resep untuk Farmasi Vol 2. Jakarta: EGC
Siregar, Charles J.P. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar
Praktis. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai