Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAAN STERIL

PERCOBAAN 5
INFUS

Disusun oleh Kelompok 3

Kelas 2A
Program Studi D III Farmasi
STIKes Muhammadiyah Ciamis
Jl. K.H Ahmad Dahlan No. 20 Ciamis, Jawa Barat Tlp. 0265-77305
2020
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Dapat merancang preformulasi dan formulasi injeksi volume besar (cairan
infus)
2. Dapat menghitung tonisitas injeksi volume besar (cairan infus)
3. Dapat membuat dan melakukan evaluasi mutu injeksi volume besar (cairan
infus)

II. DASAR TEORI


Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100 ml yang
diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang
cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman
dan dikeluarkan dalam jumlah yang relatif sama, rasionya dalam tubuh adalah
air 57%, lemak 20,8%, protein 17,0% serta mineral dan glikogen 6%. Ketika
terjadi gangguan hemostatif, maka tubuh harus segera mendapatkan terapi
untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit larutan untuk infus
intervenous harus jernih dan praktis bebas partikel. (Lukas, Syamsuni,H.A,
2006).
Menurut farmakope Indonesia Edisi III halaman 12, infus intravenous
adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat
mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikan langsung ke dalam vena,
dengan volume relatife banyak. Kecuali dinyatakan lain, infus intravenous
tidak diperbolehkan mengandung bakteriasida dan zat dapar. Larutan untuk
infus intervenous harus jernih dan praktis bebas partikel.
Invus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian
sejumlah cairan kedalam tubuh, melalui sebuah jarum, kedalam pembuluh
vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat
makanan dari tubuh. Tujuan dari sediaan infus adalah memberikan atau
menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein,
lemak, dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui
oral, memperbaiki keseimbangan asam-basa, memperbaiki volume
komponen-komponen darah, memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-
obatan kedalam tubuh, memonitor tekanan vena sentral (cvp), memberikan
nutrisi pada saat sistem pencernaan mengalami gangguan (Perry &
Potter,2005).
Terapi intravena (IV) adalah menempatkan cairan steril melalui jarum,
langsung kevena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit
(natrium, kalsium, kalium), nutrient (biasanya glukosa), vitamin atau obat
(Brunner & Sudarth, 2002). Terapi intravena adalah pemberian sejumlah
cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam (pembuluh balik)
untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Terapi intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan ketka pasien
tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan
garam yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau
glukosa yang diperlukan untuk metabolisme dan memberikan medikasi (Perry
& Potter.,2005).
Tipe-Tipe Dari Sediaan Infus
1. Cairan hipotonik, osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum
(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut
dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik”
dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas rendah keosmolaritas tinggi), sampai akhirnya
mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami”
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialysis) dalam terapi diuretik,
juga pada pasien hipeglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah
perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,
menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial
(dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah Nacl 45% Dekstrosa
2,5%
2. Cairan isotonik, osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati
serum (bagian cair daroi komponen darah), sehingga terus berada di
osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair
dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan
tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya
overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan
normalsaline/lartan garam fisiologis (NaCl 0,9%)
3. Cairan hipertonik, osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,
sehingga “menarik” cairan darii ekektrolit dari jaringan dan sel ke dalam
pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan
produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya
kontradiktif dengan cairan Hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45%
hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose %5 + NaCl 0,9%
produk darah (darah) dan albumin. ( perry&Potter.,2005).
Formulasi
Nama bahan Jumlah Kegunaan
Ammonium klorida 0,5 % Zat aktif
Na EDTA 0,2% Zat pengkelat
Dextrosa 1,58% Pengisotonis
Aqua steril Ad 100% Pembawa

Penimbangan
No. Nama Bahan Jumlah yang ditimbang

1. Ammonium klorida 2,75

2. Dextrosa 1,2

3. Na EDTA 9,48

4. Aqua steril Add 600 ml

Monografi Zat/Bahan
a. Amonium Klorida (RM : NH4Cl ; BM : 53,49) [HOPE 6th, p : 42-43]
Pemerian : Tidak berwarna, tidak berbau, kristal atau massa
kristal, berwarna putih, bubuk granul, rasa asin,
bersifat higroskopis dan memiliki kecenderungan
untuk cacking.
Kelarutan : Larut dalam air, asam klorida dan natrium klorida
juga larut dalam gliserin, sedikit larut dalam
metanol, etanol. Hampir tidak larut dalam aseton,
eter, dan etil asetat.
Stabilitas : Pada suhu 338°C terurai seluruhnya membentuk
amonia dan asam klorida.
pH : Antara 4,6 dan 6,0 (FI IV, hal. 94-95)
Penyimpanan : Penyimpanan pada wadah yang tertutup rapat,
sejuk dan kering.

b. Na EDTA (RM : C10H12N2Na4O8 ; BM : 380.20) [HOPE 6th ; p : 247-249]


Pemerian : Bubuk kristal putih
Kelarutan : Larut dalam satu bagian air
Stabilitas : Meskipun cukup stabil dalam keadaan padat tetapi
lebih stabil daripada asam bebas, yang
decarboxylates jika dipanaskan di atas suhu
150°C. Dinatrium edetat dihidrat kehilangan air
kristal jika dipanaskan sampai 120°C. Edetat
kalsium dinatrium sedikit higroskopis dan harus
dilindungi dari kelembaban.
Larutan asam atau garam edetat edetic dapat
disterilkandengan autoklaf, dan harus disimpan
dalam wadah bebas alkali
Kegunaan : Agen pengkelat
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan agen pengoksidasi kuat,
basa kuat, dan ion logam polivalen seperti
tembaga,paduan nikel, dan tembaga.
Asam Edetic dan disodium edetat berperilaku
sebagai asam lemah, merubah karbon dioksida
dari karbonat dan bereaksi dengan logam untuk
membentuk hidrogen. Kompatibel lainnya
termasuk inaktivasi jenis tertentuinsulin akibat
khelasi seng, dan chelation
Kalsium dinatrium edetat juga telah terbukti tidak
sesuai dengan amfoterisin dan dengan
hidroklorida hydralazine di infus cairan

c. Dekstrosa (RM : C6H12O6 ; BM : 198,17) [HOPE 6th ; p : 222-225]


Pemerian : Kristal tidak berwarna atau kristal putih atau
bubuk granul, tidak berbau, berasa manis.
Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol 95% dan eter, larut
dalam methanol 1 banding 120, larut dalam air 1
banding 1.1 pada suhu 25°C, larut dalam air 1
banding 0,8 pada suhu 30°C, larut dalam air 1
banding 0,41 pada suhu 50°C, larut dalam air 1
banding 0,28 pada suhu 70°C, larut dalam air 1
banding 0,18 pada suhu 90°C.
Stabilitas : Memiliki stabilitas yang baik pada kondisi
penyimpanan kering. Larutan encer dapat
disterilisasi menggunakan autoklaf. Pemanasan
yag berlebih dapat mengakibatkan penurunan Ph
dan karamelisasi larutan.
Kegunaan : Agen tonisitas
Inkompatibilitas : Larutan dekstrosa tidak kompatibel dengan
beberapa obat-obatan seperti cyanocobalamin,
kanamisin sulfat, natrium novobiocin, dan sodium
warfarin. Eritromisin gluceptate tidak stabil dalam
larutan dekstrosa pada pH kurang dari 5.05.
Dekomposisi vitamin B-kompleks dapat terjadi
jika menghangat dengan dekstrosa. Dalam bentuk
aldehida, dekstrosa dapat bereaksi dengan amina,
amida, asam amino, peptida, dan protein.
Warna coklat dan dekomposisi terjadi dengan
alkalis kuat. Dekstrosa dapat menyebabkan
pencoklatan tablet yang mengandung amina
(Reaksi Maillard).

Perhitungan Tonisitas
Nilai E Tonisitas (C ×
Nama Zat Konsentrasi
(ekivalen) E)
Ammonium
0,5% 1,1 0,55%
Klorida
Na EDTA 0,2% 0,48 0,096%
Total 0,646%
Untuk isotonis harus setara dengan NaCl 0,9%
Jadi 0,9% - 0.646% = 0,254%
E Dekstrosa = 0,16
1 gram Dekstrose = 0,16 gram NaCl
Untuk sediaan 600 ml = 1/0,16 × 0,254% = 1,58% Dekstrosa
1,58
Jadi Dekstrosa yang ditimbang adalah × 600 = 9,48 gram
100

Perhitungan Osmolaritas
Nama Zat Bobo molekul Penimbangan
Ammonium Klorida 53,49 2,75 g
Na EDTA 380,20 1,2 g
Dekstrose 198 9,48 g
m Osm = g/L/BM × 1000 × Ʃ ion
m Osm Ammonium Klorida = 2,75 g/0,6 L/53,49 × 1000 × 2 = 171,37 Osm/L
m Osm Na EDTA = 1,2 g/0,6 L/380,20 × 1000 = 5,65 Osm/L
m Osm Dekstrose = 9,48 g/ 0,6 L/ 198 × 1000 = 79,8 Osm/L
m Osm sediaan = m Osm Ammonium klorida + m Osm Na EDTA + m Osm
Dekstrose
= 171,37 Osm/L + 5,65 Osm/L + 79,8 Osm/L
=256,82 Osm/L

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1. Beker gelas 50 mL
2. Beker gelas 800 mL
3. Batang Pengaduk
4. Gelas Ukur 500 mL
5. Pipet tetes
6. Karet pipet tetes
7. Corong
8. Spatel
9. Cawan penguap
10. Aluminium foil
b. Bahan
1. Amonium klorida
2. Na EDTA
3. Dekstrosa
4. Aqua steril

Cara sterilisasi alat

Nama Alat Cara Sterilisasi Waktu Sterilisasi Jumlah


Beker gelas 50 mL Panas kering (oven) 2 jam (160° C) 3
Beker gelas 800 mL Panas kering (oven) 2 jam (160° C) 2
Batang Pengaduk Panas kering (oven) 2 jam (160° C) 5
Gelas Ukur 500 mL Panas basah (autoklaf) 15 menit (121° C) 1
Pipet tetes Panas kering (oven) 2 jam (160° C) 1
Karet pipet tetes Panas kering (oven) 2 jam (160° C) 1
Corong Panas kering (oven) 2 jam (160° C) 1
Spatel Panas kering (oven) 2 jam (160° C) 3
Cawan penguap Panas kering (oven) 2 jam (160° C) 3
Aluminium foil Panas basah (autoklaf) 15 menit (121° C) secukupnya

IV. PROSEDUR

Sterilisasi alat dan


Siapkan alat Siapkan Aqua pro
bahan yang akan injection
dan bahan
digunakan

Larutkan Amonium
klorida di gelas Kalibrasi Timbang
kimia (A) gelas kimia semua
menggunakan Aqua (A) 600ml bahan
pro injection

Larutkan Na EDTA
Larutkan Dekstrosa di
di gelas kimia (C)
gelas kimia (B)
menggunakan lakukan
menggunakan Aqua pro
Aqua pro pengecekan pH
injection,campur ke
injection,campur ke
gelas kimia (A) secara
gelas kimia (A)
perlahan
secara perlahan

Tambahkan aquadest steril Jika tidak sesuai dengan ph target,


Uji Evaluasi
a. Penetapan pH
Pengecekan pH larutan dilakukan dengan menggunakan pH meter atau
kertas indikator universal.
b. Kejernihan larutan
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh seseorang
yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang
baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang
hitam dan putih, dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar
bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata (Lachman,1994).
c. Bahan partikulat dalam injeksi
Bahan partikulat merupakan zat asing, tidak larut, dan melayang, kecuali
gelembung gas, yang tanpa disengaja ada dalam larutan parenteral.
Pengujian bahan partikulat dibedakan sesuai volume sediaan injeksi
seperti yang tertcantum pada FI Edisi IV tahun 1995.
d. Penetapan kadar
Pipet sejumlah volume injeksi setara dengan kurang lebih 90 mg natrium
klorida, masukkan ke dalam wadah dari porselen dan tambahkan 140 ml
air dan 1 ml diklorofluoresein LP. Campur dan titrasi dengan perak nitrat
0,1 N LV hingga perak klorida menggumpal dan campuran berwarna
merah muda lemah. 1ml perak nitrat 0,1 N setara dengan 5,844 mg NaCl.

DAFTAR PUSTAKA

Maharani, L., Astuti, A., & Achmad, A. (2014). Kompatibilitas Pencampuran


Sediaan Parenteral di Bangsal Bedah Saraf RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 3(1), 1–9.
https://doi.org/10.15416/ijcp.2014.3.1.1

Putri, D. C. A., & Yuliani, S. H. (2018). Evaluasi Peracikan Injeksi Seftriakson di


Salah Satu Rumah Sakit Swasta di Semarang. Indonesian Journal of Clinical
Pharmacy, 7(3), 143. https://doi.org/10.15416/ijcp.2018.7.3.143

Setyawan, Eka Indra, D. (2016). Formulasi dan teknologi sediaan steril. Buku
Kerja Praktikum, 1–40.

Anda mungkin juga menyukai