Disusun Oleh:
WIRDA
2019152
Kelas B 37
Alhamdulillah penyusun haturkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
jualah penyusun dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul
“FARMAKOLOGI OBAT DIURETIK” guna memenuhi tugas mata kuliah
FARMAKOLOGI.
Penyusun sangat menyadari, bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan
maupun kesalahan, mengingat keberadaan penyusunlah yang masih banyak kekurangannya.
Dalam kesempatan ini pula penyusun mengharapakan saran yang bersifat perbaikan, yang
dapat menyempurakan isi makalah ini dan dapat bermanfaat dimasa yang akan datang.
Ucapan terimakasih sangat perlu penyusun haturkan kepada dosen mata kuliah
Farmakologi, sekaligus sebagai pembimbing dalam pembuatan makalah ini, semoga atas atas
kebesaran hati dan kebaikan beliau mendapat rahmat dari Allah SWT. Amin
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
gagal jantung. Pada tahun 1999, di Indonesia, penyakit gagal jantung menempati urutan
ketiga sebagai penyakit penyebab kematian (Andriyanto, et al, 2012). Penyakit gagal
tubuh (Noer, 1996). Gejala utama gagal jantung biasanya ditandai dengan penurunan
curah jantung dan pembendungan darah di vena. Pada kondisi kronis, gagal jantung
dapat menyebabkan kongesti (penimbunan), hipertensi, dan edema paru-paru. Salah satu
penatalaksanaan medis untuk terapi kejadian gagal jantung adalah terapi diuretik
Gejala klinis awal kejadian gagal jantung ialah hipertensi (Andriyanto, et al,
2012). Berdasarkan JNC (Joint National Comitee) VII, seorang dikatakan mengalami
hipertensi jika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan diastolik 90 mmHg atau lebih.
Hipertensi merupakan kelainan yang mempunyai resiko tinggi yang memicu kelainan
jantung dan ginjal. Penyebab utama kejadian hipertensi biasanya dipicu oleh
peningkatan kadar natrium dalam darah. Salah satu sediaan untuk menanggulangi
hipertensi adalah diuretik. Diuretik adalah sediaan yang dapat meningkatkan laju urinasi
Tujuan dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa dapat mengetahui penjelasan
secara merinci mengenai obat diuretika dan hubungan antara struktur dan aktifitas obat diuretik
dan natrium klorida (Andriyanto, et al, 2012). Istilah diuresis mempunyai dua
pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan
yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dalam air
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrak sel kembali
menjadi normal.
Pada penderita hipertensi dan edema dengan kadar natrium darah yang tinggi,
kembali ke keadaan homeostasis sehingga tekanan darah akan kembali normal dan
Obat ini juga digunakan untuk menurunkan tekanan cairan dalam mata
menurunkan kadar kalium juga dapat digunakan untuk mengobati kondisi hiperkalemia.
pengeluarannya bersama air diperbanyak. Obat ini bekerja khusus terhadap tubuli ginjal
Pada tubuli proksimal 70% ultra filtrat diserap kembali (Glukosa, ureum, ion
Na+ dan Cl-) filtrat tidak berubah dan tetap isotonik terhadap plasma. Diuretik
osmotik seperti Manitol, Sorbitol, Gliserol juga bekerja di tempat ini dengan
Pada lengkungan Henle 20% ion Cl- diangkut secara aktif kedalam sel tubuli
dan disusul secara pasif oleh ion Na+ , tetapi tanpa air, sehingga filtrat menjadi
Pada tubuli distal bagian depan ujung henle’s loop dalam cortex ion Na+
diserap kembali secara aktif tanpa penarikan air, sehingga filtrat menjadi lebih
Mefruzida, dan Kloamida bekerja disini dengan merintangi reabsorpsi ion Na+
dan Cl-
Pada tubuli distal bagian belakang ion Na+ diserap kembali secara aktif, dan
terjadi pertukaran ion K+ dan H+ dan HH4+ . proses ini dikendalikan oleh
pertukaran ion K+ dengan ion Na+ ,dengan demikian terjadi retensi kalium
Vasopresin.
Secara umum, diuretik dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu
penghambat mekanisme transpor elektrolit di dalam tubuli ginjal dan diuretik osmotik.
Obat yang dapat menghambat transport elektrolit di tubuli ginjal ialah benzotiadiazid,
natrium. Obat ini merupakan diuretik pilihan dalam kasus terjadinya peningkatan
tekanan intracranial atau gagal ginjal akibat syok, over dosis obat, atau trauma. Diuretik
osmosis terdiri atas dua jenis agens yang ringan-gliserin dan isosorbid-dan dua agens
yang sangat kuat manitol dan urea. Gliserin dapat diberikan melalui intravena untuk
mengatasi peningkatan tekanan intracranial dan digunakan secara oral untuk mengobati
glaucoma. Isosorbid tersedia hanya dalam bentuk oral dan merupakan obat yang dipilih
untuk mengobati glaucoma. Manitol hanya tersedia dalam bentuk intravena, merupakan
pengobatan utama untuk peningkatan intrakranial dan gagal ginjal akut. Sediaan injeksi
terdiri dari 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%. Terapi untuk Edema pada otak dapat
mengurangi tekanan intrakranial. Pada orang dewasa dosis dapat diberikan 1,5-2 g/kg IV
diinfus lebih kurang 30-60 menit. Dosis yang sama untuk tekanan intrakranial. Terapi
anuria/oliguria dosis uji diberikan 200 mg/kg IV selama lebih kurang 3-5 menit. Load
dose 500-1000 mg/kg IV untuk satu kali pemberian. Dosis pemeliharaan 250-500 mg/kg
IV 4-6 jam. Interaksi obat terjadi bila diberikan bersama dengan tobramycin. Mannitol
akan meningkatkan kadar Tobramycin dengan mekanisme interaksi yang tidak spesifik.
Efek samping yang ditimbulkan diantaranya angina-dada nyeri, hipotensi, sakit kepala,
pusing, dan acidosis. Kontraindikasi pada pasien yang hipersensitifitas, anuria, udem
paru-paru atau gagal jantung yang sudah parah. Mannitol mempunyai t ½ 100 menit,
pasien akan mengalami diuresis 1-3 jam setelah diberikan secara IV. Dimetabolisme di
hati, metabolitenya berupa glycogen. Diekskresikan lewat urin (80%). Urea juga hanya
tersedia untuk penggunaan intravena; obat ini diindikasikan untuk menurunkan tekanan
intrakranial dan glaukoma akut. Isosorbid diberikan secara oral untuk indikasi yang sama
dengan gliserin. Efeknya juga sama, hanya isosorbid menimbulkan diuresis yang lebih
Senyawa ini bekerja meningkatkan pasokan darah ginjal terutama pada daerah
medula ginjal. Turunan Xantin misalnya kofein, teofilin, dan teobromin merupakan
diuretik lemah sampai sedang. Namun diuretik ini jika digunakan secara terus menerus
kerjanya akan berkurang makanya diuretik ini jarang digunakan. Diantara kelompok
xantin, teofilin memperlihatkan efek diuresis yang paling kuat. Xantin sangat jarang
digunakan sebagai diuretik utama, namun bila digunakan untuk tujuan lain terutama
hipokalemia. Diuretik ini bekerja pada segmen yang berespons terhadap aldosteron pada
Na+, yang mengarahkan ion K+ dan H+ untuk diekskresikan. Diuretik hemat kalium
sekresi K+ berkurang. Obat ini dapat mengakibatkan hiperkalemia berat, terutama pada
pasien dengan gangguan ginjal. Absorpsi obat melalui oral, metabolisme melalui hati.
Indikasi untuk pasien gagal jantung kongestif, sirosis hepatis, dan sindroma nefrotik.
a) Spironolakton
meningkatkan ekskresi Na+, Cl-, dan air dan juga retensi K+ dan H+. Absorpsi
Metabolisme di hati dan ginjal. Obat dapat diminum dengan atau tanpa makanan.
Dosis dalam bentuk sediaan tablet 25 mg, 50 mg, dan 100 mg. Dosis sediaan
tablet 100 mg perhari atau dibagi per 12 jam untuk 5 hari; lalu dosis disesuaikan
berdasarkan respon pasien; range: 25-200 mg PO per hari atau dibagi 12 jam.
dibagi dosis awal. Bila terapi tunggal, berikan untuk lebih kurang 5 hari sebelum
dosis ditingkatkan.
memobilisasi Na+ dari tubuh dibandingkan dengan yang lain, namun obat
mg PO/hari.
hiperkalemia.
pertukaran Na+ - K+, obat-obatan ini memiliki efek diuretik hemat kalium sama
aldosteron jadi obat ini memiliki aktifitas diuretik walaupun pada individu pada
penyakit adison.
Amilorid
Sediaan tablet 5 mg. Dosis untuk gagal jantung kongestif 5-10 mg/hari PO
sekali sehari. Dosis hipertensi 5-10 mg/hari PO sekali sehari. Dosis untuk
gagal ginjal, untuk CrCl 10-50 ml/menit diberikan dosisi 50% dari dosis
Triamterene,
Sediaan kapsul dengan dosis sediaan 50 mg dan 100 mg. Dosis untuk
sekali sehari atau 2 kali sehari. Pada pasien gangguan ginjal bila CrCl <10
ml, jangan digunakan. Pada pasien gangguan hati, kurangi dosis pada
.
2.3.4 Diuretik Loop atau Diuretik Kuat
Diuretik loop biasanya diberikan secara oral dan digunakan untuk mengurangi
edema perifer dan edema paru pada gagal jantung sedang sampai berat. Obat ini
diberikan secara intravena untuk pasien yang mengalami edema paru akibat gagal
ventrikel akut. Diuretik loop efektif pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal.
ansa lengkung Henle bagian epitel tebal, dengan cara menghambat kotransport Na+, K+,
Cl- , menghambat resorpsi air dan elektrolit. Contoh obat golongan diuretik loop ialah
dan dengan cara ini menghambat absorpsi ion natrium, ion kalium, dan ion klorida. Dosis
tunggal rata-rata oral untuk penanganan udem adalah 10-40 mg oral 2x sehari dan efek
diuresis maksimal 1,5 jam, lama kerja 4-5 jam. Diberikan peroral atau parenteral, masa
kerja relatif singkat 1-4 jam. Efek samping ototoksisitas, hiperurisemia, hipopolemia
Karbonik anhidrase adalah enzim yang terdapat di dalam sel korteks renalis,
pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit, dan SSP tetapi tidak terdapat dalam plasma.
natrium, karena jumlah ion H+ yang masuk ke lumen lebih sedikit. Akibatnya adalah
terjadi peningkatan ekskresi ion natrium, kalium, dan hidrogenkarbonat melalui ginjal
dan disertai ekskresi air. Salah satu obat dari inhibitor karboanhidratase adalah
asetazolamida. Absorbsi sediaan oral baik, kontra indikasi pada pasien sirosis hepatis.
Efek samping asedosis metabolic (ringan), penurunan kalium, pembentukan batu ginjal,
dan mengantuk.
menghambat karbonik anhidrase pada corvus siliaris mata. Obat ini untuk
epilepsi baik yang grand mal maupun petit mal. Obat ini mengurangi berat
(symport) Na-Cl di tubulus distal ginjal, sehingga ekskresi Na+ dan Cl- meningkat.
antihipertensi lain sehingga efek obat-obat tersebut dapat bertahan. Indikasi golongan
tiazid untuk hipertensi, gagal jantung kongestif, nefrolitiasis, dan diabetes insipidus
nefrogenik.
2.6 Indikasi dan Efek Samping
mengharuskan peningkatan air seni, khususnya hipertensi, penyakit ginjal dan gagal
jantung:
atau sistemik lupus menunjukkan adanya retensi garam dan air oleh ginjal. Penyebab
retensi ini tidak diketahui pasti, tetapi tampaknya menyangkut gangguan regulasi
dikaitkan dengan munculnya hiperkalemia pada stadium awal gagal ginjal. Pada kasus
ini, Thiazid dan loop dapat meningkatkan ekskresi K+ dengan meningkatkan peningkatan
garam ke tubulus colligens renalis yang mensekresikan K+. Tetapi pada kebanyakan
pengobatan edema yang terkait dengan gagal ginjal diuretik loop adalah obat pilihan
2.6.2 Hipertensi
Namun pemberian diuretik membuat tekanan darah menurun karena terdapat penurunan
volume darah, aliran balik vena, dan curah jantung. Secara bertahap diuretik membuat
curah jantung kembali normal. Diuretik tidak mempunyai efek langsung pada otot polos
sedikit tetapi persisten kadar Na+ tubuh. Salah satu mekanisme yang mungki adalah
penurunan Na+ di otot polos menyebabkan penurunan sekunder pada Ca+ intraseluler
tekanan dan aliran darah ke ginjal yang memicu retensi air dengan garam di ginjal. Jika
adanya penyakit yang mendasari memperburuk curah jantung walaupun volume plasma
telah meningkat, ginjal akan terus meretensi air dan garam. Pada kondisi ini, penggunaan
diuretik diperlukan untuk mengurangi akumulasi edema, terutama di paru. Edema yang
Pada beberapa keadaan, retensi air dan garam dapat menjadi sangat berat sehingga perlu
Beberapa efek samping utama yang dapat diakibatkan diuretik ada beberapa
akbatnya adalah kadar kalium dalam serum dapat turun dibawah 3,5
mmol/L
di tubuli
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine. Istilah
diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukan adanya penambahan urine yang
diproduksi dan yang kedua menunjukkkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut
dan air.
Fungsi utama diuretic ialah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volue cairan ekstrasel kembali menjadi
normal.
1. Diuretik osmotic
5. Diuretik kuat
6. Xantin