DOSEN :
Bambang Setiadi, ST.MT
DISUSUN OLEH :
Muhammad Edho Prayoga 18420001
Khatibul Umam 18420002
Raihan Dyas Syauqi 18420018
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Analisa kerusakan dan perbaikan pada Sepeda Motor
Laporan praktikum ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan praktikum dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Jakarta, Januari 20
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ketatnya persaingan di bidang industri saat ini khususnya industri
otomotif sepeda motor membuat para ATPM (Agen Tunggal Pemegang
Merk) harus lebih jeli melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
usahanya agar dapat bersaing dengan yang lain. Kemampuan melihat
dengan jeli ini memungkinkan para ATPM sepeda motor untuk
melakukan perbaikan-perbaikan bagian dalam sistemnya. Oleh karena itu
meningkatkan kualitas produk adalah dengan meningkatkan kualitas
proses yang harus dijalankan secara terus menerus (continuous quality
improvement).
Kualitas telah terbukti menjadi strategi bersaing yang baik, karena
kepuasan pelanggan (customers satisfaction) merupakan sesuatu yang
dirasakan pelanggan terhadap produk atau jasa tertentu. Kualitas layanan
adalah ketidaksesuaian antara harapan konsumen dan persepsi konsumen.
Dengan demikian, suatu citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan
sudut pandang atau persepsi pihak pembuat produk, melainkan
berdasarkan sudut pandang atau persepsi konsumen, karena konsumenlah
yang menikmati atau memakai produk perusahaan sehingga merekalah
yang biasanya menentukan kualitas suatu produk atau jasa.
Masalah utama dari penelitian ini adalah keluhan konsumen (claim market) tentang
kopling (clutch assy) yang terbakar, dari hasil analisa terhadap keluhan konsumen
tersebut didapat 4 masalah besar yang diindikasikan penyebab utama dari kopling
terbakar yaitu antara lain Kebiasaan (habit) pemakai yang tidak sesuai standard
pemakaian, faktor yang dominan dari kebiasaan pemakai yang tidak sesuai standard
tersebut antara lain :Kebiasaan menggantung setengah kopling ketika sepeda motor
sedang berjalan.
B. TUJUAN
MANFAAT
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Kopling Menurut Nugraha, (2011) fungsi kopling secara umum adalah
menghubungkan dan memutuskan penyaluran yang dihasilkan oleh mesin ke roda. Posisi
pemasangan dan fungsi dari kopling pada sepeda motor tergantung dari jenis kopling dan
transmisi yang digunakan.
Dari definisi diatas dapat dijelaskan bahwa kopling digunakan untuk memindahkan tenaga
motor ke unit transmisi dengan menggunakan kopling, sehingga pemindahan gigi-gigi
transmisi dapat dilakukan, kopling juga dapat berputar walapun transmisi tidak dalam posisi
netral.
Menurut (Najamudin 2015) kopling motor di Indonesia pada umumnya memakai tipe basah
dan memakai sistem plat ganda/majemuk yang berarti plat kopling terendam oli dan memakai
banyak plat. Kopling pada sepeda motor dapat dilihat pada gambar 2.1
Kopling Manual
Cara kerja kopling manual diatur oleh sebuah tuas yang biasa disebut dengan handle kopling.
Apabila handle kopling dalam keadaan bebas atau tidak ditarik, maka plat tekan dan plat
gesek akan ditekan oleh piringan penekan (cluth pressure palte) dengan bantuan pegas
kopling sehingga tenaga putar dari poros engkol sampai pada roda belakang. Sedangkan bila
handle kopling pada batang kemudi ditarik maka kawat kopling akan menarik alat pembebas
kopling, alat pembebas ini akan menekan batang tekan (pushrod).
Pudhrod ini akan mendorong piringan penekan ke arah berlawanan dengan arah gaya
pegas kopling akibatnya plat gesek dan plat tekan akan saling merenggang dan putaran rumah
kopling tidak diteruskan pada poros utama. (Najamudin 2015).
Pada kopling manual ada 2 tipe media yang digunakan, pertama memakai kawat/kabel
kopling yang di tarik oleh tuas kopling dan yang kedua memakai sistem cairan hidrolik yang
di tekan oleh tuas kopling.
Ada 3 tipe pembebasan kopling yang biasa difungsikan pakai kabel kopling:
1. Tipe dengan mendorong dari arah luar (outer push type)
2. Tipe dengan mendorong ke arah dalam (inner push type)
3. Tipe rack and pinion
Dan untuk sistem cairan hidrolik cara kerjanya hampir sama dengan cara kerja sistem rem
cakram hidrolik. Komponen kompling manual dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini.
Kopling Otomatis Najamudin (2015) Mengemukakan bahwa cara kerja pada kopling otomatis
sebenarnya sama saja cuma pengoperasiannya tidak ditarik kabel kopling maupun ditekan
cairan hidrolik. Tetapi mengandalkan kommponen kopling sentrifugal yang bekerja
mengikuti kecepatan putaran mesin.
Pada saat putaran mesin rendah (stasioner), gaya sentrifugal dan kampas kopling,
pemberat menjadi kecil sehingga sepatu kopling terlepas dari rumah kopling dan tertarik ke
arah poros engkol, akibatnya rumah kopling yang berkaitan dengan gigi pertama penggerak
menjadi bebas terhadap poros engkol.
Saat putaran mesin bertambah, gaya sentrifugal semakin besar sehingga mendorong
kanvas kopling mencapai rumah kopling di mana gayanya lebih besar dari gaya tarik
pengembali. Rumah kopling ikut berputar dan meneruskan ke tenaga gigi pertama yang
digerakkan. Sedangkan kopling kedua ditempatkan bersama primary driven gear pada
poros center (countershaft) dan berhubungan langsung dengan mekanisme pemindah gigi
transmisi/persnelling.Pada saat gigi persnelling dipindahkan oleh pedal pemindah gigi,
kopling kedua dibebaskan oleh pergerakan poros pemindah gigi (gear shifting shaft)
Kopling terhubung dan terlepas dengan menggunakan gaya sentrifugal, yang timbul
karena gaya dari poros engkol. Saat kecepatan mesin rendah maka kopling secara otomatis
terputus dan pada saat kecepatan mesin tinggi kopling terhubung. Tipe kopling in banyak
dipakai pada sepeda motor bebek dan skuter. Komponen kopling otomatis dapat dilihat pada
gambar 2.3 dibawah ini.
Adapun Beberapa Komponen Rangkaian Penyusun Sistem Kopling
1. Bak Kopling Digunakan untuk tempat dudukan rock pinion (stut), dan
dibentuk sedemikian rupa itu bertjuan untuk terlihatnya visualisasi dari sistem
kerja kopling sepeda motor.
7. Plat kopling Berfungsi untuk menerima dan meneruskan tenaga mesin dari
roda penerus dan plat penekan ke input (poros propeller) shaft transmisi.
Setiap melakukan praktek termasuk proses Analisa sistem kopling pada sepeda motor, harus
selalu mengutamakan keselamatan kerja baik untuk benda kerja maupun manusianya. Oleh
karena itu ketelitian baik sebelum dan saat bekerja sangat diperlukan. Menjaga semua kondisi
kerja selalu aman, seperti misalkan menghindarkan adanya oli yang tumpah dilantai.
Disamping akan menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja, oli bisa
menyebabkan terpelanting.
Analisa Kerusakan Dan Perbaikan Masalah Kopling Terbakar
3 Carrying 9 Inspection 15
in Process Packing
Material
4 10 Shipping
Coiling Tempering 16
2 Inspection
Pada diagram sebab-akibat diatas dapat disimpukan bahwa yang faktor- faktor yang
menyebabkan terjadinya dimensi out of spec pada Cover R Crank
Case sehingga kerja kopling (clutch system) tidak dapat bekerja secara normal,
Berdasarkan diagram sebab-akibat diatas faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
working load spring lemah yang paling dominan adalah pada parameter pengaturan
program mesin pada kondisi sekarang dan SOP yang mencantumkan parameter proses
4.1.2.2Failure Mode
yang tidak Effect and Analysis (FMEA) Proses Machining
tepat.
Tabel 4.3 FMEA Proses Machining Cover R Crank Case
Potential S O D R
Process Step Potential Potential Current
No. Failure
(Function) Failure Causes Control
Mode E C E P
Effect
(Process
Deffect) V C T N
Rot
ary
Mil
ling
Kekasaran
1 permukaan Cover
Tidak bisa di
Permukaan kasar. Inspeksi
assy dengan 2 Cutting tool 5 4 40
R Crank Case Periodik
blok mesin. aus
Ketinggian Cover Ketinggian tidak Kesalahan
Inspeksi
R Crank Case sesuai standard. Engine bocor. 5 setting proses, 5 4 10
Periodik
cutting tool aus 0
Permukaan Pahat aus, Jig Inspeksi
Flatness bergelombang Engine bocor. 2 5 4 40
labil Periodik
Permukaan
2 CN
C
Lat
he
Tidak bisa di
Salah offset Inspeksi
Pararelism Tidak sejajar assy dengan 2 2 4 16
program Periodik
blok
mesin
Visual tidak Cutting tool
Cek visual
Scratch Permukaan bagus 4 gompal, 4 2 32
100%
tergores operator
lalai
Gambar 4.11 Ilustrasi bagian lubang oval pada Cover R Crank Case
Ø10.5
di buntu
end mill
Ø 20.5 tetap
depth
4 tetap area tidak
ter
di buntu / tidak
process
ada pre hole
Drill Ø11.5 Reamer Ø12 End mill Ø11 Drill Ø11.5 Reamer Ø12
Gambar 4.14. Ilustrasi perbaikan penambahan proses reamer
Berdasarkan data produksi tahun 2007, berikut data pemakaian actual cutting tool,
dan jumlah pergantian actual cutting tools.
Gambar 4.15. Cutting tools yang digunakan
Tabel 4.7. Data Penggantian dan Penggunaan Aktual Cutting Tools tahun 2007
Dari data penggantian dan pemakaian cutting tools diatas didapatkan pemakaian
cutting tools yang fluktuatif, pada kondisi tertentu actual pemakaian bisa
digunakan dalam jumlah yang banyak dan dalam kondisi lain sedikit, hal ini
disebabkan karena kestabilan proses yang jelek sehingga berdampak pada
pemakaian cutting tools.
Gambar 4.17 Data Cp, Cpk Jarak Lubang 5±0,1 (Posisi X) Setelah Perbaikan
Cp Cpk PPM Sigma Hasil Keputusan
Total Level
Proses
1,64 1,25 27587,99 1,92 sigma Sangat OK
Baik
Untuk point Jarak Lubang posisi Y dengan dimensi 68 ± 0,1 mm data ukur kemampuan
proses (Cp) sebelum perbaikan
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA