PENDAHULUAN
Berdasarkan pengamatan Bulan Maret 2016 ini ditemukan banyak sekali pakaian
cacat, seperti cacat kotor, cacat jahitan, dan cacat kain. Dari banyaknya cacat
yang disebutkan cacat kotor merupakan jenis cacat yang mendominasi dan yang
paling banyak jumlahnya diantara jenis cacat yang lain.
Tabel 1.1 Jumlah Produk Cacat PT Shinko Toyobo Gistex Garment Maret
2016
Berdasarkan hasil pengamatan Tabel 1.1 pada halaman 1, dapat diketahui salah
satu jenis cacat yang melebihi toleransi perusahaan, jika jumlah produksinya
130.309 pcs. Hal ini dapat merugikan perusahaan karena dapat memboroskan
waktu untuk melakukan perbaikan.
1
2
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab banyaknya jumlah
cacat kotor yang dihasilkan PT Shinko Toyobo Gistex Garment I.
Tujuan yang ingin dicapai dengan penelitian ini adalah untuk mengurangi jumlah
cacat kotor produksi di PT Shinko Toyobo Gistex Garment I dengan
menggunakan metode pengendalian mutu.
Operator merupakan hal sangat inti dalam pembuatan sebuah produk jadi.
Sebuah produk garmen yang baik, dihasilkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor
material, mesin, manusia, lingkungan, dan metode yang diterapkannya.
3
Pengendalian mutu bermaksud untuk menghasilkan mutu produk yang baik dan
menurunkan jumah cacat pada prooduk jadi yang dihasilkannya. Pada PT Shinko
Toyobo Gistex Garment I banyak ditemukan barang cacat, khususnya untuk
barang cacat yang paling mendominasi adalah cacat kotor.
Salah satu perangkat kendali mutu yaitu tujuh langkah pemecahan masalah yang
tergabung dalam siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action). Tujuh langkah tersebut
adalah Plan (perencanaan) yang terdiri dari langkah pertama (menemukan
masalah), langkah kedua (menemukan penyebab), langkah ketiga (meenemukan
masalah dominan), dan langkah keempat (menyusun langkah-langkah
perbaikan), Check (pengecekan) yang terdiri dari langkah kelima (memeriksa
hasil perbaikan), dan Action (tindakan) yang terdiri dari langkah keenam
(mencegah terulang masalah yang sama) dan langkah ketujuh (menganggap
masalah selanjutnya yang belum terpecahkan).
Melakukan percobaan penelitian dan menerapkan konsep metode pada Departemen Produksi
Melakukan evaluasi terhadap hasil penerapan perbaikan dalam upaya peningkatan kualitas produk
4
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Kepuasan konsumen
2. Mutu adalah tanggung jawab dari semua orang
Hakikat siklus PDCA adalah suatu metode untuk melakukan perbaikan secara
berkelanjutan. Siklus PDCA merupakan penerapan dari konsep pengendalian
mutu dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka pengendalian mutu
harus dilakukan dengan maksimal pula, caranya dengan menerapkan asas-asas
pengendalian mutu maksimal.
a. Produktivitas Kerja
Dengan pengembangan, produktivitas kerja karyawan akan meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi semakin baik, karena technical skill, human
skill, dan managerial skill karyawan yang semakin baik.
b. Efisiensi
Pengembangan karyawan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tenaga,
waktu, bahan baku, dan mengurangi ausnya mesin mesin.
c. Kerusakan
Pengembangan karyawan bertjuan untuk mengurangi kerusakan barang,
produksi, dan mesin mesin karena karyawan semakin ahli dan terampil
dalam melaksanakan pekerjaannya.
d. Kecelakaan
Pengembangan bertujuan untuk mengurangi tingkat kecelakaan karyawan,
sehingga jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan perusahaan berkurang.
e. Moral
Dengan pengembangan, moral karyawan akan lebih baik karena keahlian
dan keterampilannya sesuai dengan pekerjaannya sehingga mereka antusias
untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan bai.
f. Konsumen
7
2.4 Inspeksi
2.5 Cacat
a. Tujuan
Menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan organisasi sesuai dengan
kebijakan dan ketentuan organisasi secara efektif dan efisien.
Menjamin terlaksananya aspek kontrol kegiatan yang dapat mencegah
terjadinya penyelewengan maupun penggelapan oleh anggota
organisasi/operator maupun pihak-pihak lain.
b. Kebijakan
Kebijakan selalu diikut sertakan sebagai pedoman dan rujukan yang harus
dipatuhi dalam setiap pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan.
c. Petunjuk Operasional
Petunjuk operasioanl bukan merupakan narasi prosedur operasional standar.
Petunjuk operasional prosedur adalah bagaimana pengguna akan membaca
panduang prosedur operasional tersebut dengan cara yang benar.
e. Proses
Proses adalah tahapan lanjutan setelah tahapan masukan dalam prosedur.
Proses dapat terdiri dari satu atau lebih sub proses. Proses (dan sub proses)
adalah kegiatan yang bertujuan mengubah masukan menjadi keluaran.
f. Laporan
Laporan yang dimaksud dalam SOP harus dibedakan dengan formulir,
blanko, atau dokumen. Yang terdapat didalam laporan adalahh hasil
9
g. Validasi
Validasi adalah bagian yang penting dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan kegiatan didalam organisasi / perusahaan. Tujuan dari
melakukan validasi adalah untuk memastikan bahwa semua keputusan yang
diambil dari kegiatan yang dilakukan telah sah (valid).
h. Kontrol
Validasi pada dasarnya adalah bagian dari unsur kontrol prosedur. Dengan
membubuhkan tanda dalam melakukan validasi, maka dapat dikatakan yang
memvalidasi itu sedang melaksanakan kontrol, yaitu pada tahap prosedur
dimana orang tersebut melakukan validasi.
Problem
3. Merinci faktor penyebab, mencari dan merinci lebih jauh faktor-faktor yang
berpengaruh pada faktor utama.
12
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
Bulan
Jadwal Kerja Maret (Minggu ke-) April (Minggu ke-)
1 2 3 4 1 2 3 4
Tabel 3.1 Jadwal Rencana Kerja (Lanjutan)
13
Pencarian masalah
Pengumpulan data
Mencari penyebab dan
merancang perbaikan
Melakukan percobaan
Menerapkan perbaikan
Dari data tabel di atas waktu pengamatan dan penerapan perbaikan dilakukan
dibagian Quality Control Endline PT Shinko Toyobo Gistex Garment I. Waktu
pelaksanaannya dimulai dari Bulan Maret hingga April 2016.
Berdasarkan Tabel 3.2 di atas, dapat dilihat bahwa cacat yang paling
mendominasi di PT Shinko Toyobo Gistex Garment I adalah cacat kotor terlihat
dari besarnya jumlah cacat yang dihasilkan yaitu sebanyak 22,06%.
Metode perbaikan yang digunakan untuk mengurangi jumlah cacat yang paling
mendominasi yaitu cacat kotor pada produk jadi adalah dengan menggunakan
tahap metode gugus kendali mutu yaitu P D C A (Plan, Do, Check, and
Action). Siklus PDCA ditunjukan pada Gambar 3.3 berikut.
A P
C D
Manusia
a. Menemukan Masalah
Masalah dominan yang terdapat di PT Shinko Toyobo Gistex Garment I
adalah banyaknya cacat kotor yang terdapat pada produk jadi.
b. Menemukan Penyebab
1. Manusia
Operator yang kurang disiplin, contohnya masih membawa
makanan ke dalam line sewing, tidak mencuci tangan terlebih
dahulu, tidak menggunakan celemek dan sarung tangan.
2. Metode
Keranjang yang digunakan untuk membawa komponen-komponen
produk tidak memakai penutup sehingga kotoran dapat menempel
pada produk.
Tidak melakukan pengecekan kebersihan pada rak yang digunakan
untuk menyimpan setiap komponennya.
3. Mesin
Oli pada mesin tidak selalu dilakukan pengecekan sehingga dapat
menyebabkan kotoran oli tersebut menempel pada mesin.
4. Lingkungan
Potongan-potongan benang tidak langsung dibersihkan, sehingga
dapat menempel pada produk dan mengakibatkan cacat kotor.
Penempatan alat-alat jahit tidak ditempatkan pada tempat yang
telah disediakan.
Hal tersebut dapat mengakibatkan debu yang ada pada alat jahit
menempel pada setiap komponen garmen yang sedang dijahit.
2. Do ( Tahap Pelaksanaan )
17
2. Faktor Metode
Membawa produk bagian ke bagian yang harus menggunakan
keranjang.
Keranjang yang digunakan untuk mengangkat produk jadi harus
selalu diganti alasnya.
Membawa barang dari bagian ke bagian harus menggunakan
keranjang.
Produk yang berwarna putih tidak boleh digabungkan
penempatannya dengan yang berwarna, hal ini bertujuan agar tidak
terjadi luntur warna dari produk satu ke produk yang lain.
3. Faktor Mesin
Setiap pagi, sebelum bekerja harus membersihkan mesin terutama
pada dudukan jarum, gigi mesin dan plat mesin.
Siang hari setelah istirahat pertama, dilakukan bersih-bersih 5
menit.
Sore hari sebelum pulang, bersih-bersih untuk semua bagian mesin
berikut bak minyaknya.
4. Faktor Llingkungan
Sebelum melakukan pekerjaan, Operrator wajib membersihkan
lingkungan tempat kerjanya, hal tersebut bertujuan untuk
menghindari kotoran-kotoran benang yang masih tersisa.
Penempatan tempat sampah pada tiap meja kerja operator harus
selalu tersedia.
Alat-alat jahit operator wajib dimasukan pada tempatnya dan
disimpan di area produksi yang telah disediakan.
18
14 6054 540
15 5754 537
Total 56.646 6.689
Presentase Total Cacat (%)
Total Reject 11,81%
x 100
Total Komponen
Sumber : Bagian QC Endline, April 2016
Sebelum
Keterangan Sesudah
Berdasarkan Tabel 3.4 diatas dapat dilihat bahwa jumlah cacat kotor pada PT
Shinko Toyobo Gistex Garment I sebelum dilakukan penerapan perbaikan
berjumlah 22,06% dari jumlah output 130.309. Sedangkan setelah dilakukan
adanya penerapan perbaikan menurun menjadi 11,81% dari jumlah output
56.646. jumlah penurunan cacat kotor di PT Shinko Toyobo Gistex Garment I
adalah sebanyak 10,25%
BAB IV
DISKUSI
Peningkatan kualitas ini ditunjukan dengan menurunnya jumlah cacat kotor pada
produk jadi cukup signifikan, hal tersebut disajikan Tabel 4.1 di bawah ini.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Dede Karyana, Pedoman Praktik Kerja Lapangan dan Tata Cara Penulisan
Tugas Akhir (Laporan Praktik Kerja Lapangan dan Skripsi), Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung, 2007.
2. Dr.C.Rudy Prihantoro,M.P.d, Konsep Pengendalian Mutu, Remaja Rosda
Karya, Bandung, 2012.
3. Drs.H.Malayu S.P.Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi
Aksara, Jakarta, 2012.
4. http://mushma.wwordpress.com/2008/08/09/Pengetahuan-Statistika-
Pengendalian-Mutu, Diakses pada 7 Juli 2016
5. Jumaeri, dkk, Pengetahuan Barang Tekstil, Institut Teknologi Tekstil,
Bandung, 1977.
6. , Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta.
7. Rudi Tambunan, Standard Operating Procedure (SOP) Edisi Kedua,
Maiestas Publishing, Jakarta, 2013.
8. Suseno Utomo, Pengendalian Kualitas, Universitas Jendral Achmad Yani
(UNJANI), Bandung, 2006.
9. S. Hendrodyantopo, dkk, Pengendalian dan Jaminan Kualitas Pakaian
Jadi, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung, 2005.